Anda di halaman 1dari 6

PROSES PENGECORAN PROPELLER KAPAL

TUGAS TEKNIK PENGECORAN DAN LAS

oleh:
Billy Yansa latief imama
IO416020

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017
I. PENDAHULUAN

Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai luasan lautan
lebih besar daripada luasan daratan. Indonesia mempunyai luasan lautan sebesar satu per tiga
luasan total Indonesia, yang berarti Indonesia mempunyai luasan lautan 7,900,000 km2 (Statistik
Indonesia 2008, BPS). Dengan luasan lautan yang begitu besar mutlak bagi Indonesia mempunyai
moda transportasi berupa kapal yang layak. Salah satu komponen utama pada kapal adalah
propeller.

II. PROPELLER

Propeller merupakan salah satu komponen mesin yang memegang perananan penting dalam
konstruksi transportasi air (kapal laut). Propeller dipasang pada poros yang dihubungkan
langsung dengan mesin kapal. Jika mesin kapal dihidupkan maka poros propeller akan berputar
dan memutar propeller. Kecepatan putaran propeller sama dengan putaran poros dimana
kecepatan putaran poros bergantung kecepatan putaran mesin kapal. Dengan berputarnya
propeller maka kapal laut mendapatkan tenaga untuk bergerak. Dengan demikian propeller
mempunyai fungsi yang sangat besar, karena kecepatan kapal dipengaruhi oleh kondisi propeller.

Gambar.1. Propeller Kapal 4 Bilah


Besar kecilnya ukuran sebuah propeller disesuaikan dengan ukuran dari alat tansportasi yang
akan menggunakannya. Pada umumnya sebuah propeller dibuat dari material yang memiliki sifat
mekanik dan sifat kimia yang baik. Sifat mekanik yang baik pada kapal misalnya kuat, keras, ulet,
tahan terhadap beban tumbukan serta tahan aus. Sedang sifat kimia yakni dipilih dari material
yang tidak mudah mengalami korosi. Hal ini dimaksudkan agar sebuah propeller dapat berfungsi
dengan baik, aman serta berumur panjang.

III. PEMILIHAN MATERIAL

Produk cor seperti propeler kapal dan sudu-sudu turbin sangat membutuhkan orientasi butir
searah sehingga mampu menahan beban aksial dan memiliki kekuatan mulur yang tinggi serta
tahan terhadap beban berulang atau retak fatik. Oleh Karena itu Material yang digunakan untuk
propeller kapal haruslah mempunyai sifat mekanik yang keras, kuat dan ulet. Sedangkan pada
sifat kimianya haruslah mempunyai kempuan untuk menahan reaksi terhadap air yang dapat
menimbulkan korosi.

 Aluminium tuang/cor (cast aluminium alloy)


Aluminium merupakan logam yang lunak dengan tampilan menarik, ringan, tahan
korosi, mempunyai daya hantar panas dan daya hantar listrik yang relatif tinggi, dan
mudah dibentuk serta cadangannya dikerak bumi melimpah melebihi cadangan besi (Fe).
Aluminium murni mempunyai kekuatan dan sifat mekanis yang rendah. Kekuatan
aluminium murni tidak dapat ditingkatkan secara langsung dengan proses perlakuan
panas (heat treatment, age hardening) (TALAT Lecture 2202, 1994 ; Surdia dan Saito, 1995
; Callister, 2000; Brown, 2001).
Oleh karena kekuatan mekanis yang rendah peningkatan nyata dari aluminium
dapat dicapai dengan penambahan unsur-unsur paduan kedalam aluminium. Unsur
paduan tersebut dapat berupa tembaga (Cu), mangan (Mn), silikon (Si), magnesium (Mg),
seng (Zn) dan lain-lain. Kekuatan aluminium paduan ini dapat dinaikkan lagi dengan
pengerasan regang atau perlakuan panas. Sifat-sifat lainnya seperti mampu cor dan
mampu mesin juga bertambah baik, akan tetapi teknik ini menurunkan ketahanan korosi,
kontrol kehomogenan komposisi yang sulit, harga menjadi mahal dan peningkatan biaya
daur ulang (TALAT Lecture 2202, 1994 ; Surdia dan Saito, 1995 ; Callister, 2000).
 Tembaga Kuningan

Komponen utama kuningan adalah tembaga. Jumlah kandungan tembaga


bervariasi antara 55% sampai dengan 95% menurut beratnya tergantung pada jenis
kuningan dan tujuan penggunaan kuningan. Komponen kedua dari kuningan adalah seng.
Jumlah seng bervariasi antara 5% sampai dengan 40% menurut beratnya tergantung pada
jenis kuningan Kuningan dengan persentase seng yang lebih tinggi memiliki sifat lebih
kuat dan lebih keras, tetapi juga lebih sulit untuk dibentuk, dan memiliki ketahanan yang
kurang terhadap korosi.

Untuk keperluan propeller kapal dapat ditambahkan materal lain seperti timbal
dapat ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan. Penambahan timah meningkatkan
ketahanan terhadap korosi dan membuat kuningan lebih keras. Arsenik dan antimony
kadang-kadang ditambahkan ke dalam kuningan yang mengandung seng lebih dari 20%
untuk menghambat korosi.

IV. PROSES PEMBUATAN

Prosen pembuatan propeller yang akan di bahas adalah dengan menggunakan metode sand
casting yang prosesnya masih menggunakan media pasir untuk membuat cetakannya.

Adapun proses produksi yang dipergunakan adalah dalam teknik pembuatan propeller untuk
keperluan kapal nelayan, pada skala industri dalam negeri (studi kasus : CV. Antero Jaya Sakti)
umumnya meliputi 6 tahapan proses produksi sebagai berikut:
1. Pembuatan pola; Pola yang dibuat telah diperhitungkan kemungkinan penyusutan
material logam (bahan coran) pada saat proses produksi

Gambar.2. Pola yang telah siap untuk digunakan dalam proses cetakan

2. Pembuatan cetakan pasir (sand mold); Menentukan jenis pasir, penempatan saluran
masuk pada cetakan, penempatan penambah (riser), penempatan cil bila dibutuhkan.

Gambar.3. Proses Pembuatan Cetakan Pasir(Sand Mold) dari Pola Cetakan.

3. Mencairkan logam atau material; Logam dicairkan sampai melampaui titik didih logam
tersebut dengan bahan bakar minyak tanah atau bahan bakar alternatif lainnya.
4. Penuangan logam; Menuang logam cair ke cetakan yang telah disiapkan sampai logam
membeku.
5. Pembongkaran cetakan; Membongkar cetakan untuk mengeluarkan hasil coran
berupa baling-baling.
6. Pemeriksaan cacat; Hasil coran diperiksa kondisinya dari kemungkinan adanya cacat
produksi.
7. Penghalusan (finishing); Penghalusan permukaan (finishing) dilakukan melalui proses
gerinda dan pengeboran

Gambar.4. Proses Finishing Produk Propeller

Anda mungkin juga menyukai