Anda di halaman 1dari 47

1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Keadaan Umum Perusahaan
1.

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan


PT. Palur Raya merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) atau swasta nasional yang memproduksi asam glutamate
(glutamid acid) dan Monosodium Glutamate (MSG) dengan menggunakan
proses fermentasi (mikroba). PT. Palur Raya adalah salah satu perusahaan
terpadu (integrated) yaitu jenis perusahaan yang memproduksi MSG mulai
dari bahan baku yaitu tetes tebu (molasses) sampai menjadi MSG. Perusahaan
ini didirikan pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1984. Setelah satu tahun
berproduksi, kemudian berhenti yang disebabkan karena teknologi dan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang digunakan kurang memadai.
Pada tahun 1987 PT. Palur Raya diambil alih oleh Bapak Sindu
Dharmali. Dengan pengalaman yang ada, diadakan pembenahan-pembenahan,
penerapan teknologi dan perbaikan SDM, yaitu diantaranya dengan
mengambil tenaga ahli dari Taiwan. Perusahaan berkembang maju dan pada
tanggal 17 Januari 1987 PT. Palur Raya mengekspor hasil produksinya
(MSG). Perusahaan ini diresmikan oleh mantan Presiden Soeharto pada
tanggal 20 Juli 1987. Dari tahun 1996 sampai sekarang PT. Palur Raya
menggunakan tenaga kerja dari Indonesia.

2. Lokasi Perusahaan
PT. Palur Raya didirikan di atas lahan seluas 40.580 m2, dan terletak
di

Jl. Raya Solo - Sragen Km. 6,3 Desa Ngringo, Kecamatan Jaten,

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.


Adapun batas-batas lokasi PT. Palur Raya dengan
adalah sebagai berikut :
Sebelah barat

: Pemukiman penduduk (Desa Ngringo).

10

daerah sekitar

Sebelah timur

: Pemukiman penduduk (Desa Karanganyar).

Sebelah timur laut

: PT. INDATEX (Desa Karanganyar).

Sebelah tenggara

: Jalan Raya Solo-Sragen.

Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan


yaitu sebagai berikut :
a. Bahan baku ( Tetes tebu / molasses )
Bahan baku berupa tetes tebu ini mudah didapat dari pabrik-pabrik
gula yang banyak terdapat di daerah sekitar Solo.
b. Transportasi
Letak perusahaan cukup strategis, sehingga tidak menemukan
kesulitan dalam transportasi yaitu:
- Di tepi jalan raya Solo Sragen Surabaya.
- Dekat dengan stasiun kereta api, yang juga merupakan alternatif
sarana transportasi yang memadai.
c. Tenaga kerja
Daerah Solo - Karanganyar merupakan daerah yang sangat padat
penduduk sehingga mudah untuk mendapatkan tenaga kerja.
d. Ijin Pemerintah
Daerah Palur dikhususkan sebagai salah satu daerah kawasan
industri di Solo, sehingga lebih mudah mendapatkan ijin usaha dari
pemerintah.
e. Keadaan cuaca
Keadaan cuaca di Palur baik untuk proses produksi karena udaranya
tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.
3. Tujuan Pendirian Perusahaan
Tujuan didirikannya PT. Palur Raya adalah :
a. Mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi
yang sekecil-kecilnya.

b. Memenuhi kebutuhan MSG bagi konsumen Indonesia pada khususnya,


karena MSG merupakan bahan penyedap makanan yang memiliki fungsi
untuk menambah nilai rasa makanan.
c. Membuka lapangan kerja baru terutama untuk masyarakat di sekitar
perusahaan.
d. Membuka kerjasama dengan perusahaan dan pihak lain yang mendukung,
misalnya PT. Palur Raya membina kerja sama dengan pabrik gula untuk
memenuhi kebutuhan tetes tebu (molasses).
e. Memberikan nilai tambah bagi tetes tebu (molasses).
Tetes tebu (molasses) yang merupakan hasil samping dari gula yang dapat
dimanfaatkan sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
4. Visi dan Misi Perusahaan
Dalam menjalankan roda perusahaan, PT. Palur Raya bertolak ukur
pada visi, misi dan prinsip pedoman PT. Palur Raya. Visi dari PT. Palur Raya
yaitu Global Market Leader ( Pemimpin Pasar Sedunia ). Misi dari PT. Palur
Raya yaitu Exellent Value, Delighted Customer ( Nilai terunggul, konsumen
terpuaskan ). Sedangkan prinsip - prinsip pedoman perusahaan meliputi :
1) Service yang mendarah daging yang melebihi
( Passionate Service Beyond Expectation )
2) Kecepatan, ketepatan, dan tepat waktu ( Speed, accuracy, and Time lines )
3) Standar lebih tinggi, tingkatan lebih baru ( Higher Standard, Newer Height)
4) Kepemimpinan yang berinspirasi pemberi wewenang kepada karyawan (
Inspiring Leadershif, Empowered Employees )
5) Semua orang adalah penting, hasil kerja yang sangat luar biasa (Ordinar
People Extra Ordinary Performances )
6) Perusahaan didorong oleh etika etika ( Etchis Driven Company )

B. Manajemen Perusahaan
1. Ketenagakerjaan
Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari faktor tenaga kerja,
demikian juga dengan PT. Palur Raya. Pendirian perusahaan ini telah
membuka lapangan kerja baru bagi sebagian masyarakat Indonesia, khususnya
di daerah Surakarta.
Setelah beberapa tahun berdiri hingga tahun 2007, PT. Palur Raya
telah mampu menyerap ratusan tenaga kerja dari berbagai tingkat pendidikan,
baik SD, SMP, SMA hingga pada tingkat sarjana yang ditempatkan sesuai
dengan kualifikasi dan kemampuannya.
Peraturan waktu kerja mengikuti peraturan pemerintah, yaitu dalam
satu minggu karyawan bekerja selama 6 hari, dan dalam sehari tidak lebih dari
7 jam, sedangkan dalam seminggu tidak lebih dari 40 jam. Apabila ada
kelebihan waktu kerja, maka dianggap sebagai kerja lembur yang bersifat
sukarela dengan catatan harus memperhatikan kelancaran produksi. Adapun
pembagian jam kerja yang berlaku di PT. Palur Raya yaitu :
Kantor/administrasi (nonshift)
Jam kerja : 08.00-16.00 WIB
Istirahat

: 12.00-13.00 WIB

b. Bagian Produksi terdiri dari 3 shif, yaitu :.


Jam kerja : 07.00-15.00 WIB
15.00-23.00 WIB
23.00-07.00 WIB
Dalam

waktu tertentu para karyawan berhak mendapatkan waktu

istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


2. Sistem Pengupahan
Jenis upah yang diberikan kepada karyawan PT. Palur Raya meliputi
upah pokok, uang makan dan tunjangan jabatan dengan standar upah terendah
sesuai dengan ketentuan pemerintah. Setiap karyawan akan memperoleh
kenaikan upah atas dasar masa kerja, prestasi kerja, dan juga kemampuan

untuk mengembangkan perusahaan atau bila terjadi kenaikan indeks harga


konsumen.
Selain upah, karyawan juga mendapatkan :
a. Premi yang meliputi premi hadir dan premi produksi yang besarnya diatur
oleh perusahaan.
b. Bonus dari keuntungan perusahaan yang diatur oleh perusahaan.
c. Tunjangan istimewa atau tunjangan hari raya (THR).
d. Perawatan dan pengobatan yang diatur dan ditanggung perusahaan.
e. Tunjangan keselamatan kerja ditanggung perusahaan, besarnya sesuai UU
yang berlaku.
f. Upah selama sakit diatur sesuai PP No.8 tahun 1981.
3. Hak dan Kewajiban Karyawan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan juga memiliki hak dan
kewajiban. Adapun hak dan kesejahteraan sebagai karyawan yaitu :
a. Kenaikan gaji.
b. Tunjangan istimewa / THR keagamaan.
c. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
d. Jaminan kesehatan.
e. Subsidi transport.
f. Bantuan duka cita ( sesuai dengan kemampuan perusahaan ).
g. Tempat ibadah.
h. Kebebasan para pekerja untuk mendirikan koperasi karyawan.
i. Dana sosial.
j. Kompensasi kecelakaan kerja (melalui Jamsostek dan perusahaan sesuai
batas klaim jam kerja di Jamsostek ).
k. Jaminan kesejahteraan pekerja di hari tua.
Sedangkan kewajiban sebagai karyawan adalah disesuaikan dengan
tanggung jawab, tugas dan wewenangnya. Apabila karyawan melakukan
tindakan interdisipliner, misalnya saja karyawan tidak masuk kerja tanpa
pemberitahuan kepada pimpinan atau jarang masuk dan apabila istirahat atau

libur tanpa minta izin dari pimpinan, maka akan diberikan peringatan terlebih
dahulu dan apabila sulit untuk diperingatkan maka perusahaan akan
melakukan pemberhentian sepihak atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
4. Struktur Organisasi
Tugas dan wewenang masing masing jabatan di PT. Palur Raya yaitu :
a) Direksi
Direksi didampingi Dewan Komisaris. Tugas, tanggung jawab dan
wewenangnya, diatur dalam undang undang perseroan.
b) General Manager
Membantu direksi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan operasional
perusahaan.
c) Departemen Human & Resources
Dipimpin oleh manager HRD (Human Resources Development) yang
bertugas untuk mengatur masalah kepegawaian, melakukan perekrutan
dan training pegawai baru, melakukan komunikasi dengan masyarakat
maupun pemerintah serta mengatur pengadaan fasilitas perusahaan seperti
telepon, kebersihan, dan keamanan.
d) Departemen Finance & Accounting
Dipimpin oleh manajer Finance & Accounting yang bertugas untuk
membantu general manager dalam mengelola dan mengandalkan
penggunaan

anggaran

seoptimal

mungkin

untuk

mengoperasikan

perusahaan.
e) Departemen Logistik
Departemen logistik bertugas untuk membantu general manager dalam
melakukan pembelian, mengawasi gudang penyimpanan / peralatan,
mengatur transportasi dalam aktifitas perusahaan.
f) Departemen Quality Control / Laboratorium
Departemen Quality Control / Laboratorium bertugas untuk membantu
general manager dalam hal menguji mutu bahan baku atau bahan
pembantu, menguji hasil proses dari tiap tiap tahap dari awal sampai

akhir proses untuk menjaga mutu produk dan meningkatkan mutu serta
produktivitas proses produksi.
g) Departemen Produksi
Departemen produksi dipimpin oleh manager produksi

yang bertugas

untuk memimipin dan mengendalikan kegiatan operasi produksi sesuai


rencana yang telah ditentukan poerusahaan.
h) Departement Marketing
Departemen marketing dipimpin oleh manager marketing yang bertugas
membantu direksi dalam menyelenggarakan penjualan hasil produksi
perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri.
i) Departemen Bussines & Development
Departemen bussines & development bertugas dalam membantu General
Manager untuk mengembangkan hasil produk.

C. Bahan Baku dan Bahan Pembantu


1. Jenis dan Sumber Bahan Baku serta Bahan Pembantu
a. Bahan Baku
Perusahaan MSG PT. Palur Raya menggunakan molasses ( tetes tebu )
sebagai bahan baku dalam proses produksi MSG. Tetes tebu ini digunakan
sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam
glutamat. Selain menggunakan molasses (tetes tebu), digunakan pula bahan
baku pendukung yaitu beet molasses dan dextrose dalam bentuk cair.
Molasses tebu memiliki perbedaan komposisi dengan beet molasses. Beet
molasses mempunyai kandungan sukrosa lebih banyak dibandingkan dengan
molasses tebu.
Molasses tebu biasanya mengandung air sekitar 17 25 % dan
memiliki total gula 45 50 % yang terdiri dari sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
Selain itu juga terdapat polisakarida (dektrosa dan pentosa) sekitar 1,5 6 %.
Molasses ini berasal dari pabrik-pabrik gula yang berada di sekitar
Surakarta dan daerah lain di Jawa Tengah. Pabrik gula (PG) tersebut antara

lain PG. Tasikmadu Karanganyar, PG. Mojo Sragen, PG. Gondang Baru
Klaten, PG. Madu Kismo Yogyakarta, PG. Ranggel Pati, PG. Sragi
Pekalongan, PG. Jati Barang dan PG. Rendeng Kudus.
b. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan di PT. Palur Raya antara lain bakteri
Micrococcus glutamicus, dan bahan - bahan kimia diantaranya H 2SO4, NH3,
HCl, NaOH, CO (NH2)2, urea, defoamer CC 222, H3PO4, karbon aktif,
MgSO4, MnSO4, cellite, aronvis, HNO3, cellaton, resin purrolite A100,
penisillin dan FeSO4.
1) Micrococcus glutamicus
Micrococcus glutamicus tidak diperoleh dari tempat lain dan tidak
dipesan dari suatu tempat, melainkan dikembangbiakkan sendiri di
laboratorium II PT. Palur Raya.
2) H2SO4 (Asam Sulfat)
Asam Sulfat (H2SO4) yang digunakan berasal dari PT. Cipta Sejahtera
Gresik, PT. Lautan Luas Semarang dan PT. Manggala Surabaya. Asam
sulfat digunakan pada proses molasses treatment yang berfungsi untuk
menurunkan kadar Ca yang ada dalam molasses.
3) NH3 (Amonia cair)
Amonia (NH3) yang digunakan berasal dari PT. Cipta Sejahtera Gresik
dan PT. Kujang Cikampek. Amonia digunakan pada proses seeding dan
fermentasi yang berfungsi untuk mendapatkan cairan dengan pH yang
diinginkan.
4) HCl (Asam Khlorida)
Asam Khlorida (HCl) yang digunakan berasal dari PT. Surya Surabaya
dan PT. Aneka Kimia Raya Jakarta. Asam Khlorida digunakan pada proses
hidrolisa, yaitu untuk menghidrolisis asam amino yang ada di GM II
(Glutamic Mother II).
5) NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium Hidroksida (NaOH) yang digunakan berasal dari PT. Aneka
Kimia Raya Jakarta. NaOH digunakan pada proses pemisahan GA dan

proses netralisasi yang berfungsi untuk memperoleh pH yang diinginkan dan


mengubah asam glutamat menjadi monosodium glutamat (MSG).
6) Urea ( CO(NH2)2 )
Urea (CO(NH2)2 yang digunakan berasal dari PT. Marmas Surabaya.
Urea digunakan pada proses seeding yang berfungsi sebagai sumber
nitrogen bagi perkembang biakan bakteri.
7) Defoamer CC 222
Defoamer CC 222 yang digunakan diimpor dari Jepang. Defoamer
digunakan pada proses fermentasi untuk menghilangkan busa atau
gelembung udara yang mengganggu jalannya proses produksi.
8) H3PO4 (Phosphorit Acid)
Phosporit Acid yang digunakan diimpor dari RRC. Phosphorit Acid
digunakan pada proses seeding yang berfungsi sebagai sumber phosphor
bagi perkembangbiakan bakteri.
9) Karbon aktif
Karbon aktif yang digunakan berasal dari PT. Surya Mahakam Jakarta,
PT Sinam Jaya Kalimantan dan Duta Asia Jakarta. Karbon aktif digunakan
untuk penjernihan warna syrup MSG pada proses dekolorisasi.
10) MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Magnesium Sulfat (MgSO4) yang digunakan berasal dari PT. Lautan
Luas Semarang. Magnesium Sulfat digunakan pada proses seeding sebagai
media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.
11) MnSO4 (Mangan Sulfat)
Mangan Sulfat (MgSO4) yang digunakan berasal dari PT. Multi Kimia
Semarang. Mangan Sulfat mempunyai fungsi yang sama seperti MgSO 4
yaitu sebagai media perkembangbiakan bakteri pada proses seeding..
12) Celite (celaton)
Celite yang digunakan berasal dari PT. Sukabumi Trading Semarang.
Celite berfungsi untuk melapisi filter pada proses pembuatan HS (Hidrogen
Source).

10

13) Aronfis
Aronfis yang digunakan diimpor dari Jepang dan digunakan pada
proses molasses treatment yang berfungsi sebagai koagulan

sehingga

dapat membantu pengendapan Ca.


14) HNO3 (Asam Nitrat)
Asam nitrat (HNO3) yang digunakan berasal dari PT. Bratako
Gondang Rejo Karanganyar dan digunakan pada proses seeding sebagai
sumber nitrogen bagi perkembangbiakan bakteri.
15) Resin
Resin yang digunakan merupakan bahan impor dan digunakan untuk
melunakkan air yang digunakan pada tahap refining.
16) Dekstrosa
Dekstrosa yang digunakan berasal dari Tanesia Jaya Wonogiri dan
Suba Indah Cilegon. Dekstrosa berfungsi sebagai campuran tetes dan
digunakan pada proses seeding.
17) Penisillin
Penisillin yang digunakan oleh PT. Palur Raya diimpor dari Jepang.
Penisillin berfungsi untuk membatasi jumlah pertumbuhan bakteri dan
digunakan pada proses fermentasi.
18) FeSO4 (Besi Sulfat)
Besi Sulfat (FeSO4) yang digunakan berasal dari PT. Bratako
Gondang Rejo Karanganyar dan berfungsi sebagai bahan penyusun media
pada proses fermentasi
2. Jumlah dan Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Pembelian bahan baku dan bahan pembantu di PT. Palur Raya
dilakukan secara birokratis. Bila akan melakukan pemesanan barang, bagian
gudang / bagian logistik bahan baku dan bahan pembantu PT. Palur Raya
mengirimkan BPP (Bukti Permintaan Pembelian) ke kantor pusat yang ada di
Semarang pada tiap akhir bulan. Sebelum melakukan pemesanan, terlebih
dahulu dilakukan pengecekan terhadap bahan bahan yang harus dibeli untuk

11

bulan bersangkutan berdasarkan tingkat persediaan. Setelah kantor pusat


menyetujui BPP yang dikirimkan dari gudang logistik, maka kantor pusat akan
mengembalikan BPP pada bagian gudang logistik dan bagian gudang logistik
akan memesan pada suplier sesuai dengan permintaan yang telah disetujui
oleh kantor pusat.
Pembelian bahan baku dan bahan pembantu menggunakan 2 sistem
pembelian, yaitu dengan cara Cash dan juga Term (bon). Jumlah
pembelian bahan baku dan bahan pembantu tidak dapat ditentukan setiap
bulan, sebab pembelian dilakukan berdasarkan kebutuhan produksi yang
jumlahnya tidak selalu sama. Bagian logistik biasanya mengadakan stok
barang setiap tanggal 27 dan 28 pada tiap bulannya. Pada setiap bulan
Februari pada tiap tahunnya, bagian logistik PT. Palur Raya meminta kepada
suplier agar sertifikat halal bahan baku dan bahan pembantu diperbaharui
untuk menjamin bahwa produk MSG yang di hasilkan PT. Palur Raya terjamin
kehalalannya.
1.

Bahan Baku
Pembelian molasses dilakukan selama bulan Juni Januari yang
bertepatan dengan musim giling. Harga pembelian molasses untuk semua
PG (Pabrik Gula) sama, seperti yang telah ditetapkan oleh PTPN IX yaitu
US $ 72,5 per ton. Penyeragaman harga molasses dilakukan karena semua
PG tersebut masih berada dalam lingkup PTPN IX. Jumlah rata rata
kedatangan molasses per hari selama masa pembelian yaitu 200 ton.
Besar pemakaian molasses yaitu sekitar 4000 6000 KL per bulan.
Sedangkan untuk beet molasses pembeliannya dilakukan setiap 2 tahun
sekali dengan jumlah pembelian sebesar 3000 KL. Jumlah pembelian
dextrose pada PT. Taenisia Jaya adalah Rp 1.450,00 per Kg sedangkan
harga dextrose yang dibeli dari PT. Suba Indah yaitu Rp 1.700,00 per Kg.

2. Bahan Pembantu
a. Micrococcus glutamicus
Micrococcus

glutamicus

mempunyai

sifat

aerob,

yaitu

membutuhkan O2 untuk perkembangbiakannnya, dan pH nya yaitu

12

antara 7 7,5 dan proses inkubasi pada suhu 30,6 C selama 14 jam dan
dilakukan penyimpanan di dalam kulkas pada suhu 4 C. Media yang
digunakan untuk perkembangbiakan bakteri di PT. Palur Raya tidak
menggunakan bactosoytone (karena diduga mengandung enzim porcine)
melainkan dengan menggunakan media cair yang terbuat dari campuran
molasses (tetes), urea, kalium, Mn, yeast extract, dan vegetable pepton.
Setiap hari laboratorium II PT. Palur Raya dapat menghasilkan bakteri
sebanyak 3 batch atau 5400 ml. Sedangkan penggunaan bakteri dalam
produksi MSG untuk setiap kali fermentasi di PT. Palur Raya yaitu 2
liter bakteri per 5000 liter cairan molasses yang ditambah dengan bahan
campuran lain. Bakteri akan mati jika tetes tidak diencerkan. Bakteri
dalam proses fermentasi MSG berperan sebagai penghasil glutamat.
b. H2SO4 (Asam Sulfat)
Asam Sulfat (H2SO4) yang digunakan di beli dengan harga Rp
550 /kg dan jumlah pembelian 700 -750 ton/bulan.
c. NH3 (Amonia cair)
Amonia (NH3) yang digunakan di beli dengan harga $ 445 /ton
dengan jumlah pembelian 300 - 400 ton/bulan.
d. HCl (Asam Khlorida)
Asam Khlorida (HCl) yang digunakan di beli dengan harga Rp
500/kg dan jumlah pembelian 50 - 80 ton/bulan.
e. NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium Hidroksida (NaOH) yang digunakan di beli dengan harga
Rp 1300/kg dan jumlah pembelian 700 -750/bulan
f. CO(NH2)2 (Urea)
Urea (CO(NH2)2 yang digunakan di beli dengan harga Rp 2000/kg
dan tingkat pembelian tergantung pada tingkat persediaan amonia
karena urea di gunakan sebagai pengganti amonia.
g. Defoamer CC 222
Defoamer CC 222 yang digunakan di beli dengan jumlah
pembelian 16 ton/6 bulan.

13

h. H3PO4 (Asam Phospat)


Asam Phospat yang digunakan di beli dengan harga $770/ton
dengan jumlah pembelian 10 ton/bulan.
i. Karbon aktif
Karbon aktif yang digunakan di beli dengan harga Rp 7500/kg
dan jumlah pembelian 40 ton/bulan.
j. MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Magnesium Sulfat (MgSO4) yang digunakan di beli dengan harga
Rp 3500/kg dan jumlah pembelian 300-400 kg/bulan.
k. MnSO4 (Mangan Sulfat)
Mangan Sulfat (MgSO4) yang digunakan di beli dengan harga Rp
2500/kg dan jumlah pembelian 200-300kg/bulan.
l. Celite (celaton)
Celite yang digunakan di beli dengan harga $550/ ton dan jumlah
pembelian 1 ton/bulan.
m. Aronfis
Aronfis yang digunakan diimpor dari Jepang

dibeli dengan

jumlah pembelian 420 kg/tahun.


n. HNO3 (Asam Nitrat)
Asam nitrat (HNO3) yang digunakan di beli dengan jumlah
pembelian 175 kg/tahun.
o. Resin
Resin yang digunakan di beli dengan tingkat pembelian 1000
liter/3 bulan.
p. Dekstrosa
Dekstrosa yang digunakan di beli dengan jumlah pembelian 4
ton/bulan.
q. Penisilin
Penisilin yang digunakan di beli dengan jumlah 85 kg/bulan.
r. FeSO4 (Besi Sulfat)

14

Besi Sulfat (FeSO4) yang digunakan di beli dengan jumlah


pembelian 150-200 kg/bulan.
3. Standar dan Spesifikasi Bahan Baku dan Bahan Pembantu.
Standar molasses sebagai bahan baku yang digunakan di PT. Palur Raya dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Standar Molasses PT. Palur Raya.
Kriteria Uji

Satuan
TS
%
Bx
%
Kadar Kalsium
%
OD
%
Sp.Gr
g /cm3
Sumber : Lab.Quality Control PT. Palur Raya (2007)

Mutu
53 - 60
80 82
Max 1,5
Max 270
1,450 1,6

Standar molasses yang digunakan PT. Palur Raya untuk menghasilkan


produk MSG yang berkualitas hampir mendekati dengan standar yang telah
ditetapkan oleh SNI. Standar molasses menurut SNI dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Standar molasses menurut SNI
Kandungan Utama
Komposisi
Kadar Gula Total
Min 55 %
Kadar Ca
Max 1,3 %
BJ
1,4 1,6 Kg/ L
Brix
Min 80
Sumber : Laboratorium Quality Control PT. Palur Raya (2007)
Analisa yang paling utama terhadap molasses yang masuk adalah
analisa Total Gula. Total gula yang dipersyaratkan oleh perusahaan adalah di
atas 53 %. Apabila kandungan total gula lebih dari 53 % maka molasses
mempunyai kualitas baik, namun bila kandungan molasses kurang dari 53 %
maka molasses mempunyai kualitas kurang baik.
Molasses tebu mengandung biotin yang berfungsi sebagai vitamin
untuk pertumbuhan bakteri. Molasses tebu memiliki perbedaan komposisi
dengan beet molasses. Beet molasses mengandung sukrosa lebih banyak

15

dibanding dengan molasses tebu. Komposisi dari molasses tebu dan beet
molasses dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi molasses tebu dan beet molasses
Komposisi
Molasses Tebu (%)
Bahan Kering
77 - 84
Sukrosa
33,4
Gula Invert
21,2
N
0,4 1,5
C
28 - 33
P2O5
0,6 2,0
MgO
0,0 30,1
CaO
0,1 - 11
SiO2
K2O
Al2O3
Fe2O3
Sumber : Lab. Quality Control PT. Palur Raya (2007)

Beet Molasses (%)


78 - 85
48,5
1,0
0,2 2,8
28 - 34
0,02 0,07
0,01 0,1
0,15 0,7
0,1 0,5
0,1 0,5
0,005 0,06
0,001 0,02

Selain bahan baku, digunakan pula bahan pembantu yang dintaranya


mempunyai spesifikasi sbb :
1. HCl
HCl mempunyai kenampakan cair, tidak berwarna, agak kekuning
kuningan dan mempunyai kemurnian min 32 %.
2. H3PO4
H3PO4 mempunyai kenampakan cair, tidak berwarna dan mempunyai
kemurnian tidak lebih dari 85 %.

3. Karbon Aktif
Karbon Aktif yang digunakan pada produksi MSG harus mempunyai
Kadar Air max 15 %, dan pH 5,3 8,5.
4. MgSO4
MgSO4 harus mempunyai kemurnian tidak lebih dari 97 %, Kadar Air 40
52 %.
5. MnSO4

16

MnSO4 yang digunakan harus mempunyai kemurnian 98 %, dan kadar air


10 13 %.
6. Urea
Urea yang digunakan harus mengandung kadar N minimal 40 %, dan pH
7 9,8 (untuk larutan 10 %).
7. H2SO4
H2SO4 mempunyai kenampakan cair tidak berwarna dan mempunyai
kemurnian minimal 98 %.
8. Dextrose
Dextrose yang digunakan harus mempunyai kenampakan baru, terang,
tidak berbau dan tidak berjamur. Kadar airnya maximal 10 %.
9. FeSO4
FeSO 4 mempunyai kenampakan cair dan mempunyai kemurnian minimal
86- 89 %.
10. NaOH
NaOH mempunyai kenampakan cair dan kadar kemurnian 35 %.
11. Na2CO3
Na2CO3 bentuknya berupa padatan atau serbuk dengan kadar kemurnian
minimal 99 %.
4. Pengawasan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Pengawasan mutu dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas produk MSG. Pengawasan mutu bahan baku dan bahan pembantu
dilakukan oleh laboratorium I dengan cara menganalisa sampel bahan yang di
berikan oleh bagian gudang logistik. Hasil analisa selanjutnya dikembalikan
ke bagian gudang logistik. Laboratorium I berhak memberi rekomendasi untuk
menolak bahan baku dan bahan pembantu yang akan digunakan dalam proses
produksi MSG jika memang tidak memenuhi standart yang dipersyaratkan.
Namun untuk keputusan akhir tetap pada bagian gudang logistik.
1) Analisa bahan baku meliputi kandungan gula total dalam tetes / Total
Sugar (TS), kandungan kalsium, kandungan padatan terlarut ( 0Brix ),

17

Specific Gravity, dan Optical Density (OD). Analisa yang paling utama
terhadap molasses yang masuk adalah analisa total gula. Total gula yang
dipersyaratkan oleh perusahaan adalah di atas 53%.
2 ) Analisa bahan pembantu meliputi analisa kemurnian, Beume (Be), Specific
grafity untuk asam sulfat, asam phospat, asam klorida dan natrium
hidroksida, kemudian analisa kemurnian dan pH untuk urea, serta analisa
kemurnian, kadar air, kadar Fe, dan pH untuk karbonaktif.
5. Pengangkutan dan Penanganan Bahan Baku serta Bahan Pembantu
1. Pengangkutan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan PT. Palur Raya
diangkut dengan menggunakan tangki tangki seperti tangki yang biasa
digunakan untuk mengangkut BBM. Setiap kali tiba di PT. Palur Raya sampel
dari masing masing tangki diambil untuk diuji mutunya di laboratorium I,
kemudian tangki tangki menuju tempat penyimpanan bahan baku dan bahan
pembantu atau di simpan pada gudang logistik.
2. Penanganan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Bahan baku utama molasses bersifat musiman dan hanya tersedia jika
PG beroperasi (musim giling). Oleh karena itu, untuk menjamin
ketersediaannya maka PT. Palur Raya membuat stok molasses. Stok molasses
disimpan pada 8 buah tangki penyimpanan (tangki V 101 A H) dengan
kapasitas masing masing tangki sebesar 5000 KL. Khusus untuk tangki V
101 C digunakan untuk menyimpan beet molasses. Karena molasses dari tiap
pabrik tidak sama, maka dilakukan pengkelasan (grading) terhadap molasses
yang dibeli. Molasses yang kualitasnya setara akan disimpan pada tangki yang
sama agar molasses yang tersimpan mempunyai kualitas seragam.
Selama penyimpanan, molasses tidak memperoleh perlakuan apapun.
Penanganan hanya meliputi pengontrolan terhadap terjadinya kebocoran
tangki dan pencegahan terhadap masuknya air ke tangki penyimpanan.
Masuknya air ke dalam tangki akan menyebabkan molasses

mengalami

pengenceran, akibatnya molasses akan cepat mengalami kerusakan. Setelah


tangki penyimpanan digunakan 1 tahun dilakukan pembersihan bagian

18

dalam tangki untuk mengeluarkan endapan yang terbentuk selama


penyimpanan. Pembersihan tangki dilakukan dengan cara di semprot
menggunakan air. Tangki penyimpanan ini terbuat dari baja sehingga terjamin
kekuatannya. Bahan pembantu yang digunakan yaitu Micrococcus glutamicus
dan bahan bahan kimia. Micrococcus glutamicus disimpan pada
laboratorium II yang bertugas dalam pengadaan dan perkembangbiakan
bakteri, sedangkan bahan bahan kimia disimpan dalam tangki tangki yang
mempunyai ketebalan lebih besar dari tangki penyimpanan bahan baku
terutama untuk bahan yang berbentuk cair seperti H2SO4, NH3, dan NaOH.
Oleh sebab itu, tangki tangki yang digunakan untuk penyimpanan harus
bersifat tidak korosif dan dilapisi dengan karet yang berfungsi mencegah
terjadinya korosi. Selama penyimpanan, bahan bahan kimia tidak
memperoleh perlakuan khusus, kecuali pengontrolan jika terjadi kebocoran
tangki karena dapat berbahaya. Sedangkan untuk bahan - bahan seperti
defoamer dan H3PO4 disimpan dalam kemasan drum atau jerigen. Bahan
bahan lain yang berbentuk serbuk atau padatan misalnya karbon aktif, MgSO 4,
MnSO4, FeSO4 dan urea dikemas dalam kemasan zak atau karung karung
kemudian disimpan dalam satu gudang. Bahan kimia yang berbentuk cair dan
padat ditempatkan pada gudang yang berbeda.
6. Evaluasi Mutu Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Menurut Feiganbaum (1983), mutu dalam berproduksi yang di
dalamnya termasuk penjaminan produk andalan dan keamanan produk, lebih
ditujukan kepada perbaikan perbaikan yang dapat menambah dan
meningkatkan kualitas produk dalam upaya mengurangi kegagalan pada
proses produksi. Oleh sebab itu, usaha perbaikan perbaikan diharapkan
mampu berperan dalam pengendalian mutu sehingga dapat menekan
pengeluaran biaya namun tetap menghasilkan produk yang berkualitas.
Evaluasi mutu bahan baku dan bahan pembantu dalam produksi MSG
merupakan salah satu tahapan dari sekian banyak tahapan yang penting untuk
dilakukan. Untuk memperoleh produk dengan spesifikasi yang sesuai dengan

19

keinginan konsumen, baik masalah kualitas, keamanan, serta harga dari suatu
produk, maka mutlak diperlukan evaluasi terhadap bahan baku dan bahan
pembantu. Oleh sebab itu evaluasi mutu terhadap bahan baku dan bahan
pembantu sangat berperan penting guna memenuhi kriteria yang telah
dipersyaratkan dan sesuai dengan standar bahan baku dan bahan pembantu
yang digunakan dalam proses pengolahan suatu produk
a. Molasses

Molasses merupakan bahan baku yang digunakan PT. Palur Raya


dalam produksi MSG. Pengadaan bahan baku dan bahan pembantu
didatangkan dari beberapa PG yang ada di sekitar JawaTengah, di
antaranya PG Gondang Baru Klaten, PG Madu Kismo Yogyakarta, PG
Tasikmadu Karanganyar, PG Mojo Sragen, PG Ranggel Pati, PG Sragi
Pekalongan, PG Jati Barang dan PG Rendeng Kudus.
Molasses yang diterima PT. Palur Raya telah memenuhi standar
yang ditetapkan perusahaan. Sebelum molasses disimpan dan digunakan
dalam proses produksi, terlebih dahulu dilakukan uji analisis di
laboratorium I PT. Palur Raya. Uji analisis ini dilakukan dalam upaya
mencapai standar mutu produk akhir yang sesuai dengan spesifikasi dan
standar yang telah dipersyaratkan oleh perusahaan. Standar molasses
sebagai bahan baku yang digunakan PT. Palur Raya dapat dilihat pada
tabel 4.

Tabel 4. Standar molasses PT. Palur Raya.


Kriteria Uji

Satuan
TS
%
Bx
%
Kadar Kalsium
%
OD
%
Sp.Gr
g /cm3
Sumber : Lab.Quality Control PT. Palur Raya (2007)

Mutu
53 60
80 82
Max 1,5
Max 270
1,450 1,6

Ketika dilakukan pengujian untuk masing masing kriteria uji


diantaranya uji TS (kandungan total gula), Brix, kandungan Ca, OD, dan
Sp.Gr (BJ), PT. Palur Raya telah menetapkan standar. Untuk pengujian

20

kandungan total gula, standar minimal yang ditetapkan yaitu 53 % dan


maximal 60%. Jika kandungan total gula di bawah 53 % atau di atas 60 %
PT. Palur Raya menolak molasses yang datang. Standar mutu lain yang
juga ditepati yaitu kandungan Ca maximal 1,5 %, Brix 80 82 (kurang
dari 80 molasses tidak diterima), OD maximal 270 dan Sp.Gr (BJ) 1,4
1,6 gr/cm3. Di luar dari standar yang telah ditetapkan, perusahaan akan
menolak kedatangan molasses. Selama masa penyimpanan sampai
digunakan dalam proses produksi, molasses tidak mengalami penurunan
mutu kecuali jika molasses bercampur dengan air, sehingga kandungan
gulanya akan menurun. Oleh sebab itu pengecekan terhadap kebocoran
tangki harus selalu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan
mutu. Molasses yang akan digunakan tidak lagi diuji kandungan mutunya.
Namun demikian, penyimpanan sudah dilakukan dengan baik sehingga
penurunan mutu molasses kemungkinan besar tidak terjadi. Sehingga dari
data analisis tersebut dapat diketahui bahwa molasses yang digunakan
untuk proses produksi MSG di PT. Palur Raya sudah cukup memenuhi
standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

b. Micrococcus glutamicus

Micrococcus glutamicus merupakan jenis bakteri yang digunakan


dalam produksi MSG. Micrococcus glutamicus dalam produksi MSG
berperan sebagai penghasil enzim terutama dalam menghasilkan
glutamate. Menurut Muchtadi (1992), pada proses fermentasi, mikroba
dapat berkembang biak dengan cepat, dan sambil berkembang biak dengan
cepat, bakteri akan menghasilkan cairan yang mengandung enzim,
sehingga dapat mengubah makanan atau senyawa di sekelilingnya menjadi
produk hasil fermentasi.
Perkembangbiakan bakteri yang dilakukan laboratorium II PT.
Palur Raya sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaaan.

21

Pada perkembangbiakkan bakteri di PT. Palur Raya, suhu inkubasi yang


ditetapkan yaitu 30,6 C dengan target pH 7 7,5. Jika suhu dan pH
kurang dari yang ditetapkan maka bakteri tidak akan berkembangbiak
dengan optimal (bakteri masih bisa tumbuh dan membelah diri secara
maximal sampai tidak bisa berkembang biak lagi). Namun jika suhu
inkubasi terlalu tinggi atau di atas 30,6 C dengan pH yang tidak sesuai
dengan target,
bakteri akan mati dan tidak dapat tumbuh serta
berkembangbiak lagi. Akibatnya MV (Mikrobial Volume) yang diinginkan
tidak bisa tercapai. MV yang diinginkan yaitu 0,5 ml/10 ml slunt yang
dilarutkan dengan aquadest. Jika MV kurang dari yang diinginkan PT.
Palur Raya, maka akan dibuang (tidak dipakai) dan tidak digunakan untuk
ditransfer pada proses selanjutnya yaitu seeding, karena dapat
menyebabkan lambatnya pertumbuhan bakteri di seeding.
Perhitungan MV dilakukan dengan cara melarutkan bakteri yang
ada di permukaan media agar miring (slunt) dengan menggunakan
aquadest sebanyak 10 ml. Larutan tersebut selanjutnya di sentrifuge
sehingga terpisah antara sel bakteri di bagian atas dan air di bagian bawah.

c. Bahan Bahan Kimia


Bahan yang baik yang disertai dengan prosedur proses yang tepat
akan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Perusahaan
menetapkan standar khusus untuk bahan kimia sebagai bahan pembantu
(penunjang medium) dalam proses produksi MSG. Standar utama untuk
bahan bahan kimia yang ditetapkan PT. Palur Raya yaitu kadar
kemurnian. Kadar kemurnian untuk masing masing bahan kimia berbeda
beda, misalnya saja untuk HCl perusahaan menetapkan kadar kemurnian
minimal 32%, H3PO4 maksimal 85%, MgSO4 maksimal 97%, MnSO4
minimal 98%, H2SO4 minimal 98%, FeSO4 minimal 86%, NaOH minimal
35%, Na2CO3 minimal 99%.
Bahan bahan kimia yang digunakan PT. Palur Raya sudah
memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Bahan kimia yang
standar mutunya tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka akan

22

ditolak oleh perusahaan dan dikembalikan kepada produsen dalam upaya


pencapaian standar kualitas dari produk akhir. Bahan kimia yang lolos uji
dan sudah sesuai standar atau kadar kemurniannya sesuai dengan yang
ditetapkan perusahaan, selanjutnya disimpan dalam gudang penyimpanan
bahan atau disimpan pada tangki anti korosif untuk bahan kimia cair yang
berbahaya sebelum digunakan dalam produksi. Ketika dilakukan
penyimpanan, bahan kimia tidak mengalami penurunan kadar kemurnian,
kecuali jika ada air atau bahan lain yang masuk. Oleh sebab itu
pengecekan terhadap kebocoran tangki perlu dilakukan. Bahan kimia yang
mudah rusak jika terkena sinar matahari di tempatkan pada botol atau
kemasan yang berwarna gelap dan disimpan dalam suatu ruangan. Bahan
kimia yang akan digunakan tidak lagi diuji kandungan mutunya. Namun
demikian, penyimpanan sudah dilakukan dengan baik sehingga penurunan
mutu serta kerusakan bahan kimia kemungkinan besar tidak terjadi.

D. Proses Produksi
Pembuatan MSG di PT. Palur Raya dilakukan dengan berbagai tahapan
proses yang tidak sederhana. Pembuatan MSG menggunakan molasses
sebagai bahan baku utama dan beet molasses sebagai bahan baku pendukung.
Selain menggunakan molasses sebagai bahan baku, PT. Palur Raya juga
menggunakan bahan pembantu diantaranya bakteri Micrococcus glutamicus
dan bahan bahan kimia. Proses pembuatan MSG di PT. Palur Raya secara
umum dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap fermentasi, tahap isolasi dan tahap
refining.
1. Fermentasi
a. Molasses Treatment
Molasses sebagai bahan baku pembuatan MSG diberi perlakuan
pendahuluan dengan tujuan membersihkan molasses dari kotorannya
maupun unsur unsur lain yang tidak dikehendaki, terutama unsur
kalsium (Ca). Kalsium (Ca) dapat menyebabkan timbulnya kerak pada
peralatan proses. Kadar kalsium yang terkandung dalam molasses harus

23

dikurangi karena dapat mempengaruhi kualitas kristal MSG yang


dihasilkan.
Pada molasses treatment, cara menghilangkan unsur unsur yang
tidak dikehendaki terutama unsur Ca, dilakukan dengan penambahan air
dan H2SO4. Molasses tebu dari berbagai pabrik gula ditampung dalam
tangki penampungan molasses (tangki V 101A H), molasses dengan
kualitas setara ditampung pada tangki yang sama. Kalsium yang terdapat
dalam molasses akan direduksi oleh H2SO4 menjadi CaSO4 yang dapat
mengendap dan mudah dipisahkan. Jumlah penambahan H 2SO4 yang
ditambahkan tergantung pada besarnya kandungan kalsium dalam
molassses. Molasses bersih hasil dari molasses treatment mempunyai
kadar Ca maksimal 3000 ppm dengan pH 3,6 dan selanjutnya digunakan
untuk proses seeding dan fermentasi.

b. Seeding
Seeding adalah proses pembiakan bakteri agar bakteri dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan media fermentasi. Komposisi media
seeding antara lain air, molasses, H3PO4, defoamer, urea dan garam
garam mineral. Dalam proses seeding dilakukan pengecekan pH setiap
jam selama 14 jam, diusahakan pH sekitar 7 7,2 dan suhu media
sekitar 32 C dan setelah 14 jam maka bakteri dari unit seeding siap
ditransfer untuk proses fermentasi.
Bakteri yang berperan dalam proses seeding yaitu Micrococcus
glutamicus yang merupakan jenis bakteri aerob, sehingga membutuhkan
udara untuk perkembangbiakannya, dan bila terjadi penurunan pH
selama proses seeding berlangsung maka ditambah dengan NH3. Selama
proses seeding dilakukan juga proses feeding. Feeding adalah
penambahan molasses ke tangki fermentor yang berfungsi untuk
mempertahankan kandungan gula (TS) yang difermentasikan oleh

24

bakteri, selain itu pada proses feeding ditambahakan juga defoamer dan
penisillin.
c. Fermentasi
Fermentasi bertujuan untuk menghasilkan asam glutamat dengan
bantuan bakteri yang selanjutnya diproses menjadi MSG. Bakteri yang
digunakan dalam fermentasi yaitu Micrococcus glutamicus yang juga
digunakan pada proses seeding. Bakteri dari tangki seeding dimasukkan
ke dalam fermentor dan di tambah dengan NH3 sebagai sumber N.
Penggunaan bakteri yang telah di seeding dilakukan karena beberapa
alasan, salah satu diantaranya yaitu karena bakteri perlu beradaptasi
terlebih dahulu dengan media fermentasi. Proses seeding dapat
mencegah resiko yang mungkin terjadi, misalnya kegagalan dalam
proses fermentasi yang akan berakibat fatal karena fermentasi
merupakan salah satu tahapan proses yang berperan penting dalam
produksi MSG.
Proses fermentasi bersifat aerob sehingga dibutuhkan O2 dari udara
luar. Penambahan O2 diperlukan untuk pernafasan bakteri dan oksidasi
glukosa.

Suhu dan pH optimum selama fermentasi juga harus

dipertahankan agar pertumbuhan bakteri tidak terganggu. Suhu optimum


untuk proses fermentasi asam glutamat yaitu 30 - 35 C, sedangkan pH
optimumnya yaitu 7,2 7,4. Setelah proses fermentasi berlangsung
selama 32 38 jam, maka proses fermentasi dihentikan. Hasil dari
proses fermentasi disebut dengan TB (Thin Broth) yang kemudian
dikeluarkan dan ditampung di tangki TB.
Pada saat fermentasi juga ditambahkan defoamer dan penisillin.
Penambahan defoamer dilakukan apabila timbul busa (CO2) sehingga
tidak sampai terjadi floading (busa yang berlebihan) dan penisillin
ditambahkan untuk membatasi pertumbuhan bakteri dalam proses
fermentasi.
Menurut Rachman (1989), pada sebagian besar proses fermentasi,
terbentuknya buih dapat menimbulkan masalah. Terbentuknya buih

25

biasanya disebabkan oleh protein di dalam medium. Jika terbentuknya


buih tidak dapat dihindari, perlu ditambahkan senyawa anti buih
misalnya alkohol dan ester. Senyawa anti buih hanya ditambahkan jika
terbentuk buih selama fermentasi berlangsung.
2. Isolasi
Pada tahap isolasi, TB diproses menjadi sirup MSG. Proses yang
terjadi pada tahap ini meliputi evaporasi, pemisahan GA, dan hidrolisa.
a. Evaporasi
Pada tahap evaporasi, sebelum TB masuk, evaporator dan
preheater divakumkan terlebih dahulu. Pemekatan TB dengan kondisi
vakum ini dimaksudkan untuk menurunkan titik didih bahan sehingga
penggunaan steam lebih effisien. TB mengandung GA (Glutamit Acid)
dimana sebelum diambil kandungan GA-nya TB mengalami proses
pemekatan atau pengurangan kadar air dengan menggunakan evaporator 4
efek. Pada tahap evaporasi juga dilakukan pengontrolan volume bahan
pada tangki agar tidak berlebihan atau kekurangan. Biasanya volume
bahan pada tangki dipertahankan 50% agar tidak terjadi luapan pada
tangki. Pengendalian dilakukan dengan membuka atau menutup katup
bahan masuk dan bahan keluar. Hasil akhir dari evaporasi yaitu CB
(Concentrate Broth).
b.

Pemisahan Glutamit Acid ( GA )


Concentrate Broth (CB) hasil dari evaporator ditransfer ke tahap
pemisahan GA masuk ke tangki CB, kemudian CB ditambah dengan HCl
sehingga pH-nya mencapai 3,2. Pada pH ini GA akan membentuk kristal
sehingga mudah dipisahkan dari larutannya. Setelah kristal dipisahkan
dengan larutannya, selanjutnya larutan dipompa ke Super De Canter
(SDC) untuk memisahkan GA dengan larutannya (GM). Ada 4 tahap
dalam SDC. Tahap pertama CB masuk ke SDC I dan dipisahkan campuran
GA1 dan GM1. GM1 ditampung pada tangki GM1 kemudian ditransfer ke
proses pembuatan pupuk cair. GA1 masuk ke SDC II kemudian keluar dan

26

dipisahkan GA2 dan GM2. GM2 masuk ke tangki GM2, selanjutnya masuk
ke evaporator 2 efek untuk mengubah GM2 menjadi HS yang akan di
transfer ke tahap hidrolisa. Sebelum GA2 masuk ke SDC III terlebih
dahulu GA2 masuk ke tangki cooling yang akan mengubah kristal
menjadi kristal , setelah itu GA2 masuk ke SDC III dan dipisahkan antara
GA3 dan GM3. GM3 kemudian dipompa ke tangki GA 2. -GA4 di tampung
ke tangki -GA4 dan ditambah dengan air softener. Selanjutnya larutan GA
dipompa ke tangki netralisasi dan ditambah dengan larutan NaOH atau
Na2CO3 hingga diperoleh pH 6,5 serta dipanaskan dengan uap sampai
suhu larutan 50 - 55C. Hasil dari proses ini disebut GA 4 cair (sirup MSG)
yang berwarna coklat tua kemudian setelah itu di transfer ke proses
refining.
c. Hidrolisa
Pada tahap ini dilakukan proses pembuatan Hydrogen Sources (HS)
yang berfungsi untuk menurunkan pH CB (Concentrate Broth) hingga
mencapai pH 3,2. Prosesnya yaitu, GM2 masuk ke evaporator 2 efek dan
dihasilkan HS yang selanjutnya dipompakan ke proses pemisahan GA.
3. Refining
Tahap refining bertujuan menjernihkan warna dan mengkristalkan
sirup MSG. Menurut Bernasconi et,al., 1995, penjernihan adalah
pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan kerapatannya dengan
memanfaatkan pengaruh gaya berat dan gaya sentrifugal.
Tahap refining meliputi proses netralisasi, dekolorisasi, filtrasi,
kristalisasi dan pengeringan.
a. Netralisasi
Pada tahap ini terjadi proses pencampuran GA4 dengan air
lunak dan NaOH atau dengan Na2CO3 sehingga diperoleh sirup MSG
yang berwarna coklat tua dengan pH 6,5.
b. Dekolorisasi

27

Sirup MSG yang dihasilkan dari proses netralisasi masuk ke


tahap dekolorisasi untuk mendapatkan warna kristal yang jernih.
Penjernihan warna dilakukan dengan menambahkan karbon aktif
sebagai adsorben. Menurut Bernasconi et,al. (1995), karbon aktif
dibuat dari bahan organik yang dapat dikarbonasi, misalnya kayu,
humus, batu bara coklat, dan tempurung kelapa. Karbon aktif yang
sering digunakan untuk penghilangan atau penjernihan warna biasanya
berbentuk bongkahan (tidak teratur) dan dalam bentuk serbuk.
Karbon aktif yang ditambahkan tergantung dari jumlah kotoran
dalam sirup MSG. Semakin banyak kadar kotoran dalam sirup MSG,
semakin banyak jumlah karbon aktif yang perlu ditambahkan. Suhu
pada waktu dekolorisasi dipertahankan 55 C - 60 C dengan pH
sekitar 6,9 7,0.
c. Kristalisasi MSG
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal
dari suatu larutan. Pada kristalisasi, untuk memperoleh kristal kristal
yang diinginkan, maka kecepatan pengadukan dan pendinginan harus
diperhatikan (Bernasconi, et.al., 1995).
Kristalisasi MSG bertujuan untuk memperoleh kristal MSG
dari sirup MSG. Kristalisasi dilakukan secara vakum dengan
pengadukan. Keadaan vakum diperlukan untuk menurunkan titik didih
air sehingga air lebih cepat menguap dan mencegah terbentuknya
kristal yang berwarna gelap karena pengaruh suhu tinggi.
Kristalisasi MSG berlangsung pada tekanan 60 cm Hg selama
22 jam. Pada proses kristalisasi ini diperlukan pengadukan yang baik
agar larutan homogen, sehingga derajat kejenuhan campuran merata.
Untuk memastikan target kualitas tercapai maka setiap saat dilakukan
pemantauan secara visual melalui kaca kaca jendela pada tangki
kristalisasi. Kondisi yang dipersyaratkan pada tahap kristalisasi yaitu
pH 6,8 7 dan suhu 60 C - 80 C.
d. Filtrasi

28

Menurut Bernasconi et,al., (1995), filtrasi adalah pemisahan


bahan secara mekanis berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda
beda. Molekul cairan atau gas dibiarkan menembus lubang pada media
filter, sedangkan partikel partikel padat yang lebih kasar akan
tertahan oleh media filter.
Setelah proses kristalisasi selesai, kristal MSG akan terjatuh
kedalam gutter setelah itu kran pada bagian bawah tangki kristalisasi
dibuka dan kristal MSG dibiarkan selama 2 jam untuk pendinginan.
Cairan ML (Mother Liquid) akan terpisah dari kristal secara filtrasi.
Kristal akan tertahan di saringan yang terdapat pada sisi separator dan
ketika separator berputar, kristal yang tertahan di saringan disemprot
dengan air sampai kristal terlihat putih bersih.
e. Pengeringan
Pengeringan berarti pemisahan cairan dari suatu bahan padat
yang lembab dengan cara menguapkan cairan tersebut dan membuang
uap yang terbentuk (Bernasconi,et,al., 1995)
Kristal MSG yang keluar dari proses filtrasi masih mempunyai
kadar air lebih besar dibanding dengan standart, sehingga perlu
dikeringkan. Kristal MSG dikeringkan menggunakan udara panas
dengan suhu sebesar 90C. Suhu harus dikendalikan karena apabila
suhu terlalu rendah maka kadar air yang dihasilkan masih melebihi
standar, namun jika suhu terlalu tinggi justru akan merusak MSG.
f. Pengayakan
Pengayakan

berarti

memisahkan

suatu

bahan

dengan

menuangkannya melalui ayakan sehingga diperoleh butir butir


dengan berbagai ukuran (Bernasconi, et,al.,1995)
Pengayakan dilakukan untuk memisahkan ukuran kristal MSG.
Apabila ada kristal yang tidak sesuai ukuran maka akan diproses ulang
pada tahap refining. Type kristal dan ukuran kristal yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Type kristal dan Ukuran Kristal yang Digunakan

29

Type Kristal
Ukuran Kristal (mesh)
Prongkol
<4
3 XL
48
2 XL
8 10
XL
10 16
L
16 24
M
24 30
S1
30 40
S2
> 40
Sumber : Laboratorium Quality Control Palur Raya (2007)

E. Mesin dan Peralatan Produksi MSG


1. Alat Utama
1. Nama Alat

: Tangki molasses treatment

Fungsi

: Pengolahan tetes

Kapasitas

: 10 kl

Prinsip Kerja : Memisahkan

cairan

berdasarkan

BJ

dengan

menggunakan gaya gravitasi.


2. Nama Alat

: Tangki Fermentor

Fungsi

: Proses fermentasi

Kapasitas

: 150 kl dan 172,5 kl

Prinsip Kerja : Mencampur

larutan

dengan

penambahan

bakteri

sehingga terbentuk produk fermentasi


3. Nama Alat

: Evaporator

Fungsi

: Memekatkan kadar air TB

Kapasitas

: 32 m3/hari

Prinsip Kerja : Merubah panas dan memisahkan uap yang terbentuk dari
bahan cair.
4. Nama Alat

: Tangki kristalisasi

Fungsi

: Memperoleh kristal yang baik

Kapasitas

: 70 kl

Prinsip Kerja : Merubah panas dan memanaskan larutan sampai kondisi


jenuh hingga terbentuk kristal.

30

5. Nama Alat
Fungsi

: Beta cooling tank


: Mendinginkan kristal GA yang sudah terbentuk
sehingga lebih kuat.

Kapasitas

: 10 kl

Prinsip Kerja

: Melepaskan panas dengan menggunakan suhu rendah


sehingga kondisi tangki menjadi dingin dan dapat
memperkuat pembentukan Kristal.

6. Nama Alat
Fungsi

: Decolorisasi tank
: Menjernihkan sirup MSG dengan menambahkan karbon
aktif

Prinsip Kerja: : Mengikat kotoran atau partikel-partikel yang larut dalam


suatu larutan dengan menggunakan gaya sentrifugal.
7. Nama Alat

: Dryer

Fungsi

: mengeringkan kristal MSG

Kapasitas

: 1000 kg/jam

Prinsip Kerja : Menyerap energi panas sehingga kadar air bahan akan
berkurang.
2. Alat Pembantu
a. Nama Alat

: Tangki penampung tetes

Fungsi

: Menampung tetes

Kapasitas

: 3000 kl dan 2000 kl

b. Nama Alat

: Bak pencampur tetes

Fungsi

: Mencampur tetes dari tangki penampung

Kapasitas

: 20 kl

c. Nama alat
Fungsi
d. Nama Alat

: Bak penimbang
: menimbang tetes dari tangki penampung tetes.
: Bak pengendapan tetes

Fungsi

: Mengendapkan tetes

Kapasitas

: 300 kl

e. Nama Alat

: Brush Strainer

31

Fungsi

: Memisahkan tetes dari kotoran besar

Kapasitas

: 300 kl

f. Nama Alat
Fungsi
g. Nama Alat
Fungsi

: Sand cyclone
: Untuk memisahkan kotoran kecil/pasir dari tetes.
: Westfalia separator
: Memisahkan

tetes

bersih/menyaring

tetes

dari

endapannya.
h. Nama Alat
Fungsi

: Super De Canter
: Memisahkan air PPT dengan endapan dan memisahkan
GA dan GM

i. Nama Alat
Fungsi

: PHE (Plate Heat Exchanger)


: Sterilisasi tetes dari tangki penampung tetes ke tangki
feeding dan fermentor

Kapasitas
j. Nama Alat

: 60 kl/jam
: Defoamer tank

Fungsi

: Menampung defoamer

Kapasitas

: 2,5 kl

k. Nama alat
Fungsi
l. Nama alat
Fungsi
m.Nama Alat

: Tangki feeding
: Menampung tetes sebagai nutrisi bakteri.
: Tangki penisilin
: Menampung penisilin
: Flash tank

Fungsi

: Mendinginkan Hidrogen Source

Kapasitas

: 10 kl

n. Nama Alat

: Neutral tank

Fungsi

: Menampung CB dan HS

Kapasitas

: 70 kl

o. Nama Alat
Fungsi
p. Nama Alat

: Filter press
: Menyaring sirup MSG
: Gutter

32

Fungsi

: Menampung

kristal

MSG

yang

terbentuk

untuk

dipisahkan dari ML-nya


Kapasitas
q. Nama Alat
Fungsi
r. Nama Alat
Fungsi
s. Nama Alat
Fungsi
t. Nama Alat

: 26 kl (1 buah), 17 kl (2 buah)
: Separator
: Untuk mencuci kristal MSG dan memisahkan ML-nya
: Conveyor
: Mentransfer kristal MSG dari bak gutter
: Blower
: Mensuplai udara ke dryer
: Shifter

Fungsi

: Memisahkan kristal MSG kering dalam berbagai ukuran

Kapasitas

: 1500 kg/J

F. Produk Akhir
1. Spesifikasi Produk Akhir MSG di PT. Palur Raya
Dalam upaya mencapai standar mutu produk akhir yang telah
dipersyaratkan, produk MSG harus memenuhi spesifikasi. Spesifikasi produk
MSG dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Spesifikasi produk akhir MSG di PT. Palur Raya
Spesifikasi
Produk
Purity
TM
Ca
pH
Putaran Optik
Logam Pb
Arsenic (As)
Kadar Air
NaCl

Standar PT. Palur Raya

Standar MSG SII

Min 99 %
Min 98 %
Max 3000 ppm
6,7 - 7,2
+24,8 - 25,1
( Negatif )
( Negatif )
Max 0,2 %
Max 0,2 %

Min 99 %
6,8 7,2
+ 24,8 - 25,3
Max 5 ppm
Max 2 ppm
Max 0,5 %
Max 0,2 %

33

Kenampakan
Bau
Warna

Kering tidak menggumpal


Kering tidak menggumpal
Tidak apek, asam, menyengat Tidak apek, asam, menyengat
Putih

mengkilap

tidakPutih

mengkilap

tidak

kekuning-kuningan
kekuning-kuningan
Sumber : Laboratorium Quality Control PT. Palur Raya (2007)
2. Jumlah Produk Akhir
Jumlah rata rata produksi MSG PT. Palur Raya yaitu 9000 1000
ton per bulan.
3.

Penanganan Produk Akhir


a. Analisa Mutu Produk
Produksi MSG di PT. Palur Raya, menghasilkan produk akhir berupa
kristal MSG. Setelah dari bagian proses produksi kristal MSG, selanjutnya
masuk pada bagian penanganan produk akhir. Bagian ini menangani
pengemasan dan penyimpanan. Sebelum produk akhir dikemas, kristal MSG
dari tahap refining diuji oleh laboratorium I untuk mengetahui apakah kristal
MSG yang diproduksi telah memenuhi standar mutu yang

ditetapkan.

Apabila kristal MSG berbau, berwarna kuning/hitam, prongkol, berwarna


suram, dan kotor maka kristal tersebut dikembalikan lagi ke tahap refining
untuk diproses ulang. Kristal yang lolos uji akan diproses lebih lanjut, yaitu
dikemas di bagian packing.
b. Pengemasan
Tujuan pengemasan yaitu untuk melindungi produk dari pengaruh
luar, sebagai sarana promosi dan memudahkan dalam transportasi dan
penggunaan sampai ke tangan konsumen.
a) Jenis Kemasan
Jenis kemasan di PT. Palur Raya menggunakan kemasan primer dan
kemasan sekunder.
1. Kemasan Primer
Kemasan primer adalah kemasan yang langsung berhubungan
dengan bahan yang dikemas. Bahan kemasan primer yang digunakan
di PT. Palur Raya adalah plastik PE dan OPP.

34

Plastik PE digunakan karena mempunyai sifat kuat, transparan,


dapat direkatkan dengan panas, mudah dibentuk (fleksibel) dan
harganya murah. Plastik OPP digunakan karena mempunyai sifat
lebih kaku, kuat dan ringan dari pada PE, daya tembus uap air rendah,
tahan terhadap lemak dan stabil pada suhu tinggi.
2. Kemasan Sekunder
Kemasan sekunder adalah kemasan yang tidak langsung
berhubungan dengan bahan yang dikemas. Kemasan sekunder yang
digunakan di PT. Palur Raya adalah karung dan kardus (boks).
Kemasan ini biasanya digunakan sebagai pengemas kedua atau
sebagai penguat dari kemasan primer sebelum dipasarkan selain itu
juga mempermudah dalam pengangkutan.
3. Teknik Pengemasan
Pengemasan MSG di PT. Palur Raya dilakukan secara manual
dan menggunakan mesin. Teknik pengemasan tersebut adalah :
1.
Manual
Teknis pengemasan dilakukan secara manual, yaitu: kristal
MSG dimasukkan dalam kemasan dengan menggunakan sekop.
Pengemasan ini dilakukan oleh pekerja tanpa bantuan mesin.
Pengemasan manual biasanya mengemas kristal MSG ukuran 25
kg dan 50 kg (kemasan bulk).
2.
Menggunakan mesin
Mesin yang digunakan untuk mengemas ada 3 jenis, yaitu
mesin filling, mesin single line dan mesin multi line.
a. Mesin filling
Mesin ini digunakan untuk mengemas MSG dengan
ukuran 250 gr, 500 gr, 1 kg, 1 lb. Mesin ini hanya ada 1 unit.
Bahan plastik yang digunakan untuk mengemas adalah plastik
OPP.
b. Mesin single line
Mesin ini digunakan untuk mengemas MSG dengan
ukuran kurang dari 250 gr. Mesin ini berjumlah 18 unit.
Ukuran yang dihasilkan oleh mesin ini yaitu 8 gr, 25 gr, 50 gr
dan 100 gr. Bahan pengemas yang digunakan mesin ini adalah
plastik OPP. Mesin single line ini dilengkapi dengan mesin
sealer dan mesin pemotong kemasan.
c. Mesin multi line
Mesin ini hanya ada 1 unit. Fungsi dari mesin ini juga
untuk mengemas MSG dengan ukuran 3,1 gr, 21 gr, 43 gr.
Pengemasan MSG juga dilakukan dalam bentuk kemasan bulk (zak
plastik yang dilapisi plastik di dalamnya) dan pengemasan dengan kantong
plastik. Pada kemasan bulk, selain dilapisi dengan plastik juga dilapisi
dengan kertas craft sebanyak 4 lapis. Kemasan bulk (craft) ini biasanya

35

digunakan untuk keperluan ekspor. Pengemasan bulk digunakan untuk


keperluan ekspor. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan MSG
langsung ke dalam zak berukuran 25 Kg dan 50 Kg. Produk yang telah di
packing dikirim ke gudang penyimpanan dengan menggunakan sabuk
berjalan (belt conveyor)
Menurut Syarief (1988), di dalam dunia perdagangan dikenal istilah
kemasan primer, sekunder, tersier dan seterusnya. Kemasan primer yaitu
wadah atau pembungkus yang langsung mewadahi bahan, sedangkan
kemasan sekunder yaitu kemasan yang berfungsi melindungi kemasan
primer, misalnya kotak kotak karton. Sedangkan kemasan tersier digunakan
untuk melindungi kemasan primer dan sekunder.
Selain mengemas MSG dalam bentuk kristal, PT. Palur Raya juga
mengemas MSG dalam bentuk bubuk, yaitu MSG ukuran S yang digiling
sehingga diperoleh bubuk. Pada bagian ini juga dilakukan pengayakan agar
jenis ukuran kristal yang dihasilkan seragam, pembersihan kotoran yang ada
pada kristal, serta pengecekan ukuran kristal.
c. Penyimpanan
PT. Palur Raya mempunyai 4 buah gudang penyimpanan, meliputi
gudang I yang digunakan untuk menyimpan MSG dari tahap refining dengan
berbagai ukuran dalam bentuk zak (50 kg), gudang II digunakan untuk
menyimpan MSG dengan ukuran M dalam bentuk bulk (zak 50 kg), gudang
III digunakan untuk menyimpan bahan pengemas, dan bagian packing hanya
mempunyai satu buah gudang yaitu gudang IV yang digunakan untuk
menyimpan produk MSG MSG yang telah dipacking. Pada gudang
penyimpanan, lantai penyimpanan dilapisi dengan papan agar bahan tidak
berhubungan langsung dengan lantai sehingga bahan tidak cepat lembab dan
dapat mencegah terjadinya kontaminasi serta kerusakan bahan akibat kondisi
tempat penyimpanan yang tidak mendukung.

36

G. Sanitasi Perusahaan
Penerapan sanitasi di PT. Palur Raya meliputi sanitasi bahan, sanitasi
ruangan, sanitasi peralatan dan tenaga kerja, sanitasi selama proses dan
sanitasi lingkungan sekitar.
1. Sanitasi Bahan
Penerapan sanitasi terhadap bahan dilakukan dengan melakukan
pencegahan terhadap tumbuhnya mikroorganisme selama penyimpanan,
yaitu mencegah terjadinya kebocoran tangki penampung bahan. Jika tangki
penampung molasses bocor, air dan kontaminan yang lain akan masuk ke
dalam

tangki

sehingga

menyebabkan

kerusakan

molasses.

Tangki

penyimpanan dikuras 1 tahun sekali dengan menggunkan larutan NaOH


supaya tangki tetap bersih dan mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang
dapat merusak bahan.
2. Sanitasi Ruangan, Peralatan dan Tenaga Kerja
a. Sanitasi Ruangan
Menurut Buckle et,al.,(1985), sanitasi lantai dan dinding
perusahaan harus dilakukan pada setiap akhir jam kerja atau jika keadaan
memang membutuhkan ruangan untuk dibersihkan, maka pembersihan
dilakukan lebih sering.
Ruangan produksi dibersihkan secara rutin dan secara insidentil
untuk menghindari kontaminasi terhadap produk. Pembersihan secara
insidentil menggunakan air dilakukan apabila ruangan terlihat kotor.
Setiap ruang kantor staf dipasang AC dan setiap sore atau sehabis jam
kerja lantai kantor dibersihkan. Untuk ruangan produksi, kecuali ruang
pengepakan, pembersihan lantai dilakukan dengan disemprot air.
Pembersihan

lantai

ruang

pengepakan

dilakukan

dengan

dipel

menggunakan pembersih lantai. Setiap ruangan diberi ventilasi, wastafel


(tempat cuci tangan) dan tempat sampah.
b. Sanitasi Peralatan
Sanitasi peralatan dilakukan terhadap tangki-tangki dan pipa-pipa
untuk proses produksi. Tangki penampung dibersihkan dengan dikuras

37

lalu disemprot dengan air dan dengan larutan soda (NaOH) kemudian
disteam.
Menurut Buckle, et, al., (1985), peralatan harus dibersihkan sebaik
mungkin sehingga tidak ada sisa sisa zat organik yang tertinggal.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan penggunaan air panas, deterjen
atau sabun. Hal yang perlu diperhatikan yaitu apabila menggunakan
deterjen atau sabun maka pembilasan harus benar benar bersih dan
menggunakan air bersih.
c. Sanitasi Tenaga Kerja
Untuk menjamin keselamatan, kebersihan dan keamanan tenaga
kerja, maka perusahaan menyediakan sepatu, helm, masker, penutup
rambut, penutup telinga, pakaian kerja, pelindung mata dan kaos tangan.
Selain sarana-sarana tersebut, perusahaan juga menyediakan sarana cuci
tangan agar para pekerja selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja untuk mencegah kontaminasi produk.
Menurut Buckle et,al., (1985), kebiasaan pekerja dalam mengelola
bahan pangan dapat menjadi sumber utama dari pencemaran sekunder.
Beberapa peristiwa keracunan bahan pangan telah diakibatkan oleh
hygiene yang buruk dari pengelola bahan pangan tersebut. Apabila
memungkinkan, pekerja harus memakai sarung tangan plastik yang telah
steril, masker dan penutup rambut untuk menghindari kontaminasi
produk.
3.

Sanitasi Selama Produksi


Sanitasi selama proses produksi diterapkan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Penerapan sanitasi selama proses produksi
dilakukan dengan melarang karyawan melakukan kegiatan makan,
minum dan merokok selama bekerja. Menurut Jenie (1993), kebiasaan
pekerja seperti merokok dan makan di tempat kerja merupakan kegiatan
yang harus dihilangkan karena dapt menyebabkan terjadinya kontaminasi
pada produk.

4.

Sanitasi Lingkungan Sekitar

38

Sanitasi lingkungan diterapkan dengan menyediaan tempat


sampah, WC umum dan dengan pembuatan taman di lingkungan pabrik,
serta memberlakukan larangan merokok di lingkungan pabrik.
Menurut Buckle et,al., (1985), penyediaan kamar kecil harus
dibangun agak jauh dan harus dilengkapi dengan sabun desinfektan.
Tempat tempat pembuangan sampah juga harus dijauhkan dari tempat
produksi agar tidak terjadi pencemaran terutama bau dan kotoran dari
tempat sampah.

H. Unit Pegolahan Limbah


Limbah di PT. Palur Raya terdiri dari 3 bentuk yaitu limbah padat, limbah cair
dan limbah gas.
1. Limbah padat
Menurut Austin (1996), limbah padat yang berupa lumpur diolah
terlebih dahulu agar tidak berbahaya pada waktu dibuang.
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi MSG di PT.
Palur Raya berupa PPT (Precipitate), cake karbon, humus,

dan sisa

batubara.
a. PPT merupakan limbah padat yang berasal dari proses molasses treatment
dengan

kandungan terbanyak CaSO 4 (60 %) dan endapan tetes. Cara

penanganannya yaitu PPT dikeringkan sehingga CaSO4-nya dapat


dimanfaatkan sebagai campuran pupuk.
b.

Cake Carbon, merupakan karbon aktif bekas yang berasal dari


proses dekolorisasi. Biasanya cake karbon digunakan untuk campuran
pupuk.

c. Humus merupakan padatan yang berasal dari proses pembuatan HS pada


tahap hidrolisa. Cara penaganannya yaitu humus dinetralkan dengan
larutan kapur hingga di peroleh pH 6,5 7, setelah itu ditambah dengan
kotoran sapi atau ayam untuk meningkatkan jumlah bakteri, kemudian
difermentasi 15 hari.

39

d.

Sisa batu bara yang tidak habis terbakar pada saat produksi masih
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Bila batubara sudah terlihat putih
maka dimanfaatkan untuk pengurukan jalan.

2. Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan dari PT. Palur Raya biasanya berasal
dari pencucian tangki-tangki, lantai dan peralatan, serta ceceran bahan baku
dan produk. Limbah yang berasal dari setiap unit produksi ditampung di
lima bak penampungan.
- Bak penampungan 1 untuk menampung air sisa pencucian dari tahap
fermentasi dan isolasi.
- Bak penampungan 2 untuk menampung air sisa pencucian dari tahap
hidrolisa.
- Bak penampungan 3 untuk menampung air sisa pencucian dari tahap
molasses treatment, laboratorium dan air kondensat boiler.
- Bak penampungan 4 untuk menampung air sisa pencucian dari proses
UPL itu sendiri.
- Bak penampungan 5 untuk menampung air sisa pencucian mobil.
Penanganan limbah cair dilakukan dengan system pengolahan
fisik, kimia, dan biologis. Sistem pengolahan fisik dilakukan dengan
memberi filter pada saluran masuk ke bak penampung. Sistem pengolahan
kimia dilakukan dengan penambahan kapur pada bak penampung.
Sedangkan pengolahan secara biologis yaitu menggunakan mikroba untuk
mencerna zat zat yang ada dalam air buangan.
3.

Limbah gas
Penanganan limbah gas yang berasal dari proses hidrolisa, dan gas
buangan dari instalasi pengolahan limbah pada umumnya dilakukan dengan
cara memasang cyclone pada semua cerobong asap sehingga emisi bisa
ditekan dan dengan memasang 2 buah scrubber di tahap hidrolisa untuk
menangkap atau menyerap gas sehingga gas yang dibuang sudah bersifat
netral. Sedangkan gas yang berasal dari proses fermentasi dipisahkan antara

40

gas dan cairannya (air). Cairannya diolah untuk limbah cair dan gasnya
langsung dibuang ke udara.
I. Pemasaran Produk
1. Metode Pemasaran Produk
Pemasaran produk MSG di PT. Palur Raya dilakukan dengan sistem
pemesanan melalui bagian marketing. Ketika menerima pesanan dari
konsumen, bagian marketing akan memesan MSG ke bagian packing,
kemudian bagian packing akan memesan ke bagian refining. Bagian refining
selanjutnya akan memproduksi MSG sesuai dengan spesifikasi yang diminta
oleh konsumen. Produk MSG yang sudah siap dikirim kemudian diserahkan
ke bagian refening ke bagian packing.

Terakhir bagian packing

akan

mengantarkannya kepada konsumen.


2. Cara Distribusi
Pendistribusian produk MSG PT. Palur Raya menggunakan alat
transportasi darat dan laut. Pendistribusian untuk daerah daerah lokal
biasanya dengan menggunakan truk, sedangkan untuk pendistribusian ke luar
negeri atau ekspor biasanya menggunakan kapal laut misalnya ke Korea,
Singapura, Nigeria, Malaysia, Kamboja, Brunei Darussalam, dll.
Pendistribusian produk dilakukan melalui repacker yang ada di
berbagai daerah. Repacker akan mengemas MSG dengan berbagai ukuran
dan menyalurkan kepada pedagang eceran hingga sampai kepada pembeli.
PT. Palur Raya biasanya mengirim produk MSG kepada repacker dalam
kemasan bulk 25 ton dan 50 ton, kemudian repacker akan mengemas produk
dengan berbagai ukuran yaitu 25 gr, 100 gr dan 50 gr. Repacker yang bekerja
sama dengan PT. Palur Raya antara lain PT. Rena Djaya Semarang yang
memperdagangkan MSG dengan merk Moto Mobil, CV. Mata Roda
Yogyakarta dengan merk MSG Terbang dan untuk daerah Solo dengan merk
MSG Moto Bandeng.
3. Lokasi Pemasaran
a. Pemasaran Dalam Negeri

41

Pemasaran MSG dalam negeri mencapai sekitar 60 % dari kapasitas


produksi. Pemasaran lokal dilakukan oleh PT. ISLP (Inti Sari Lezat
Perkasa) dengan merk dagang Intimoto dan PT. Inti Food Indonesia yang
merupakan anak cabang PT. Palur Raya yang bergerak di bidang
pemasaran, dengan daerah pemasaran yang meliputi Jabotabek, Cirebon,
Surabaya, Palembang, dan Manado.
b. Pemasaran Luar Negeri
Pemasaran MSG produksi PT. Palur Raya untuk luar negeri atau
pasar ekspor mencapai 40 % dari kapasitas produksi. Pemasaran luar negeri
juga dilakukan oleh repacker yang meliputi negara Kamboja dan Singapura
dengan merk dagang Veesop, Arab dengan merk dagang Goody, dan
Nigeria, Korea, Malaysia dengan merk dagang Initimoto.
J. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir
terjadinya

penyimpangan

mutu

produk,

menjamin

kualitas

produk,

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, serta untuk memenuhi standar


yang dipersyaratkan terhadap produk tersebut agar mutu produk mampu
bersaing di pasaran. Pengendalian mutu pada proses produksi MSG di PT.
Palur Raya meliputi pengendalian mutu bahan baku dan bahan pembantu,
pengendalian mutu proses produksi dan pengendalian mutu produk akhir.
1. Laboratorium I
a. Pengendalian mutu bahan baku dan bahan pendukung
Pengendalian mutu bahan baku (molasses) meliputi kandungan gula
total dalam tetes/total sugar (TS), kandungan Ca, kandungan gula
(0Brix), Specific Gravity, dan Optical Density (OD). Analisa yang
paling utama terhadap molasses yang masuk adalah analisa total gula.
Total gula yang dipersyaratkan oleh perusahaan adalah minimal 53 %.
Jika molasses tidak memenuhi persyaratan tersebut maka molasses
ditolak dan tidak jadi dibeli. Sebelum tetes masuk ke tangki
penampung, tetes disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan

42

kotoran-kotoran pada tetes. Karena tetes hanya didapatkan pada musim


giling maka pabrik membeli dalam jumlah banyak dan ditampung pada
tangki penampung tetes yang berkapasitas besar. Selama penyimpanan
tetes, tidak dilakukan perlakuan khusus untuk menjaga mutu tetes.
Pengendalian pada penyimpanan tetes dilakukan dengan mencegah
masuknya air ke dalam tangki. Air yang masuk ke dalan tangki akan
menyebabkan pengenceran pada tetes. Pemilihan bahan baku mutlak
diperlukan untuk mendapatkan kualitas MSG yang diharapkan. Namun
demikian, bahan baku yang baik tidak menjamin kualitas produk yang
diinginkan jika proses yang dilakukan tidak tepat.
Analisa bahan pendukung proses produksi MSG meliputi analisa
kemurnian, Beume (Be), Specific Gravity untuk asam sulfat, asam
phospat, asam klorida, NaOH, kemudian analisa kemurnian dan pH
untuk urea dan analisa kemurnian, dan analisa transmittance (TM),
kadar air, Fe, dan pH untuk karbon aktif
b. Pengendalian Mutu Proses Produksi
Pengendalian mutu proses produksi di PT. Palur Raya dilakukan
terhadap setiap tahapan proses produksi MSG, di antaranya pada tahap
fermentasi, tahap isolasi, dan tahap refining. Untuk fermentasi biasanya
dilakukan pengendalian mutu pada tangki seeding, tangki feeding,
fermentor dan tangki Thin Broth. Untuk isolasi biasanya dilakukan
pengendalian mutu pada tangki Concentrate Broth. Sedangkan untuk tahap
refining biasanya dilakukan pengendalian mutu terhadap tangki karbon
aktif bekas, dan tangki sirup MSG.
c. Pengendalian mutu produk akhir
Meliputi analisis kimia dan analisis sensori kristal MSG. Analisis
kimia meliputi analisa kemurnian, Beume (Be), specific gravity, pH, kadar
air. Analisis sensori meliputi diantaranya baunya tidak apek, asam, dan
tidak menyengat, warnanya putih mengkilap dan tidak kekuning
kuningan, dan kanampakannya kering dan tidak menggumpal.
2. Laboratorium II

43

Laboratorium II menangani masalah pengadaan bakteri yang akan


dipergunakan pada proses fermentasi. Jenis bakteri yang akan dibiakkan
adalah Micrococcus glutamicus. Penyiapan

bakteri di Laboratorium II

secara garis besar dibagi dalam tahapan sebagai berikut.


a. Pembiakan bakteri di media miring
Pembuatan slant culture dibagi 2 tahap, yaitu pembuatan media dan
pembiakan bakteri.
1). Pembuatan media
Bahan-bahan untuk pembuatan media adalah pepton, yeast
ekstrak, agar-agar, dan sumber N, P. Langkah

kerja

pembuatan

media tersebut adalah:


a.

Tabung reaksi yang akan dipakai disterilkan dulu dalam oven


pada temperatur 150180C selama 35 jam dan dibiarkan
sampai dingin.

b.

Bahan media ditimbang sesuai dengan komposisinya.

c.

Bahan dicampur dan pH diatur 6,8 dengan penambahan


NaOH dan H2SO4

d.

Agar-agar dimasukkan

sebanyak 10 cc ke dalam

tabung

reaksi yang telah disterilkan.


e.

Tabung reaksi yang berisi medium disterilkan dalam autoclave


pada temperatur 120C selama 20 menit.

f.

Dalam keadaan masih panas, tabung tersebut diangkat dan


diletakkan pada posisi miring.

g.

Tabung dibiarkan 1 minggu sehingga siap dipakai .

2). Pembiakan bakteri


Bakteri Micrococcus glutamicus diinokulasikan dalam media
agar miring yang kering dengan menggunakan ose. Bakteri
diinkubasikan selama 14 jam pada temperatur 30,6 C. kemudian
disimpan dalam lemari es pada temperatur 4 C dan bakteri siap
digunakan.

44

Bakteri yang diambil dari media agar miring kemudian


diinokulasikan dalam botol sakaghuci yang berisi media pembiakan
steril dan digoyang dengan rotary shaker agar sirkulasi oksigen
dalam media untuk pertumbuhan bakteri terpenuhi. Pembiakan ini
dinamakan pembiakan botol sakaghuci. Langkah pembiakan
bakteri di media botol sakaghuci terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a. Pembuatan media
Bahan-bahan untuk media dalam botol sakaghuci adalah
tetes sebagai sumber C, urea sebagai sumber N, pepton, yeast
ekstrak, MgSO4.H2O, dan K2HPO4. Langkah kerja pembuatan
media tersebut adalah:
1) Botol sakaghuci ukuran 3000 ml dicuci dan dikeringkan
kemudian ditutup dengan kapas.
2)

Botol sakaghuci disterilkan pada temperatur 150C


selama 2 jam dalam oven dan kemudian didinginkan.

3) Botol

dibuka

tutupnya

(kapas)

kemudian

media

dimasukkan sebanyak 400 ml (tanpa agar-agar).


4) Untuk menghilangkan busa ditambahkan defoamer.
5) Botol ditutup kembali dengan filter dan diatasnya ditutup
dengan kertas timah kemudian disterilkan menggunakan
autoclave dan didinginkan.
b. Pembiakan bakteri
Bakteri dari slant culture diinokulasikan dalam media
yang terdapat dalam botol sakaghuci yang telah disterilkan.
Botol sakaghuci kemudian dikocok dalam

rotary shaker

selama 15 jam pada temperatur 3033C. Hasil pembiakan


bakteri pada botol sakaghuci selanjutnya ditransfer ke tangki
seeding di unit fermentasi.

45

K. Utilitas
Bagian utilitas yang ada di PT. Palur Raya berfungsi sebagai sarana
pendukung untuk proses produksi. Utilitas ini meliputi penyediaan air, listrik,
steam, dan udara bertekanan.
1. Penyediaan Air
Air yang digunakan di PT. Palur Raya berasal dari sumur artesis
yang berjumlah 5 buah. Air diambil dari dalam sumur dengan
menggunakan pompa submersible (pompa dalam sumur). Air yang
dibutuhkan untuk proses total setiap hari sebesar 2200 m 3/hari. Di PT.
Palur Raya penggunaan air untuk air proses ,air cooling.
a. Air Proses
Air proses digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagian proses
produksi. Air proses dibedakan menjadi 2 yaitu air softener dan air non
softener. Air softener merupakan air yang telah dikurangi tingkat
kesadahannya. Air ini digunakan untuk mesin boiler, unit kristalisasi
dan unit-unit proses yang menghendaki penggunaan air dengan tingkat
kesadahan yang rendah seperti pada tahap isolasi dan refining. Air
softener sebagian besar digunakan untuk menghasilkan steam pada
mesin boiler dengan kebutuhan sebesar 300 m3/hari. Sedangkan air non
softener merupakan air sumur yang langsung digunakan dalam proses
produksi tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Air jenis ini biasanya
digunakan untuk pembersihan, dengan kebutuhan air sebesar 550 m3/
hari.
b. Air Cooling
Air cooling merupakan air yang digunakan sebagai pendingin
mesin ataupun sebagai jaket. Suhu air cooling sekitar 20-230C. Air
cooling terdiri dari air chiller dan air cooling tower.
1)

Air Chiller
Air Chiller yaitu air yang setelah dipakai tidak langsung
dibuang, tetapi disirkulasikan kembali dengan tujuan menghemat

46

air. Air chiller merupakan air yang mempunyai suhu kurang dari
10C dan dipakai pada tangki defoamer, tangki seeding, tangki
fermentor, tangki kristalisasi. Air ini digunakan untuk menjaga
suhu pada waktu proses.
2) Air Cooling Tower
Air cooling tower adalah air yang langsung dibuang setelah
digunakan. Air cooling tower mempunyai suhu sekitar 28 30 C.
Air cooling tower dipakai sebagai air pendingin pada proses
fermentasi dan proses pemisahan GA untuk menjaga suhu air,
condenser chiller, pendingin compressor, mesin dan pendingin
diesel.
2. Penyediaan Steam / Uap Panas
PT. Palur Raya menggunakan steam untuk berbagai macam
tujuan, yaitu:
a. Untuk pengeringan (drying).
b. Untuk sterilisasi media, tangki, pipa, PHE (Plate Heat Exchanger), dan
filter udara pada fermentasi.
d. Untuk penguapan (evaporasi).
PT. Palur Raya menggunakan boiler batu bara sebagai alat
penghasil steam. Air yang akan masuk ke boiler harus diolah terlebih dulu
agar memenuhi persyaratan pH 7,0 dan bersih dari kotoran yang tidak larut
(padatan). Pengolahan tersebut bertujuan untuk:
- Menghindari/mengurangi kemungkinan timbulnya kerak yang dapat
mengganggu proses-proses yang memanfaatkan steam.
- Menghindari/mengurangi timbulnya efek korosi.
- Menjaga boiler dan perlengkapannya agar tidak cepat rusak (akibat
kotoran yang tidak larut).
3. Penyediaan Udara
Di PT. Palur Raya, udara digunakan untuk proses produksi dan
untuk instrument air.

47

a. Udara untuk proses produksi


1) Tahap Fermentasi ; untuk memindahkan cairan dari satu tangki
ke tangki yang lain, untuk tangki seeding dan fermentor (sebagai
suplai udara kebutuhan bakteri).
2) Tahap Refining

; untuk pengadukan dan untuk sistem

pengeringan, dimana udara dihasilkan dari blower dengan suhu


120C.
b. Instrumentasi
Pada bagian ini udara digunakan untuk menjalankan otomatisasi
alat-alat. Kompresor yang digunakan untuk menghasilkan udara
bertekanan ini berjumlah 3 unit. Setiap unit kompresor berbahan
bakar solar dengan kapasitas 3000 l/ meter.
4. Penyediaan Listrik
Penyediaan tenaga listrik Di PT. Palur Raya dihasilkan dari
sumber tenaga listrik PLN dan Generator Set.
a. PLN
Tenaga listrik dari PLN berasal dari daerah Palur dan Jajar
Surakarta. Jika sumber listrik dari daerah Palur ada gangguan maka
menggunakan sumber listrik dari daerah Jajar. Listrik PLN yang masuk
ke PT. Palur Raya mempunyai daya sebesar 6930 KVA.
b. Genset (Generator Set)
PT. Palur Raya mempunyai generator sebanyak 1 buah. Sumber
tenaga untuk generator ini adalah solar. Generator ini hanya digunakan
jika listrik padam dan generator ini hanya digunakan untuk keperluan
kantor dan untuk proses fermentasi.

Anda mungkin juga menyukai