Anda di halaman 1dari 40

PEKERJAAN DASAR

ELEKTROMEKANIK

PENGUJIAN BAHAN
LOGAM
DISUSUN OLEH:
M. IHSAN MARWAHI
NIM. 16063060

UNTUK SMK KELAS X


SMK NEGERI 5 PADANG
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
SEMESTER 2
2020

Program Pendisikan Teknik Elektro


UNIVERSITAS NEGERI Padang

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan Modul Pekerjaan Dasar ELektromekanik tentang Bahan
Logam. Modul ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagai bahan ajar bagi guru ataupun siswa
didlam kegiatan pembelajaran. Modul ini dibuat berlandaskan Kompetensi Dasar dari SMK
Teknik Ketenagalistrikan Tahun 2018.

Modul “Pekerjaan Dasar ELektromekanik tentang Bahan Logam” disusun penulis


berdasarkan tuntutan paradigma pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan
berdasarkan pendekatan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum
abad 21. Selama penyusunan modul ini, penulis banyak menemukan kendala yang sulit untuk
diselesaikan. Penyajian Modul “Pekerjaan Dasar ELektromekanik tentang Bahan Logam” ini
disusun dengan tujuan agar supaya peserta didik dapat melakukan proses pencarian pengetahuan
berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan eksperimen ilmiah (penerapan scientifik),
dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun
konsep, dan nilai-nilai baru secara mandiri. Namun atas bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
kendala – kendala tersebut dapat diatasi. Atas bimbingan, bantuan dan berbagai fasilitas yang
penulis terima selama penulisan laporan modul ini, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih
Modul ini membahas materi tentang Bahan Logam. Dan dipergunakan pada kelas X
semester Genap. Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian dan
semoga modul ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
banyak.

Padang, 16 Februari 2020


Penulis,

M. Ihsan Marwahi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
PETA KONSEP....................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Deskripsi..................................................................................................................1
B.Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar................................................................1
C. Prasyarat..................................................................................................................2
D. Petunjuk Penggunaan Modul................................................................................2
E. Tujuan Akhir...........................................................................................................3
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Target Pembelajaran...............................................................................................4
2. Kegiatan Belajar I....................................................................................................5
A. Karakteristik Bahan Logam.............................................................................5
B. Dasar Pengujian Bahan Logam........................................................................6
C. Macam-macam Pengujian tidak Merusak (NDT)...........................................7
D. Peralatan dan Bahan Pengujian tidak Merusak ...........................................14
E. Macam-macam Pengujian Destruktif .............................................................16
LATIHAN...........................................................................................................................30
RANGKUMAN..................................................................................................................31
TEST FORMATIF.............................................................................................................32
GLOSARIUM.....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

ii
Peta Konsep

Dasar Pengujian Bahan Menganalisis Pekerjaan Peralatan dan bahan


Logam Elektromekanik dari bahan logam pengujian tidak merusak

Macam-macam pengujian tidak


Magnetic Particle Inspection Ultrasonic Inspection
merusak

Visual Inspection Penetrant Test

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi
pengetahuan. Keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui
pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling
mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Buku bahan ajar dengan judul Pekerjaan
Elektromekanik ini merupakan salah satu referensi yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran pada paket keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang diberikan pada kelas
X.
Modul ini menjelaskan tentang menganalisis pekerjaan elektromekanik, dimana
sebelumnya peserta didik harus mengetahui teknik dan prosedur didalam melakukan
pekerjaan elektromekanik bahan logam yang meliputi: sambungan kabel, memotong pelat
logam, mengebor pelat logam, menghaluskan pelat logam, dll yang berkenaan dengan
pekerjaan elektromekanik dari bahan logam.
Buku peserta didik ini disusun di bawah koordinasi Direktorat Pembinaan SMK,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan
kurikulum 2013. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
buku ini.

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


1. Kompetensi Inti (KI)
KI 3 (Pengetahuan) :
Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja
Teknik Instalasi Tenaga Listrik pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.
KI 4 (Keterampilan) :
Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik Instalasi
Tenaga Listrik Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang
terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

1
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,
menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
2. Kompetensi Dasar (KD)
3.8. Menganalisis pekerjaan Elektromekanik dari bahan logam
4.8. Memeriksa pekerjaan elektromekanik dari bahan logam

C. Prasyarat
Untuk melaksanakan modul Pekerjaan Elektromekanik dari Bahan Logam,
kemampuan awal yang harus dimiliki peserta didik yaitu sudah mengenal alat-alat pekerjaan
tangan dan mesin serta jenis bahan.

D. Petunjuk Penggunaan Modul


Modul berisi pendahuluan, yang memuat deskripsi singkat tentang materi dan tujuan
modul, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir dan kompetensi yang ingin dicapai, serta
pengecekan kemampuan peserta didik. Selanjutnya berisi pembelajaran yang harus dilakukan
oleh pengguna modul atau dari kegiatan belajar, meliputi tujuan kegiatan pembelajaran, uraian
materi dan rangkuman serta tugas-tugas yang harus dikerjakan, kemudian tes formatif dan kunci
jawaban serta lembaran kerja.
Petunjuk bagi siswa :
Untuk dapat dinyatakan lulus, anda harus :
(a) Menjawab semua pertanyaan dengan benar
(b) Mengerjakan seluruh tugas-tugas yang diberikan
(c) Melaksanakan tugas praktek dengan benar
(d) Menjawab pertamnyaan yang diberikan

Aktifitas yang harus dilakukan peserta didik adalah :


1. Membaca dan mempelajari bahan referensi yang menunjang materi yang diberikan
2. Menyelesaikan semua tugas yang diberikan
3. Meminta guru/pelatih/instruktur untuk merespon saudara
4. Menyelesaikan tes formatif

2
5. Menyelesaikan tugas-tugas praktek
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh Guru :
1. Memberi penjelasan yang relavan dengan pembelajaran modul
2. Memberi bantuan pada peserta didik yang mengalami hambatan belajar
3. Memeriksa tugas-tugas peserta didik

E. TUJUAN AKHIR
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan peserta didik dapat menganalisis pekerjaan
elektromekanik dari bahan logam dan memeriksa pekerjaan elekromekanik dari bahan logam.

3
BAB II
KEGIATAN BELAJAR

1. Target Pembelajaran
Adapun Indikator Pencapaian Kompetensi pada Modul ini adalah
Indikator KD pada KI pengetahuan
3.8.1 Merincikan dasar pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam
3.8.2 Membandingkan macam-macam pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan
logam
Indikator KD pada KI keterampilan
4.8.1 Merancang Pengujian Bahan logam
4.8.2 Mengoreksi hasil pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam
Tujuan Pembelajaran :
 Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat merincikan dasar
pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam sesuai prosedur dengan santun
 Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat membandingkan macam-
macam pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam dengan tepat dan
bertanggung jawab
 Setelah melakukan kegiatan praktikum, peserta didik dapat Merancang pengujian bahan
logam sesuai K3 dengan disiplin
 Setelah melakukan praktikum dengan alat dan bahan, peserta didik dapat mengoreksi
hasil pekerjaan elektromekanik dari bahan logam sesuai prosedur dengan percaya diri

4
2. Kegiatan Belajar 1
A. Karakteristik Bahan Logam
1. Sifat Mekanis Bahan Logam
Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-beban yang
dikenakan kepadanya. Dimana beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik, tekan,
bengkok, geser, puntir,atau beban kombinasi.beberapa sifat mekanis logam antara lain:
 Kekuatan (strenght)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan
tersebut menjadi patah. Kekerasan (hardness) Dapat didefinisikan sebagai kemampuan
bahan untuk tahan terhadap goresan , pengikisan (abrasi), penetrasi. Sifat ini berkaitan erat
dengan sifat keausan (wear resistance).
 Kekenyalan (elasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
 Kekakuan (stiffness)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
 Plastisitas (plasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis (yang
permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti, forging, rolling,
extruding dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan atau kekenyalan
(ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi dikatakan
sebagai bahan yang mempunyai keuletan atau kekenyalan tinggi, dimana bahan tersebut
dikatakan ulet atau kenyal (ductile).
2. Jenis-jenis logam
Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
 Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan seng).
 Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium).
 Logam mulia (emas, perak, dan platina).
 Logam tahan api (wolfram, titanium, sirkonium, dan molibden).
Sedangkan jenis logam berdasarkan bahan dasar yang membentuknya dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :

5
 Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon
dengan besi. Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja lunak,
baja karbon sedang, baja karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.
 Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe).
Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan
timah (Sn).

B. Dasar Pengujian Bahan Logam


Pengujian logam merupakan salah satu bagian penting dalam proses produksi. Salah satu
manfaat dari pengujian logam adalah untuk menjaga kualitas barang yang diproduksi. Oleh
karena itu, pengujian barang logam merupakan salah satu hal yang penting untuk dipahami.
1. Pengertian Pengujian Logam
Proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat dan karakteristiknya yang meliputi
sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya.
2. Macam-macam Pengujian Bahan Logam
Dalam dunia industry, pengetahuan mengenai spesifikasi produk merupakan hal yang
penting untuk menghasilkan produkyang memiliki kualitas bagus. Pengujian terhadap produk
atau material maupun mesin, sangatlah penting untuk memnuhi standar yang menentukan
tingkat kualitas dan mutu suatu produk. Maka perlu adanya pengaturan terhadap proses
produksi dari awal hingga akhir, termasuk dilakukan pengujian untuk mengetahui spesifikasi
produk yang didapatkan.
Khusus mengenai pengujian, secara garis besar terdapat dua jenis pengujian material.
Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam tiga kelompok metoda pengujian, yaitu :
1. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang bisa menimbulkan kerusakan
logam yang di uji.
2. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak bisa menimbulkan
kerusakan logam atau benda yang di uji.

Pengujian dengan cara merusak (Destructive Test) digunakan untuk mengukur dan
mengetahui sifat mekanik dari suatu material, seperti : kekuatan bahan, kekerasan bahan,
kelelahan (fatigue) dan sebagainya. Sedangkan pengujian tidak merusak (non Destructive
Test) umumnya digunakan untuk mengetahui ada cacat, sturuktur mikro pada material.

6
Gambar.Tahapan proses pengujian logam

C. Macam-macam pengujian tidak merusak (Non Destructive Testing)


Non Destructive Testing (NDT) merupakan aktifitas tes atau inspeksi terhadap suatu
benda untuk mengetahui adanya cacat, retak atau kondisi benda tanpa merusak benda yang
dilakukan pengujian. Pada dasarnya, pengujian dilakukan untuk mengetahui kondisi dan
menjamin benda yang digunakan masih aman digunakan dan belum melewati batas
kerusakan (damage tolerance). NDT pada benda dilakukan minimal dua kali, yakni:
Pertama, pengujian dilakukan selama dan di akhir proses pabrikasi. Tahap ini dilakukan
untuk menentukan kondisi suatu komponen dan dijadikan sebagai baian dari kendali mutu
komponen. Kedua, pengujian dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu
tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui batas
kerusakan (damage tolerance).
Adapun macam-macam pengujian non destruktif, antara lain sebagai berikut:
 Visual Inspection
 Inspeksi Visual adalah salah satu metode NDT yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi kondisi dan memberikan kualitas yang lebih baik dari material / alat yang
akan di lakukan uji evaluasi. Metode visual mudah dilakukan, murah dan biasanya tidak
memerlukan peralatan khusus. Ini memerlukan cahaya yang dipantulkan atau 
ditransmisikan dari benda uji yang dicitrakan dengan perangkat sensitif terhadap cahaya,
seperti mata manusia. Seperti metode pengujian umumnya hal ini membutuhkan visi yang
tepat, kondisi pencahayaan yang baik dan pengetahuan tentang apa sebenarnya yang harus
dicari. Peralatan dalam Visual Inspection, diantaranya: fiberscopes, borescopes,
kacamata pembesar dan cermin, video dengan zoom dalam pemeriksaan vessel, tangki

7
besar dan kapal, ger. bong kereta tangki, saluran saluran pembuangan. Visual Inspection
adalah hal yang pertama kali dilakukan pada saat melakukan pengujian NDT, dengan tujuan
untuk menginspeksi secara langsung benda yang akan diuji apakah benda tersebut terdapat
kerusakan atau tidak. Baru setelah itu dilakukan pengujian ke tahap-tahap lain, untuk
memastikan apakah benda tersebut layak pakai, perlu diperbaiki atau diganti.

Gambar. Pengujian menggunakan boroscope


Seperti pada gambar di atas, metode visual inspection dilakukan dengan cara manual.
Visual Inspection biasanya dilakukan pada posisi-posisi dimana teknik NDT lainnya juga
perlu diterapkan, atau area dimana alat bantu mekanis dan optik dapat memberikan hasil
pemeriksaan yang lebih baik. yarat-syarat dalam melakukan Visual Inspection terbagi atas
tiga area, yaitu: 
 Penglihatan inspektur 
 Jumlah cahaya yang jatuh pada sampel, yang mana diukur dengan menggunakan
pengukur cahaya. 
 Apakah pandangan terhadap area yang diuji tersebut tertutup atau tidak. 
DT Training & Test Center merekomendasikan bahwa sampel yang diuji harus
memiliki pencahayaan dan penerangan yang cukup serta memiliki permukaan yang bersih.
Karena semakin kecilnya jarak antara spesifikasi dan toleransi, sehingga peralatan
mekanikal dan optik sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan keakuratan
penglihatan oleh inspektur.  Terlepas dari kemajuan teknologi NDT, Visual Inspection
akan terus menjadi teknik atau cara yang diandalkan oleh banyak industri untuk
memastikan bahwa quality control dilakukan dengan sangat baik.

8
 Liquid Penentrant test
Adalah suatu cara pemeriksaan pemeriksaan untuk mendeteksi cacat permukaan pada
benda padat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik dari bahan logam maupun non
logam, seperti keramik dan plastic fiber. Pada prinsipnya metoda pengujian
dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.

Gambar. Proses kapilaritas pada specimen uji


Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk kedalam diskontinyuitas,
kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan dari dalam diskontinyuitas  dengan
menggunakan cairan pengembang (developer) yang warnanya kontras
dengan liquid penetrant (putih). Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya
bercak-bercak merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas.
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah diskontinyuitas yang
bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada Gambar. Deteksi diskontinyuitas
dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran, bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan
maupun komposisinya. Liquid penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang
sangat kecil. Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas.
Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface cracks),
kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll. Penggunaan uji liquidpenetrant tidak
terbatas pada logam ferrous dan non ferrous saja tetapi juga pada ceramics, plastic, gelas,
dan benda-benda hasil powder metalurgi.
Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:
1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan tersebut merembat
hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan yang ada dibawah permukaan benda,
tidak akan terdeteksi dengan menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan indikasi
palsu.

9
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil
hasil metallurgy yang kurang padat.
Metoda pengujian liquid penetrant ini diklasifikasikan sesuai dengan cara
pembersihannya, yaitu:
1. Water washable penetrant system
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses pengerjaannya cepat dan
efisien. Pembilasan harus dilakukan secara hati-hati, karena liquid penetran dapat terhapus
habis dari permukaan diskontinyuitas.
2. Post emulsifible system
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, menggunakan penetrant
yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant jenis ini dilarutkan dengan oli dan
membutuhkan langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier yang
dibiarkan pada permukaan specimen.
3. Solvent removable system
Solvent removable sistem digunakan pada saat  pre cleaning dan pembasuhan
penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara optimum dapat
dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan
dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan kain
kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara membanjiri permukaan benda kerja
dengan solvent.
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible penetrant
Visible penetrant adalah zat pewarna merah yang tampak jelas di bawah kondisi
pencahayaan normal. Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan
pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna developernya. Proses ini
tidak membutuhkan pencahayaan ultra violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal
1000 lux untuk pengamatan.
2. Fluorescent penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disinar UV.  Fluorescent penetrant
bergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya ultra violetyang
lemah pada ruangan yang gelap.
Pengujian liquid penetrant tes dengan cara menyiapkan bahan berupa pelat logam DP-40
Dye Penetrant, D-100 non aqueous delevepor, LA-1 clear-cleaner, dan Liquid penetrant
(SKL-SP1 Magnaflux). Dan peralatan yang digunakan meliputi kain, lampu, Atago

10
Refractometer Master-53M, Darkroom timer, Demo injector, Sure shot pressure sprayer, dan
water temperature gauge.
Tahapan penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Pembersihan (cleaning) permukaan part yang akan diinspeksi.
b. Pengeringan
c. Pemberian penetran (penetrant application)
d. Pembersihan penetran (penetrant removal)
e. Pemberian developer (developer application)
f. Evaluasi subjek yang diinspeksi
g. Pembersihan akhir dari subjek yang diinspeksi.
 Magnetic particle inspection
Magnetic particle inspection (MPI) adalah yaitu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui cacat permukaan (surface) dan permukaan bawah (subsurface) suatu komponen
dari bahan feromagnetik. Prinsip kerjanya adalah ketika ada cacat yang tegak lurus dengan
arah medan magnet, akan menyebabkan kebocoran pada medan magnet. Kebocoran medan
magnet ini mengidikasikan adanya cacat pada material. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan
meliputi Pelat Logam Black 2.0 Magnetic Particle Testing Yoke, Blower Bulbs, Powder
Bulbs, Flux Indicator Strips, Magnetic Penetrameter, Test Bar, Magnetic Field Indicator,
Magnetic Field Indicator, Magnetic Stripe Cards, Dan Reference Block Type 1 (Mtu-3).

Gambar. Pengujian MPI terhadap benda logam


 Ultrasonic Inspection

11
Merupakan metode yang menggunakan gelombang suara untuk menentukan adanya titik
pada suatu bahan material. Sehingga dengan adanya energi listrik dapat diketahui adanya
retakan suatu beban.

Gambar. Pengujian dengan ultrasonic inspection


Salah satu pengujian NDT (non destructive test) dengan cara memberikan suatu
gelombang frekuensi tinggi kedalam material benda uji untuk mengukur sifat geometris dan
fisik dari bahan. Pada umumnya frekuensi yang digunakan kisaran 1 MHz sampai dengan 10
MHz. Jalannya ultrasound pada material yang berbeda maka akan berbeda juga kecepatan
yang akan dihasilkan. Sedangkan gelombang ultrasonic akan selalu merayap melalui material
dengan kecepatan tertentu dan tidak kembali kecuali hits reflector. Reflector mendeteksi
adanya retakan atau cacat antara dua material yang berbeda.
Gelombang suara yang berfrekuensi tinggi akan diterima oleh material setelah itu
dipantulkan lagi dari permukaan yang terdapat cacat, kemudian energy suara yang
dipantulkan ditampilkan terhadap waktu, dan divisualisasikan terhadap specimen. Yang
diperoleh dari gelombang suara tersebut ditampilkan pada layar monitor dan terdeteksi
terdapat cacat atau bebas cacat pada bahan tersebut.
Prinsip Kerja Ultrasonic Testing
Ultrasonic testing mempunyai prinsip kerja yaitu dimana gelombang ultrasonic ini
disorotkan ke permukaan bidang yang sedang di uji dengan garis lurus pada kecepatan
konstan,  kemudian gelombang tersebut dipantulkan lagi dari permukaan atau cacat benda uji
tersebut. Yang diperoleh gelombang suara tersebut akan ditampilkan pada layar monitor
berupa tampilan pulsa untuk mendeteksi tebal serta cacat atau tidaknya benda uji tersebut.
Secara umum tampilan pulsa pada layar monitor terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Initial Pulse

12
2. Backwall Pulse
3. Defect Pulse
4. Noise Pulse
Sedangkan untuk membedakan tampilan pulsa2 pada layar monitor dapat dijelaskan
secara sederhananya sebagai berikut :
 Initial Pulse merupakan signal pulsa yang pasti akan muncul pada saat awal tampilan
pengukuran yang terbaca dilayar monitor.
 Defect Pulse merupakan signal pulsa yang akan muncul sebagai indikasi adanya cacat
pada material yang uji.
 Backwall Pulse adalah signal pulsa yang menyatakan ketebalan bahan yang akan uji.
 Noise Pulse adalah kumpulan pulsa-pulsa noise yang muncul pada bahan yang akan uji.
Bagi orang yang baru pertama kali mengoperasikan alat ultrasonic testing mungkin masih
rancu atau bingung untuk membedakan backwall pulse, noise pulse dan defect pulse. Maka
dari itu kita bisa membedakannya dengan cara melihat karakter signal yang akan muncul pada
tampilan layar monitor. Cara untuk mengetahui apakah itu backwal pulse kita bisa menambah
panjang Range pada set up  alat ultrasonic testing. jika Pulsa selalu muncul setiap kelipatan
angka pada layar ultasonic testing secara teratur misalnya pada jarak 6,12,18,24 dan
seterusnya.. berarti pulsa tersebut masuk kategori backwall pulse. Sedangkan untuk
membedakan defect pulse dan noise pulse kita bisa mengatur nilai Reject pada alat ultrasonic
testing tersebut, jika kita menaikkan nilai Reject pada alat ultrasonic testing kemudian signal
yang muncul pada layar monitor menghilang, berarti signal tersebut adalah noise pulse,
namun jika tampilan signal tetap muncul pada layar monitor berarti signal tersebut adalah
defect pulse.
Setiap alat yang diciptakan pasti mempunyai tujuan tertentu dan pasti juga mempunyai
keunggulan yang dapat diandalkan untuk melakukan tugas diciptakannya alat tersebut.
Seperti keunggulan dari metode ultrasonic testing ini yaitu :
 Bisa mendeteksi kedalaman cacat, posisi dan dimensi cacat
 Dapat mendeteksi cacat-cacat laminasi yang tidak mampu dideteksi oleh Radiograpy test,
Magnetic test maupun Penetran test.
Proses pengujian ultrasonic inspection meliputi:
a. Melakukan kalibrasi porbe normal pada material blok kalibrasi VI
b. Menentukan exit point dengan menggunakan probe sudut (700).
Setelah peralatan kalibrasi dan hasil ultrasonic flaw detector masih layak digunakan dan telah
mendapatkan exit point, maka dapat dilanjutkan langkah selanjutnya.
Penggunaan Ultrasonic flaw detector.

13
Adapun langkah penggunaannya yaitu:
a. Oleskan minyak pada material uji pelat logam
b. Arahkan probe dan gerakkan perlahan sampai mendapatkan kurva initial pulse dan kurva
indikasi yang tertinggi.
c. Setelah mendapatkan posisi dimana kurva indikasinya memiliki tinggi yang tertinggi.
d. Kemudian, perhatikan nilai dari sound path, surface distance dan depth.

D. Peralatan dan bahan pengujian tidak merusak (Non Destructive Testing)


Peralatan yang digunakan untuk pengujian tidak merusak antara lain:
a. Borescope
Adalah alat yang bekerja seperti teleskop, mikroskop atau kamera. Fungsinya adalah
yakni untuk menjelajahi daerah yang terlalu kecil, terlalu jauh. Pada alat ini memiliki
lensa pada bagian atas

Gambar. borescope
b. Lup
Adalah alat optic yang digunakan untuk melihat benda kecil
c. Mikroskop
Sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu kecil secara kasat mata.
d. Kain lap
Berfungsi untuk membersihkan kotoran yang menempel pada pelat atau mengeringkan
pelat yang basah
e. Timer (stopwatch)
Adalah alat ukur besaran waktu yang dapat diaktifkan dan dimatikan.
f. Lampu.
Berfungsi sebagaisumber pencahayaan saat melakukan pengujian
g. Liquid Penetrant (SKL-SP1 Magnaflux)
Digunakan untuk mendeteksi cacat pada permukaan yang terbuka dari suatu part pada
pengecheckan NDT

14
Gambar. SKL-SP1
h. D-100 Non Aqueous Delevepor
Untuk membersihkan permukaan yang kering dengan cara menyemprotkan, mengalirkan,
menyikat atau mencelupkan. Bahan ini mudah terbakar

Gambar. D-100 NAD


i. Unit Flaw Detector
Data yang terecord, cacat yang nampa film 1:1.

Gambar. Unit Flaw Detector


j. Transducer/probe
k. Blok-Blok IIVV V1 dan V2
Digunakan untuk kalibrasi jarak dan sensitivitas serta pemeriksaan resolusi pada probe-
probe sudut
l. Kuplan
m. DP-40 Dye Penetrant
n. LA-1 Clear-cleaner

15
o. DUBL-Check GW-1
p. Labino POLLO 1.0 radiometer/photometer
q. Atago refractometer Master-53M
r. Darkroom Timer
s. Demo Injector
t. Sure Shot Pressure Sprayer
u. Water Temperature Gauge
v. Temperature thermometer
w. Test bar
x. Sikat kawat

E. Macam-macam Pengujan Destruktif


Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifta merusak bahan yang diuji sehingga bahan
yang diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang diuji adalah bahan yang telah memenuhi
bentuk dan jenis secara internasional . umumnya ada beberapa pengujian destruktif  yaitu:
 Pengujian Tekan
Produk yang baik adalah produk yang memiliki mutu yang baik dan sesuai dengan
prosedur yang telah di sesuaikan, untuk mendapatkan mutu dan mengetahui material
tersebut telah memenuhi standar maka dilakukanlah pengujian terhadap material tersebut ,
pengujian tekan sangatlah berguna untuk pengujian material karena kita dapat mengetahui
berapa beban tekan maksimum yang dapat di tahan material , sehingga dapat membuat
produk yang sesuai dengan standar dengan mutu yang tinggi.
Fenomena-fenomena uji tekan :
1. Barelling Barelling
Adalah salah satu fenomena yang terjadi pada uji tekan dimana terjadi perubahan bentuk
dimensi karena gesekan antara penekan dan benda kerja. Gesekan antara spesimen dan yang
menghambat permukaan atas dan bawah spesimen bereaksi secara bebas, ini bisa
menyebabkan timbulnya fenomena Barelling. Fenomena yang terjadi pada pengujian tekan
pada prinsipnya tergantung dari diameter dan tinggi spesimen yang dilakukan pengujian

16
Gambar. Penekanan dan bentuk tong terjadi akibat gesekan
2. Buckling
Adalah terjadinya pembengkokan pada material setelah diberi beban tekan. Fenomena
yang terjadi pada pengujian tekan pada prinsipnya tergantung dari diameter dan tinggi
spesimen yang dilakukan pengujian. Misalkan diameter spesimen adalah “d”, dan tinggi
spesimen adalah “h”, maka :Untuk perbandingan h : d lebih besar dari 3 : 2, maka fenomena
yang terjadi adalah Buckling.

Gambar. Pembengkokan
Ciri-ciri setelah di tekan
1.Ukuran tidak sebanding (hi<h0)
2.Spesimen sudah bengkok / tidak sesumbu
3. Strain Hardening
Yaitu pengerasan material / spesimen akibat penumpukkan dislokasi pada batas butir.

17
Gambar. Strain Hardening

 Pengujian Kekerasan (Hardness Test)


Pengujian ini dilakukan dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik
suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi
kualitas tertentu.
Berdasarkan pemakaiannya dibagi menjadi:
 Pengujian kekerasan dengan penekanan(indentation test)
Pengujian ini dilakukan merupakan pengujian kekerasan terha-dap bahan logam dimana
dalam menentukan kekerasaannya deilakukan dengan cara menganalisis indentasi atau bekas
penekanan pada benda uji sebagai reaksi dari pembebanan.
 Pengujian kekerasan dengan goresan(sratch test)
Merupakan pengujian kekerasan terhadap benda (logam) dimana dalam menentukan
kekerasannya dilakukan dengan mencari perban-dingan dari bahan yang menjadi standart.
 Pengujian kekerasan dengan cara dinamik(dynamic tes)
Merupakan pengujian kekerasan dengan mengukur tinggi pantu-lan dari bola baja atau
intan(hammer)yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu.

18
Gambar. Ilustrasi Pengujian kekerasan
Kekerasan diartikan juga sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4
macam metode pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang
ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya,
pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar
dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan
dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten. Prinsip dari pengujian
kekerasan ini dengan menekan indentor selama 30 detik. Kemudian diameter
hasil Identansi diukur dengan menggunakan mikroskop  optik. Diameter harus dihitung dua
kali pada sudut tegak lurus yang berbeda, kemudian dirata-ratakan. Bertambah keras logam
yang diuji bertambah tinggi nilai HB. Nilai kekerasan (BHN) dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Dimana : BHN = Brinell Hardness Number


P = Beban yang diberika n (kgf)
D = Diameter indentor (mm)
d = Diameter lekukan rata-rata hasil indentasi

19
Gambar. Ilustrasi Pengujian Brinel

Bahan & alat  yang digunakan untuk uji kekerasan brinell


 Mesin uji kekerasan brinell
 Bola baja untuk brinell (brinell ball)
 Mikroskop pengukur
 Stop watch
 Mesin gerinda
 Ampelas kasar dan halus
 Benda uji (test specimen)
Kelemahan Metode Brinell
Tidak dapat digunakan pada benda yang tipis dan kecil. Butuh ketelitian saat mengukur
diameter lekukan hasil indentasi
Kelebihan Metode Brinell
Sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan-bahan uji yang bersifat heterogen
2. Rockwell (HR / RHN)
Pada cara rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin langsung
menunjukan angka kekerasan dari bahan yang di uji. Cara ini lebih cepat dan lebih akurat.
Pada cara rockwell yang normal, permukaan logam yang di uji di tekan oleh indentor dengan
gaya tekan 10 kg, beban awal (minor load Po) sehingga ujung indikator menembus
permukan sedalam h.

20
Gambar. Pengujian Rockwell
Pengujian ini menggunakan 2 beban, yaitu beban minor/minor load (F0) = 10 kgf dan
beban mayor/mayor load (F1) = 60kgf sampai dengan 150kgf tergantung material yang akan
di uji dan tergantung menu rockwell yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG, HRD, dll (maaf
saya lupa ada tipe pengujian rockwell apa saja, mohon bantuannya bagi yang sudah tau bisa
di share di comment)). yang pasti, untuk menguji material yang kekerasannya sama sekali
belum diketahui kita harus menggunakan rockwell HRC. HRC menggunakan indentor
kerucut intan dan beban 150kgf. ini dimaksudkan untuk mencegah rusaknya indentor karena
kalah keras dibandingkan material yang di uji. seperti yang kita tahu bahwa intan adalah
logam paling keras saat ini.

21
Gambar. Proses Penekanan material
Selama itu penekanan di teruskan dengan memberikan beban utama di lepas; hanya
tinggal beban awal pada saat ini kedalaman penetrasi ujung indentor adalah Dengan cara
rokwell dapat digunakan beberapa skala tergantung pada kombinasi jenis indentor dan besar
beban utama yang digunakan.

Gambar. Alat Pengujian kekerasan Rockwell


3. Vikers (HV / VHN)
Uji kekerasan rockwell ini juga didasarkan  kepada penekanan sebuah indentor dengan
suatu gaya tekan tertentu kepermukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji
kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor maka yang dijadikan dasar
perhitungan nilai kekerasan rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter ataupun diagonal
bekas lekukan tetapi justru “dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu”.
Angka kekerasan vickers dihitung dengan :
HV = {2P sin (α/2)}/d² = 1,854 P/d²
Dimana : P = gaya tekan (kg)
D = diagonal tampak tekan rata rata (mm)
α = sudut puncak indentor = 1360
Hasil pengujian kekerasan vickers ini tidak akan bergantung pada besar gaya tekan (tidak
seperti pada Brinell), dengan gaya tekan yang berbeda akan menunjukan hasil yang sama
untuk bahan yang sama. dengan demikian vickers dapat mengukur kekrasan bahan mulai dari
yang sangat lunak (5HV) sampai yang amat keras (1500HV) tanpa perlu mengganti gaya
tekan.

22
Gambar. Jejak yang dihasilkan oleh penekanan indentor pada benda uji
Kelebihan  pengujian Vickers
 Skala kekerasan yang kontinue untuk rentang yang luas, dari yang sangat lunak dengan
nilai 5 maupun yang sangat keras dengan nilai 1500 karena indentor intan yang sangat
keras
 dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses case hardening, dan proses
pelapisan dengan logam lain yang lebih keras
 Dapat dilakukan pada benda benda pada ketipisan 0,006 inchi
Kelemahan pengujian Vickers
 Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menentukan nilai kekerasan sehingga
jarang dipakai untuk kebutuhan rutin.
Pengujian kekerasan benda khususnya logam sangat diperlukan dalam dunia
industri/manufaktur. Meskipun masing masing metode pengujian kekerasan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan, dapat disesuaikan sesuai kebutuhan sehingga
mendapatkan hasil material yang berkualitas.
4. Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai-red)
Pada mikro vicker, indentor yang di gunakan juga sama seperti pada vickers biasa, juga
cara perhitungan angka kekerasannya, hanya saja gaya tekan yang di gunakan kecil sekali , 1
sampai 1000 garam  dan panjang diagonal indentasi diukur dalam mikron.
Angka kekerasan knoop dihitung sebagai berikut :
 HK = 14,229 P/ l
 Dimana : P = gaya tekan (kg)
 l = panjang diagonal tamapk tekan yang panjang (micron)
mengingat bentuk identornya maka knoopakan menghasilkan identitas yang sangat
dangkal jika dibandingkan dengan vickers, sehiingga sangat cocok untuk pengujian
kekerasan pada lapisan yang sangat tipis

23
pemilihan masing-masing skala metode pengujian bergantung pada :
1. Permukaan material
2. Jenis dan dimensi material
3. Jenis data yang diinginkan
4. Ketersedian alat uji
 Pengujian Tarik 
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu
bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini  menunjukkan
hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam
desain yang memakai bahan tersebut.

Gambar.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya


Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut
dalam menahan beban. Kemampuan  ini umumnya disebut “Ultimate Tensile
Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.
Fungsi pengujian tarik adalah (1) untuk mengetahui sifat mekanis dari suatu logam
terhadap tarikan di mana sifat mekanis tersebut antara lain mengetahui titik luluh, titik tarik
maksimum, titik putus, dan karakter bahan (ulet, getas), terutama untuk keperluan
perencanaan konstruksi maupun pengerjaan logam tersebut, (2) untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan, dan (3) sebagai data pendukung bagi spesifikasi
bahan. Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara
beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut.
Ini disebut daerah linier atau linear zone
Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara
gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan

24
(stress vs strain). Selanjutnya  kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik.  E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana
perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama  “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gbr.2 Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada Gbr.3 berikut.

Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

25
Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan. Adapun
Alat uji tarik yang sering digunakan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.


Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
 Pengujian Impact (beban kejut).
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi tidak tahan dengan beban
kejut. Untuk menentukannya perlu diadakan pengujian inpact. Ketahanan impact biasanya
diukur dengan metode Charpy atau Izood yang bertakik maupun tidak bertakik. Pada
pengujian ini, beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji, yang
kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahannya
Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan
suatu specimen bila diberikan beban secara tiba-tiba melalui tumbukan. Ketangguhan adalah
ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan yang
diukur dari luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin memiliki

26
kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut.
Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang didefinisikan
sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.

Gambar. Ilustrasi skematik Pengujian Impact


Pengujian impak Charpy (juga dikenal sebagai tes Charpy v-notch) merupakan standar
pengujian laju regangan tinggi yang menentukan jumlah energi yang diserap oleh bahan
selama terjadi patahan. Energi yang diserap adalah ukuran ketangguhan bahan tertentu dan
bertindak sebagai alat untuk belajar bergantung pada suhu transisi ulet getas. Metode ini
banyak digunakan pada industri dengan keselamatan yang kritis, karena mudah untuk
dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian hasil pengujian dapat diperoleh dengan cepat dan
murah. Tes ini dikembangkan pada 1905 oleh ilmuwan Perancis Georges Charpy. Pengujian
ini penting dilakukan dalam memahami masalah patahan kapal selama Perang Dunia II.

Gambar. Pengujian impact Charpy


Metode pengujian material ini sekarang digunakan di banyak industri untuk menguji
material yang digunakan dalam pembangunan kapal, jembatan, dan untuk menentukan
bagaimana keadaan alam (badai, gempa bumi, dan lain-lain) akan mempengaruhi bahan
yang digunakan dalam berbagai macam aplikasi industri. Tujuan uji impact charpy adalah
untuk mengetahui kegetasan atau keuletan suatu bahan (spesimen) yang akan diuji dengan
cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara statik. Dimana
benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar ASTM E23 05 dan hasil

27
pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk seperti bengkokan atau
patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap benda uji tersebut. Percobaan uji
impact charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda uji yang
akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat terlebih dahulu sesuai dengan ukuran
standar ASTM E23 05
Kelebihan :
1. Hasil pengujian lebih akurat
2. Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan
3. Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang
4. Harga alat lebih murah
5. Waktu pengujian lebih singkat
Kekurangan :
1.    Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal
2.    Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam
3.    Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil
4.    Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam perancangan karena level
tegangan yang diberikan tidak rata.
Metode Izood (Inggris) adalah Merupakan cara dimana specimen berada pada posisi
vertical pada tumpuan dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah
gaya tumbukan. Tumbukan pada specimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan
melainkan pada posisi agak diatas dari takikan seperti yang tertera pada gambar sbb :

Gambar. Pengujian impact Izod


 Kelebihan :
1.    Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam dan spesimen tidak mudah
bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.
2.    Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.
Kerugian :
1.    Biaya pengujian yang lebih mahal

28
2.    Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil yang diperoleh
kurang baik.
3.    Proses pengerjaan pengujiannya lebih sukar
4.    Hasil perpatahan yang kurang baik
5.    Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya yang banyak,
mulai dari menjepit benda kerja sampai tahap pengujian.
6.    Memerlukan mesin uji yang berkapasitas 10000 ton
 Pengujian Lengkung (Bending)
Pengujian lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap speciment dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi atau
komponen yang akan menerima pembebanan lengkung maupun proses pelengkungan dalam
pembentukan. Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan
pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan
pembebanan ini bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan
bekerja pada saat yang bersmaan. Gambar dibawah ini memperlihatkan prilaku bahan uji
selama pembebanan lengkung.

Sebagaimana prilaku bahan terhadap pembebanan, semua bahan akan mengalami


perubahan bentuk (deformasi) secara bertahap dari elastis menjadi plastis hingga akhirnya
mengalami kerusakan (patah). Dalam proses pembebanan lengkung dimana dua gaya
bekerja dengan jarak tertentu (1/2L) serta arah yang berlawanan bekerja secara beramaan

29
(lihat gambar 10.32), maka Momen lengkung (Mb) itu akan bekerja dan ditahan oleh sumbu
batang tersebut atau sebagai momen tahanan lengkung (Wb). Dalam proses pengujian
lengkung yang dilakukan terhadap material sebagai bahan teknik memilki tujuan pengujian
yang berbeda tergantung kebutuhannya. Berdasarkan kepada kebutuhan tersebut makan
pengujian lengkung dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Pengujian lengkung beban dan
b. Pengujian lengkung perubahan bentuk.
Pengujian lengkung beban ialah pengujian lengkung yang bertujuan untuk mengetahui
aspek-aspek kemampuan bahan uji dalam dalam menerima pembebanan lengung, yakni :
·         Kekuatan atau tegangan lengkung (b)
·         Lenturan atau defleksi (f) Sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut defleksi dan 
·         Elastisitas (E)
Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis dari
material las. Seperti tampak pada Gb. Uji Lengkung 1, ada dua jenis uji lengkung, yaitu: uji
lengkung kendali dan uji lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah
spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian
dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan
dan kerusakannya. Uji lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran
pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan, dan
seringkali digunakan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Tabel Uji Lengkung 1
menunjukkan jenis-jenis spesimen yang digunakan untuk uji lengkung dan arah percontohan
dari tiap-tiap spesimen. Uji lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji
lengkung bawah dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada spesimen,
seperti terlihat pada Gb. Uji Lengkung 2

Tabel. Uji Lengkung


Pengujian Lengkung Pada Logam Yang Di Las Ada dua jenis pengujian lengkung yaitu
Transversal Bending dan Longitudinal Bending.

30
LATIHAN

1. Tuliskan hubungan antara pengujian material logam terhadap tingkat kualitas material
produk!.
2. Tuliskan prinsip kerja pengujian magnetic partikel!.
3. Tuliskan persamaan kain lap dan majun dalam pengujian non destruktif logam!.
4. Tuliskan dan uraikan 3 jenis pengujian yang termasuk pengujian non destruktif!.
5. Tuliskan peran pengujian dalam kegiatan pemeriksaan komponen logam!.

30
RANGKUMAN

1. Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu


Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan seng),
Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan
barium, Logam mulia (emas, perak, dan platina), Logam tahan api (wolfram, titanium,
sirkonium, dan molibden).
2. Jenis logam berdasarkan bahan dasar yang membentuknya dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu Logam besi (ferrous) dan Logam bukan besi (non ferrous).
3. Pengujian logam merupakan salah satu bagian penting dalam proses produksi. Salah
satu manfaat dari pengujian logam adalah untuk menjaga kualitas barang yang
diproduksi.
4. Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam tiga kelompok metoda pengujian,
yaitu Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang bisa menimbulkan
kerusakan logam yang di uji dan Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian
logam yang tidak bisa menimbulkan kerusakan logam atau benda yang di uji.
5. macam-macam pengujian non destruktif antara lain : Visual Inspection, Liquid
Penentrant test, Magnetic particle inspection, Ultrasonic Inspection
6. Macam-macam Pengujan Destruktif antara lain : Pengujian Tekan,
Pengujian Kekerasan (Hardness Test), Pengujian Tarik , Pengujian Lengkung
(Bending)

31
TEST FORMATIF

PILIHAN GANDA

Pilihlah jawaban yang menurut anda sesuai dengan pilihan anda

1. Dalam suatu industry manufaktur kualitas merupakan salah satu aspek yang
diperhatikan sehingga dilakukan pengujian ketat. Berikut ini merupakan pengujian
yang dilakukan meninjau sifat-sifat mekanik bahan adalah…
a. Pengujian penetrant
b. Visual inspection
c. Pengujian kekerasan
d. Pengujian ultrasonic
e. Magnetic particle inspection

2. Media yang cocok digunakan dalam pengujian dengan metode liquid penetrant testing
yaitu…
a. Air
b. Oli
c. Minyak
d. Cairan khusus dengan viskositas tinggi (kental)
e. Cairan khusus dengan viskositas rendah (encer)

3. Apabila sebuah pabrik memproduksi suatu rangka berbahan pelat dengan tebal 1mm
(tipis) maka pengujian yang digunakan adalah…
a. Pengujian kekerasan dan peneterant
b. Pengujian penetrant dan X-ray
c. Visual inspection dan pengujian penetrant
d. Magnetic particle inspection dan pengujian impact
e. Pengujian ultrasonic dan pengujian tarik

4. Alat yang tepat digunakan untuk pengujian non destruktif dengan kalibrasi yang
valid adalah…
a. Transducer
b. Unit Flaw detector

32
c. Kuplan
d. Liquid penetrant
e. Clear-cleaner

5. Ketika melakukan pengujian magnetic particle inspection (MPI) terjadi kebocoran


pada medan magnet, hal ini berarti…
a. Ada cacat yang tegak lurus dengan arah medan magnet
b. Ada cacat yang sejajar dengan arah medan magnet
c. Ada cacat yang berlawanan dengan arah medan magnet
d. Ada cacat yang bersinggungan dengan arah medan magnet
e. Ada cacat yang searah dengan arah medan magnet

Kunci Jawaban

No Kunci Jawaban
1. C. Pengujian kekerasan
2. d. Cairan khusus dengan viskositas tinggi (kental)
3. c. Visual inspection dan pengujian penetrant
4. b.U nit Flaw detector
5. a. Ada cacat yang tegak lurus dengan arah medan magnet

33
GLOSARIUM

1. Destructive Test : Pengujian bahan logam yang menyebabkan logam tersebut


rusak
2. Non Destructive Test : Pengujian bahan logam yang menyebabkan logamt tersebut rusak
3. Kalibrasi : Proses pengechekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar tolak ukur.
4. Probe : Kabel penghubung yang ujungnya seperti jarum atau diberi
penjepit sebagai penghantar
5. Liquid Penetrant : Cairan berbahan kimia yang digunakan untuk proses pengujian
6. Metalurgy : Ilmu yang memperlajari sifat-sifat kimia dari logam dan cara
memanfaatkan logam untuk kehidupan sehari-hari
7. Sudut defleksi : Sudut miring antara sebuah garis dan perpanjangan garis
sebelumnya
8. Elastisitas : Kecenderungan benda padat untuk kembali ke bentuk aslinya
setelah terdeformasi
9. Magnetic : Tingkat kemagnetan suatu benda untuk termagnetisasi
10. Deformasi : Transformasi suatu benda dari kondisi semula ke kondisi
terkini.
:

36
DAFTAR PUSTAKA

Rawung Arie Eric, 2013. Teknik Kerja Bengkel X, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
RI. Jakarta
Wahyuningsih Dewi, 2016. Pekerjaan Dasar Elektromekanik X-A, CV. Mediatama, Surakarta

Wahyuningsih Dewi, dkk. 2017. Pekerjaan Dasar Elektromekanik Dasar Program Keahlian
Teknik Ketenagalistrikan SMK/MAK Kelas X, Mediatama, Surakarta.

Macam-macam Pengujian Bahan, dapat diakses di


http://teknikipemesinan.blogspot.com/2014/03/macam-macam-pengujian-logam.html

Pengujian Keras (Brinell, Vickers, Rockwell, Shore / Ekuotip) dapat diakses di


http://kalogueloe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers.html

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam, dapat diakses di


http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-
logam/

Visual Inspection Sebagai Teknik NDT, dapat di akses di


https://www.analisindo.com/2018/02/visual-inspection-sebagai-teknik-ndt.html
Pengujian Logamm dapat diakses di https://fariedpradhana.wordpress.com/tag/pengujian-
logam/

37

Anda mungkin juga menyukai