Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No. 1 Tahun 2014 Hal.

13-22

PROFIL GELATINISASI FORMULA PEMPEK ³LENJER´


THE GELATINIZATION PROFILES OF THE FORMULA OF 3(03(. ´/(1-(5´
Railia Karneta, Amin Rejo, Gatot Priyanto dan Rindit Pambayun
Program Doktor Bidang Kajian Utama Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwjaya
e-mail: railiakarneta@yahoo.com
Diterima: 13 Mei 2013; Direvisi: 27 Mei 2013 ± 14 November 2013; Disetujui: 28 November 2013

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil gelatinisasi adonan pempek lenjer dari
beberapa formula, dengan perlakuan perbandingan ikan dengan tepung tapioka. Selama
pemanasan terjadi peningkatan viskositas yang disebabkan oleh pembengkakan granula
pati yang irreversible dalam air, karena energi kinetik molekul air lebih kuat dari daya tarik
molekul pati sehingga air dapat masuk ke dalam granula pati. Hasil profil gelatinisasi
menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung tapioka pada adonan pempek
maka suhu awal gelatinisasi semakin rendah (63°C), viskositas maksimum semakin
rendah (100 BU) gel lebih kompak, stabilitas pasta relatif rendah (41 BU) dan viskositas
balik semakin tinggi (31 BU) pengembangan granula lebih besar, tetapi kemungkinan
retrogradasi semakin besar.
Kata kunci: adonan, formula, gelatinisasi, sifat amilografi, pempek

Abstract
This research aims to determine the gelatinization profiles of pempek lenjer dough from
several formulas, with comparising fish with tapioca flour treatment. During the heating
occured an increase in viscosity caused by the swelling of the irreversible starch granules
in the water caused by the kinetic energy of water molecules which is stronger than the
attraction of starch molecules so that the water could get into the starch granules.
Gelatinization profile result showed that the higher the addition of tapioca flour on the
pempek dough the lower the initial gelatinization temperature (63°C), the lower the
maximum viscosity (100 BU) is more compact the gel, paste stability was relatively low
(41 BU) and the higher the reverse viscosity (31 BU), the development of the granules
became larger, but the greater the the possibility of retrogradation.

Keywords: dough, formulation, gelatinization, amilography properties, pempek

PENDAHULUAN salah satu tahap penting pada


pembuatan pempek, karena pada tahap
Pempek merupakan makanan ini molekul pati mengalami gelatinisasi
tradisional khas Sumatera Selatan, yang dan protein terdenaturasi (Chen et al.,
berpotensi dikembangkan ke skala 1999). Lama dan suhu pemasakan
industri yang lebih besar, karena selain pempek secara optimal belum dilakukan
rasanya yang khas dan disukai oleh produsen pempek, sehingga
masyarakat, juga memiliki nilai ekonomis penurunan mutu dan kerusakan-
dan gizi yang cukup tinggi. Pempek kerusakan akibat proses pengolahan
dibuat dari daging ikan giling, tepung dengan pemberian panas yang
tapioka atau tepung sagu, air, garam, berlebihan belum diperhitungkan, yg
dan bumbu-bumbu sebagai penambah berdampak terhadap masa simpan
cita rasa. Tahapan pengolahan pempek pempek yang relatif singkat.
terdiri dari penggilingan daging ikan, Industri pempek harus mengetahui
pencampuran bahan, pembentukan secara kuantitatif data sifat amilografi
pempek dan pemasakan. Pada tahap dari adonan pempek, agar energi yang
pemasakan (perebusan) merupakan diberikan sesuai dengan kebutuhan

13
Railia Karneta Profil Gelatinisasi Formula Pempek ...
Amin Rejo, dkk.

pemasakan pempek dan tingkat suhu menyebabkan warna gel menjadi buram
yang dihasilkan tidak menurunkan (Haryadi, 1995).
massa, warna dan kualitas pempek. Masalah utama pengembangan
Data amilografi adonan pempek sangat industri pempek di Sumatera Selatan
diperlukan oleh industri pempek adalah mutu yang tidak konsisten dan
terutama untuk mengidentifikasi daya tahan simpan yang rendah, karena
perubahan respon, akibat perubahan industri pempek skala kecil sering
formulasi adonan, dapat menduga suhu mengubah formula dan cara pengolahan
yang dibutuhkan selama pengolahan, terutama lama dan suhu pemasakan
dan dapat mengidentifikasi data awal yang tidak terkontrol, sehingga
untuk keperluan rancang bangun serta konsistensi mutu pempek sulit
operasi proses panas pengolahan dipertahankaan. Industri pempek sulit
pempek, dan ahirnya dapat pula di susun dikembangkan ke skala industri yang
standarisasi pempek untuk tujuan lebih besar tanpa konsistensi mutu yang
perdagangan, baik untuk keperluan baik (Karneta, 2010). Negara negara
domestik maupun internasional. yang sukses dalam perdagangan luar
Profil gelatinisasi adonan pempek negeri, pada umumnya ditunjang oleh
(sifat amilografi) berdasarkan system jaminan mutu yang baik dan
peningkatan viskositas mensimulasikan bersifat proaktif terhadap persyaratan
proses pemasakan. Selama pemasakan mutu yang diminta, dengan
(perebusan) akan mempengaruhi melaksanakan pemasyarakatan mutu
granula pati dan protein ikan. Pada (quality promotion) yang terprogram
granula pati terjadi pembengkakan yang dengan baik (Kadarisman, 2000).
irreversible dalam air, karena energi Industri pempek Sumatera Selatan
kinetik molekul air lebih kuat dari pada diharapkan dapat menyongsong era
daya tarik molekul pati sehingga air perdagangan bebas, dengan produk
dapat masuk ke dalam granula pati. yang bermutu, sanitasi, hygiene dan
Proses kenaikan suhu bahan yang keamanan pangan.
direbus dipengaruhi oleh kecepatan Masalah mutu pempek dipengaruhi oleh
transfer panas dari air perebusan ke beberapa faktor, yaitu :
bahan yang terjadi secara konveksi, dan 1. Apakah suhu dan waktu awal
transfer panas dalam bahan terjadi gelatinisasi dapat diketahui secara
secara konduksi (Huang and Liu, 2009). kuantitatif untuk setiap formula
Menurut Alam et al., 2007, semakin lama pempek
pemanasan semakin banyak granula pati 2. Apakah suhu dan waktu saat granula
yang mengalami pengembangan dan pecah berpengaruh terhadap
tidak dapat kembali pada kondisi semula viskositas maksimum
(tergelatinisasi), sehingga jumlah granula 3. Apakah formula pempek
pati dan senyawa lainnya yang larut berpengaruh terhadap viskositas
dalam air seperti protein, vitamin dan pendinginan
mineral akan berkurang, sebaliknya 4. Apakah formula pempek
waktu pemasakan yang lebih singkat berpengaruh terhadap viskositas
memungkinkan granula pati tidak balik
tergelatinisasi secara sempurna. 5. Apakah formula pempek
Pemasakan pati yang berlebihan berpengaruh terhadap stabilitas
mengakibatkan lebih banyak amilosa pempek
yang terdifusi dalam suspensi pati Penelitian ini bertujuan untuk
sehingga viskositasnya menurun dan mengetahui profil gelatinisasi adonan
penyusutan bahan meningkat, karena pempek lenjer dari beberapa formula.
sebagian besar penyusun bahan yang meliputi suhu awal gelatinisasi,
terutama amilosa telah lepas keluar, dan waktu awal gelatinisasi, suhu gelatinisasi
molekul amilosa yang berantai lurus (saat granula pecah), waktu gelatinisasi
dapat mengelompok melalui ikatan (granula pecah), viskositas maksimum,
hidrogen intermolekuler yang

14
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No. 1 Tahun 2014 Hal. 13-22

viskositas dingin, viskositas balik dan B. Metode Penelitian


stabilitas pempek. Penelitian ini berupa perlakuan
tunggal yaitu formulasi pempek dengan
BAHAN DAN METODE perbandingan daging ikan gabus dan
tepung tapioka sebagai berikut :
A. Bahan dan Alat Formula 1 = 2 : 1
Bahan yang digunakan dalam Formula 2 = 2 : 2
penelitian ini adalah tepung tapioka cap Formula 3 = 2 : 3
tani, garam dapur, ikan gabus Formula 4 = 2 : 4
(Ophicephallus striatus Blkr) dan air es.
Tepung tapioka dan ikan gabus Pelaksanaan Penelitian
diperoleh di Pasar Cinde Palembang. Membuat adonan pempek sesuai
Alat yang digunakan adalah alat dengan formulasinya, dengan
pengolahan yaitu ekstruder, pisau, menambahkan air dan 2,5% garam
baskom, timbangan, labu takar dan alat dapur. Penambahan air mengikuti
analisis produk yang digunakan adalah rumus : 75% berat adonan ± (kadar air
Brabender Micro Visco amylograph ikan x berat ikan) ± (kadar air tepung x
version 2.4.9 type 80.3203 (Gambar 1). berat tepung).
Bagian-bagian penting dari alat adalah Pengamatan utama pada penelitian
sebagai berikut: wadah mangkuk (1) ini adalah profil gelatinisasi, yang
dan pengaduk berputar (2) yang terbuat meliputi suhu gelatinisasi, viskositas
dari baja tahan karat. Pengaduk ini puncak (V max), ketidak stabilan pasta
dihubungkan dengan pegas pengukur (3) (KP), viskositas balik (VB) dan viskositas
yang sangat sensitif. Setelah diisi setelah didinginkan selama 20 menit
suspensi adonan pempek, mangkuk pada suhu 50°C (VR). Profil gelatinisasi
diputarkan pada kecepatan yang tetap dievaluasi dengan menggunakan
(4). Perputaran pengaduk tergantung brabender micro visco amylograf.
pada viskositas bahan yang diukur. Sampel adonan pempek ditimbang
Tahanan yang dihasilkan dialirkan sebanyak 10 gram yang sudah diketahui
melalui sistem pegas dan secara kadar airnya kedalam measuring bowl
kontinyu dicatat pada alat pencatat (5). kemudian ditambahkan 105 ml aquades.
Alat pencatat dilengkapi dengan kertas Suspensi dihomogenkan dengan spatula
dan pensil pencatat, dimana setiap garis dan measuring bowl ditempatkan
pada sumbu x (horizontal) menunjukkan kedalam instrument brabender micro
1 menit, sedangkan garis melengkung visco amylograph, kemudian diputar
kearah vertikal menunjukkan nilai dengan 250 putaran permenit sambil
viskositas yang dinyatakan dalam satuan dinaikkan suhunya dari 30°C sampai
brabender unit (BU). Mangkuk 95°C dengan laju kenaikan suhu 1,5°C
dipanaskan oleh sumber radiasi (7) yang per menit. Amylografi hasil pengamatan
terus dihubungkan ke bahan yang adonan pempek disajikan pada Gambar
sedang dianalisis. 2, 3, 4 dan 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Suhu Awal Gelatinisasi


Hasil analisis profil gelatinisasi
adonan pempek disajikan pada Tabel 1,
2, 3 dan 4 dan amilografi adonan
pempek pada Gambar 2, 3, 4, dan 5.
Suhu awal gelatinisasi adalah suhu pada
saat pertama kali viskositas mulai naik,
Gambar 1. Instrumen Brabender Micro Visco saat ikatan mulai melemah dan
Amylograph terjadinya pembengkakan granula pati.
Suhu gelatinisasi merupakan fenomena
sifat fisik pati yang kompleks yang

15
Railia Karneta Profil Gelatinisasi Formula Pempek ...
Amin Rejo, dkk.

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara sampai batas yang akan mengembang
lain ukuran molekul amilosa, amilopektin secara lambat, dimana air secara
dan keadaan media pemanasan. perlahan-lahan dan bolak- balik
berimbibisi ke dalam granula sehingga
Tabel 1. Profil Gelatinisasi Pempek Formula 1 terjadi pemutusan ikatan hydrogen
antara molekul-molekul granula, (b)
Point Nama Waktu Viskositas Temp
(menit) (BU) (°C)
pengembangan granula secara cepat
A Awal proses 6:00 19 69,9 yang dikarenakan menyerap air secara
gelatinisasi cepat sampai kehilangan sifat
B Viskositas 7:30 304 89,6
maksimum birefriengence (sifat merefleksikan
C Viskositas pada 9:20 112 98,6 cahaya terpolarisasi), (c) granula pecah
suhu 95°C jika cukup air dan suhu terus naik
(holding period)
D Viskositas 14:20 44 100 sehingga molekul amilosa keluar dari
setelah granula (Kusnandar, 2010).
pendinginan
E Viskositas pada 21:00 30 66,7
Formula 1 mempunyai suhu dan
suhu 50°C waktu awal gelatinisasi yang tinggi yaitu
F Viskositas akhir 22:00 31 62,6 69,9°C pada waktu menit ke 6
pendinginan
B-D Stabilitas pasta 260 pemanasan. Pada suhu dibawah 69,9°C
E-D Viskositas balik -14 tidak menyebabkan perubahan
viskositas pada formula 1, tetapi pada
suhu 69,9°C mulai terjadi peningkatan
viskositas. Pemanasan lebih lanjut
menyebabkan terjadinya viskositas
puncak (maksimum) pada suhu 89,6°C
sebesar 304 BU.
Formula 1 lebih banyak
mengandung ikan dibandingkan formula
yang lain, sehingga pada waktu
pemanasan menyebabkan terjadinya
hidrolisis molekul amilosa atau
amilopektin menjadi rantai yang lebih
pendek, misalnya dekstrin (Lidiasari et
al., 2006). Hal ini dapat menyebabkan
pati menurun kemampuan gelatinisasi
secara keseluruhan sehingga waktu awal
gelatinisasi menjadi lama. Pada formula
1, mengandung kadar lemak dan protein
yang tinggi yang mampu membentuk
Gambar 2. Amilografi Adonan Pempek kompleks dengan amilosa, sehingga
Formula 1 membentuk endapan yang tidak larut
dan menghambat pengeluaran amilosa
Gelatinisasi merupakan proses dari granula. Dengan demikian,
pengembangan granula diikuti diperlukan energi yang lebih besar untuk
berubahnya struktur granula dan melepas amilosa sehingga suhu awal
hilangnya sifat kristalin. Sebelum gelatinisasi yang dicapai akan lebih
granula berubah, beberapa bahan tinggi (Richana dan Titi, 2004).
terutama amilosa mulai terpisah dari Keberadaan lemak dan protein
granula, tetapi tidak semua amilosa dapat membentuk lapisan pada
terpisah selama gelatinisasi. Perubahan permukaan granula pati (Awuah et al.,
morfologis granula pati selama 2007). Hal ini dapat menyebabkan
pengembangan tergantung pada sifat penundaan proses gelatinisasi, karena
alami pati. Mekanisme gelatinisasi pada menghambat adsorbsi air oleh granula
dasarnya terjadi dalam tiga tahap yaitu : pati. Proses penundaan gelatinisasi
(a) penyerapan air oleh granula pati dapat diamati dari peningkatan suhu

16
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No. 1 Tahun 2014 Hal. 13-22

gelatinisasi dan profil gelatinisasi pati pada formula 3, tetapi pada suhu 63,7°C
yang lebih landai (Kusnandar, 2010). mulai terjadi peningkatan viskositas.
Formula 2 mempunyai suhu dan waktu Pemanasan lebih lanjut menyebabkan
awal gelatinisasi yaitu 65,9°C pada terjadinya viskositas puncak (maksimum)
waktu menit ke 5,50 pemanasan. Pada pada suhu 84,5°C sebesar 114 BU.
suhu dibawah 65,9°C tidak
menyebabkan perubahan viskositas Tabel 3. Profil Gelatinisasi Pempek
pada formula 2, tetapi pada suhu 65,9°C Formula 3
mulai terjadi peningkatan viskositas.
Point Nama Waktu Viskositas Temp
Pemanasan lebih lanjut menyebabkan (menit) (BU) (°C)
terjadinya viskositas puncak (maksimum) A Awal proses 4:35 18 63,7
pada suhu 89,1°C sebesar 302 BU. gelatinisasi
B Viskositas 6:05 114 84,5
maksimum
Tabel 2. Profil Gelatinisasi Pempek C Viskositas pada 9:20 89 94,7
Formula 2 suhu 95°C
(holding
Point Nama Waktu Viskositas Temp period)
(menit) (BU) (°C) D Viskositas 14:20 87 99,8
A Awal proses 5:50 19 65,9 setelah
gelatinisasi pendinginan
B Viskositas 6:10 302 89,1 E Viskositas pada 21:00 110 54,9
maksimum suhu 50°C
C Viskositas pada 9:20 157 94,8 F Viskositas akhir 22:00 113 49,2
suhu 95°C pendinginan
(holding period) B-D Stabilitas pasta 27
D Viskositas 14:20 50 100 E-D Viskositas balik 23
setelah
pendinginan
E Viskositas pada 21:00 72 63,4
suhu 50°C
F Viskositas akhir 22:00 75 59,4
pendinginan
B-D Stabilitas pasta 252
E-D Viskositas balik 22

Gambar 4. Amilografi Adonan Pempek


Formula 3

Formula 4 mempunyai suhu dan


waktu awal gelatinisasi yang rendah
Gambar 3. Amilografi Adonan Pempek yaitu 63,0°C pada waktu menit ke 4,10
Formula 2 pemanasan. Pada suhu dibawah 63,0°C
tidak menyebabkan perubahan
Formula 3 mempunyai suhu dan viskositas pada formula 4, tetapi pada
waktu awal gelatinisasi 63,7°C pada suhu 63,0°C mulai terjadi peningkatan
waktu menit ke 4,35 pemanasan. Pada viskositas. Pemanasan lebih lanjut
suhu dibawah 63,7°C tidak menyebabkan terjadinya viskositas
menyebabkan perubahan viskositas

17
Railia Karneta Profil Gelatinisasi Formula Pempek ...
Amin Rejo, dkk.

puncak (maksimum) pada suhu 81,2°C karena banyaknya gugus hidroksil bebas
sebesar 100 BU. pada suhu yang lebih rendah (Winarno,
1997), dan ketika terjadi peningkatan
Tabel 4. Profil Gelatinisasi Pempek suhu maka proses pembengkakan dan
Formula 4 pecahnya granula lebih cepat terjadi. Hal
ini diduga karena granula pati pada
Point Nama Waktu Viskositas Temp
(menit) (BU) (°C)
perlakuan ini masih banyak mengandung
proporsi yang berbentuk amorf sehingga
A Awal proses 4:10 15 63
gelatinisasi mudah mengalami pengembangan, dan
B Viskositas 6:00 100 81,2 mempercepat terjadinya proses
maksimum
C Viskositas pada 9:20 89 93,8
gelatinisasi. Pada formula 1 lebih sedikit
suhu 95°C mengandung tepung tapioka, sehingga
(holding proporsi amorf pada granula pati juga
period) sedikit, dan lebih banyak proporsi ikan,
D Viskositas 14:20 59 99.8
setelah yang mudah mengalami penurunan mutu
pendinginan akibat aktivitas bakteri sehingga dapat
E Viskositas pada 21:00 90 51,4
suhu 50°C
menurunkan pH adonan (Kang et al,
F Viskositas akhir 22:00 95 48,6 2007). Kondisi asam dapat
pendinginan menghidrolisa bagian amorf granula pati,
B-D Stabilitas pasta 41
sehingga meningkatkan proporsi bagian
E-D Viskositas balik 31 kristalin yang kompak. Daerah kristalin
pada granula pati yang bangunannya
sukar ditembus oleh pengaruh dari luar,
misalnya air, enzim dan bahan kimia.
Hal ini dapat mengakibatkan kenaikan
suhu gelatinisasi. Menurut Opaku et al.,
(2006), suhu awal gelatinisasi meningkat
pada pati yang mempunyai ukuran
granula yang lebih kecil, karena sulit
dimasuki air, sehingga lebih sulit
mengalami proses gelatinisasi. Suhu
gelatinisasi adalah suhu pecahnya
granula pati karena pembengkakan
granula setelah melewati titik maksimum.
Semakin rendah suhu gelatinisasi
semakin singkat waktu gelatinisasi.
Secara umum semakin banyak tepung
tapioka pada adonan pempek maka
akan menurunkan suhu dan waktu
Gambar 5. Amilografi Adonan Pempek
gelatinisasi. Formula 1 mempunyai suhu
Formula 4 (1 bagian ikan: 2 dan waktu gelatinisasi tertinggi yaitu
bagian tepung) 69,9°C dan waktu 6 menit dan formula 4
mempunyai suhu dan waktu gelatinisasi
Semakin rendah suhu gelatinisasi terendah yaitu 63,0°C dan waktu 4,10
semakin singkat waktu gelatinisasi. Sifat menit.
ini berkaitan dengan energi dan biaya Suhu gelatinisasi mempunyai
yang dibutuhkan dalam proses produksi, hubungan dengan kekompakan granula,
karena pati akan terhidrolisa bila telah serta kadar amilosa dan amilopektin.
melewati suhu gelatinisasi. Kondisi ini Gelatinisasi mengakibatkan dehidrasi
menunjukkan pada suhu tersebut dan konversi dari bentuk amorphous
adonan pempek mulai menyerap air dan amilosa ke bentuk helik. Bentuk helik
semakin banyak tepung tapioka pada menjadi bagian yang lemah dari kristal
adonan pempek, maka memiliki granula pati. Temperatur gelatinisasi
kemampuan menyerap air lebih banyak dipengaruhi oleh kuat lemahnya ikatan di

18
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No. 1 Tahun 2014 Hal. 13-22

dalam granula. Menurut Collado et al Selama pemanasan terjadi peningkatan


(2001), gelatinisasi dipengaruhi oleh viskositas yang disebabkan oleh
jumlah air dan panas. Penetrasi air dan pembengkakan granula pati yang
panas secara bersamaan ke dalam irreversible dalam air. Energi kinetik
granula pati menyebabkan molekul air lebih kuat dari pada daya
pengembangan volume dari granula. tarik molekul pati sehingga air dapat
Pengembangan volume granula masuk ke dalam granula pati. Suhu
dimulai dari bagian amorfus. Energi viskositas maksimum disebut suhu akhir
yang cukup akan memutuskan ikatan gelatinisasi, pada suhu ini granula pati
hydrogen intermolekuler pada bagian telah kehilangan sifat birefringencenya
amorfus menyebabkan granula dan granula sudah tidak mempunyai
mengembang, tetapi belum sampai kristal lagi. Komponen yang
merusak susunan kristal pada bagian menyebabkan sifat kristal dan
lain dari granula. Selanjutnya birefringence adalah amilopektin.
pemanasan akan lebih merenggangkan Dengan demikian amilopektin sangat
misela, sehingga air akan lebih banyak berpengaruh terhadap viskositas.
terperangkap dalam granula, sehingga Viskositas maksimum adalah titik
granula semakin membesar sampai maksimum viskositas adonan pempek
pada suatu keadaan dimana pati selama proses pemanasan. Koefisien
kehilangan struktur kristalnya sama viskositas `maksimum adonan pempek
sekali. Kusnandar (2010) menyatakan formula 1 yaitu 304 BU, pada suhu
pula bahwa, mekanisme pengembangan 89,6°C, dengan lama pemanasan 7,30
granula pati disebabkan molekul-molekul menit. Pada formula 2 koefisien
amilosa dan amilopektin secara fisik viskositas maksimum 302 BU, pada
hanya dipertahankan oleh ikatan-ikatan suhu 89,1°C dengan lama pemanasan
hidrogen lemah. Atom hidrogen dari 6,10 menit. Pada formula 3 koefisien
gugus hidroksil akan tertarik pada viskositas maksimum 114 BU, pada
muatan negatif atom oksigen dari gugus suhu 84,5°C dengan lama pemanasan
hidroksil yang lain. Sehingga saat 6,05 menit. Pada formula 4 koefisien
naiknya suhu suspensi, maka ikatan viskositas maksimum 100 BU, pada
hidrogen makin lemah. Dilain pihak suhu 81,2°C dengan lama pemanasan 6
molekul-molekul air mempunyai energi menit.
kinetik yang lebih tinggi, sehingga lebih Pada suhu lebih tinggi dari 89,6°C
mudah berpenetrasi ke dalam granula, pada formula 1, suhu lebih tinggi dari
tetapi ikatan hidrogen antar molekul air 89,1°C pada formula 2, suhu lebih tinggi
sekaligus melemah. Ahirnya saat suhu dari 84,5°C pada formula 3, dan suhu
suspensi mulai menurun, maka air akan lebih tinggi dari 81,2°C pada formula 4,
terikat secara simultan dalam sistem menyebabkan amilosa akan terdifusi
amilosa dan amilopektin, dengan keluar, sehingga volume pempek
demikian menghasilkan ukuran granula semakin kecil (susut). Volume produk
yang makin besar (Alam et al., 2007). olahan berkorelasi negatif terhadap
Formula pempek dominan tepung viskositas maksimum. Semakin tinggi
tapioka, memiliki waktu awal gelatinisasi koefisien viskositas maksimum akan
lebih rendah dari formula pempek terjadi peristiwa yang mengikuti
dominan ikan gabus, sehingga industry gelatinisasi dalam disosiasi pati (pasting)
pempek dapat mempersingkat waktu yang ditandai dengan keluarnya
pemasakan pempek dominan tepung komponen amilosa dari dalam granula,
tapioka dibandingkan pemasakan atau terjadi kerusakan granula
pempek dominan ikan gabus. menyeluruh (Uthumporn et al., 2010),
sehingga volume bahan semakin kecil.
Viskositas maksimum menggambarkan
B. Viskositas Maksimum
kerapuhan dari granula pati yang
Viskositas maksimum merupakan
mengembang, yaitu mulai saat pertama
titik maksimum viskositas pasta yang
kali mengembang sampai granula
dihasilkan selama proses pemanasan.
tersebut pecah. Viskositas tinggi

19
Railia Karneta Profil Gelatinisasi Formula Pempek ...
Amin Rejo, dkk.

menunjukkan bahwa adonan memiliki dan 41 BU. Hal ini menunjukkan bahwa
pengikatan air (water binding) yang semakin sedikit jumlah tepung tapioka
sangat tinggi (Kubota et al., 2003). pada adonan pempek maka, semakin
Semakin tinggi tepung tapioka pada tidak stabil. Tingkat stabilitas pasta ini
adonan maka viskositas maksimum dipengaruhi oleh ikatan silang yang
semakin rendah, sehingga pempek dapat memperkuat struktur granula,
semakin kompak. Industri pempek dapat sehingga granula menjadi kompak.
menentukan suhu viskositas maksimum Dengan demikian granula akan lebih
tiap adonan yang di produksi, agar stabil selama proses pemanasan
terhindar dari susut masak, sehingga (Nurdjanah, 2009).
volume pempek dapat maksimal. Penurunan vikositas pada saat
holding (suhu 95°C) menunjukkan pasta
C. Viskositas fase pendinginan tidak stabil pada suhu tinggi. Pada
Koefisien viskositas fase formula 1 dan formula 2, viskositas pada
pendinginan yang rendah menunjukkan saat holding menurun secara drastis,
bahan memilki kemampuan membentuk sedangkan pada pada formula 3 dan
gel yang kurang kuat (Alam et al., 2007). formula 4 penurunan viskositas yang
Viskositas fase pendinginan formula 1 rendah, sehingga relatif lebih stabil.
paling rendah dari formula yang lain
yaitu 31 BU. Hal ini disebabkan formula E. Viskositas Balik
1 mengandung pati terutama amilosa Viskositas balik adonan pempek
relatif rendah sehingga memilki berkisar antara -14 sampai 31 BU.
kemampuan membentuk gel yang Viskositas balik tertinggi terdapat pada
kurang kuat dibandingkan formula yang adonan formula 4 dan yang terendah
lain. Sebaliknya koefisien viskositas fase pada adonan formula 1. Semakin sedikit
pendinginan formula 3 paling tinggi yaitu jumlah tepung tapioka pada adonan
113 BU, sehingga mampu membentuk maka viskositas balik semakin kecil.
gel yang lebih kompak karena adanya Viskositas balik mencerminkan
ikatan hidrogen dari molekul pati juga kemampuan asosiasi atau retrogradasi
ikatan ionik dan disulfida dari protein molekul pati pada proses pendinginan (
ikan. Koefisien viskositas fase Richana dan Titi, 2004). Semakin
pendinginan formula 4 yaitu 95 BU lebih rendah nilai viskositas balik,
rendah dari formula 3, karena pada kecenderungan beretrogradasi semakin
formula 4 lebih dominan tepung (pati) rendah demikian sebaliknya. Selama
sehingga hanya dominan ikatan hidrogen pemanasan terjadi pemecahan granula,
pada bahan. Ikatan hidrogen pada pati maka jumlah amilosa yang keluar dari
menyebabkan molekul-molekul amilosa granula semakin banyak, sehingga
dan amilopektin cenderung membentuk kecenderungan untuk terjadi retrogradasi
ikatan hidrogen sesama sendiri sehingga meningkat. Retrogradasi adalah proses
terjadi retrogradasi. kristalisasi kembali pati yang telah
mengalami gelatinisasi.
D. Stabilitas Pasta Pempek dominan tepung tapioka,
Stabilitas pasta dihitung dari selisih mempunyai kecenderungan terjadinya
viskositas pasta pada awal pendinginan retrogradasi, sehingga selama
dengan viskositas maksimum. Stabilitas penyimpanan pempek menjadi lebih
pasta adonan pempek berkisar antara keruh dan terbentuk endapan yang tidak
27-260. Semakin tinggi tingkat selisih larut. Hal ini disebabkan oleh
viskositas pasta selama proses tersebut rekristalisasi molekul pati. Pada awalnya
menunjukkan bahwa adonan tersebut amilosa membentuk rantai double helix
semakin tidak stabil. Pada formula 1 yang diikuti pengumpulan helix-helix.
angka stabilitas pastanya adalah 260 Retrogradasi terjadi ketika molekul-
BU,dan formula 2 angka stabilitas molekul pati tergelatinisasi mulai
pastanya 252, sedangkan formula 3 bergabung kembali membentuk suatu
dan 4, angka stabilitas pastanya 27 BU struktur tertentu yang merupakan proses

20
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No. 1 Tahun 2014 Hal. 13-22

larutnya rantai linier polisakarida dan and Overview. J.Chem.Engin and


mengurangi kelarutan molekul. Proc. 46: 584 ± 602.
Fenomena retrogradasi merupakan hasil Chen, H., Bradley, Marks, and Murphy,
ikatan hidrogen antara molekul pati yang Y. (1999). Modeling Coupled Heat
mempunyai gugus hidroksil dari sisi and Mass Transfer for Convection
penerima hidrogen. Cooking of Chicken Patties. J.Food
Viskositas balik formula 4 lebih tinggi Sci. 42: 139-146.
dari formula yang lain, hal ini berarti Collado, L.S., Mabesa, L.B., Oates, C.G.
pengembangan granulanya lebih besar. and Corse, H. (2001). Bihon-Type
Granula yang semakin mengembang Noodles From Heat-Moisture-
menyebabkan semakin banyaknya Treated Sweet Potato Starch. J.
molekul linier yang berdifusi keluar Food.Sci. 66(4): 604-609.
granula sehingga kemungkinan Haryadi. (1995). Kimia dan Teknologi
retrogradasi semakin besar pula Pati. Yogyakarta: Program Pasca
(Kusnandar, 2010). Viskositas balik Sarjana Universitas Gajah Mada.
yang tinggi sangat diharapkan pada Huang, L. and Liu, L.S. (2009).
produk pempek, karena akan Simultaneous Determination of
menghasilkan produk pempek yang lebih Thermal Conductivity and Thermal
stabil dan tidak keras. Sebaliknya Diffusivity of Food and Agricultural
viskositas balik yang rendah sangat baik Materials Using a Transient Plane-
untuk produk kue dan cake, karena Source Method. J Food Engin. 95:
menyebabkan kekerasan sesudah 179-185.
produk dingin. Kadarisman, D. (2000). Peningkatan
Produk-Produk Pangan Lokal di
KESIMPULAN Indonesia Dalam Pemenuhan
Standar Internasional. Buletin
Suhu gelatinisasi, waktu awal
Teknologi dan Industri Pangan.
gelatinisasi dan saat granula pecah pada
11(1): 70-79.
pempek dominan ikan adalah lebih tinggi
Kang, G.H., Yang, H.S., Yeon, J. and
dari pempek dominan tapioka. Koefisien
Moon, S.H. (2007). Gel Color and
viskositas pendinginan pempek dominan
Texture of Surimi-like Pork from
ikan adalah lebih rendah dari pempek
Muscles at Different Rigor States
dominan tapioka. Pempek dominan ikan
Post-mortem. Asian-Aust. J. Anim.
membentuk gel yang kurang kompak
Sci. 20(7): 1127-1134.
atau kurang kenyal. Koefisien viskositas
Karneta, R. (2010). Analisis Kelayakan
balik pempek dominan ikan lebih rendah
Ekonomi dan Optimasi Formulasi
dari pempek dominan tapioka, dan
Pempek Lenjer Skala Industri. J
terjadinya retrogradasi pada pempek
Pembangunan Manusia. 4(3): 264-
dominan ikan juga rendah. Pempek
274.
dominan ikan mempunyai koefisien
Kubota, S., Tamura, Y., Morioka, K and
stabilitas yang lebih tinggi dari pempek
Itoh, Y. (2003). Variable Pressure-
dominan tapioka, dan lebih tidak stabil.
Scanning Electron Microscopic
Observation of Walleye Pollock
DAFTAR PUSTAKA
Surimi Gel. J Food Sci. 68(1) : 307-
311
Alam. N., Saleh, M.S., Haryadi dan
Kusnandar, F. (2010). Kimia Pangan
Santoso. (2007). Sifat Fisika Kimia
Komponen Makro. Jakarta: Dian
dan Sensoris Instant Starch Noodle
Rakyat.
(ISN) Pati Aren pada Berbagai Cara
Lidiasari,E., Syafutri,M. dan Syaiful.
Pembuatan. Jur. Agroland. 14 (40) :
(2006). Influence of Drying
269-274.
Temperature Difference On Physical
Awuah, G.B., Ramaswamy, H.S., and
and Chemical Qualities of Partially
Economides, A. (2007). Thermal
Fermented Cassava Flour. Jurnal
Processing And Quality: Principles
Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 8:
141-146.

21
Railia Karneta Profil Gelatinisasi Formula Pempek ...
Amin Rejo, dkk.

Nurdjanah, S. (2009). Karakteristik


Pasta dari Pati Jagung
Terfermentasi Secara Spontan.
Bahan Seminar Hasil Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat.
Lampung: Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Opaku, A., Tabil, L.G., Crear, B., and
Shaw, M.D. (2006). Thermal
Conductivity and Thermal Diffusivity
of Timothy Hay. Can Biosys Engin.
48 : 31-37
Richana, N dan Candra, T. (2004).
Karakterisasi Sifat Fisikokimia
Tepung Umbi dan Tepung Pati Dari
Umbi Ganyong, Suweg, Ubikelapa
dan Gembili. J. Pascapanen. 1(1) :
29-37.
Uthumporn, Zaidul, Karim. (2010).
Hydrolysis of Granular Starch at sub-
gelatinization Temperature Using a
Mixture of Amylolytic Enzymes. Food
and Bioproducts Processing. 88: 47
± 54.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

22

Anda mungkin juga menyukai