Anda di halaman 1dari 43

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu
fluida ke fluida yang lain. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai
adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di
bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida
di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi
perpindahan panas antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube.
Satu bagian terpenting dari heat exchanger adalah permukaan kontak panas.
Pada permukaan inilah terjadi perpindahan panas dari satu zat ke zat yang lain.
Semakin luas bidang kontak total yang dimiliki oleh heat exchanger tersebut, maka
akan semakin tinggi nilai efisiensi perpindahan panasnya. Pada kondisi tertentu, ada
satu komponen tambahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan luas total bidang
kontak perpindahan panas ini. Komponen tersebut adalah sirip.
Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan selalu
menggunakan heat exchanger, seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia,
industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Oleh karena itu alat penukar kalor
harus dipilih dengan tepat. Jika alat penukar kalor sudah tepat akan memberikan
keuntungan yaitu menghemat biaya operasional harian dan perawatan. Bila alat
penukar kalor dalam keadaan baru, maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas
masih dalam keadaan bersih sehingga tidak memerlukan perawatan, tetapi setelah alat
beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada
permukaan pipa tersebut yang tebalnya tergantung dari fluidanya. Lapisan tersebut
akan mengurangi koefisien perpindahan panas.

1.2 Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas


2

Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
 Parallel flow/co current /flow (aliran searah)

 Cross flow (aliran silang)

 Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

 Counter current flow (aliran berlawanan arah)

1.3 Jenis-jenis Alat Penukar Panas


Jenis-jenis penukar panas antara lain :
 Double Pipe Heat Exchanger

 Plate and Frame Heat Exchanger

 Shell anf Tube Heat Exchanger

 Adiabatic wheel Heat Exchanger

 Pillow plate Heat Exchanger

 Dynamic scraped surface Heat Exchanger

 Phase-change Heat Exchanger

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


3

BAB 2. DASAR PERANCANGAN

2.1 Pengertian Heat Exchanger

Alat penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan


panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya
lebih rendah. Alat penukar kalor berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam)
dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).

Proses perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Maksudnya ialah :

a. Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam
suatu bejana atau ruangan. Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.

b. Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau
peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater dan lain-
lain.

Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung begitu saja. Perpindahan panas pada alat penukar kalor biasanya melibatkan
konveksi masing-masing fluida dan konduksi sepanjang dinding yang memisahkan

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


4

kedua fluida. Laju perpindahan panas antara kedua fluida pada alat penukar kalor
bergantung pada besarnya perbedaan temperatur pada lokasi tersebut, dimana
bervariasi sepanjang alat penukar kalor.

Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:

1. Memanaskan fluida

2. Mendinginkan fluida yang panas

Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal :

1. Koefisien overall perpindahan panas (U), menyatakan mudah atau tidaknya


panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran
panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.

2. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas. Karena luas
perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas
perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar.

3. Log Mean Temperature Difference (LMTD).

Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali


jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman maka
alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :

a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai
pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan didalam
chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan yang

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


5

dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya
digunakan amoniak atau Freon.

b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas
atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang
mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan
dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.

c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).

d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari
fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat
yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.

e. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang
sering digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan
sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak (6650F) sebagai media
penguap, minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


6

f. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:

1. Memanaskan fluida

2. Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana
fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang
mengalir adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell.

2.2 Klasifikasi Heat Exchanger

2.2.1 Berdasarkan kontak dengan fluida, alat penukar kalor tersebut dapat
dibedakan menjadi dua macam, antara lain:

a. Alat penukar kalor kontak langsung.

Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida
dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan. Salah satu
contohnya adalah deaerator.
b. Alat penukar kalor kontak tak langsung.

Pada alat ini fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact) dengan
fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu mempunyai media
perantara, seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Salah satu contohnya
adalah kondensor, heater, cooler, dan economizer

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


7

2.2.2 Berdasarkan tipe aliran di dalam alat penukar panas ini, ada 4 macam
aliran yaitu :

1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)

2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)

3. Cross flow (aliran silang)

4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

2.2.3 Berdasarkan bentuknya, jenis heat exchanger terdiri dari:

1. Double Pipe Heat Exchanger

2. Plate and Frame Heat Exchanger

3. Shell and Tube Heat Exchanger

4. Adiabatic wheel heat exchanger

5. Plate heat exchanger

6. Dynamic scraped surface heat exchanger

7. Phase – change heat exchanger

2.2.4 Berdasarkan tingkat kekompakan permukaan pemindah kalor

Yang dimaksud dengan kekompakan luas permukaan perpindahan kalor di sini


adalah luas permukaan efektif yang tersentuh oleh salah satu zat (biasanya diambil
yang tertinggi nilainya dalam m2) dibagi dengan volume penukar kalor yang

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


8

menempati ruang dalam m3. Jadi dimensi kekompakan penukar kalor adalah m2/m3.
Apabila ditinjau dari kekompakan luas permukaan perpindahan kalor ini, suatu penukar
kalor dikategorikan sebagai penukar kalor kompak bila luas permukaan perpindahan
kalor per volumenya lebih besar dari 700 m2/m3.

2.3 Jenis-jenis Heat Exchanger

Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam pembahasan
akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang banyak dijumpai dalam
industri perminyakan. Heat exchanger ini juga banyak mempunyai jenis jenisnya.

Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminologi yang telah
distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan
oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger
Manufactures Association (TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi
para pemakai dari bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada
temperature dan tekanan yang tinggi.

Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat Exchanger,
yaitu :

1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat, misalnya
untuk industri minyak dan kimia berat.

2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada segi
ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum industri.

Dalam hal ini jenis heat exchanger yang akan dipaparkan dalam industri
perminyakan adalah jenis shell and tube heat exchanger dan double pipe heat
exchanger.

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


9

2.3.1 Shell and Tube

Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil.
Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir
dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pola aliran Shell and tube

a. Diameter pipa

Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar panas baik ekonomis


dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat exchanger untuk mengacau-balaukan
lebih cepat dan ukuran kecil membuat mekanik membersihkan fouling yang sulit.
Untuk menang atas masalah fouling dan pembersihan, diameter tabung yang lebih
besar dapat digunakan. Jadi untuk menentukan diameter tabung, ruang yang tersedia,
biaya dan sifat fouling dari cairan harus dipertimbangkan.

b. Ketebalan tabung

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


10

Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk memastikan:

1. Ada ruang yang cukup untuk korosi

2. Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan

3. Axial kekuatan

4. Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya

Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan maksimum


di dinding.

c. Panjang tabung

Penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka memiliki diameter shell yang
lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan demikian, biasanya ada tujuan untuk
membuat penukar panas selama mungkin. Namun, ada banyak keterbatasan untuk ini,
termasuk ruang yang tersedia di situs mana akan digunakan dan kebutuhan untuk
memastikan bahwa ada tabung tersedia dalam panjang yang dua kali panjang yang
dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan diganti). Juga, itu harus diingat bahwa
tunggal, tabung tipis yang sulit untuk mengambil dan mengganti.

d. Tabung pitch

Ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk memastikan bahwa tabung pitch
(yaitu jarak pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali diameter luar
tabung.

Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari tabung
berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua berjalan lebih
dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat menyediakan

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


11

panas atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut berkas tabung
dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip longitudinal dll Shell dan
penukar panas tabung biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan
tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 °C. Hal ini karena shell
dan penukar panas tabung yang kuat karena bentuknya.

Gambar 2.2 Shell and Tube Heat Exchanger

2.3.2 Double Pipe Heat Exchanger

Double Pipe Heat Exchanger berisikan pipa atau beberapa pipa yang
mempunyai shell ( annulus ) sendiri-sendiri. Aliran fluida searah atau lawan arah dapat
digunakan, baik fluida panas maupun dingin dalam shell dan fluida lain dalam pipa.
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis penukar panas
dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau
dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan cairan lainnya dalam pipa.

Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri- sendiri.
Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi
U (lihat

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


12

Gambar 2.3). pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan memindahkan


panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar
dan sebagainya.

Gambar 2.3 Alat penukar kalor jenis double pipe

Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida
yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang
anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat
digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan
untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis shell and tube heat
exchanger.

Bagian-bagian paling penting dalam double pipe heat exchanger terdiri dari 2
sets pipa konsentris, 2 tees yang dihubungkan, sebuah return head, sebuah bend. Inner
pipa dihubungkan dengan outer pipa dengan packing glands dan fluida masuk ke inner
pipa melalui threaded connection yang letaknya diluar bagian section exchanger. Tees
(fitting) memiliki nozzles atau penghubung baut yang mengatur masuk dan keluar dari
annulus fluid dimana aliran berlawanan dari sisi satu ke sisi yang lain melalui return
head. Inner pipa yang panjang diubungkan dengan return bend yang selalu di expose
dan tidak menyediakan permukaan perpindahan panas yang efektif.

Double pipe exchanger sangat berguna karena dapat dipasang dengan berbagai
fitting pipa dari bagian standard dan menyediakan dalam permukaan transfer panas
yang mahal. Ukuran standard dari Tees dan return head dapat dilihat dari tabel dibawah
ini.

Tabel 2.1 Ukuran standard dari Tees dan return head

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


13

Outer Pipe, IPS Inner pipa, IPS

2 1,75
2,5 1,75
3 2
4 3
Sumber: Kern,1950

Double pipe exchanger selalu dipasang dalam 12ft, 15ft atau 20ft
panjang efektif. Panjang efektif menjadi jarak setiap lengan dimana heat transfer terjadi
dan memasuki inner pipa yang menjulang dari inner pipe ke bagian exchanger.

Gambar 2.4 Double Pipe Heat Exchanger

Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi, dan
tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil, fleksibel dalam

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


14

berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat
diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan
keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi
design mudah dibuat dan akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas
perpindahan panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan
area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil
fluida yang akan dipanaskan atau dikondensasikan.

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


15

BAB 3. ASUMSI DAN PENDEKATAN

Untuk merancang alat penukar panas diperlukan asumsi-asumsi dan pendekatan.


Berikut ini adalah asumsi dan pendekatan yang digunakan pada perancangan alat
penukar panas pembuatan triacetin dari gliserol.
1. Pemanas (Heater)
a) Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah
Standard TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).
b) Metode perhitungan yang digunakan untuk merancang alat penukar panas
adalah metode Kern.
c) Fluida pemanas yang digunakan adalah steam
d) Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat
di literatur (Tabel 8 Kern, 1950).
e) Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar panas
jenis shell and tube heat exchanger.
f) Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di shell.
g) Jika nilai A yang didapat kecil dari 200 ft2 maka digunakan jenis alat penukar
panas jenis double pipe heat exchanger
h) Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di Annulus dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di Inner Pipe
i) Panjang tube yang digunakan adalah 20-25 ft
j) Dalam perancangan heat exchanger umumnya ukuran tube yang digunakan ¾
dan 1 in. Tube pitch yang digunakan jenis triangular dan square.
k) Baffle space: baffle spacing antara 25 % dari diameter shell (Kern, 1950).

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


16

2. Pendingin (Cooler)
a) Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah
Standard TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).

b) Metode perhitungan yang digunakan untuk merancang alat penukar panas


adalah metode Kern.

c) Fluida pendingin yang digunakan adalah air

d) Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat
di literatur (Tabel 8 Kern, 1950).

e) Jika nilai A yang didapat kecil dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar panas
jenis double pipe heat exchanger

f) Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di Annulus dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di Inner Pipe

g) Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan jenis alat penukar
panas jenis shell and tube heat exchanger

h) Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di shell.

i) Data Design yang dipilih tergantung pada flow area yang didapat (Tabel 11
Kern, 1950)

j) Nilai jH pada double pipe heat exchanger ditentukan dari nilai bilangan reynold
yang didapat (Figure 24 Kern, 1950)

k) Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang terdapat

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


17

di literatur (Figure 3 Kern, 1950)

l) Tebakan nilai Specific heat panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Tabel 4 Kern, 1950)

m) Double pipe exchanger selalu dipasang dalam 12ft, 15ft atau 20ft panjang
efektif.

n) UD yang didapat dari hasil perhitungan harus berada pada rentang UD asumsi
dan diperbolehkan memiliki selisih ±2 dengan UD koreksi.

o) Tebakan RD diambil pada Tabel 8 Halaman 840 Kern, 1950. Nilai RD tidak
boleh kurang dari 0,003.

p) Tebakan nilai Specific gravity panas diambil pada rentang yang terdapat di
literatur (Hal 281 Kern, 1950).

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


18

DAFTAR PUSTAKA

Andrivan, T.M. 2013. “Makalah Heat Exchanger”. Tugas Perpindahan Panas.


Departemen Teknik Kimia. Fakultas Teknik; Universitas Sumatera Utara.
Chuah T. G., dkk. 2006. “Fatty Acids used as Phase Change Materials (PCMs) for
Thermal Energy Storage in Building Material Applications”. The Institution of
Engineers: Malaysia
Http://www.phxequip.com/equipment.5381/5518-sq-ft-hughes-anderson-eng- corp-
al-6xn-shell-tube-heat-exchanger.aspx
http://www.heseco.com/hairpin.html
Kern, D.Q. 1950. “Process Heat Transfer”. McGraw-Hill International Book Company.
Lasmini, S. 2014. “Heat Exchanger”. Aplikasi Thermodinamika. Pendidikan Teknik
Mesin. FKIP. Universitas Sebelas Maret; Surakarta.
Yaws, C.L. 1999. “Chemical Properties Handbook”. McGraw-Hill, New York.

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


19

LAMPIRAN
PERHITUNGAN

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


20

LAMPIRAN PERHITUNGAN DIMENSI PERALATAN

1. Heater 1 (HE 01)

Steam
T= 483.15 K

Umpan
Umpan T= 473.15 K
T= 303.15 K

Steam
T=483.15 K

1. Dasar Perhitungan
a. Umpan adalah Gliserol dari Tangki Penyimpanan (ST-01) menuju Reaktor (R-
01).
b. Pada heater, fluida dingin yaitu Gliserol dengan fluida panas yaitu steam.
c. Suhu umpan masuk Gliserol adalah 300C (860F) dengan suhu keluar adalah
200C (392F). Sedangkan steam masuk pada suhu 210C (410F).
d. Umpan masuk sebanyak 489,1734 Kg/jam atau 1078,63 lb/h.
e. Q = (wc∆T)as asetat = 1078,63 × 0,66 × (392 − 86) =
217840,1148 Btu/h

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


21

ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 [Table 7, page 816] (interpolasi pada suhu 410 F)
𝑦𝑢− 𝑦𝐿
𝑦𝑖 = 𝑦𝐿 + (𝑥 − 𝑥𝐿 )
𝑥𝑢− 𝑋𝐿 𝑖

825,1−809,0
𝑦𝑖 = 809,0 + (410 − 400,95)= 806,205
417,33−400,95

Sehingga ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = 806,205 (Btu/lbm.F) (Kern, 1965)


Q = (Wℎ𝑓𝑔 )
steam

217840 = Wsteam × 806,205


Wsteam = 270,204 lb/h

f. Fluid properties:
Steam di shell side, hot fluid Gliserol di tube side, cold fluid
W (lb/h) 270,204 w (lb/h) 1078,63
T1 (F) 410 t1 (F) 86
T2 (F) 410 t 2 (F) 392
Inlet Pressure (atm) 1 Inlet Pressure (atm) 1
hfg (Btu/lbm.F) 806,205 (tabel 7) 𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 0,66 (Fig.4 hal 804)

g. Specification of Heat Exchanger (HE)

Fluida yang akan dipanaskan diasumsikan merupakan heavy organic, nilai μ


Gliserol 10,4 cp. Untuk μ > 1,0 cp maka fluida digolongkan heavy organic
dengan rentang Ud yaitu 6 − 60 Btu/h. ft 2 . ℉ (tabel 8, Kern, 1965)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


22

h. Menghitung LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Diff.
410 Higher Temp 392 18 t1
410 Lower Temp 86 324 t2
0 Difference 306 306 (t2-t1)
(T1-T2) (t2-t1)
(t 2 − t1 ) (306)
LMTD = = = 105,869℉
ln(t 2 / t1 ) ln(324/ 18)

Dipilih Ud = 10 Btu/h. ft 2 . ℉, nilai ∆t = 105,869℉ (2) dan heat load atau


Q = 217840 ,1148 Btu/h , sehingga diperoleh heat-transfer surface area (A)
yaitu,
Q 217840 ,1148 Btu/h
A= = = 205,764 ft 2
Ud x ∆t 10 Btu/h. ft 2 . ℉ × 105,869℉

Karena nilai A > 200 ft 2 , maka dipilih heater jenis shell and tube, dengan
asumsi steam mengalir di shell dan Gliserol mengalir di tube.

Nilai surface per lin ft untuk tube dengan OD 3/4 in pada 1 in square pitch, 16
BWG dan panjang 16 ft adalah 0.1963 inch2 (Tabel 10, hal 843), sehingga
jumlah tube (NT) adalah,
A 205,764 ft 2
NT = = = 65,51 tubes = 66 tubes
L x a′′ 16 ft × 0,1963 ft

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


23

Jumlah tube yang dibutuhkan adalah 66 tubes. Berdasarkan data pada Table 9 (Kern,
1965) diperoleh spesifikasi Heat Exchanger sebagai berikut.
Specification of Heat Exchanger (HE)
Type 2-4 Shell and Tube HE
Material Carbon Steel
Shell side Tube side
ID (inch) 12 Number (NT) 66
Baffle (B) Half-circle Length (L) 16
Passes (n) 2 OD, BWG 3/4, 16
Pitch (PT) 1 , square pitch
Passes (n) 4

i. Koreksi UD

Berdasarkan spesifikasi Heat Exchanger yang telah diperoleh, maka perhitungan


design overall coefficient, UD adalah sebagai berikut.
a′′ = 0,1963 ft 2 /lin ft [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
A = 66 × 16 × 0,1963 = 207,293 ft 2

Q 217840 ,1148 Btu/hr


UD = = = 9,93 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
A∆t 207,293 ft 2 × 105,869℉

2. Perhitungan 1-4 Shell and Tube Heat Exchanger


(T2 − T1 ) 0
R= = =0
t 2 − t1 ) 306

Dimana R = 0, sehingga ∆t = LMTD = 105,869℉


(t 2 − t1 ) (392 − 86)
S= = = 0,9444
(T2 − t1 ) (410 − 86)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


24

Ft = 1 (Fig.19, Kern, 1965)


∆t = Ft × LMTD = 1 × 181,3℉ = 181,3℉

3. Menentukan nilai 𝐓𝐜 𝐝𝐚𝐧 𝐭 𝐜

Tc dan t c adalah suhu rata-rata masing-masing fluida yaitu,

(T1 + T2 ) (410 + 410)


Tc = = = 410℉
2 2
(t1 + t 2 ) (392 + 86)
tc = = = 239 ℉
2 2
Hot fluid: shell side, steam Cold fluid: tube side, Gliserol
(4`) as = area of shell − area of tubes
(4) a′t = 0,302 in2
1 𝜋𝐼𝐷2 𝑂𝐷2
= − 𝑁𝑡 𝜋 [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
144 4 4
at = Nt × a′t /144n
1 3,14 (12)2 0,752
= − (66)3,14 0,302
144 4 4 = 66 ×
144 (4)
as = 0,58262 ft 2
at = 0,0346 ft 2

W
(5`) Gs = w/as (5) Gt = at
270,204 270,204
= =
0,58262 0,0346
Gs = 463,777 lb/hr. ft 2 Gt = 31170,5 lb/hr. ft 2
(6’) Pada Tc = 410℉, (6) Pada t c = 239℉,
μsteam = 0,016 × 2,42 μa.as = 10,4lb/ft. hr
μsteam = 0,0387 lb/ft. hr [Figure 14, page 825] (Kern, 1965)
[Figure 15, page 825] (Kern, 1965)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


25

OD 0,62
De = 4as /(Nt × π × ) D= = 0,0516 ft
ID 12
[Table 10, page 843] (Kern, 1965)
4(0,58262 ) Ret = DGt /μas
= 0.75
66 × 3,14 × = (0,0516)(31170,5)/10,4
12

= 0,17992 ft Ret = 154,854


Res = De G𝑠 /μsteam
= (0,17992)(463,777)/0,0387
ReS = 2155,97
L 16
(7`) 𝑗𝐻 = 27 (7) = 0,0516 = 310
D
[Figure 28, page 838] (Kern, 1965) 𝑗𝐻 = 1,5
[Figure 24, page 838] (Kern, 1965)
(8’) Pada t C = 410℉ (8) Pada t C = 239℉
C = 0,66 Btu/(lb)(℉) (fig. 3) C = 0,48 Btu/(lb)(℉) (fig. 2)
k = 0,01931 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 5) k = 0,164 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 4)
(cμ/k)1/3 = (0,66 × 0,0387/0,01931)1/3 (cμ/k)1/3 = (0,48 × 10,4/0,164)1/3
1/3
(cμ/k) = 1,09776 (cμ/k)1/3 = 3,12232

(9’) Condensation of steam (9) hi = 𝑗𝐻 𝑘/D(cμ/k)1/3 ϕs


ho = 1500 hi 0,164
= 1,5 × (3,12232)
ϕs 0,0516
hi
= 14,8663
ϕs
(10) Menghitung t w
ho / ϕs
tw = tc + (T − t c )
ho / ϕs +hi / ϕs c

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


26

1500
= 239 + (410 − 239)
1500 + 14,8663
= 240,678 ℉

(11) Pada t w = 240,678 ℉


μa.as = 7 × 2,42
μa.as = 16,94 lb/ft. hr (fig 14)
ϕs = (μ/μw )0,14 = (10,4 /16,94)0,14 = 0,93398
(12) Corrected coefficient
hi ϕs
hio =
ϕs
hio = 14,8663 × 0,93398
hio = 13,8848 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)

(13) Clean overall coefficient, UC


ho hio 1500 × 13,8848
UC = = = 14,7204 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
ho + hio 1500 + 13,8848

(14) Dirt factor, R D


UC − UD 14,7204 − 9,93
RD = = = 0,03281 (hr)(ft 2 )(℉)/Btu
UC × UD 14,7204 × 9,93

Summary
1500 h outside 14,8663
UC 14,72
UD 9,93
Rd Calculated 0,032810
Rd Required 0,003

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


27

Pressure Drop
(1’)Specific vol of steam from table 7 at (1)
Re = 154,854
410 ℉
f = 0,0035 (fig 26)
v = 35,09 s = 1,26 (tabel 6)
s = (1/35,09) = 0,0285
OD 𝐼𝐷
De = 4as /(Nt × π × ) +𝐼𝐷 𝜋
ID

4(0,58262) 12
= 0,75 + 3,14 ×
66 × 3,14 × 12
12

= 0,14482 ft

Re′s = De G𝑠 /μsteam
= 0,14482 × (463,777 )/0,03872
= 1735,29
f = 0,0032 (fig 29)

(2’) (2)
fGs2 Ln fGt2 Ln
∆Ps = ∆Pt =
5,22 × 1010 Desϕ
s 5,22 × 1010 Dsϕs
(0,0032 )(463,777 )2 (16)(2) 1 (0,0035)(31170,5 )2 (16)(4)
= ∆Pt =
5,22 × 1010 (0,14482 )( 0,93398 )1 2 5,22 × 1010 (0,0517)( 1,26 )1
∆Pt = 0,0001 psi ∆Pt = 0,03202 psi

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


28

2. Heater 2 (HE 02)

Steam
T= 483.15 K

Umpan
Umpan T= 473.15 K
T= 303.15 K

Steam
T=483.15 K

1. Dasar Perhitungan
a. Umpan adalah Asam Asetat dari Tangki Penyimpanan (ST-02)menuju Reaktor
(R-01).
b. Pada heater, fluida dingin yaitu Asam Asetat dengan fluida panas yaitu steam.
c. Suhu umpan masuk Asam Asetat adalah 300C (860F) dengan suhu keluar adalah
200C (392F). Sedangkan steam masuk pada suhu 210C (410F).
d. Umpan masuk sebanyak 2813,403 Kg/jam atau 6203,553 lb/h.
e. Q = (wc∆T)as asetat = 6203,553 × 0,62 × (392 − 86) =
1176938,075 Btu/h

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


29

ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 [Table 7, page 816] (interpolasi pada suhu 410 F)
𝑦𝑢− 𝑦𝐿
𝑦𝑖 = 𝑦𝐿 + (𝑥 − 𝑥𝐿 )
𝑥𝑢− 𝑋𝐿 𝑖

825,1−809,0
𝑦𝑖 = 809,0 + (410 − 400,95)= 806,205
417,33−400,95

Sehingga ℎ𝑓𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = 806,205 (Btu/lbm.F) (Kern, 1965)


Q = (Wℎ𝑓𝑔 )
steam

1176938,075 = Wsteam × 806,205


Wsteam = 1459,85 lb/h

f. Fluid properties:
Steam di shell side, hot fluid Asam Asetat di tube side, cold fluid
W (lb/h) 1459,85 w (lb/h) 6203,553
T1 (F) 410 t1 (F) 86
T2 (F) 410 t 2 (F) 392
Inlet Pressure (atm) 1 Inlet Pressure (atm) 1
hfg (Btu/lbm.F) 806,205 (tabel 7) 𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 0,62 (Fig.4 hal 804)

g. Specification of Heat Exchanger (HE)

Fluida yang akan dipanaskan diasumsikan merupakan medium organic, nilai μ


Asam Asetat 0,5 cp. Untuk 0,5 ≤ μ ≤ 1,0 cp maka fluida digolongkan
medium organic dengan rentang Ud yaitu 50 − 100 Btu/h. ft 2 . ℉ (tabel 8,
Kern, 1965)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


30

h. Menghitung LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Diff.
410 Higher Temp 392 18 t1
410 Lower Temp 86 324 t2
0 Difference 306 306 (t2-t1)
(T1-T2) (t2-t1)
(t 2 − t1 ) (306)
LMTD = = = 105,869℉
ln(t 2 / t1 ) ln(324/ 18)

Dipilih Ud = 50 Btu/h. ft 2 . ℉, nilai ∆t = 105,869℉ (2) dan heat load atau


Q = 217840 ,1148 Btu/h , sehingga diperoleh heat-transfer surface area (A)
yaitu,
Q 1176938,075 Btu/h
A= = = 222,3391 ft 2
Ud x ∆t 50 Btu/h. ft 2 . ℉ × 105,869℉

Karena nilai A > 200 ft 2 , maka dipilih heater jenis shell and tube, dengan
asumsi steam mengalir di shell dan Asam Asetat mengalir di tube.

Nilai surface per lin ft untuk tube dengan OD 3/4 in pada 1 in square pitch, 16
BWG dan panjang 16 ft adalah 0.1963 inch2 (Tabel 10, hal 843), sehingga
jumlah tube (NT) adalah,
A 222,3391 ft 2
NT = = = 70,79 tubes = 71 tubes
L x a′′ 16 ft × 0,1963 ft

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


31

Jumlah tube yang dibutuhkan adalah 71 tubes. Berdasarkan data pada Table 9 (Kern,
1965) diperoleh spesifikasi Heat Exchanger sebagai berikut.
Specification of Heat Exchanger (HE)
Type 2-4 Shell and Tube HE
Material Carbon Steel
Shell side Tube side
ID (inch) 12 Number (NT) 71
Baffle (B) Half-circle Length (L) 16
Passes (n) 2 OD, BWG 3/4, 16
Pitch (PT) 1 , square pitch
Passes (n) 4

i. Koreksi UD

Berdasarkan spesifikasi Heat Exchanger yang telah diperoleh, maka perhitungan


design overall coefficient, UD adalah sebagai berikut.
a′′ = 0,1963 ft 2 /lin ft [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
A = 71 × 16 × 0,1963 = 207,293 ft 2

Q 217840 ,1148 Btu/hr


UD = = = 49,85 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
A∆t 207,293 ft 2 × 105,869℉

2. Perhitungan 1-4 Shell and Tube Heat Exchanger


(T2 − T1 ) 0
R= = =0
t 2 − t1 ) 306

Dimana R = 0, sehingga ∆t = LMTD = 105,869℉


(t 2 − t1 ) (392 − 86)
S= = = 0,9444
(T2 − t1 ) (410 − 86)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


32

Ft = 1 (Fig.19, Kern, 1965)


∆t = Ft × LMTD = 1 × 105,8687℉ = 105,8687℉

3. Menentukan nilai 𝐓𝐜 𝐝𝐚𝐧 𝐭 𝐜

Tc dan t c adalah suhu rata-rata masing-masing fluida yaitu,

(T1 + T2 ) (410 + 410)


Tc = = = 410℉
2 2
(t1 + t 2 ) (392 + 86)
tc = = = 239 ℉
2 2
Hot fluid: shell side, steam Cold fluid: tube side, Asam Asetat
(4`) as = area of shell − area of tubes
(4) a′t = 0,302 in2
1 𝜋𝐼𝐷2 𝑂𝐷2
= − 𝑁𝑡 𝜋 [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
144 4 4
at = Nt × a′t /144n
1 3,14 (12)2 0,752
= − (71)3,14 0,302
144 4 4 = 71 ×
144 (4)
as = 0,567285 ft 2
at = 0,037226 ft 2

W
(5`) Gs = w/as (5) Gt = at
1459,85 1459,85
= =
0,567285 0,037226
Gs = 2573,397 lb/hr. ft 2 Gt = 166647,1 lb/hr. ft 2
(6) Pada t c = 239℉,
(6’) Pada Tc = 410℉,
μa.as = 0,42 x 2,42 lb/ft. hr
μsteam = 0,016 × 2,42
μa.as = 1,0164 lb/ft. hr
μsteam = 0,0387 lb/ft. hr
[Figure 14, page 825] (Kern, 1965)
[Figure 15, page 825] (Kern, 1965)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


33

OD 0,62
De = 4as /(Nt × π × ) D= = 0,0516 ft
ID 12
[Table 10, page 843] (Kern, 1965)
4(0,567285 ) Ret = DGt /μas
= 0.75
71 × 3,14 × = (0,0516)(166647,1)/1,0164
12

= 0,162852 ft Ret = 8471,172


Res = De G𝑠 /μsteam
= (0,162852)(2573,397)/0,0387
ReS = 10827,9
L 16
(7`) 𝑗𝐻 = 52 (7) = 0,0516 = 310
D
[Figure 28, page 838] (Kern, 1965) 𝑗𝐻 = 32
[Figure 24, page 838] (Kern, 1965)
(8’) Pada t C = 410℉ (8) Pada t C = 239℉
C = 0,62 Btu/(lb)(℉) (fig. 3) C = 0,56 Btu/(lb)(℉) (fig. 2)
k = 0,01931 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 5) k = 0,099 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 4)
(cμ/k)1/3 = (0,62 × 0,0387/0,01931)1/3 (cμ/k)1/3 = (0,56 × 1,0164/0,099)1/3
1/3
(cμ/k) = 1,075115 (cμ/k)1/3 = 1,791455

(9’) Condensation of steam (9) hi = 𝑗𝐻 𝑘/D(cμ/k)1/3 ϕs


ho = 1500 hi 0,099
= 32 × (1,791455)
ϕs 0,0516
hi
= 109,8451
ϕs
(10) Menghitung t w
ho / ϕs
tw = tc + (T − t c )
ho / ϕs +hi / ϕs c

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


34

109,8451
= 239 + (410 − 239)
109,8451 + 1500
= 250,6679 ℉

(11) Pada t w = 250,6679 ℉


μa.as = 0,4 × 2,42
μa.as = 0,968 lb/ft. hr (fig 14)
ϕs = (μ/μw )0,14 = (1,0164 /0,968)0,14
= 1.006854
(12) Corrected coefficient
hi ϕs
hio =
ϕs
hio = 109,8451 × 1.006854
hio = 110,5979 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
(13) Clean overall coefficient, UC
ho hio 1500 × 109,8451
UC = = = 102,35 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
ho + hio 1500 + 109,8451

(14) Dirt factor, R D


UC − UD 102,35 − 49,85
RD = = = 0,010289 (hr)(ft 2 )(℉)/Btu
UC × UD 102,35 × 49,85

Summary
1500 h outside 109,8451
UC 102,35
UD 49,85
Rd Calculated 0,010289
Rd Required 0,003

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


35

Pressure Drop
(1’)Specific vol of steam from table 7 at (2)
Re = 8471,172
410 ℉
f = 0,00028 (fig 26)
v = 35,09 s = 1,05 (tabel 6)
s = (1/35,09) = 0,0285
OD 𝐼𝐷
De = 4as /(Nt × π × ) +𝐼𝐷 𝜋
ID

4(0,567285) 12
= 0,75 + 3,14 ×
71 × 3,14 × 12
12

= 0,132902 ft

Re′s = De G𝑠 /μsteam
= 0,132902 × (2573,397 )/0,038704
= 8836,566
f = 0,0025 (fig 29)

(2’) (2)
fGs2 Ln 1 fGt2 Ln
∆Ps = ∆Pt = 𝑥
5,22 × 1010 Desϕ
s 2 5,22 × 1010 Dsϕs
(0,0025 )(2573,397 )2 (16)(2) 1 (0,00028)(166647,1 )2 (16)(4)
= ∆Pt =
5,22 × 1010 (0,132902 )( 1,029437 )1 2 5,22 × 1010 (0,0517)( 1,05 )1
∆Pt = 0,002603 psi ∆Pt = 0,87868 psi

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


36

3. Cooler (HE-101)

Air pendingin
T= 298 K

Umpan Umpan
T= 375,3323 K T= 303 K

Air pendingin
T= 303 K

1. Dasar Perhitungan
a. Umpan adalah Asam Asetat dari Bottom Product Distilasi Azeotrop (MD-02)
b. Pada cooler, fluida dingin yaitu Air Pendingin dengan fluida panas yaitu Asam
Asetat.
c. Suhu umpan masuk Asam Asetat adalah 102,33230C (216,19810F) dengan suhu
keluar adalah 30C (86F). Sedangkan air pendingin masuk pada suhu 30C
(86F) dan suhu air pendingin keluar 250C (770F).
d. Umpan masuk sebanyak 1861,25 Kg/jam atau 4860,821 lb/h.
e. Q = (wc∆T)as asetat = 4860,821 × 0,52 × (216,1981 − 86) =
329092,222 Btu/h

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


37

𝑄umpan = Qwater
𝑄 = (wc∆T)water
329092,222 = Wwater × 1 × (86 − 77)
Wwater = 36565,8 lb/h

f. Fluid properties:
Water di shell side, cold fluid Asam Asetat di tube side, hot fluid
W (lb/h) 36565,8 w (lb/h) 4860,821
T1 (F) 86 t1 (F) 216,1981
T2 (F) 77 t 2 (F) 86
Inlet Pressure (atm) 1 Inlet Pressure (atm) 1
𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 1 (Fig.4 hal 804) 𝐶𝑝 (Btu/lbm.F) 0,22 (Fig.4 hal 804)

g. Specification of Heat Exchanger (HE)

h. Fluida yang akan didinginkan diasumsikan merupakan heavy organic, nilai μ


Asam Asetat 1,45 cp. Untuk μ > 1,0 cp maka fluida digolongkan heavy
organic dengan rentang Ud yaitu 6 − 60 Btu/h. ft 2 . ℉ (tabel 8, Kern, 1965)

i. Menghitung LMTD
Hot Fluid Cold Fluid Diff.
216,1981 Higher Temp 86 130,1981 t1
86 Lower Temp 77 9 t2
130,1981 Difference 9 121,1981 (t2-t1)
(T1-T2) (t2-t1)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


38

(t 2 − t1 ) (121,1981)


LMTD = = = 45,36141℉
ln(t 2 / t1 ) ln(130,1981/ 9)

Dipilih Ud = 30 Btu/h. ft 2 . ℉, nilai ∆t = 45,36141℉ (2) dan heat load atau


Q = 329092,222 Btu/h , sehingga diperoleh heat-transfer surface area (A)
yaitu,
Q 329092,222 Btu/h
A= = = 241,8298 ft 2
Ud x ∆t 30 Btu/h. ft 2 . ℉ × 45,36141℉

Karena nilai A > 200 ft 2 , maka dipilih cooler jenis shell and tube, dengan
asumsi Air pendingin mengalir di shell dan Asam Asetat mengalir di tube.

Nilai surface per lin ft untuk tube dengan OD 3/4 in pada 1 in square pitch, 16
BWG dan panjang 16 ft adalah 0.1963 inch2 (Tabel 10, hal 843), sehingga
jumlah tube (NT) adalah,
A 241,8298 ft 2
NT = = = 76,99 tubes = 77 tubes
L x a′′ 16 ft × 0,1963 ft
Jumlah tube yang dibutuhkan adalah 77 tubes. Berdasarkan data pada Table 9 (Kern,
1965) diperoleh spesifikasi Heat Exchanger sebagai berikut.
Specification of Heat Exchanger (HE)
Type 2-4 Shell and Tube HE
Material Carbon Steel
Shell side Tube side
ID (inch) 13,25 Number (NT) 77
Baffle (B) Half-circle Length (L) 16
Passes (n) 1 OD, BWG 3/4, 16
Pitch (PT) 1 , square pitch
Passes (n) 2

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


39

j. Koreksi UD

Berdasarkan spesifikasi Heat Exchanger yang telah diperoleh, maka perhitungan


design overall coefficient, UD adalah sebagai berikut.
a′′ = 0,1963 ft 2 /lin ft [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
A = 77 × 16 × 0,1963 = 241,8416 ft 2

Q 329092,222 Btu/hr
UD = = 2
= 29,99 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
A∆t 241,8416 ft × 45,36141℉

2. Perhitungan 1-4 Shell and Tube Heat Exchanger


(T2 − T1 ) 9
R= = = 0,069
t 2 − t1 ) 130,1981
(t 2 − t1 ) (86 − 77)
S= = = 0,064656
(T2 − t1 ) (216,1981 − 77)
Ft = 1 (Fig.19, Kern, 1965)
∆t = Ft × LMTD = 1 × 45,36141℉ = 45,36141℉

3. Menentukan nilai 𝐓𝐜 𝐝𝐚𝐧 𝐭 𝐜

Tc dan t c adalah suhu rata-rata masing-masing fluida yaitu,

(T1 + T2 ) (86 + 77)


Tc = = = 81,5 ℉
2 2
(t1 + t 2 ) (216,1981 + 86)
tc = = = 151,0991℉
2 2

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


40

Cold fluid: shell side, water Hot fluid: tube side, Asam Asetat
(4`) as = area of shell − area of tubes
(4) a′t = 0,302 in2
1 𝜋𝐼𝐷2 𝑂𝐷2
= − 𝑁𝑡 𝜋 [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
144 4 4
at = Nt × a′t /144n
1 3,14 (13,25)2 0,752
= − (77)3,14 0,302
144 4 4 = 77 ×
144 (2)
as = 0,720946 ft 2
at = 0,080743 ft 2

W
(5`) Gs = w/as (5’) Gt = at
36565,8 36565,8
= =
0,720946 0,080743
Gs = 50719,18 lb/hr. ft 2 Gt = 60201,1 lb/hr. ft 2
(6) Pada Tc = 81,5℉, (6`) Pada t c = 151,0991℉,
μwater = 0,95 × 2,42 μa.as = 0,42 x 2,42 lb/ft. hr
μwater = 2,29805 lb/ft. hr μa.as = 1,0164 lb/ft. hr
[Figure 14, page 823] (Kern, 1965) [Figure 14, page 825] (Kern, 1965)
OD
De = 4as /(Nt × π × )
ID 0,62
D= = 0,0516 ft
12
4(0,720946 ) [Table 10, page 843] (Kern, 1965)
= 0.75
77 × 3,14 × 13,25 Ret = DGt /μas

= 0,210716 ft = (0,0516)(60201,1 )/1,0164

Res = De G𝑠 /μwater Ret = 3060,203

= (0,21071)(50719,18)/2,29805
ReS = 4650,609

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


41

L 16
(7`) 𝑗𝐻 = 40 (7`) = 0,0516 = 310
D
[Figure 28, page 838] (Kern, 1965) 𝑗𝐻 = 9
[Figure 24, page 838] (Kern, 1965)
(8) Pada t C = 81,5℉ (8`) Pada t C = 151,0991℉
C = 1 Btu/(lb)(℉) (fig. 2) C = 0,52 Btu/(lb)(℉) (fig. 2)
k = 0,35298 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 4) k = 0,099 Btu/(hr)(ft 2 )(℉/ft) (Table 4)
(cμ/k)1/3 = (1 × 2,29805/0,35298)1/3 (cμ/k)1/3 = (0,52 × 1,0164/0,099)1/3
1/3
(cμ/k) = 1,867251 (cμ/k)1/3 = 1,747743

(9) Condensation of cooling water (9`) hi = 𝑗𝐻 𝑘/D(cμ/k)1/3 ϕs


ho = 1500 hi 0,099
= 9× (1,747743)
ϕs 0,0516
hi
= 30,14011
ϕs
(10) Menghitung t w
ho / ϕs
tw = tc + (T − t c )
ho / ϕs +hi / ϕs c

30,14011
= 151,0991 + (151,0991
30,14011 + 1500
− 81,5)
= 82,87094 ℉

(11`) Pada t w = 82,87094 ℉


μa.as = 0,4 × 2,42
μa.as = 0,968 lb/ft. hr (fig 14)

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


42

ϕs = (μ/μw )0,14 = (1,0164 /0,968)0,14


= 1.006854
(12`) Corrected coefficient
hi ϕs
hio =
ϕs
hio = 30,14011 × 1.006854
hio = 30,34669 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
(13) Clean overall coefficient, UC
ho hio 1500 × 30,34669
UC = = = 29,54642 Btu/(hr)(ft 2 )(℉)
ho + hio 1500 + 30,34669

(14) Dirt factor, R D


UC − UD 29,54642 − 29,99
RD = = = −0,000510 (hr)(ft 2 )(℉)/Btu
UC × UD 29,54642 × 29,99

Summary
1500 h outside 30,14011
UC 29,55
UD 30
Rd Calculated −0,000510
Rd Required 0,003

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh


43

Pressure Drop
(1) (3)
Re = 8471,172
s=1 (tabel 6)
OD 𝐼𝐷 f = 0,00028 (fig 26)
De = 4as /(Nt × π × ) +𝐼𝐷 𝜋 s = 1,05 (tabel 6)
ID

4(0,567285) 12
= 0,75 + 3,14 ×
71 × 3,14 × 12
12

= 0,132902 ft

Re′s = De G𝑠 /μsteam
= 0,132902 × (2573,397 )/0,038704
= 8836,566
f = 0,0025 (fig 29)

(2) (2`)
fGs2 Ln 1 fGt2 Ln
∆Ps = ∆Pt = 𝑥
5,22 × 1010 Desϕs 2 5,22 × 1010 Dsϕs
(0,0025 )(2573,397 )2 (16)(2) 1 (0,00028)(166647,1 )2 (16)(4)
= ∆Pt =
5,22 × 1010 (0,132902 )( 1,029437 )1 2 5,22 × 1010 (0,0517)( 1,05 )1
∆Pt = 0,002603 psi ∆Pt = 0,87868 psi

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui oleh

Anda mungkin juga menyukai