Anda di halaman 1dari 21

MODUL PEMBELAJARAN

PEKERJAAN DASAR ELEKTROMEKANIK


Untuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)

Disusun Oleh:
DONI BUDI PRASETYO
NIM: 18532299038
(SMK PGRI 1 NGAWI)

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


PROGRAM STUDI: TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Modul Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik
untuk siswa/i Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Ngawi ini
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Modul pembelajaran ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan praktikum Modul Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik
yang merupakan kegiatan penunjang Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar
Elektromekanik Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Ngawi.
Modul Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik diharapkan
dapat membantu siswa/i dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum
dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan
tujuan pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa/i serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman siswa/i mengenai
materi yang dibahas.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Pembelajaran
Pekerjaan Dasar Elektromekanik ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... iii
BAB I................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Deskripsi .................................................................................................................... 1
Kompetensi ............................................................................................................... 1
Tujuan Pembelajaran ................................................................................................ 2
BAB II............................................................................................................... 3
RUMUSAN MATERI .......................................................................................... 3
MERAKIT DENGAN FASTENER ........................................................................... 3
Konsep Dasar Fastener ............................................................................................. 3
Peralatan Pemasangan Fastener .............................................................................. 4
Prosedur Pemasangan Fastener ............................................................................... 7
MERAKIT DENGAN SOLDER (PATRI) .................................................................. 7
Konsep Dasar Memasang Dengan Solder (Patri) ...................................................... 7
Jenis Pematrian ......................................................................................................... 8
Peralatan Pematrian ................................................................................................. 9
Prosedur Pematrian ................................................................................................ 10
MERAKIT DENGAN KELING ............................................................................. 11
Konsep Dasar Sambungan Keling ............................................................................ 11
Peralatan Sambungan Keling .................................................................................. 11
Prosedur Pengelingan ............................................................................................. 11
SOAL LATIHAN ............................................................................................... 13
BAB III............................................................................................................ 14
PENUTUP ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15
KUNCI JAWABAN ..................................................................................................... 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk Baut ........................................................................................ 3

Gambar 2. Bentuk Sekrup .......................................................................... 3

Gambar 3. Bentuk Mur................................................................................ 4

Gambar 4. Bentuk Kunci Pas ...................................................................... 4

Gambar 5. Tang Kombunasi ....................................................................... 5

Gambar 6. Tang Pemotong ........................................................................ 5

Gambar 7. Tang Lancip .............................................................................. 6

Gambar 8. Tang Pembulat.......................................................................... 6

Gambar 9. Tang Pemegang ....................................................................... 6

Gambar 10.Tang Kakaktua ......................................................................... 6

Gambar 11. Macam-macam Obeng ............................................................ 7

Gambar 12. Paku Keling ........................................................................... 11

Gambar 13. Tang Keling ........................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI
Pemilihan metode sambungan erat kaitannya dengan jenis bahan dan
kekuatan sambungan yang dibutuhkan. Setiap metode sambungan memiliki
keistimewaan tersendiri. Jika salah menentukan metode sambungan, maka hasil
rakitan akan kurang baik. Metode penyambungan pelat tersendiri dari berbagai
macam sesuai dengan kondisi dan benda kerja. Terdapat beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam penyambungan antara lain ekonomi, factor kekuatan
dan kerapatan sambungan, factor proses pengerjaan sambungan, serta factor
penggunaan sambungan. Metode sambungan terdiri dari sambungan lipat
(tekuk), metode sambungan (patri) solder, metode sambungan keling, metode
sambungan fastener.

B. KOMPETENSI
BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA
PROGRA STUDI KEAHLIAN : TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

Kompetensi Inti (KI)


3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Dasar-dasar Teknik
Ketenagalistrikan pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks,
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian
dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional,
regional, dan internasional
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai
dengan bidang kerja Dasar-dasar Teknik Ketenagalistrikan.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas
yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan
keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,

1
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi,
kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami
dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.

Kompetensi Dasar (KD)


3.6. Mengidentifikasi pekerjaan elektromekanik
4.6. Merakit pekerjaan elektromekanik.

C. INDIKATOR PEMBELAJARAN
Setelah melakukan diskusi dan praktek, diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pekerjaan merakit dengan fastener.
2. Menjelaskan pekerjaan merakit dengan solder
3. Menjelaskan pekerjaan merakit dengan keling (rivet)
4. Melakukan pekerjaan merakit dengan fastener.
5. Melakukan pekerjaan merakit dengan solder
6. Melakukan pekerjaan merakit dengan keling (rivet)

2
BAB II
RUMUSAN MATERI

A. MERAKIT DENGAN FASTENER


1. Konsep Dasar Fastener
Fastener adalah salah satu metode yang digunakan untuk menyambungkan
dua belah pelat. Sambungan fastener bukan termasuk sambungan
permanen, sehingga sewaktu-waktu dapat dilepas.
Adapun macam-macam fastener meliputi:
a. Baut

Gambar 1. Bentuk baut


Baut adalah suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada
permukaannya.

b. Sekrup

Gambar 2. Bentuk sekrup

Sekrup adalah suatu batang dengan ulir terbentuk dipermukaannya.


Kepala sekrup memiliki beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan dan
lokasi pemakaiannya

c. Mur
Mur memiliki berbentuk persegi, bulat, atau heksagonal logam blok
dengan alur sekrup didalam. Mur digunakan untuk membantu
mengencangkan obyek bersama-sama dan digunakan bersama-sama
dan digunakan bersama dengan sekrup atau baut.

3
Gambar 3. Bentuk Mur

Mur dibuat dengan beberapa bentuk, antara lain mur segi enam, mur
kupu-kupu, mur dengan pengunci. Mur segienam digunakan untuk
mengencangkan secara kuat. Mur kupu-kupu untuk mengencangkannya
dilakukan dengan tangan. Mur dengan pengunci digunakan untuk
mengencangkan baut agar aman.

2. Peralatan Pemasangan Fastener


1. Kunci Pas
Kunci pas digunakan untuk mengencangkan dan melepas baut dan mur
yang tidak terlalu kuat momen pengencangannya atau kepala baut dan
mur yang telah dilonggarkan dengan kunci ring.

Gambar 4. Kunci Pas

Kontruksi kunci Pas, kunci pas dibuat dari bahan baja tensil tinggi yaitu
logam paduan chrome vanadium, kunci ini mepunyai tangkai (shank)
dengan kepala di masing masing ujung yang membuat sudut 15 derajat
terhadap tangkainya. Spesifikasi kunci Pas, Satuan ukuran kunci pas
terdiri dari mm (metrik) dan inch (imperial). Untuk satuan metric ukuran a
mm hingga 80 mm. Tetapi yang umum digunakan di otomotif adalah 6
mm dengan kenaikan setiap 1 mm hingga ukuran 36 mm, kecuali
ukuran 31,33,34 dan 35 mm tidak disediakan

4
2. Tang
Tang adalah alat yg digunakan untuk memegang benda kerja.
Tang terbuat dari baja dan pemegangnya dilapisi dengan karet keras.
Terdapat beberapa jenis Tang, yaitu :
a. Tang Kombinasi.
Tang kombinasi digunakan untuk memegang, memuntir dan
memotong benda kerja, misal kawat penghantar (kabel).
Penggunaan tang kombinasi tidak boleh memotong kabel dengan
cara tang dipukul dengan palu, karena akan merusak tang
tersebut.

Gambar 5 Tang kombinasi

b. Tang Pemotong
Tang pemotong khusus dipakai untuk memotong kawat/kabel.

Gambar 6 Tang pemotong

c. Tang Lancip
Tang lancip digunakan untuk memegang benda kerja yag kecil,
bisa juga digunakan untuk membuat mata sambungan. Biasanya
tang lancip juga dilengkapi dengan pemotong kabel.

5
Gambar 7 Tang Lancip

d. Tang Pembulat

Gambar 8.103 Tang pembulat


Tang bulat khusus digunakan untuk membuat mata sambungan
(mata itik) pada ujung kabel. Kepala tang berbentuk silinder (bulat).

e. Tang Pemegang
Tang ini dirancang khusus untuk memegang benda kerja.
Tidak dilengkapi dengan bagian pemotong.

Gambar 9. Tang pemegang

f. Tang Kakatua
Tang kakatua khusus digunakan untuk memegang atau
mencabut paku.

Gambar 10. Tang kakatua

6
3. Obeng
Obeng adalah alat tangan yang digunakan untuk memutar sekrup.
Batang obeng dibuat dari baja, sedang pemegangnya dibuat dari
bahan penyekat seperti kayu, plastik, atau karet keras. Mata obeng
dibedakan menjadi 2 macan, yaitu obeng pipih (minus) dan obeng
bintang (plus).

Gambar 11. Macam-macam obeng

3. Prosedur Pemasangan Fastener


Proses penyambungan sekrup, baut, dan mur dapat dilakukan dengan
mengebor bagian pelat yang akan disambung sesuai dengan diameter baut
dan mur yang digunakan. Sambungan baut antara baut dan mur merupakan
sambungan yang tidak tetap artinya sewaktu-waktu sambungan ini dapat
dibuka, sehingga sambungan ini dapat dibongkar pasang.

B. MERAKIT DENGAN SOLDER


1. Konsep Dasar Merakit Dengan Solder (Patri)
Mematri (menyolder) adalah proses penyambungan dua buah logam plat
atau lebih dengan cara pemanasan dengan mencairkan bahan tambahan,
sedang pelat/ benda kerja tidak ikut mencair. Agar dapat diperoleh hasil
pematrian yang baik, maka perlu diperhatikan syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Bidang Patri Bersih
Pada bidang patrian yang mengkilap, logam isi merambat dengan baik.
Jika bidang patrian kotor, maka akan mengakibatkan menggelembung
logam isi yang cair dan menghalangi ikatan.

7
b. Menggunakan Bahan Pelumer (Fluks)
Bahan pelumer disalurkan sebelum dan selama proses pematrian. Guna
bahan pelumer untuk melarutkan lapisan oksida yang selalu ada pada
permukaan bahan dasar dan bahan logam isi secara kimiawi dan
mengubah menjadi terak cair untuk mencegah pembentukan oksida
baru selama penyolderan.
c. Suhu pemanasan harus tetap
Suhu pemanasan harus sesuai dengan ketentuan jenis patrinya. Jika
suhu terlalu rendah, logam pengisi cair akan membentuk butiran bola
dan merembes. Jika suhu terlalu tinggi logam isi akan menguap. Suhu
terendah pada bidang pematrian yang memungkinkan perembesan dan
pengikatan logam isi cair disebut suhu kerja.
d. Jarak celah dua logam induk
Besar celah penyambungan sangat menentukan kekuatan ikatan patri,
celah pematrian dibuat sempit agar dapat efek hisap yang baik oleh
celah dan pori-pori bahan dasar. Semakin encer patri, maka semakin
sempit pula celah.

2. Jenis Pematrian
Jenis pematrian dibedakan menjadi bahan tambah/logam penyambung.
Pekerjaan pematrian dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pematrian Lunak
Pematrian Lunak adalah proses pematrian yang menggunakan bahan
tambah dari logam lunak, logam cair harus mencair pada suhu dibawah
450° C. adapun logam penyambung untuk jenis pematrian ini adalah:
 Patri lunak timbel-timah dan timah timbel
 Patri lunak timah-timbel dengan tambahan tembaga atau perak
 Patri lunak istimewa
Panas yang dibutuhkan untuk penyolderan dengan temperature rendah
dapat diperoleh dari bebrapa system, diantaranya:
 System pemanasan menggunakan tenaga listrik dengan
menggunakan elemen pemanas.
 System pemanasan menggunakan gas LPG
 System pemanasan menggunakan pembakaran kayu

8
b. Pematrian Keras
Pematrian keras logam penyambung patri mencair pada suhu di atas
450° C. pada patri keras diterapkan jika diinginkan ikatan yang lebih
kokoh dan tahan terhadap suhu tinggi jika dibanding dengan ikatan patri
lunak. Berikut ini adalah bahan penyambungan dari tembaga dan perak,
antara lain:
 Patri Keras Tembaga
 Patri Keras Tembaga – Timah (Patri Perunggu)
 Patri Keras Tembaga – Seng (Patri Kuningan)
 Patri Keras Tembaga – Nikel – Seng
 Patri Keras Tembaga Perak

3. Peralatan Pematrian
Peralatan pematrian yang digunakan untuk penyambungan logam antara
lain tuas patri, pemanas tuas, pembakar patri, gas pembakar, pemantik, batu
tahan api, pembersih tip, dan meja kerja. Selain itu juga dipersiapkan
peralatan keselamatan kerja yakni: baju patri, masker, helm, kacamata
keselamatan, dan sarung tangan.
Tuas patri berfungsi untuk patrian lunak dan patrian kecil yang hanya
membutuhkan sedikit energy panas. Pemanas tuas digunakan dengan
pemanas arang kayu, gas, minyak, aau listrik. Pembakar patri digunakan
untuk pematrian api. Gas pembakar untuk tuas patri dan pembakar patri
diisikan dalam tabung yang ukurannya berlainan, sehingga kemungkinan
pemindahan pada segala pekerjaan bengkel dan perakitan luar terjamin
dengan baik.
Pada proses mematri diperlukan flux yang berfungsi untuk:
 Membantu melancarkan aliran bahan tambahan masuk ke celah logam
induk
 Membersihkan permukaan yang disambung terutama lapisan oksida
 Mencegah terjadinya oksidasi dengan udara luar selama proses patri
keras berlangsung.

9
4. Prosedur Pematrian
Adapun proses pematrian antara lain:
a. Area Kerja
Area kerja untuk kegiatan pematrian harus memiliki sirkulasi udara yang
baik, hal ini meliki tujuan agar uap yang dihasilkan akibat pemanasan
tidak terhirup
b. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri terdiri dari: kacamata keselamatan, masker,
sarungtangan, apron, dan sepatu kerja.
c. Kampuh
Kampuh dibuat sesuai dengan bentuk yang akan dipatri
d. Membersihkan Benda Kerja
Sebelum melakukan penyambungan, pemakaian benda kerja harus
dibersihkan terlebih dahulu dan diberi bahan pembersih (flux). Selain itu,
bisa juga menggunakan gerinda, sikat kawat, atau pasir.
e. Pemakaian Flux
Pemakaian flux dengan cara yang benar sesuai dengan petunjuk yang
terdapat pada bungkus flux. Untuk flux tepung dengan ditaburkan pada
permukaan yang disambung, untuk flux pasta dengan cara ditempelkan,
dan untuk cair dengan memoleskan pada benda kerja.
f. Pemakaian Bahan Pengisi/Logam Tambahan
Bahan pengisi tidak boleh dimasikan ke sisi sambungan, jatuhkan
lelehan bahan pengisi ke atas sambungan yang telah diberi flux.
g. Pemanasan bahan patri
Pemanasan bahan patri berfungsi untuk menyesuaikan suhu bahan
bahan patri
h. Proses Penyambungan
Dalam penyambungan, bahan yang akan disambung harus bersih dari
lapisan oksid dan oli.
i. Pembersihan Hasil Pematrian
Setelah penambungan selesai, harus dibersihkan sisa bahan pembersih
di luar daerah yang dipatri. Flux yang tertinggal dapat dibersihkan
dengan menggunakan air panas yakni dengan menyelupkan benda
panas ke dalam air atau menyikatnya dengan sikat basah

10
C. MERAKIT DENGAN KELING
1. Konsep Dasar Sambungan Keling
Paku keling merupakan fastener yang dapat mengikat dua jenis logam
berbeda atau dua material berbeda. Sambungan keling menggunakan
paku keling untuk penyambungan.

Gambar 12. Paku Keling (Rivet)

2. Peralatan Sambungan Keling


Peralatan sambungan keling antara lain mesin tembak paku keling,
mesin bor, mesin pemotong, mesin penekan, palu konde, dan landasan.
a. Perapat Paku Keling
Perapat paku keling digunakan untuk merapatkan bahan dan
kedudukan keling pada bahan yang disambung.

Gambar 13. Tang Keling (Rivet)


b. Pembentuk kepala keling
Pembentuk kepala keling digunakan untuk membentuk kepala
penutup setelah diberi bentuk awal dengan palu
c. Landasan
Landasan yang digunakan untuk sambungan keling yakni landasa
cekung untuk setengah bulat dan landasan rata untuk keling tirus.
Waktu penggunaan landasan dijepit pada ragum.

3. Prosedur Pengelingan
Pada intinya, proses pengelingan ada dua yaitu dengan menggunakan
mesin dan manual.

11
Langkah pemasangan paku keling menggunakan Mesin Tembak Paku
Keling adalah:
a. Bor terlebih dahulu kedua pelat yang akan disambung sesuai
dengan diameter paku keling
b. Bersihkan serpihan bekas pengeboran pada pelat
c. Paku keling (rivet) dimasukkan diantara kedua pelat
d. Kemudian tariklah paku keling dengan memasukkan inti rivet yang
ada pada penarik berada di mesin tembak paku keling (gun rivet)
e. Tekan tangkai gun secara berulang-ulang sampai inti rivet putus

Langkah pemasangan paku keling secara manual adalah:


a. Bilah yang disambung sudah dilubangi dengan mesin bor dan paku
keling yang sudah dipotong sesuai dengan panjang yang
dibutuhkan
b. Paku keling dimasukan ke lubang bilah-bilah yang akan disambung
dan dirapatkan menggunakan perapat paku keling.
c. Selanjutnya, dengan pembentukan kepala penutup keling awalnya
dengan pukulan dari arah tegak dan lurus sumbu keling sampai
batang keling mengembang dan menutup rapat lubang bilah. Paku
keling tidak boleh bengkok sama sekali
d. Pembentukan kepala penutup keling selanjutnya dengan cara
melakukan pukulan melingkar pada sekeliling penampang batang
keling dengan cara memiringkan palu konde.
e. Akhir pembentukan kepala penutup dikerjakan dengan alat
pembentuk kepala keling agar kepala keling simetris dan baik

12
f. Memukul dengan alat pembentuk kepala keling, maka bentuk akhir
kepala penutup lebih baik.

4. Kesalahan pengelingan dapat mengakibatkan berbagai macam


kesalahan, antara lain:
a. Ketidakcermatan pengelingan dapat mengakibatkan kesalahan.
b. Pengelingan tidak kokoh dan tidak rapat
c. Lubang keling pada bahan yang disambung tidak lurus
d. Kedudukan keling tidak miring dan tidak kokoh.
e. Paku keling tidak memenuhi lubang atau ada kelonggaran terlalu
besar batang keling bengkok
f. Kepala penutup menjadi ceper, karena persediaan batang terlalu
panjang
g. Kepala penutup tergeser ke sebelah karena penekanan
pembentukan tidak merata.

D. SOAL LATIHAN
1. Berikut ini yang bukan termasuk sambungan permanen adalah
a. Sambungan las
b. Sambungan fastener
c. Sambungan patri keras
d. Sambungan patri lunak
e. Sambungan keling

2. Berikut ini jenis penyambungan pelat logam tanpa menggunakan


pemanasan, adalah
a. Tempa
b. Patri lunak
c. Patri keras
d. Las
e. Keling

3. Alat yang digunakan untuk memasang untuk memasang paku keling


pada pelat logam adalah
a. Obeng
b. Gergaji

13
c. Rivet Gun
d. Tang Kombinasi
e. Palu

4. Mengapa dalam menggunakan kunci pas pada baut harus rata?


5. Pada kegiatan mematri, kita disarankan untuk menggunakan flux.
Apakah fungsi flux?

14
BAB III
PENUTUP

Setelah menempuh evaluasi dalam modul ini dan hasilnya memenuhi


syarat kelulusan, maka selanjutnya siswa berhak untuk mengikuti modul
berikutnya. Atau, jika siswa telah menyelesaikan seluruh evaluasi pada tiap
modul, maka hasil yang berupa nilai atau porto-folio dapat dijadikan
sebagai hasil evaluasi penempuhan kompetensi yang dimaksud.

Dalam Penyusunan Modul Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik


penulis merasa masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Dan semoga akan menjadi semangat kepada kami untuk
dapat lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Tim Penyusun BSE, 2013, Buku BSE Pekerjaan Dasar Elektromekanik,


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Dewi Wahyuningsih dkk , 2018, Buku Pekerjaan Dasar Elektromekanik K-13,
Mediatama.

16
KUNCI JAWABAN
1. B
2. E
3. C
4. Dalam menggunakan kunci pas pada baut harus rata agar kepala baut tidak
rusak.
5. Fungsi Flux:
 Membantu melancarkan aliran bahan tambahan masuk ke celah logam
induk
 Membersihkan permukaan yang disambung terutama lapisan oksida
 Mencegah terjadinya oksidasi dengan udara luar selama proses patri
keras berlangsung.

17

Anda mungkin juga menyukai