Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah Industri Minyak
Kelapa Sawit dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah
ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas tentang Industri Minyak Kelapa Sawit, serta untuk memenuhi tugas mata
kuliah Proses Kerja Industri I. Dengan makalah ini diharapkan baik penulis sendiri
maupun pembaca dapat memilki pengetahuan yang lebih luas mengenai Industri
Minyak Kelapa Sawit.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya
dan kami sendiri khususnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Bisnis dan investasi pada bidang Kelapa Sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan
penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang
bersumber dari CPO (Crude Palm Oil) yang berasal dari Kelapa Sawit. Hal ini
disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7
ton/hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton/hektar.
Kelapa sawit dan CPO merupakan salah satu komoditas ekspor andalan
Indonesia. Dengan usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun
perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi dan pengembangan pertanian
serta pemanfaatan teknologi dalam proses pembibitan dan pengolahan sawit, saat
ini Indonesia menjadi negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia
Kelapa sawit adalah bahan utama yang sering digunakan dalam pembuatan
minyak. Di Indonesia terdapat banyak daerah memproduksi kelapa sawit yang
melimpah. Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati. Seperti yang kita tahu,
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan persediaan pangan
mengikuti deret hitung. Secara tidak langsung hal tersebut menyebabkan
penggunaan minyak nabati terus meningkat melebihi jumlah produksinya. Hal
tersebut mengakibatkan kenaikan harga minyak nabati dunia setiap tahunnya.
3
1.2 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid yang dihasilkan dari tumbuh-
tumbuhan. Walaupun kebanyakan bagian dari tanam-tanaman dapat menghasilkan
minyak, tetapi biji-bijian merupakan sumber yang utama. Minyak sayuran dapat
digunakan baik untuk keperluan memasak maupun untuk keperluan industri.
Beberapa jenis minyak seperti minyak biji kapas, minyak jarak, dan beberapa jenis
dari minyak rapeseed tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa pengolahan khusus.
Minyak yang dihasilkan dari tanaman telah banyak digunakan untuk berbagai
keperluan untuk waktu yang lama.
Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan didunia untuk
menghasilkan biodiesel, diantaranya rapeseed oil (eropa), soybean oil (USA),
minyak sawit (Asia), dan minyak kelapa (Filipina). Pemanfaatan minyak nabati
sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sumber
minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati
mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel tinggi
(mencapai 95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak berbeda-beda
tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak – lemak
(nabati maupun hewani) adalah trigriselda, yaitu triester gliserol dengan asam-
asam lemak (C8-C24) (Hambali, 2008).
Buah kelapa sawit merupakan bagian yang paling dominan dipanen untuk
diolah lebih lanjut menjadi produk berupa CPO (Crude Palm Oil). Dari produksi
tersebut dihasilkan produk samping berupa limbah padat sebanyak 20-25% dan
limbah cair sebanyak 50%-60% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah
(Leokita, 2002). Produk samping tersebut seperti tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) dan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dapat didekomposisi secara
bersama menjadi kompos, sehingga menjadi alternatif penanganan limbah terpadu
(Lord et al., 2002)
5
2.3 Crude Palm Oil (COP)
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel
yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies
Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa.
(Reeves,1979 dalam wikipedia.org). Minyak sawit secara alami berwarna merah
karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak
inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak
kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah
kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak
memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya.
Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak
kelapa 86%. (Harold McGee, 2004).
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit
mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging
buah kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya
digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan
industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk
bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao
dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan.
Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia
yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta
surfaktan.
2.4 Industri
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh
atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu
semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka
mencapai kesejahteraan. Definisi Industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang
menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan
itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok.
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih
tinggi kegunaannya.
Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi
6
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri.
Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan
pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang
jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan
atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak
hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan
penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk
meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan
sumber daya alam secara optimal. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan
perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem,
merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen dari kebun diangkut ke
lokasi Pabrik pengolahan Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum
dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus
ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigde)
untuk mengetahui jumlah Tonase dari TBS yang diterima oleh Pabrik.
B. Jembatan Timbang
Hal ini sangat sederhana, sebagian besar jenis jembatan timbang sekarang
menggunakan sel-sel beban, dimana tekanan beban menyebabkan variasi pada
sistem listrik yang diukur. Pabrik Kelapa Sawit sekarang ini pada umum nya
sudah menggunakan jembatan timbang yang terintegrasi langsung dengan
sistem komputer.
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan
berhenti5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan
disortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal
dan akhir adalah berat TBS yang diterima oleh pabrik.
8
TBS yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian Loading ramp,
untuk dilakukan penyortiran. Hal ini dilakukan untuk memisahkan antara TBS
yang layak diolah atau tidak.
C. Penyortiran
9
TBS Setengah matang / Mengkal, Rendemen 14% – 18%. ALB =
1,7% – 2,4%
TBS Matang, Rendemen 18% – 23%. ALB = 2,2% – 3%
TBS lewat matang 23% – 26%. ALB = 3,0% – 3,6%
D. Perebusan
Setelah disortir, TBS yang layak olah lalu dimasukkan ke dalam lori
rebusan yang terbuat dari plat besi / baja berlubang-lubang (cage) dan langsung
dimasukkan ke dalam Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap
air yang bertekanan antara 2.6 sampai 3.0 Kg/cm2.
Tujuan perebusan :
Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m (hal ini
tergantung dari design yang dipakai oleh pabrik). Dalam sterilizer dilapisi
10
Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan uap / steam yang
berasal dari Boiler. Dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk
pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
Pada tahapan mesin Threser, buah yang masih melekat pada tandannya
akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan, sehingga buah
tersebut terlepas (kemudian ditampung dan dibawa oleh Fruit
Conveyor ke Digester).
11
Selanjutnya Empty Fruit Bunch dibawa ketempat pembakaran
(incinerator) dan dapat dimanfaatkan sebagai produk sampingan, sebagai pupuk
misal nya.
Buah yang sudah terlepas (berondolan) yang dibawa oleh Fruit Conveyor
dimasukkan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Tujuan dari
penggunaan Digester adalah untuk memisahkan daging buah sawit terlepas dari
biji (nut) nya. Dalam proses pengadukan Digester ini digunakan uap air yang
Fungsi Digester :
Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh
diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada
12
bagian poros, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau
mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
Daging buah dari Digester yang telah diaduk secara bertahap dengan
bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalamfeed screw conveyor dan
mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa (twin screw press) kemudian
dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Screw Press) untuk memisahkan
minyak keluar dari biji dan Serat (fibre).
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah
dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Oleh adanya
tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui
lubang – lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya
minyak menuju stasiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun
kernel.
Minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, untuk dilakukan
pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan
penyaringan menggunakan Vibrating Screen. Sedangkan ampas dan biji yang
masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(Depericarper).
Pada Effluent masih terkandung unsur minyak, air dan masa jenis ringan
lain nya, kemudian ditampung pada Continious Settling Tank. Minyak
13
dialirkan ke Oil Tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan
padatan yang terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian
dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan (mengutip) minyak yang
masih terkandung didalam nya.
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifier untuk
memisahkan kotoran / solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan
ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian
melalui Sarvo Balance, minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil
Storage Tank).
Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude
Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke
stasiun Clarifikasi.
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur
masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk
menampung pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95 derajat Celcius.
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut
dan atau kotoran lain nya yang dapat mengganggu proses pemisahan /
pemurnian minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem
getaran – getaran berkelanjutan pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada
14
bantalan yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang stabil dapat
mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS)
secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih ringan dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada
lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada
pada lapisan bawah.
D. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat penampungan sementara Crude
Oil sebelum diolah oleh Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan
15
Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95 derajat
Celcius. Kapasitas yang dapat diolah Oil Tank sekitar 10 Ton / Jam.
E. Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan
temperatur suhu 95 derajat Celcius.
F. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam
minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam
bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu
pengapung didalam bejana. Vacuum dryer lalu melakukan proses sedemikian
rupa sehinggan kadar air yang masih terkandung didalam minyak dapat diserap
dan dibuang melalui pipa pembuangan.
G. Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari
minyak kasar yang terdiri dari kotoran padatan dan zat cair yang masih
mengandung minyak) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur
yang diinginkan yaitu 90 - 95 derajat Celcius.
Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung
dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat
pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri
dari saringan dan sikat yang berputar.
16
J. Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal,
minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan
terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
K. Storage Tank
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan membantu
memisahkan gumpalan yang terdiri dari biji sawit / nut dan Fiber (serabut) yang
berasal dari stasiun Press ke depericarper.
B. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah
tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap
17
oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing
Drum.
C. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum
diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan
menggunakan nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem
pemanasan (Heater).
18
D. Riplle Mill
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill
terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut
masuk diantara rotor dan Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan
memecahkan cangkang dari nut.
E. Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit
pecah yang besar dan beratnya hampir sama dengan menggunakan
cairan Calsium Carbonat. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada
perbedaan berat jenis.
Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang
berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya
yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang
berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih
ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar jenisnya
lebih besar.
F. Hydro Cyclone
G. Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan
menyebabkan tumbuh / muncul nya jamur pada inti dan juga dapat
mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga
19
tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu : Atas 70 derajat celcius, Tengah
60 derajat, Bawah 50 derajat celcius.
Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat,
tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat celcius.
H. Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi
sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa
bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih
terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam
Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur.
A. Degumming
Degumming merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan
fosfatida, wax, dan pengotor lainnya dengan cara penambahan air, larutan
garam, atau larutan asam. Degumming mengkonversi fosfatida menjadi gum
terhidrasiyang tidak larut dalam minyak dan selanjutnya akan dipisahkan
dengan cara filtrasi atau sentrifugasi.
20
Komposisi minyak sawit :
B. Netralisasi
Proses netralisasi konvensional dengan penambahan soda kaustik
merupakan proses yang paling luas digunakan dan juga prosespurifikasi terbaik
yang dikenal sejauh ini. Penambahan larutan alkali ke dalam CPO
menyebabkan beberapa reaksi kimia dan fisika sebagai berikut:
21
Reaksi Penyabunan
22
dalam bleacher untuk mengaduk konsentrasi slurry. Setelah melewati
proses bleaching, minyak sawit disaring untuk menghilangkan
bleaching earth yang masih terbawa di dalamnya.
D. Deodorisasi
Minyak sawit yang keluar dari proses pemucatan mengandung aldehida,
keton, alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, dan
bahan lain hasil dekomposisi peroksida dan pigmen. Walaupun konsentrasi
bahan-bahan tersebut kecil, bahan-bahan tersebut dapat terdeteksi oleh rasa
dan aroma minyaknya. Bahan-bahan tersebut lebih volatil pada tekanan rendah
dan temperatur tinggi. Proses deodorisasi pada intinya adalah distilasi uap pada
keadaan vakum. Distilasi uap pada tekanan vakum untuk menguapkan aldehid
dan senyawa aromatik lainnya menggunakan prinsip hukum Raoult.
E. Fraksinasi
Proses fraksinasi dibutuhkan untuk memisahkan trigliserida yang memiliki
titik leleh lebih tinggi sehingga minyak sawit tidak teremulsi pada temperatur
rendah. Proses fraksinasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu fraksinasi
kering, fraksinasi basah, dan fraksinasi dengan solvent. Pada fraksinasi kering,
minyak sawit didinginkan perlahan dan disaring untuk memisahkan fraksi-
fraksinya. Pada fraksinasi basah, kristal pada fraksi stearin dibasahi dengan
menggunakan surfaktan atau larutan deterjen. Pada fraksinasi dengan solvent,
23
minyak sawit diencerkan dengan menggunakan solvent seperti heksan, aseton,
isopropanol, atau n-nitropropan. Proses fraksinasi kering lebih disukai karena
lebih ramah lingkungan. Fraksinasi dilakukan untuk mendapatkan minyak
dengan kestabilan dingin yang baik. Titik leleh merupakan suatu indikasi
jumlah unsaturated fatty acid dan asam lemak yang memiliki rantai pendek.
Titik leleh akan meningkat seiiring dengan bertambahnya panjang rantai dan
menurun seiiring dengan bertambahnya jumlah unsaturated bond.
24
enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran gugus alkil. Interesterifikasi
banyak digunakan oleh industri untuk menggantikan proses hidrogenasi dalam
menurunkan asam lemak trans.
Proses Interesterifikasi
25
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan atau industri Crude Palm Oil (CPO) ini perlu melewati empat
tahapan proses yaitu penerimaan buah (Fruit reception) rebusan (Sterilizer),
pemipilan (Stripper), pencacahan (Digester) dan pengempaan (Presser),
pemurnian (Clarifier).
Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat,
dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya
kebutuhan masyarakat.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anggareni.net/search/pengolahan-limbah-pabrik-minyak-goreng
http://lordbroken.wordpress.com/2010/11/04/pengolahan-minyak-penghilangan-bau/
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-industri/
http://www.docstoc.com/docs/21658228/PABRIK-MINYAK-KELAPA-SAWIT
27