ELEKTROMEKANIK
PENGUJIAN BAHAN
LOGAM
DISUSUN OLEH:
M. IHSAN MARWAHI
NIM. 16063060
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan Modul Pekerjaan Dasar ELektromekanik tentang Bahan
Logam. Modul ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagai bahan ajar bagi guru ataupun siswa
didlam kegiatan pembelajaran. Modul ini dibuat berlandaskan Kompetensi Dasar dari SMK
Teknik Ketenagalistrikan Tahun 2018.
M. Ihsan Marwahi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
PETA KONSEP....................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Deskripsi..................................................................................................................1
B.Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar................................................................1
C. Prasyarat..................................................................................................................2
D. Petunjuk Penggunaan Modul................................................................................2
E. Tujuan Akhir...........................................................................................................3
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Target Pembelajaran...............................................................................................4
2. Kegiatan Belajar I....................................................................................................5
A. Karakteristik Bahan Logam.............................................................................5
B. Dasar Pengujian Bahan Logam........................................................................6
C. Macam-macam Pengujian tidak Merusak (NDT)...........................................7
D. Peralatan dan Bahan Pengujian tidak Merusak ...........................................14
E. Macam-macam Pengujian Destruktif .............................................................16
LATIHAN...........................................................................................................................30
RANGKUMAN..................................................................................................................31
TEST FORMATIF.............................................................................................................32
GLOSARIUM.....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
ii
Peta Konsep
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi
pengetahuan. Keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui
pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling
mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Buku bahan ajar dengan judul Pekerjaan
Elektromekanik ini merupakan salah satu referensi yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran pada paket keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang diberikan pada kelas
X.
Modul ini menjelaskan tentang menganalisis pekerjaan elektromekanik, dimana
sebelumnya peserta didik harus mengetahui teknik dan prosedur didalam melakukan
pekerjaan elektromekanik bahan logam yang meliputi: sambungan kabel, memotong pelat
logam, mengebor pelat logam, menghaluskan pelat logam, dll yang berkenaan dengan
pekerjaan elektromekanik dari bahan logam.
Buku peserta didik ini disusun di bawah koordinasi Direktorat Pembinaan SMK,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan
kurikulum 2013. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
buku ini.
1
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,
menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
2. Kompetensi Dasar (KD)
3.8. Menganalisis pekerjaan Elektromekanik dari bahan logam
4.8. Memeriksa pekerjaan elektromekanik dari bahan logam
C. Prasyarat
Untuk melaksanakan modul Pekerjaan Elektromekanik dari Bahan Logam,
kemampuan awal yang harus dimiliki peserta didik yaitu sudah mengenal alat-alat pekerjaan
tangan dan mesin serta jenis bahan.
2
5. Menyelesaikan tugas-tugas praktek
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh Guru :
1. Memberi penjelasan yang relavan dengan pembelajaran modul
2. Memberi bantuan pada peserta didik yang mengalami hambatan belajar
3. Memeriksa tugas-tugas peserta didik
E. TUJUAN AKHIR
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan peserta didik dapat menganalisis pekerjaan
elektromekanik dari bahan logam dan memeriksa pekerjaan elekromekanik dari bahan logam.
3
BAB II
KEGIATAN BELAJAR
1. Target Pembelajaran
Adapun Indikator Pencapaian Kompetensi pada Modul ini adalah
Indikator KD pada KI pengetahuan
3.8.1 Merincikan dasar pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam
3.8.2 Membandingkan macam-macam pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan
logam
Indikator KD pada KI keterampilan
4.8.1 Merancang Pengujian Bahan logam
4.8.2 Mengoreksi hasil pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam
Tujuan Pembelajaran :
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat merincikan dasar
pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam sesuai prosedur dengan santun
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat membandingkan macam-
macam pengujian pekerjaan elektromekanik dari bahan logam dengan tepat dan
bertanggung jawab
Setelah melakukan kegiatan praktikum, peserta didik dapat Merancang pengujian bahan
logam sesuai K3 dengan disiplin
Setelah melakukan praktikum dengan alat dan bahan, peserta didik dapat mengoreksi
hasil pekerjaan elektromekanik dari bahan logam sesuai prosedur dengan percaya diri
4
2. Kegiatan Belajar 1
A. Karakteristik Bahan Logam
1. Sifat Mekanis Bahan Logam
Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-beban yang
dikenakan kepadanya. Dimana beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik, tekan,
bengkok, geser, puntir,atau beban kombinasi.beberapa sifat mekanis logam antara lain:
Kekuatan (strenght)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan
tersebut menjadi patah. Kekerasan (hardness) Dapat didefinisikan sebagai kemampuan
bahan untuk tahan terhadap goresan , pengikisan (abrasi), penetrasi. Sifat ini berkaitan erat
dengan sifat keausan (wear resistance).
Kekenyalan (elasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
Kekakuan (stiffness)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
Plastisitas (plasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis (yang
permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti, forging, rolling,
extruding dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan atau kekenyalan
(ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi dikatakan
sebagai bahan yang mempunyai keuletan atau kekenyalan tinggi, dimana bahan tersebut
dikatakan ulet atau kenyal (ductile).
2. Jenis-jenis logam
Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan seng).
Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium).
Logam mulia (emas, perak, dan platina).
Logam tahan api (wolfram, titanium, sirkonium, dan molibden).
Sedangkan jenis logam berdasarkan bahan dasar yang membentuknya dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
5
Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon
dengan besi. Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja lunak,
baja karbon sedang, baja karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.
Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe).
Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan
timah (Sn).
Pengujian dengan cara merusak (Destructive Test) digunakan untuk mengukur dan
mengetahui sifat mekanik dari suatu material, seperti : kekuatan bahan, kekerasan bahan,
kelelahan (fatigue) dan sebagainya. Sedangkan pengujian tidak merusak (non Destructive
Test) umumnya digunakan untuk mengetahui ada cacat, sturuktur mikro pada material.
6
Gambar.Tahapan proses pengujian logam
7
besar dan kapal, ger. bong kereta tangki, saluran saluran pembuangan. Visual Inspection
adalah hal yang pertama kali dilakukan pada saat melakukan pengujian NDT, dengan tujuan
untuk menginspeksi secara langsung benda yang akan diuji apakah benda tersebut terdapat
kerusakan atau tidak. Baru setelah itu dilakukan pengujian ke tahap-tahap lain, untuk
memastikan apakah benda tersebut layak pakai, perlu diperbaiki atau diganti.
8
Liquid Penentrant test
Adalah suatu cara pemeriksaan pemeriksaan untuk mendeteksi cacat permukaan pada
benda padat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik dari bahan logam maupun non
logam, seperti keramik dan plastic fiber. Pada prinsipnya metoda pengujian
dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.
9
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil
hasil metallurgy yang kurang padat.
Metoda pengujian liquid penetrant ini diklasifikasikan sesuai dengan cara
pembersihannya, yaitu:
1. Water washable penetrant system
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses pengerjaannya cepat dan
efisien. Pembilasan harus dilakukan secara hati-hati, karena liquid penetran dapat terhapus
habis dari permukaan diskontinyuitas.
2. Post emulsifible system
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, menggunakan penetrant
yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant jenis ini dilarutkan dengan oli dan
membutuhkan langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier yang
dibiarkan pada permukaan specimen.
3. Solvent removable system
Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan pembasuhan
penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara optimum dapat
dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan
dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan kain
kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara membanjiri permukaan benda kerja
dengan solvent.
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible penetrant
Visible penetrant adalah zat pewarna merah yang tampak jelas di bawah kondisi
pencahayaan normal. Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan
pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna developernya. Proses ini
tidak membutuhkan pencahayaan ultra violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal
1000 lux untuk pengamatan.
2. Fluorescent penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disinar UV. Fluorescent penetrant
bergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya ultra violetyang
lemah pada ruangan yang gelap.
Pengujian liquid penetrant tes dengan cara menyiapkan bahan berupa pelat logam DP-40
Dye Penetrant, D-100 non aqueous delevepor, LA-1 clear-cleaner, dan Liquid penetrant
(SKL-SP1 Magnaflux). Dan peralatan yang digunakan meliputi kain, lampu, Atago
10
Refractometer Master-53M, Darkroom timer, Demo injector, Sure shot pressure sprayer, dan
water temperature gauge.
Tahapan penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. Pembersihan (cleaning) permukaan part yang akan diinspeksi.
b. Pengeringan
c. Pemberian penetran (penetrant application)
d. Pembersihan penetran (penetrant removal)
e. Pemberian developer (developer application)
f. Evaluasi subjek yang diinspeksi
g. Pembersihan akhir dari subjek yang diinspeksi.
Magnetic particle inspection
Magnetic particle inspection (MPI) adalah yaitu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui cacat permukaan (surface) dan permukaan bawah (subsurface) suatu komponen
dari bahan feromagnetik. Prinsip kerjanya adalah ketika ada cacat yang tegak lurus dengan
arah medan magnet, akan menyebabkan kebocoran pada medan magnet. Kebocoran medan
magnet ini mengidikasikan adanya cacat pada material. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan
meliputi Pelat Logam Black 2.0 Magnetic Particle Testing Yoke, Blower Bulbs, Powder
Bulbs, Flux Indicator Strips, Magnetic Penetrameter, Test Bar, Magnetic Field Indicator,
Magnetic Field Indicator, Magnetic Stripe Cards, Dan Reference Block Type 1 (Mtu-3).
11
Merupakan metode yang menggunakan gelombang suara untuk menentukan adanya titik
pada suatu bahan material. Sehingga dengan adanya energi listrik dapat diketahui adanya
retakan suatu beban.
12
2. Backwall Pulse
3. Defect Pulse
4. Noise Pulse
Sedangkan untuk membedakan tampilan pulsa2 pada layar monitor dapat dijelaskan
secara sederhananya sebagai berikut :
Initial Pulse merupakan signal pulsa yang pasti akan muncul pada saat awal tampilan
pengukuran yang terbaca dilayar monitor.
Defect Pulse merupakan signal pulsa yang akan muncul sebagai indikasi adanya cacat
pada material yang uji.
Backwall Pulse adalah signal pulsa yang menyatakan ketebalan bahan yang akan uji.
Noise Pulse adalah kumpulan pulsa-pulsa noise yang muncul pada bahan yang akan uji.
Bagi orang yang baru pertama kali mengoperasikan alat ultrasonic testing mungkin masih
rancu atau bingung untuk membedakan backwall pulse, noise pulse dan defect pulse. Maka
dari itu kita bisa membedakannya dengan cara melihat karakter signal yang akan muncul pada
tampilan layar monitor. Cara untuk mengetahui apakah itu backwal pulse kita bisa menambah
panjang Range pada set up alat ultrasonic testing. jika Pulsa selalu muncul setiap kelipatan
angka pada layar ultasonic testing secara teratur misalnya pada jarak 6,12,18,24 dan
seterusnya.. berarti pulsa tersebut masuk kategori backwall pulse. Sedangkan untuk
membedakan defect pulse dan noise pulse kita bisa mengatur nilai Reject pada alat ultrasonic
testing tersebut, jika kita menaikkan nilai Reject pada alat ultrasonic testing kemudian signal
yang muncul pada layar monitor menghilang, berarti signal tersebut adalah noise pulse,
namun jika tampilan signal tetap muncul pada layar monitor berarti signal tersebut adalah
defect pulse.
Setiap alat yang diciptakan pasti mempunyai tujuan tertentu dan pasti juga mempunyai
keunggulan yang dapat diandalkan untuk melakukan tugas diciptakannya alat tersebut.
Seperti keunggulan dari metode ultrasonic testing ini yaitu :
Bisa mendeteksi kedalaman cacat, posisi dan dimensi cacat
Dapat mendeteksi cacat-cacat laminasi yang tidak mampu dideteksi oleh Radiograpy test,
Magnetic test maupun Penetran test.
Proses pengujian ultrasonic inspection meliputi:
a. Melakukan kalibrasi porbe normal pada material blok kalibrasi VI
b. Menentukan exit point dengan menggunakan probe sudut (700).
Setelah peralatan kalibrasi dan hasil ultrasonic flaw detector masih layak digunakan dan telah
mendapatkan exit point, maka dapat dilanjutkan langkah selanjutnya.
Penggunaan Ultrasonic flaw detector.
13
Adapun langkah penggunaannya yaitu:
a. Oleskan minyak pada material uji pelat logam
b. Arahkan probe dan gerakkan perlahan sampai mendapatkan kurva initial pulse dan kurva
indikasi yang tertinggi.
c. Setelah mendapatkan posisi dimana kurva indikasinya memiliki tinggi yang tertinggi.
d. Kemudian, perhatikan nilai dari sound path, surface distance dan depth.
Gambar. borescope
b. Lup
Adalah alat optic yang digunakan untuk melihat benda kecil
c. Mikroskop
Sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu kecil secara kasat mata.
d. Kain lap
Berfungsi untuk membersihkan kotoran yang menempel pada pelat atau mengeringkan
pelat yang basah
e. Timer (stopwatch)
Adalah alat ukur besaran waktu yang dapat diaktifkan dan dimatikan.
f. Lampu.
Berfungsi sebagaisumber pencahayaan saat melakukan pengujian
g. Liquid Penetrant (SKL-SP1 Magnaflux)
Digunakan untuk mendeteksi cacat pada permukaan yang terbuka dari suatu part pada
pengecheckan NDT
14
Gambar. SKL-SP1
h. D-100 Non Aqueous Delevepor
Untuk membersihkan permukaan yang kering dengan cara menyemprotkan, mengalirkan,
menyikat atau mencelupkan. Bahan ini mudah terbakar
15
o. DUBL-Check GW-1
p. Labino POLLO 1.0 radiometer/photometer
q. Atago refractometer Master-53M
r. Darkroom Timer
s. Demo Injector
t. Sure Shot Pressure Sprayer
u. Water Temperature Gauge
v. Temperature thermometer
w. Test bar
x. Sikat kawat
16
Gambar. Penekanan dan bentuk tong terjadi akibat gesekan
2. Buckling
Adalah terjadinya pembengkokan pada material setelah diberi beban tekan. Fenomena
yang terjadi pada pengujian tekan pada prinsipnya tergantung dari diameter dan tinggi
spesimen yang dilakukan pengujian. Misalkan diameter spesimen adalah “d”, dan tinggi
spesimen adalah “h”, maka :Untuk perbandingan h : d lebih besar dari 3 : 2, maka fenomena
yang terjadi adalah Buckling.
Gambar. Pembengkokan
Ciri-ciri setelah di tekan
1.Ukuran tidak sebanding (hi<h0)
2.Spesimen sudah bengkok / tidak sesumbu
3. Strain Hardening
Yaitu pengerasan material / spesimen akibat penumpukkan dislokasi pada batas butir.
17
Gambar. Strain Hardening
18
Gambar. Ilustrasi Pengujian kekerasan
Kekerasan diartikan juga sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4
macam metode pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang
ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya,
pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar
dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan
dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten. Prinsip dari pengujian
kekerasan ini dengan menekan indentor selama 30 detik. Kemudian diameter
hasil Identansi diukur dengan menggunakan mikroskop optik. Diameter harus dihitung dua
kali pada sudut tegak lurus yang berbeda, kemudian dirata-ratakan. Bertambah keras logam
yang diuji bertambah tinggi nilai HB. Nilai kekerasan (BHN) dapat dirumuskan sebagai
berikut :
19
Gambar. Ilustrasi Pengujian Brinel
20
Gambar. Pengujian Rockwell
Pengujian ini menggunakan 2 beban, yaitu beban minor/minor load (F0) = 10 kgf dan
beban mayor/mayor load (F1) = 60kgf sampai dengan 150kgf tergantung material yang akan
di uji dan tergantung menu rockwell yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG, HRD, dll (maaf
saya lupa ada tipe pengujian rockwell apa saja, mohon bantuannya bagi yang sudah tau bisa
di share di comment)). yang pasti, untuk menguji material yang kekerasannya sama sekali
belum diketahui kita harus menggunakan rockwell HRC. HRC menggunakan indentor
kerucut intan dan beban 150kgf. ini dimaksudkan untuk mencegah rusaknya indentor karena
kalah keras dibandingkan material yang di uji. seperti yang kita tahu bahwa intan adalah
logam paling keras saat ini.
21
Gambar. Proses Penekanan material
Selama itu penekanan di teruskan dengan memberikan beban utama di lepas; hanya
tinggal beban awal pada saat ini kedalaman penetrasi ujung indentor adalah Dengan cara
rokwell dapat digunakan beberapa skala tergantung pada kombinasi jenis indentor dan besar
beban utama yang digunakan.
22
Gambar. Jejak yang dihasilkan oleh penekanan indentor pada benda uji
Kelebihan pengujian Vickers
Skala kekerasan yang kontinue untuk rentang yang luas, dari yang sangat lunak dengan
nilai 5 maupun yang sangat keras dengan nilai 1500 karena indentor intan yang sangat
keras
dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses case hardening, dan proses
pelapisan dengan logam lain yang lebih keras
Dapat dilakukan pada benda benda pada ketipisan 0,006 inchi
Kelemahan pengujian Vickers
Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menentukan nilai kekerasan sehingga
jarang dipakai untuk kebutuhan rutin.
Pengujian kekerasan benda khususnya logam sangat diperlukan dalam dunia
industri/manufaktur. Meskipun masing masing metode pengujian kekerasan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan, dapat disesuaikan sesuai kebutuhan sehingga
mendapatkan hasil material yang berkualitas.
4. Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai-red)
Pada mikro vicker, indentor yang di gunakan juga sama seperti pada vickers biasa, juga
cara perhitungan angka kekerasannya, hanya saja gaya tekan yang di gunakan kecil sekali , 1
sampai 1000 garam dan panjang diagonal indentasi diukur dalam mikron.
Angka kekerasan knoop dihitung sebagai berikut :
HK = 14,229 P/ l
Dimana : P = gaya tekan (kg)
l = panjang diagonal tamapk tekan yang panjang (micron)
mengingat bentuk identornya maka knoopakan menghasilkan identitas yang sangat
dangkal jika dibandingkan dengan vickers, sehiingga sangat cocok untuk pengujian
kekerasan pada lapisan yang sangat tipis
23
pemilihan masing-masing skala metode pengujian bergantung pada :
1. Permukaan material
2. Jenis dan dimensi material
3. Jenis data yang diinginkan
4. Ketersedian alat uji
Pengujian Tarik
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu
bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan
hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam
desain yang memakai bahan tersebut.
24
(stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana
perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
25
Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan. Adapun
Alat uji tarik yang sering digunakan seperti gambar dibawah ini.
26
kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut.
Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang didefinisikan
sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.
27
pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk seperti bengkokan atau
patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap benda uji tersebut. Percobaan uji
impact charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap benda uji yang
akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat terlebih dahulu sesuai dengan ukuran
standar ASTM E23 05
Kelebihan :
1. Hasil pengujian lebih akurat
2. Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan
3. Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang
4. Harga alat lebih murah
5. Waktu pengujian lebih singkat
Kekurangan :
1. Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal
2. Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam
3. Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil
4. Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam perancangan karena level
tegangan yang diberikan tidak rata.
Metode Izood (Inggris) adalah Merupakan cara dimana specimen berada pada posisi
vertical pada tumpuan dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah
gaya tumbukan. Tumbukan pada specimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan
melainkan pada posisi agak diatas dari takikan seperti yang tertera pada gambar sbb :
28
2. Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil yang diperoleh
kurang baik.
3. Proses pengerjaan pengujiannya lebih sukar
4. Hasil perpatahan yang kurang baik
5. Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya yang banyak,
mulai dari menjepit benda kerja sampai tahap pengujian.
6. Memerlukan mesin uji yang berkapasitas 10000 ton
Pengujian Lengkung (Bending)
Pengujian lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap speciment dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi atau
komponen yang akan menerima pembebanan lengkung maupun proses pelengkungan dalam
pembentukan. Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan
pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan
pembebanan ini bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan
bekerja pada saat yang bersmaan. Gambar dibawah ini memperlihatkan prilaku bahan uji
selama pembebanan lengkung.
29
(lihat gambar 10.32), maka Momen lengkung (Mb) itu akan bekerja dan ditahan oleh sumbu
batang tersebut atau sebagai momen tahanan lengkung (Wb). Dalam proses pengujian
lengkung yang dilakukan terhadap material sebagai bahan teknik memilki tujuan pengujian
yang berbeda tergantung kebutuhannya. Berdasarkan kepada kebutuhan tersebut makan
pengujian lengkung dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Pengujian lengkung beban dan
b. Pengujian lengkung perubahan bentuk.
Pengujian lengkung beban ialah pengujian lengkung yang bertujuan untuk mengetahui
aspek-aspek kemampuan bahan uji dalam dalam menerima pembebanan lengung, yakni :
· Kekuatan atau tegangan lengkung (b)
· Lenturan atau defleksi (f) Sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut defleksi dan
· Elastisitas (E)
Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis dari
material las. Seperti tampak pada Gb. Uji Lengkung 1, ada dua jenis uji lengkung, yaitu: uji
lengkung kendali dan uji lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah
spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian
dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan
dan kerusakannya. Uji lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran
pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan, dan
seringkali digunakan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Tabel Uji Lengkung 1
menunjukkan jenis-jenis spesimen yang digunakan untuk uji lengkung dan arah percontohan
dari tiap-tiap spesimen. Uji lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji
lengkung bawah dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada spesimen,
seperti terlihat pada Gb. Uji Lengkung 2
30
LATIHAN
1. Tuliskan hubungan antara pengujian material logam terhadap tingkat kualitas material
produk!.
2. Tuliskan prinsip kerja pengujian magnetic partikel!.
3. Tuliskan persamaan kain lap dan majun dalam pengujian non destruktif logam!.
4. Tuliskan dan uraikan 3 jenis pengujian yang termasuk pengujian non destruktif!.
5. Tuliskan peran pengujian dalam kegiatan pemeriksaan komponen logam!.
30
RANGKUMAN
31
TEST FORMATIF
PILIHAN GANDA
1. Dalam suatu industry manufaktur kualitas merupakan salah satu aspek yang
diperhatikan sehingga dilakukan pengujian ketat. Berikut ini merupakan pengujian
yang dilakukan meninjau sifat-sifat mekanik bahan adalah…
a. Pengujian penetrant
b. Visual inspection
c. Pengujian kekerasan
d. Pengujian ultrasonic
e. Magnetic particle inspection
2. Media yang cocok digunakan dalam pengujian dengan metode liquid penetrant testing
yaitu…
a. Air
b. Oli
c. Minyak
d. Cairan khusus dengan viskositas tinggi (kental)
e. Cairan khusus dengan viskositas rendah (encer)
3. Apabila sebuah pabrik memproduksi suatu rangka berbahan pelat dengan tebal 1mm
(tipis) maka pengujian yang digunakan adalah…
a. Pengujian kekerasan dan peneterant
b. Pengujian penetrant dan X-ray
c. Visual inspection dan pengujian penetrant
d. Magnetic particle inspection dan pengujian impact
e. Pengujian ultrasonic dan pengujian tarik
4. Alat yang tepat digunakan untuk pengujian non destruktif dengan kalibrasi yang
valid adalah…
a. Transducer
b. Unit Flaw detector
32
c. Kuplan
d. Liquid penetrant
e. Clear-cleaner
Kunci Jawaban
No Kunci Jawaban
1. C. Pengujian kekerasan
2. d. Cairan khusus dengan viskositas tinggi (kental)
3. c. Visual inspection dan pengujian penetrant
4. b.U nit Flaw detector
5. a. Ada cacat yang tegak lurus dengan arah medan magnet
33
GLOSARIUM
36
DAFTAR PUSTAKA
Rawung Arie Eric, 2013. Teknik Kerja Bengkel X, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
RI. Jakarta
Wahyuningsih Dewi, 2016. Pekerjaan Dasar Elektromekanik X-A, CV. Mediatama, Surakarta
Wahyuningsih Dewi, dkk. 2017. Pekerjaan Dasar Elektromekanik Dasar Program Keahlian
Teknik Ketenagalistrikan SMK/MAK Kelas X, Mediatama, Surakarta.
37