Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG KEGIATAN


Dewasa ini, perkembangan ilmu semakin cepat karena didukung juga
fasilitas yang memadai sehingga menunjang semua kegiatan yang dilakukan.
Salah satu yang dilakukan Akafarma Sunan Giri Ponorogo yang bergerak
dibidang analisa farmasi dan makanan. Proses pembelajaran tidak hanya
dilakukan dalam lingkup kampus saja, tetapi juga dilakukan di luar lingkup
kampus seperti dilakukan di Perum Jasa Tirta 1 Malang ini. Atau yang biasa
disebut dengan PKL ( Praktek Kerja Lapangan ). PKL yang dilaksanakan per
tanggal 1 Oktober 2016 – 31 Oktober 2016 atau sekitar satu bulan.
Diharapkan mahasiswa dapat memperoleh ilmu baru dan juga dapat
merasakan bagaimana suasana dunia kerja sesungguhnya yang tidak didapat
hanya belajar dalam pembelajaran di kampus saja. Dan juga mahasiswa
mampu membawa nama baik kampus dengan kematangan waktu
pembelajaran.
Selain ilmu formal, mahasiswa juga dapat memperoleh ilmu social
seperti sopan santun, disiplin, system kerjasama, mental, motivasi yang
diterapkan instansi terkait agar dapat menjadi bekal mehasiswa dalam dunia
kerja sesungguhnya kelak. Mahasiswa yang menjalankan PKL di Perum Jasa
Tirta 1 juga mendapat ilmu tentang pengolahan limbah, kualitas air minum,
kualitas air sungai, air laut, dan juga kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh
masyarakat setempat. Pengolahan yang dilakukan diantaranya kualitas air
mencangkup kualitas fisik, kimia, dan biologis air. Namun sebelum
dilakukan pengujian harus mengetahui parameter apa yang akan digunakan,
mengingat parameter yang banyak. Karena parameter yang digunakan
disesuikan dengan penggunaan air itu sendiri.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 1


1.2 TUJUAN KEGIATAN
Secara umum Prakerin dilaksanakan untuk menambah pemahaman dan
pengalaman dalam menghadapi permasalahan-permasalahan praktis di
bidang kimia agar terwujud tenaga baru yang terampil dan kreatif dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tinggi di masa mendatang.
Tujuan praktik kerja di Laboratorium Kualitas Air PJT I Malang, antara
lain:
1. Dapat menerapkan dan mengembangkan disiplin ilmu yang telah
diperoleh di kampus.

2. Dapat meningkatkan wawasan, keterampilan, dan pengalaman yang akan


membantu kemampuan diri sebagai modal dalam memasuki dunia kerja.
3. Dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa - mahasiswi mengenai
dunia kerja yang akan ditekuni.

1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN


Pelaksanaan Prakerin ini hanya pada pengujian kualitas air yang berasal dari
perusahaan maupun wilayah kerja PJT I. Adapun ruang lingkup Prakerin ini
sebagai berikut :
1. Metode pengambilan contoh uji air
2. Analisis sampel fokus pada parameter, antara lain :
a. Detergen
b. Mikrobiologi
c. Minyak Lemak
d. Ammonia
e. TSS
f. COD
g. Kesadahan Total

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 2


1.4 MANFAAT KEGIATAN
1.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan
Adapun manfaat pelaksanaan Prakerin bagi perusahaan sebagai berikut :
1. Sarana menempatkan hubungan kerja sama antara pihak perusahaan
dengan pihak kampus.
2. Sarana alih informasi dibidang kimia untuk kemajuan perusahaan
atau instansi.

1.4.2 Manfaat Bagi Kampus


Adapun manfaat pelaksanaan PKL bagi Akafarma Sunan Giri Ponorogo
sebagai berikut :
1. Sebagai masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kesesuaian
mata kuliah yang ada dengan perkembangan yang terjadi di
Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
2. Mencetak tenaga kerja yang kreatif dan terampil dalam melaksanakan
tugas.
1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa – Mahasiswi
Adapun manfaat pelaksanaan PKL bagi mahasiswa – mahasiswi sebagai
berikut :
1. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan dimiliki baik didalam
maupun diluar pendidikan kimia formal.
2. Memperluas pengalaman sebelum menghadapi dunia kerja
sesungguhnya.
3. Melatih diri peduli dan tanggap dalam menghadapi masalah atau
tugas didalam lingkungan kerja.
4. Meningkatkan kualitas diri dalam bentuk ketrampilan untuk
menghadapi dunia kerja.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 3


BAB II

TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN


Keberlanjutan fungsi prasarana pengairan menentukan keberhasilan
pengolahan sumber daya air. Untuk mencapaikeberlanjutan tersebut maka
aspek operasi dan pemeliharaan ( O & P ) dari prasarana sumber daya air (
SDA ). Sangat penting untuk menjamin manfaat pelayanan air dan
melindungi masyarakat dari daya rusak air.
Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Indonesia sejak 30 tahun lalu
(hingga kini) dalam melaksanakan kegiatan O&P adalah keterbatasan dana.
Keterbatasan ini mengakibatkan penurunan fungsi prasarana SDA karena
mengurangi umur teknis dan unjuk kerja bangunan tersebut. Akibatnya
kemampuan mensuplai air guna memenuhi tuntutan berbagai sektor
pemanfaat (pertanian, domestik, industri, dan lingkungan) ikut menurun.
Untuk menjawab persoalan di atas, digagas pendirian suatu "badan
usaha" yang memiliki tugas pokok mengeIola wilayah sungai beserta
prasarana SDA yang telah dibangun, sehingga pemenuhan kebutuhan air
untuk berbagai sektor dapat tersedia secara akuntabel.
Ide pendirian badan usaha ini muncul sejak tahun 1970-an, setelah
selesainya dua bendungan besar di Wilayah Sungai Brantas.
Setelah melakukan studi banding ke beberapa lembaga pengelolaan air
dan/ atau prasarana SDA di Amerika, Australia, Inggris, Jepang dan Perancis
pada awal tahun 1980-an, diputuskan untuk mengkaji viabilitas dari
pendirian suatu lembaga pengelolaan serupa di Indonesia
Dari berbagai usulan yang masuk dan berdasarkan pertimbangan
strategis, maka pekerjaan mengkaji kemungkinan pendirian badan usaha ini
diserahkan kepada konsultan PT Indoconsult yang dipimpin almarhum
Prof DR. Sumitro Djojohadikusumo. Setelah melalui beberapa kali
pembicaraan para pakar sumber daya air pada saat itu, baik mengenai
lingkup tugas dan sasaran yang hendak dicapai, PT lndoconsult menyepakati

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 4


untuk menyerahkan laporan hasil studi kepada Menteri Pekerjaan Umum
yang saat itu dijabat oleh DR. Ir Suyono Sosrodarsono.
Pada tanggal 4 November 1986, dalam rapat yang dipimpin Menteri PU
disepakati pembentukan suatu lembaga yang menangani wilayah sungai
Brantas dengan nama Perum Jasa Tirta Brantas.
Setelah melalui pembahasan antar departemen yang cukup rinci dan
panjang, akhirnya disepakati untuk menerbitkan peraturan pemerintah
sebagai akta pendirian Perum Jasa Tirta di Wilayah Sungai Brantas. Pada
tanggal 12 Februari 1990, terbitlah PP Nomor 5 Tahun 1990 tentang Perum
Jasa Tirta, sebagai sebuah badan usaha milik negara (BUMN) yang
berkedudukan di Kota Malang.
Dalam rangka peran serta untuk mewujudkan kondisi kualitas air sungai
Brantas sesuai dengan peruntukkannya, maka Perusahaan Umum Jasa Tirta
1 sebagai Badan Pengelola Daerah Pengaliran Sungai Brantas sesuai dengan
Permen PU No. 56/PRT/1991 dan PP No 46 tahun 2010. mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam pengolahan pencemaran air dan pengawasan
mutu. Tugas dan tanggung jawab tersebut antara lain :
1. Pemantauan dan evaluasi perubahan mutu air pada sumber-sumber air
2. Pengumpulan dan evaluasi data pencemaran air pada sumber air.
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi limbah cair yang dibuang ke
sumber-sumber air pada daerah yang ditentukan.

Laboratorium Kualitas Air PJT I telah memperoleh akreditasi dari Komite


Akreditasi Nasional (KAN) untuk penerapan Sistem Mutu SNI 19-17025-
2008 No. LP-227-IDN sebagai Laboratorium Penguji sejak 20 Agustus 2004
dan Laboratorium Lingkungan di Propinsi Jawa Timur sejak 16 Februari
2005 (Kep. Gub. Jatim No. 188/28/KPTS/013/2005).

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 5


2.2 Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1 Visi
Visi PJT I adalah menjadi salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di bidang pengolahan sumber daya air terbaik di Asia Pasifik
pada tahun 2025.
2.2.2 Misi
Misi PJT I adalah menyelesaikan kegiatan dibidang pengelolaan Sumber
Daya Air (SDA) dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) serta
sanitasi sesuai penugasan pemerintahaan yang memuaskan semua
pemangku kepentingan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat dan
akuntabel.

2.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENDIRIAN PERUSAHAAN


Maksud didirikannya perusahaan adalah untuk menyelenggarakan
pemanfaatan umum atas air dan sumber-sumber air yang bermutu dan
memadai bagi pemenuhan hidup banyak orang, serta melaksanakan tugas-
tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam pengolahan air daerah aliran
sungai.
Tujuan perusahaan yaitu turut membangun ekonomi nasional dengan
melaksanakan program pembangunan nasional di bidang pengolahan air dan
sumber-sumber air.

2.4 TUGAS POKOK PERUSAHAAN


Perusahaan umum Jasa Tirta I Malang mempunyai tugas pokok, yang sesuai
dengan peraturan pemerintah Nomor 46 tahun 2010 tentang perusahaan pasal
4 menyebutkan kegiatan usaha antara lain sebagai berikut :
1. Tugas dan tanggung jawab dalam rangka melaksanakan Pengusahaan
Sumber Daya Air pada wilayah kerja, meliputi :
a. Pelayanan Sumber Daya Air dalam rangka pemanfaatan Sumber
Daya Air permukaan oleh pengguna.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 6


b. Memberikan jaminan pelayanan Sumber Daya Air kepada pengguna
melalui pelaksanaan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan
prasarana pendukung yang memberikan manfaat langsung.
c. Memberikan pertimbangan teknis dan saran kepada pengelola
Sumber Daya Air yang diberikan wewenang untuk menyiapkan
rekomendasi teknis untuk Pengusahaan Sumber Daya Air.

2. Tugas dan tanggung jawab dalam rangka melaksanakan sebagian tugas


dan tanggung jawab di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi:
a. Pelaksanaan operasi atas prasarana Sumber Daya Air yang telah
diserahoperasikan kepada perusahaan.
b. Pelaksanaan pemeliharaan preventif yang meliputi pemeliharaan
rutin, berkala, dan perbaikan kecil Sumber Air yang telah diserah
operasikan kepada Perusahaan.
c. Membantu Pemerintah menjaga dan mengamankan Sumber Air dan
prasarana Sumber Daya Air untuk mempertahankan kelestariannya
sesuai dengan kemampuan perusahaan.
d. Membantu Pemerintah dalam pelaksanaan konservasi Sumber Daya
Air dan pengendalian daya rusak air sesuai dengan kemampuan
perusahaan.
e. Sosialisasi dalam rangka pemeliharaan sungai dan sumber air.
f. Pemantauan evaluasi kuantitas air dan evaluasi kualitas air pada
sumbe air yang menjadi tanggung jawab perusahaan.
g. Penyebarluasan hasil pemantauan evaluasi kepada pengguna Sumber
Daya Air, masyarakat dan pemilik kepentingan.
h. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan pemberdayaan air.
i. Memberikan pertimbangan teknis dan saran kepada pengelola
Sumber Daya Air yang diberikan wewenang untuk menyiapkan
rekomendasi teknis untuk penggunaan Sumber Daya Air.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 7


2.5 STRUKTUR ORGANISASI PJT I
Kepengurusan Perum Jasa Tirta I dilaksanakan oleh Direksi dengan
uraian tugas dan tanggung jawab ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah
Republik Indonesian No.46 tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum)
Jasa Tirta I.
Direksi PJT I merupakan jajaran pimpinan perusahaan yang terdiri dari
Direktur Utama, Direktur Pengembangan, Direktur Pengelolaan, Direktur
Sumber Daya Manusia & Umum dan Dirktur Administrasi dan Keuangan.
Organisasi induk LKA PJT I di awali dengan Direktur Pengembangan
yang membawahi Kepala Divisi SPAM dan PLTA/PLTM, QA, Manajer
LKA, Deputi Manajer LKA.

2.6 RUANG LINGKUP KERJA LABORATORIUM KUALITAS AIR


(LKA)
2.6.1 Pemantauan Badan Air Kali Brantas
Pemantauan kualitas air Kali Brantas dan anak sungainya dilakukan
secara berkala mulai dua mingguan, bulanan, dan triwulan.
2.6.1.1 Dua Mingguan
1. Waduk Sutami Hulu
2. Waduk Sutami Tengah
3. Waduk Sutami Hilir
4. Cangkir Tambangan
5. Muara Kali Tengah
6. Karangpilang
7. Ngagel/Jagir
2.6.1.2 Bulanan
1. Kedung Padaringan
2. Waduk Lahor Hulu
3. Waduk Lahor Tengah
4. Waduk Lahor Hilir
5. Jembatan KaliPare

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 8


6. Jembatan Metro
7. Waduk Selorejo Hulu
8. Waduk Selorejo Tengah
9. Waduk Selorejo Hilir
10. Pintu Air Bendo
11. Jembatan Plandaan
12. Ngrombot Tambangan
13. Jembatan Lengkong
14. Jembatan Ploso
15. Bendungan Lengkong Baru
16. Jembatan Canggu
17. Jembatan Jetis
18. Jembatan Peming
19. Jembatan Jrebeng
20. Bambe Tambangan
21. Jembatan Porong
22. Jembatan Ciro
23. D/S intake K. Pelayaran
24. Intake PDAM Delta Tirta
25. Jembatan Sepanjang
26. Bendungan gunungsari
27. Jembatan Petekan.
2.6.1.3 Tiga Bulanan
1. Jembatan Pendem
2. Waduk Sengguruh
3. Jembatan Sengguruh
4. Kasemben Tambangan
5. D/S Waduk Wlingi
6. D/S Waduk Lodoyo
7. Pakel Tambangan
8. Waduk Wonorejo Hulu

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 9


9. Waduk Wonorejo Tengah
10. Waduk Wonorejo Hilir
11. Bendungan Tiudan
12. Jembatan Kendal
13. Bendungan Mrican
14. Jembatan Mekikis/Kertosono
15. Waduk Bening Tengah
16. Waduk Bening Hilir

2.6.2 Pemantauan Daerah Aliran Sungai dan Waduk Bengawan Solo.


Pengambilan sampel air sungai dan waduk di Bengawan Solo
dilakukan secara bulanan. Lokasi yang dipantau tiap bulanan adalah
Waduk Wonogiri, Jembatan Serenan, Bacem, Jurug, Kemiri, Sekayu,
Mangunharjo, Tangen, Dungus, Tambangan Benteng Pendem
(kajangan), Napel, Jembatan Padangan, Kali Kethek, dan Dam Plangwot.

2.6.3 Pemantauan Kualitas Air Limbah Industri


Pemantauan kualitas air limbah industri terdiri atas 53 lokasi
yaitu Kota Malang (lima industri), Kabupaten Malang (sebelas industri),
Kabupaten Tulungagung (lima industri), Kota Kediri (tiga industri),
Kabupaten Kediri (empat industri), Kabupaten Nganjuk (satu industri),
Kabupaten Jombang (tiga industri), Kabupaten Mojokerto (empat
industri), Kabupaten Sidoarjo (dua industri), Kabupaten Gresik (sembilan
industri), dan Kota Surabaya (enam industri).

2.6.4 Pemantauan Kualitas Air Limbah Domestik, Rumah Sakit dan Hotel
Lokasi pemantaun air limbah domestik dan rumah sakit terdiri
atas 10 lokasi di Malang dan Surabaya. Rumah sakit yang dipantau air
limbahnya adalah daerah Surabaya meliputi: Hotel Garden Palace,
RS.Budi Mulia, RS.Darmo, RS. RKZ (RS.Katolik ST. Vincentius A
Paulo), RS.Wiliam Both, Hotel Hilton, saluran sanitasi umum keputaran,

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 10


saluran sanitasi umum Darmokali, Hotel Novatel dan daerah Malang
yaitu RS.Saiful Anwar.

2.6.5 Pemantauan Kualitas Air Waktu Inspeksi Mendadak


Pada waktu terjadi penurunan kualitas air di sungai yang bisa
diinformasikan oleh 23 WQMS (sistem pengawasan kualitas air) ataupun
dari informasi masyarakat (adanya ikan mabuk, buih, warna, dan bau)
akan dilakukan pengambilan sampel dengan mobil milik laboratorium
pada sumber pencemar dan dilakukan analisis di laboratorium.

2.7 FASILITAS PERUSAHAAN


2.7.1 Laboratorium Kualitas Air Perusahaan (LKA)
Laboratorium Kualitas Air merupakan salah satu sarana yang dimiliki
PJT I untuk menunjang pelaksanaan pemantauan sumber daya air. Dalam
rangka mendukung pemerintahan untuk mengendalikan pencemaran.
Perusahaan bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) melalui proyek eliminasi polusi sungai kali brantas, Brantas River
Water and Pollution Management (BRWQPM).
PJT mempunyai dua laboratorium kualitas air yaitu yang berada
di Mojokerto dan Malang. Laboratorium Kualitas Air PJT I pusat yang
berlokasi di Malang mulai beroperasi pada tanggal 23 Juli 2001.
Laboratorium Kualitas Air ini berupa bangunan dua lantai dengan total
luas bangunan sekitar 623 m2 dan memiliki 21 ruangan yang mempunyai
fungsi berbeda-beda.
1. Lantai 1 :
a. Runag penerimaan sampel
b. Ruang Laboratorium Anorganik
c. Ruang Pendingin (pengawetan sampel)
d. Ruang AAS
e. Ruang Instrumen (alat spektrofotometer dan lainnya)
f. Ruang Sampel

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 11


g. Ruang Penimbangan
h. Ruang Pencucian Botol
i. Ruang Penyaringan
j. Kamar Mandi
k. Gudang Penyimpanan Alat
l. Gudang Penyimpanan Bahan
2. Lantai 2
a. Ruang Sekertaris
b. Ruang Kepala Laboratorium
c. STAF
d. Ruang Mikrobiologi
e. Ruang Laboratorium Organik
f. Ruang HPLC
g. Ruang Rapat
h. Gudang
i. Kamar Mandi

Laboratorium Laboratorium Kualitas Air yang dibangun di Mojokerto


mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pemantauan kualitas air
sungai, limbah industri domestik. Laboratorium di Mojokerto memulai
aktivitasnya pada tahun 1986 di bawah proyek induk pengembangan
wilayah sungai Kali Brantas yang diresmikan pada tahun 1988 dan
selanjutnya mulai tahun 1980 berada dibawah pengolahan PJT I.
Tekanan pencemaran terhadap badan sungai yang meningkat, baik
limbah domestik maupun limbah industri dan selalu bertambahnya
pemanfaatan air sungai serta tuntutan akan kebutuhan kualitas air yang
memadai dari tahun ke tahun jelas memerlukan pemantauan yang rutin.
Laboratorium Mojokerto telah banyak membantu dalam upaya
pemantauan kualitas air di DPS (Daerah Pengaliran Sungai) Brantas.
Laboratorium Kualitas Air PJT I Malang dibangun dalam rangka
meningkatkan keakuratan hasil analisis dengan meminimalkan waktu

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 12


pengiriman sampel yang berasal dari daerah hulu Kali Brantas dan
Bengawan Solo di samping untuk menangkap peluang dari industri atau
instansi di daerah hulu sampai tengah sungai Brantas dan Bengawan Solo
yang memerlukan jasa analisis kualitas air maupun limbah cair.

2.8 PROSES PENERIMAAN SAMPEL LABORATORIUM KUALITAS


AIR (LKA)
Analisis sampel dalam laboratorium dimulai dengan pemberian
kodifikasi di ruang penerimaan sampel. Kodifikasi harus sesuai dengan
waktu pengambilan sampel, lokasi sampel, dan parameter pengujian yang
harus dilakukan. Setelah pemberian kodifikasi, sampel dapat dikerjakan saat
itu juga oleh analis. Sampel yang tidak dapat di analisis saat itu langsung
dimasukkan kedalam ruang pendingin untuk di awetkan dengan cara isi
sampel dalam botol penyimpanan masih penuh dan botol harus tertutup rapat
untuk menghindari kontak dengan udara. Pengawetan yang umum adalah
pendinginan, sampel diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es
biasa atau es kering, lalu disimpan di kulkas atau lemari es.
Efek selama penyimpanan dapat merubah keadaan asli sampel, antara lain :
1. Gas O2 dan CO2 dapat diserap sampel atau menguap ke udara.
2. Zat tersuspensi dapat mengendap bila ada endapan lumpur, botol sampel
sebelum dianalisis harus dikocok agar merata.
3. Zat cair yang ringan (lemak, minyak) dapat mengapung di permukaan.
4. Beberapa zat terlarut dapat mengendap bila teroksidasi dengan O2
sehingga senyawanya berubah.
5. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang tidak
disimpan pada tempat dingin atau pH rendah.
6. Zat organik (BOD, COD) juga akan terus dicerna oleh bakteri yang aktif
bila tidak diawetkan.

Apabila proses analisis selesai dilakukan, data hasil analisis segera diproses
di ruang pemrosesan data. Data tersebut diperiksa ulang oleh kepala

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 13


laboratorium. Jika ternyata ada penyimpangan hasil, analisis diverifikasi
segera atau diulang. Apabila sudah tidak ada penyimpangan hasil, data
analisis dimasukan ke dalam format tertentu, kemudian diperiksa oleh kepala
laboratorium kembali. Setelah disetujui hasil analisis tersebut dapat
dikeluarkan untuk pihak intern maupun ekstern dalam bentuk sertifikat
analisis atau dalam bentuk laporan.
Parameter untuk analisis di LKA dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Parameter organik, misalnya pestisida organo clorine, BTX, aliphatic
hydrocarbon, polynuclear hydrocarbon, minyak lemak, deterjen dan
lain-lain.
2. Parameter anorganik, misalnya kation (ion Ca, Mg, Na, K) dan anion (ion
Cl, NO3, F, SO4).
3. Parameter logam, misalnya Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, Cd, Cr, Mn, Ca, Sb, Al,
Ba, Co, Mg, Se, Ni, As, Fe, K, dan Na.
4. Parameter kimia basah, misalnya derajat keasaman (pH), Chemical
Oxygent Demand (COD), NO3, DO, PV (KMnO4), boron, alkalinitas,
asiditas, PO4, phenol, sulfida, NO2, dan lain-lain.
5. Parameter biologi, misalnya Biochemical Oxygen Demand (BOD), total
coli, total coli tinja dan lain-lain.
6. Parameter fisika, misalnya temperatur, Daya Hantar Listrik (DHL),
kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS),
FSS, VSS dan lain-lain.

2.9 TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
partisipasi, dan melalui pencatatan bahan acuan dari laboratorium kualitas
air. Berikut ini dijelaskan proses pengambilan data :
2.9.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data oleh penyidik yang
mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki.
Observasi yang dilakukan antara lain asal sampel air, peralatan yang

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 14


digunakan selama proses analisis, proses penganalisaan sampel, dan
pengukuran konsentrasi kualitas ,air.
2.9.2 Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data melalui percakapan dengan
hubungan tatap muka antara responden (pemilik informasi) dengan
pencari informasi yang tersusun secara sistematik guna mendapatkan
keterangan. Wawancara yang dilakukan selama kegiatan praktik kerja
industri (Prakerin) untuk memperoleh keterangan antara lain:
1. Sumber sampel air yangdiperoleh.
2. Kemasan sampel air dan cara pengangkutan
3. Cara menganalisis sampel air
4. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses analisis
5. Proses pengukuran konsentrasi kualitas air
2.9.3 Partisipasi
Partisipasi adalah ikut serta secara aktif pada kegiatan yang berhubungan
dengan penerapan program. Partisipasi selama Prakerin adalah mengikuti
serangkaian aktivitas yang dilakukan di perusahaan baik di laboratorium
maupun di lapangan.
2.9.4 Pencatatan
Pencatatan yang dimaksud adalah pencatatan data-data dan prosedur dari
bahan bacaan milik perusahaan. Kegiatan berawal dari pengambilan
sampel yang dilakukan melali beberaapa teknik dan juga metode-metode
pengambilan sampel yang dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air
(LKA).

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 15


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 PENGUJIAN DETERGEN PADA SAMPEL AIR


3.1.1 Tujuan
1. Penguji dapat melakukan uji detergen pada sampel air.
2. Penguji dapat mengetahui kandungan detergen dalam sampel
3.1.2 Dasar Teori
Deterjen merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana
komponen utama dari gabungan tersebut adalah surface active
agents atau surfaktan. Surfaktan deterjen yang paling sering digunakan
adalah LAS atau Linier Alkilbenzen Sulfonat (Supriyono dkk., 1998).
LAS adalah sebuah alkil aril sulfonat yang mempunyai struktur rantai
lurus tanpa cabang, sebuah cincin benzen dan sebuah sulfonat.
Limbah deterjen merupakan salah satu pencemar yang bisa
membahayakan kehidupan organisme di perairan karena menyebabkan
suplai oksigen dari udara sangat lambat akibat busanya yang menutupi
permukaan air. Pengaruh deterjen terhadap lingkungan dapat diketahui
dengan menganalisis kadar surfaktan anion atau deterjen pada sampel
beberapa limbah dengan metode MBAS (Methylen Blue Active
Surfactant) yakni menambahkan zat metilen biru yang akan berikatan
dengan surfaktan dan dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis.
Konsentrasi yang terbaca adalah kadar surfaktan anion pada sampel
limbah yang berikatan dengan metilen biru. Pengujian ini menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm.

3.1.3 Alat dan Bahan


Alat :
1. Erlenmeyer
2. Gelas ukur
3. Corong pemisah + rak

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 16


4. Kapas
5. Spektrofotometer
Bahan :
1. Sampel
2. Methylen blue
3. Chloroform
4. NaH2PO4H2O ( larutan pencuci )
5. Aquadest

3.1.4 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil 25 ml sampel yang sudah disaring menggunakan kertass
saring whatman berpori 0.45 µm dan memasukkannya dalam corong
pemisah.
3. Menambahkan 3 tetes indikator fenolptalein pada sampel uji air.
Ditambahkan NaOH 1N setetes supaya larutan menjadi basa, dan
ditambahkan 1 tetes H2SO4 1N semuanya untuk menghilangkan
warna merah dengan dikocok.
4. Memipet larutan methilen biru 6,3 ml dan dipipet 10 ml Cloroform
(CHCl3),kemudian ditambahkan pada sampel uji. Kemudian dikocok
3x dan membuka tutup corong untuk mengeluarkan gas.

5. Memiipet 12,6 ml larutan pencuci dan ditambahkan ke dalam ekstrak


tersebut yang sudah dimasukkan ke corong pisah dan dikocok 1x,
dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase, digoyangkan perlahan dan
dibuang sedikit ujung ekstrak.
6. Ditisu ujung corong pisah, lalu ditampung di labu 25 ml dan ekstrak
dikumpulkan.
7. Ganti labu apabila terdapat gelembung air.
8. Kemudian mengukur kadar detergen dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 652 nm.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 17


3.1.5 Diagram Alir

3.2 PENGUJIAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM SAMPEL


BERUPA AIR
3.2.1 Tujuan :
1. Untuk mengetahui zat padat yang tersuspensi
2. Penguji dapat mengetahui cara pengujian TSS
3.2.2 Dasar Teori :
Definisi TSS yaitu semua zat padat yang tidak larut dalam air (partikel
kasar)

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 18


3.2.3 Gangguan yang mungkin terjadi :
Tersumbatnya pori-pori penyaring atau turunnya filtrat menjadi lama
atau sampel dapat disaring memakai labu isap dan pompa vakum.
Bila terlalu banyak zat tersuspensi pada penyaring banyak air yang
terperangkap dalam padatan atau perlu waktu lama saat pengeringan
padatan tersuspensi.

3.2.4 Alat dan Bahan


Alat :
1. Erlenmeyer
2. Kuvet
3. Spektrofotometer
Bahan :
1. sampel
3.2.5 Prosedur Kerja
1. Diletakkan kertas saring yang sudah diketahui beratnya pada alat
penyaring.
2. Dikocok sampel yang akan disaring
3. Dimasukkan sampel uji air beberpa ml sesuai kode sampel ke dalam
alat penyaring. Sampel uji air yang disaring diperkirakan memiliki
konsentrasi residu kering tertimbang antara kurang lebih 2,5 sampai
dengan 200 mg (dilihat dari kondisi sampel uji air dalam botol contoh
uji jernih, keruh, kental dan lain-lain).
4. Disaring sampel uji (dioperasikan alat saring).
5. Diambil kertas saring dan diletakkan diatas cawan.
6. Dikeringkan kertas saring dan cawan di oven selama 1 jam (103-
105˚C)
7. Dimasukkan ke dalam desikator sampai suhu ruang.
8. Ditimbang dengan timbangan analitik.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 19


9. Diulang minimal 1× sampel hingga diperoleh berat tetap (selisih
tidak lebih dari 4%) yang diberi nama duplo bertujuan untuk
mengakuratkan analisis.
10. Dicatat berat dan dihitung jumlah padatan tersuspensi.

3.2.6 Diagram Alir

Sampel

Penyaringan sampel

Pemanasan Sampel

Pendinginan dan pencatatan berat

3.2.7 Perhitungan

(𝐴−𝐵)×1000
(Mg/L) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙 )

Keterangan :
A = Berat kertas saring + residu + cawan (g)
B = Berat kertas saring + cawan kosong (g)

3.3 PENGUJIAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DENGAN


METODE SPEKTROFOTOMETRI
3.3.1 Tujuan
1. Penguji dapat melakukan uji COD pada sampel air.
2. Penguji dapat mengetahui kandungan oksigen secara kimia dalam
sampel.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 20


3.3.2 Dasar Teori
Analisis COD dengan menggunakan alat spektrofotometer adalah
bahan organik dioksidasi oleh Kalium Dikromat dan Asam Sulfat pada
kondisi mendidih dengan katalis Perak Sulfat, warna kuning yang
terbentuk dari ion Cr2O72- sampai dengan warna hijau yang terbentuk dari
Cr3+ sebanding dengan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik dan di gunakan sebagai pengukuran pada
spektrofotometer.
3.3.3 Alat dan Bahan
Alat :
1. UV- Visible spektrofotometer
2. Tabung mikro COD yang mempunyai kapasitas ± 10 ml dan
bertutup.
3. Reaktor COD (Lihat lampiran ke-11)
4. Mikropipet 1 ml
5. Gelas ukur
6. Botol semprot

Bahan :
1. Kalium Hidrogen Ptalat (HOOC6H4COOK)
2. Larutan campuran K2Cr2O7-HgSO4 ± 0,02 N
3. Larutan campuran H2SO4 pekat- Ag2SO4
4. Aquades

3.3.4 Prosedur Kerja


1. Dilakukan analisis sampel uji air dengan segera, dikocok dengan kuat
terutama yang mengandung suspense tinggi.
2. Dipipet contoh uji air sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam tabung
mikro COD, ditambahkan 1,5 ml larutan K2Cr2O7 – HgSO4 ± 0,02 N
dan ditambahkan 3,5 ml H2SO4(p) – Ag2SO4 dikocok.
3. Dipanaskan pada reaktor COD ± 1500 C dan ditunggu hingga ± 2 jam

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 21


4. Didinginkan sampai suhu kamar dan diukur konsentrasinya pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 444 nm
5. Pelaksanaan blanko :
Untuk blanko lakukan sesuai dengan prosedur masing masing
tersebut di atas (pelaksanaan contoh uji air) dengan menggunakan
aquades, dimana pelaksanaannya dilakukan sebelum analisis contoh
uji. Setelah dilakukan analisis blanko, dilanjutkan dengan analisis
larutan standar dengan langkah langkah sesuai dengan pelaksanaan
contoh uji air. Persyaratan cek standar mengacu kepada prosedur
metode analisis dan validasi metode. Catat konsentrasi hasil analisis
tersebut.

3.3.5 Diagram Alir

Sampel 2.5 ml

+ 1.5 ml K2Cr2O7- HgSO4 0.02 N +


3.5 ml H2SO4 p- AgSO4

Panaskan pada reactor ±


1500C selama 2 jam

Mengukur dengan panjang


gelombang 444 nm

3.3.6 Perhitungan
Bila konsentrasi tinggi maka di lakukan pengenceran dengan perhitungan
:

C=AxF

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 22


Keterangan :
C = Konsentrasi COD (mg/l)
A = Konsentrasi hasil pengukuran pada spektrofotometer (mg/l)
F = Faktor pengenceran

3.4 PENGUJIAN BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DENGAN


DISSOLVED OXYGEN (DO)
3.4.1 Tujuan
1. Penguji dapat melakukan uji BOD pada sampel air
2. Penguji dapat mengetahui kandungan oksigen secara biologi dalam
sampel
3.4.2 Dasar Teori
BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen
didalam air dan proses berlangsung dengan adanya bakteri aerobik
sebagai hasil oksidasi akan dikeluarkan karbon dioksida, ammonia dan
air.
Pengukuran oksigen terlarut di dalam air dengan menggunakan
elektrokimia pada prinsipnya menggunakan probe yang mengukur
tegangan potensial spesifik oksigen. Pada DO meter ini terdiri dari
katoda Ag dan anoda Pb. Sistem elektroda ini dilindungi dengan
membran plastik yang bersifat semi permeabel dan spesifik terhadap O2.
Reaksi-reaksi yang terjadi antara lain :

Katoda : O2  HO  4e  4OH

Anoda : Pb  2OH  PbO  H 2 O  2e
Difusi oksigen dari air ke katoda sebanding secara ioner terhadap
konsentrasi O2 terlarut.
3.4.3 Alat dan Bahan
Alat :
1. Botol inkubasi ±150 ml (lihat lampiran ke-12)
2. Inkubator dengan temperature 200 C - 10C (lihat lampiran ke-13)
3. DO meter (lihat lampiran ke-14)

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 23


4. Gelas ukur 250-500 ml
5. Pipet ukur 10 ml
6. Aerator (lihat lampiran ke-15)
7. Wadah aerasi (lihat lampiran ke-16)

Bahan :
1. FeCl3
2. CaCl2
3. MgSO4
4. Larutan seed
5. Buffer fosfat

3.4.4 Prosedur Kerja


1. Disiapkan aquades secukupnya
2. Aerasi aquades terlebih dulu supaya mengandung O2 terlarut dalam 7
Mg/L
3. Ditambahkan dalam 1 L MgSO4, CaCl2, FeCl3 buffer fosfat masing-
masing 1 ml dan ditambahkan larutan seed 2-3 ml. Air pengencer
telah siap digunakan.
4. Diatur pH contoh uji menjadi 6-8
5. Diperkirakan pengencer BOD contoh uji air dan standar
6. Diencerkan contoh uji air dan standar dengan air pengencer minimal
2x. jika contoh uji mempunyai PH rendah, tidak dilakukan
pengenceran.
7. Diukur DO 0 hari dengan alat DO meter yang telah di kalibrasi
sebelumnya.
8. Dicatat angka yang tertera pada DO meter.
9. Diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 20˚C
10. Diukur DO 5 hari dengan DO meter yang telah di kalibrasi.
11. Dicatat dan dihitung kadar BODnya
3.5 PENGUJIAN KESADAHAN PADA SAMPEL AIR

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 24


3.5.1 Tujuan
1. Penguji dapat melakukan pengujian kesadahan
2. Penguji dapat mengetahui kadar kesadahan dalam sampel

3.5.2 Dasar Teori


Kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk
mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi
berkurang atau hilang sama sekali. Kesadahan terutama disebabkan oleh
keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air.
Pengujian ini menggunakan metoda titrasa EDTA. EDTA merupakan
senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam
keadaan murni.
3.5.3 Alat dan Bahan
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Pipet volume
3. Buret, klem, statif
Bahan :
1. Sampel air

3.5.4 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil 25 ml sampel dan memasukkannya dalam Erlenmeyer
3. Menambahkan 1 ml larutan buffer
4. Menambahkan ± 30 – 50 mg serbuk EBT
5. Menitrasi dengan larutan baku EDTA 0,01 M sampai berubah warna
dari merah keunguan menjadi biru
6. Mencatat volume dan menghitung hasil

3.5.5 Diagram Alir

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 25


Penambahan 1 ml larutan buffer

Penambahan serbuk EBT

Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M

Pencatatan hasil dan perhitungan

3.6 PENGUJIAN MINYAK LEMAK METODE GRAVIMETRI


3.6.1 Tujuan
1. Penguji dapat melakukan uji minyak lemak
2. Penguji dapat mengetahui kadar minyak lemak secara gravimetri
pada sampel air
3.6.2 Dasar Teori
Minyak atau Lemak yang terdapat dalam larutan akan larut pada
fase organik setelah dilakukan destilasi, pelarut organik akan menguap
sedangkan yang tertinggal pada labu hanya lemak atau minyak yang
terkandung dalam larutan yang dianalisis. Berat minyak atau lemak
ditentukan dengan menghitung selisih berat labu kosong sebelum proses
analisis dan labu berisi sampel setelah proses analisis.
3.6.3 Alat dan Bahan
Alat :
1. Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg dan sudah dikalibrasi.
2. Desikator
3. Corong pemisah
4. Gelas ukur 250 ml
5. Labu alas bulat
6. Hot plate
7. Pipet volume 10 ml

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 26


8. Pipet mikro 100-1000 μl

Bahan :
1. Larutan HCl/H2SO4 1:1
2. N-Heksana (titik didih 690 C)
3. Natrium sulfat atau bisa menggunakan serat kaca
4. Kertas saring

3.6.4 Prosedur Kerja

1. Labu dioven pada suhu 1800 C selama 1 jam


2. Diletakkan ke dalam desikator selama 1 jam
3. Ditimbang dengan menggunakan neraca analitik labu destilasi
kosong
4. Dimasukkan 200 ml sampel uji air dalam labu pisah
5. Ditambahkan HCl 1:1 sebanyak 0,2 ml
6. Ditambahkan 6 ml n-Hexana
7. Dikocok sampai homogen selama 2 menit
8. Ditunggu sampai fase pemisahan
9. Fraksi air (bagian bawah) dibuang
10. Fraksi organik (bagian atas) disaring dengan serat kaca glass wool
dan ditampung dalam labu destilasi
11. Labu pisah dibilas dengan 6 ml n-Hexane
12. Disaring kembali ke dalam labu destilasi dengan hot plate. Labu
destilasi berisi sampel uji air dalam desikator diangkat dan
didinginkan minimal 30 menit dengan suhu 1050 C (di oven)
13. Diletakkan ke dalam desikator selama 1 jam
14. Ditimbang dengan neraca analitik yang sudah distabilkan

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 27


3.6.5 Diagram Alir

Labu destilat dioven 1800C,


dinginkan lalu timbang

Sampel 200 ml + HCl 1:1 0.2 ml


+ n-hexana 6 ml ambil fase
bawah

Kocok lalu saring dengan kaca


glass wool

Bilas n-hexana 6 ml lalu oven


1050C lalu dinginkan

Menimbang labu destilat

3.6.6 Perhitungan
(𝐴−𝐵)×1000×1000
Minyak dan lemak (mg/L) = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :
A = botol labu + residu dalam gram
B = bobot labu kosong dalam gram

Tahap kritis yang terjadi selama proses analisis minyak dan lemak antara
lain:
1. Homogenisasi sampel

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 28


Sebelum sampel diambil 200 mL dan di masukkan corong
pemisah, sebaiknya dilakukan homogenisasi sampel agar sampel
dapat bersifat representatif.
2. Penambahan n-heksana
Penambahan n-heksana sebanyak 10 mL bersifat
kuantitatif yaitu banyaknya n-heksana berperan penting untuk
melarutkan minyak dan lemak, sehingga dapat terekstrak dengan
sempurna. Pengambilannya dilakukan dengan menggunakan pipet
volume. Jumlah n-heksana yang terlalu sedikit akan menyebabkan
sejumlah minyak dan lemak tidak terekstrak kedalamnya.
Sedangkan jumlah n-heksana yang terlalu banyak dapat
menyebabkan terekstraknya pula bahan-bahan organik lainnya.
3. Proses destilasi
Proses destilasi dilakukan pada suhu 69°C (di jaga konstan
dengan hot plate) dan seharusnya dilengkapi termometer juga.
Karena menggunakan peralatan destilasi yang sederhana maka
proses ini harus dilakukan dengan hati – hati.

3.7 UJI TOTAL COLIFORM AIR MINUM


3.7.1 Tujuan
1. Agar penguji dapat mengetahui dan melakukan cara pengujian
total coliform pada air minum
2. Agar penguji dapat mengetahui adanya bakteri pada sampel air
minum

3.7.2 Dasar Teori


Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme
yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 29


air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minumWalaupun
air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa
air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Uji Total Coliform pada air minum juga dilakukan dengan
cara menginkubasi pada incubator suhu 35°C selama 2 x 24 jam dan
menyimpan dalam water bath suhu 44°C selama 1 x 24 jam.
3.7.3 Alat dan Bahan
Alat :
1. Rak tabung
2. Spiritus
3. Tabung reaksi
4. Pemantik api
5. Tabung durham
6. Inkubator
7. Pipet volume
8. Serbet
9. Ball pipet

Bahan :
1. Sampel air minum
2. Media EC
3. Media LTB
4. Media BGLB

3.7.4 Prosedur Kerja


Uji pendahuluan
1. Menyiapkan alat dan bahan, mensterilkan meja kerj
2. Menata tabung reaksi pada rak tabung dan menuliskan nomor contoh
uji, volume contoh uji, dan tanggal pengujian pada tiap tabung

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 30


3. Memasukkan 10 ml sampel ke dalam tiap tabung yang bertanda “10”
secara aseptis, kemudian mengocoknya
4. Memasukkan 1 ml sampel ke dalam tiap tabung yang bertanda “1”
secara aseptis, kemudian mengocoknya
5. Memasukkan 0,1 ml sampel ke dalam tiap tabung yang bertanda “-1”
secara aseptis, kemudian mengocoknya
6. Menginkubasi pada incubator dengan suhu 35°C selama 2 x 24 jam
7. Setelah 2 x 24 jam, mengamati hasil pengujian. Jika ada gelembung
gas dalam tabung durham, artinya positif dan jika tidak ada, artinya
negative

Uji Penegasan
1. Memindahkan hasil uji yang positif dari tabung media LTB ke dalam
tabung media BGLB dan EC
2. Menyimpan semua tabung. Untuk media BGLB pada suhu 35°C
selama 2 x 24 jam dalam inkubator dan untuk media EC Mug pada
suhu 44°C selama 1 x 24 jam dalam water bath
3. Setelah itu, mengamati hasil pengujian. Lalu menentukan jumlah
bakteri dengan mencocokan hasil pengujian dengan tabel MPN.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 31


3.7.5 Diagram Alir

Sample

Memipet 1 ml sample
Memipet 10 ml sample Memipet 0,1 ml sample
pada 5 tabung LTB
pada 5 tabung LTB pada 5 tabung LTB 0,5%
0,5%
1,5%

Menginkubasi 2 x 24 jam dengan suhu 35 ºC

Tabung positif ditanam pada media BGLB dan

EC Mug

Menginkubasi 2 x 24 jam dengan suhu 35 ºC (BGLB)

Memasukkan dalam water bath 1 x24 jam dengan suhu

44°C (EC Mug)

Mencocokan hasil tabung yang positif dengan

tabel MPN

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 32


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 JAMINAN SISTEM MUTU PERUM JASA TIRTA 1 MALANG


Untuk meningkatkan mutu pelayanan baik kepada pelanggan maupun
stakeholders, kinerja perusahaan dan kemampuan daya saing perusahaan,
maka Perum Jasa Tirta I menerapkan Sistem Jaminan Mutu ISO-9001.
Sertifikat ISO-9001 Perum Jasa Tirta I telah diterbitkan oleh SGS Yarsley
International Certification Services Limited, London pada tanggal 12 Mei
1997 dalam bidang Perencanaan, Operasi dan Pemeliharaan air dan sumber-
sumber air serta prasarana pengairan di DPS Kali Brantas.

4.1.1 Jaminan Mutu


Jaminan mutu merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan di dalam sistem mutu untuk memberikan suatu
keyakinan yang memadai bahwa jasa yang diberikan akan memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan. Untuk menyeragamkan kerangka
kerja menyeluruh maka ditetapkan manual/pedoman, prosedur dan
instruksi kerja secara tertulis dalam suatu pedoman kerja sistem jaminan
mutu yang diterapkan dan dipelihara secara terus menerus.
Direksi Perum Jasa Tirta I memastikan bahwa seluruh jajaran
dalam organisasi telah memahami sistem mutu melalui pelatihan dan
umpan balik hasil tinjauan manajemen serta audit mutu. Bila kebutuhan
dan harapan para pihak yang berkepentingan (stakeholder) tidak
sepenuhnya tercapai oleh standar manual, prosedur dan instruksi kerja,
maka sistim jaminan mutu perlu disempurnakan agar sejauh mungkin
dapat memenuhi tuntutan/persyaratan yang telah disepakati.
Dari pimpinan teratas sampai dengan karyawan yang terendah
telah memberikan komitmennya untuk melaksanakan standar sistem
jaminan mutu ISO 9000 di Perum Jasa Tirta I secara total dan konsisten.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 33


4.1.2 Kebijakan Mutu
Komitmen Perum Jasa Tirta I terhadap mutu ditunjukkan oleh
Pernyataan Kebijakan Mutu sebagai berikut :
Direksi bersama seluruh jajaran organisasi bertekad untuk selalu
meningkatkan mutu pengelolaan perusahaan secara profesional dalam
rangka memenuhi kepuasan pelanggan dan kemanfaatan umum melalui
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 secara konsisten
4.2 CARA KERJA SAMPLING
4.2.1 Tehnik Sampling
1. Persiapan pengambilan sampel
Botol yang digunakan untuk mengambil sampel harus bersih,
telah dibilas air suling dahulu kemudian dengan cairan yang akan
mengisi botol tersebut dan kering (kalau mungkin) catatan yang sama
berlaku untuk alat pengambilan sampel; pipa, pompa dan lain-lain di mna
sampel akan mengalir, harus bersih dan tidak boleh mengandung sisa-
sisa dari bekas sampel terdahulu. Terutama tumbuhnya lumut dan jamur
harus dicegah. Sekaligus kontaminasi dari logam atau bahan atau alat
pengambil sampel, yang dapat larut dalam sampel, harus dicegah. Besi,
kuningan perunggu dapat larut dalam air yang bersifat dalam air yang
bersifat asam atau basa, sedangkan bahan plastik dan karet dapat larut
dalam air buangan industri yang mengandung pelarut organik atau
minyak dan bensin.
2. Metode – metode sampling
1) Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)
a. Diambil pada satu titik dengan waktu dan lokasi tertentu
b. Dilakukan apabila sumber air mempunyai karakteristik yang
tidak berubah di dalam periode/batas tertentu, umumnya dipakai
untuk sumber air.
c. Apabila sumber air tersebut adalah air limbah atau yang
mempunyai karakteristik sering berubah, beberapa sampel sesaat

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 34


diambil berturut-turut untuk jangka waktu tertentu dan
pemerikasaan dilakukan sendiri-sendiri.
2) Pengambilan sampel integrated
Diambil pada lokasi dan waktu yang berbeda dalam satu segmen
sungai.
3) Pengambilan sampel gabungan waktu (composite sampling)

a. Diambil pada satu titik pada lokasi yang sama dengan waktu
yang berbeda-beda lalu dicampur.
b. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan keadaan merata dari
tempat tersebut dalam periode tertentu.
c. Volume pengambilan harus sama

3. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam proses sampling


Syarat peralatan :
a. Bahan tidak berpengaruh pada sampel
b. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya
c. Sampel mudah dipindahkan dari botol satu ke botol lainnya tanpa
ada sisa larutan yang tertinggal di dalamnya.
d. Kapasitas 200-500 ml (disesuaikan dengan parameter yang dianalisa)
e. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat
f. Tidak menyerap zat kimia dalam sampel dan juga tidak melarutkan
zat kimia dalam sampel
g. Tidak menimbulkan reaksi antara botol dengan sampel
h. Mudah dan aman dibawa.

Wadah dan volume sampel :

a. Terbuat dari gelas/plastik, tergantung dari parameter yang akan


dianalisa, antara lain :

a) Botol sampel dari gelas bervolume ± 1000 ml merupakan


parameter wet Chemistry

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 35


b) Botol sampel terbuat dari gelas bervolume ± 250 ml barupe
parameter phospat dan logam
c) Botol dari gelas bervolume ± 250 ml (botol winkler)
merupakan parameter BOD
d) Botol sampel dari gelas bervolume ± 250 ml merupakan
parameter florida
e) Botol sampel dari gelas bervolume ± 500 ml yang nantinya
disterilkan merupakan parameter mikrobiologi
f) Selain jenis parameter diatas (misalnya pestisida dan lain-lain
dapat dilihat pada lampiran tabel batas waktu penyimpanan
dan cara pengawetan sampel
b. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat
c. Mudah dicuci dantidak mudah pecah
d. Botol untuk pemeriksaan mikrobiologi disterilisasi terrlebih
dahulu, sebelum digunakan untuk mengambil sampel
e. Tidak menyerap zat kimia dalam sampel dan juga tidak melarutkan
zat kimia dalam sampel
f. Tidak menimbulkan reaksi antara botol dengan sampel

4. Pola kerja sampling


Menentukan Lokasi :
Penentuan lokasi sampling berdasarkan pada tujuan analisanya, lokasi
dapat berasal dari sungai, waduk, air laut, air limbah dan lain – lainnya.
Untuk pengambilan air dan air laut, didasarkan pada sumber yang tidak
tercemar, sumber tercemar dan sumber yang dimanfaatkan. Sedangkan
untuk waduk didasarkan hulu, tengah waduk, dan hilir. Untuk air limbah
diambil pada inlet ataupun outlet (tergantung tujuan sampling).

Penentuan titik sampling :


a. Disungan, titik sampling ditentukan sebagai berikut :

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 36


a) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil
pada satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari
permukaan air
b) Sungai dengan debit antara 0,5 – 150 m3/detik, contoh diambil
pada dua titik masing-asing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai
pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air
c) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil
minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼, ½ dan
¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan
air.

b. Di Danau atau waduk dengan ketentuan :


a) Danau/waduk yang kedalamnnya kurang dair 10 m, contoh
diambil pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk
b) Danau/waduk dengan kedalaman antara 10-30 m, contoh
diambil pada tiga titik, yaitu di permukaan, di lapisan termoklin
dan di dasar danau/waduk
c) Danau/waduk dengan kedalaman antara 30-100 m, contoh
diambil pada empat titik, yaitu: di permukaan, di lapisan
termoklin (metalimnion), di atas hipolimnion dan di dasar
danau/waduk;
d) Danau/waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.

c. Frekuensi Pengambilan Sampel


Faktor utama yang menentukan frekuensi pengambilan sampel air
adalah sifat-sifat badan air yang akan diambil sampelnya untuk
dianalisandan tujuan yang hendak dicapai. Frekuensi pengambilan
sampel bergantung dari berbagai faktor antara lain :

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 37


1. Perubahan beban pencemaran yang tidak bisa diabaikan,
khususnya parameter air yang diteliti, misal adanya industri
kota, perubahan debit air sungai dan sebagainya.
2. Maksud dan tujuan analisa, misal air sungai tersebut digunakan
sebagai air baku air minum, harus diawasi kualitasnya dengan
lebih teliti, karena menyangkut kesehatan masyarakat.
3. Peralatan dan dana yang tersedia, pengambilan sampel cukup
murah, tetapi perlu dipikirkan biaya pengangkutan dan
analisanya.

d. Cara Mengambil Sampel Untuk Analisa Fisika, Kimia dan Biologi


1. Botol yang akan digunakan dicuci bersih (dibilas dengan air
yang akan mengisi botol)
2. Sampel dapat diambil secara terpisah, dengan memakai ember,
botol plastik/kaca yang diikat dengan tali dimasukkan dalam
sungai, aliran, sumur, outlet (keluaran limbah)
3. Untuk kedalaman tertentu dapat digunakan :
(a) Botol terbuka yang dapat ditutup bila sampai pada
kedalaman yang dikehendaki
(b) Botol tertutup yang dapat dibuka bila sampai pada
kedalaman yang dikehendaki
(c) Jenis pompa yang menghisap, sampel ditekankan melalui
pipa ke botol sampel
4. Dari air kran dapat diambil dengan gelas terbuka atau botol
yang dapat ditutup, tergantung parameter yang dianalisa
5. Untuk pengambilan berturut-turut digunakan alat khusus
(automatic sampler)

e. Analisa dilapangan
Parameter yang dapat dianalisa di lapangan antara lain :
temperatur/suhu, pH, kekeruhan, DO (Dissolved Oxygen), DHL

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 38


(Daya Hantar Listrik), Kondisi fisik air (bau, rasa, warna, dan lain –
lain), debit air, dan transparasi (jika diperlukan)
Alat yang dibutuhkan analisa dilapangan antara lain : termometer,
kertas lakmus pH/pH meter, DHL meter, DO meter, turbidimeter,
current meter, dan sechidisk.

f. Hal Yang Dilakukan Setelah Sampling


Menulis informasi yang diperlukan pada botol sampel :
1. Lokasi pengambilan
2. Tanggal dan waktu pengambilan
3. Kondisi lingkungan sekitar (banjir, warna, bau dan lain-lain)
4. Parameter fisika (DHL, suhu, kekeruhan)
5. Nama pengambil sampel

g. Penanganan sampel
Sampel sebaiknya diisi dalam botol sampel sampai penuh dan botol
harus tertutup rapat untuk menghidari kontak dengan udara. Salah
satu cara pengawetan yang umum adalah pendinginan, sampel
diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es
kering (CO2) lalu disimpan di kulkas atau lemari es. (dapat dilihat
dalam tabel penyimpanan sampel diatas).
h. Gangguan – gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan
pengangkutan sehingga dapat merubah keadaan asli sampel, antara
lain :
1. Gas O2 dan CO2 dapat diserap sampel/menguap diudara
2. Zat tersuspensi dapat mengendap bila ada endapan lumpur, botol
sampel sebelum dianalisa dikocok terlebih dahulu agar merata
3. Zat cair yang ringan (lemak, minyak dapat mengapung
dipermukaan)
4. Beberapa zat terlarut dapat mengendap bila teroksidasi dengan O2
sehingga senyawanya berubah

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 39


5. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang
tidak disimpan pada tempat dingin/pH rendah
6. Zat organik (BOD, COD) juga akan terus dicerna oleh bakteri
yang aktif bila tidak diawetkan
i. Pengepakan dan pengemasan sampel
Sampel yang telah dimasukkan kedalam wadah dan telah diberi
label, ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam kotak yang telah
dirancang khusus agar sampel tidak tumpah, pecah selama
pengiriman ke laboratorium
j. Jaminan kualitas sampling
Program sampling merupakan suatu proses sistematik untuk
menjamin tingkat kebenaran datanya maka jaminan kualitas terdiri
dari :
a. Perlindungan sampel yang benar
b. Penggunaan wadah sampel yang benar
c. Pengerjaan parameter lapangan dikerjakan dilapangan
d. Penggunaan blanko untuk menunjukkan ada tidaknya
kontaminasi dari peralatan yang digunakan
e. Penggunaan metode analisa yang valid

5. Lokasi pengambilan contoh uji air


Pemantauan Badan Sungai Air Sungai Brantas
Lokasi pemantauan kualitas air sungai brantas dan anak sungainya terdiri
dari 51 lokasi dengan frekuensi pemantauan :
a. 2 mingguan
Waduk Sutami Hulu, waduk Sutami Tengah, Waduk Sutami Hilir,
Cangkir Tambangan, Muara Kali Tengah, Karangpilang dan Ngagel/
Jagir.
b. Bulanan
Kedung Pedaringan, Waduk Lahor Hulu, Waduk Lahor Tengah,
Waduk Lahor Hilir, Jempatan Kalipare, Jembatan Metro, Waduk

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 40


Selorejo Hulu, Waduk Selorejo Tengah, Waduk Selorejo Hilir, Pintu
Air Bendo, Jembatan plandaan, Ngrombot Tambangan, Jembatan
Lengkong, Jembatan Ploso, Bendungan Lengkong Baru, Jembatan
Canggu, Jembatan Jetis, Jembatan Perning, Jembatan Jrebeng,
Jembatan Porong, Bambe Tambangan, Jembatan Ciro, D/S Intake K.
Pelayaran, Intake PDAM Delta Tirta, Jembatan Sepanjang,
Bendungan Gunungsari dan Jembatan Patekan.
c. 3 Bulanan
Jembatan Pendem, Waduk Sengguruh, Jembatan Sengguruh,
Kasemben Tambangan, D/S Waduk Wlingi, D/S Waduk Lodoyo,
Pakel Tambangan, Waduk Tonorejo Tengah, Waduk Tonorejo Hilir,
Bendung Tiudan, Jembatan Kendal, Bendung Mrican, Jembatan
mekikis/Kertosono, Waduk Bening Hulu, Waduk Bening Tengah,
Waduk Bening Hilir.

Pemantauan Kualitas Air Limbah Industri :


Lokasi pemantauan air limbah industri terdiri dari dari 53 lokasi yang
terdiri dari : 5 industri dikota Malang, 11 industri di Kabupaten Malang,
5 industri di Kabupaten Kediri, 1 Industri di Kabupaten Nganjuk, 3
Industri di Kabupaten Jombang, 4 industri di Kabuaten Mojokerto, 2
Industri di Kabupaten Sidoarjo, 9 Industri di Kabupaten Gresik dan 6
Industri di Kota Surabaya.

Pemantauan Kualitas Air Limbah Domestik, Rumah Sakit dan Hotel


:
Lokasi pemantauan air limbah domestik dan rumah sakit terdiri dari 10
lokasi yang terdiri dari : surabaya (Hotel Gerden Palace, RS. Budi Mulia,
Rs. Darmo, R. RKZ, RS Wiliam Both, Hotel Hilton Saluran sanitasi
umum Kaputran, Saluran sanitasi umum Darmokali dan Hotel Novotel)
dan Malang (RS. Syaiful anwar).

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 41


4.3 PEMBAHASAN
4.3.1 Analisa Minyak dan Lemak Metode Gravimetri
Lemak (bahasa Yunani Lipos) merupakan senyawa yang tidak larut
dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut organik yang relatif non polar, misalnya
dietil eter atau khloroform (Fessenden dan Fessenden, 1997). Minyak
adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak
larut/bercampur dalam air.
Perbedaan lemak dan minyak terletak pada sifat fisiknya. Pada
temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Minyak
dan lemak umumnya adalah trigeliserida merupakan bagian terbesar dari
kelompok lipida. Trigeliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi
satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Minyak tidak larut dalam air karena kepolarannya berbeda dan
minyak mempunyai berat jenis lebih kecil dibandingkan dengan air
sehingga minyak akan tetap mengapung dalam air. Semua jenis minyak
mengandung senyawa-senyawa volatile yang cepat menguap. Selama
beberapa hari sebanyak 25% dari volume minyak akan hilang karena
menguap (Fardiaz, 1992). Lemak adalah padatan pada suhu kamar,
terdiri dari sub unit asam lemak dimana setiap atom karbon pada
rangkanya mempunyai ikatan hidrogen.

Minyak dan Lemak memiliki beberapa kesamaan antara lain:

1. Keduanya terdiri dari atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen


2. Bahan-bahan ini mengandungi satu atau lebih subunit asid lemak,
yang terdiri dari rangkaian panjang karbon dan hydrogen yang
mempunyai kumpulan berfungsi karboksil (-COOH) pada satu
penghujungnya.
3. Berbentuk rangkaian panjang dan tidak mempunyai struktur cincin

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 42


Pencemaran minyak dalam air mengakibatkan :

1. Konsentrasi oksigen terlarut turun


2. Penetrasi sinar matahari ke daalm air berkurang
3. Mengganggu biota yang ada dalam air serta kehidupan burung
4. Tidak dapat dikonsumsi oleh manusia dan hewan karena terdapat zat
beracun seperti benzena, toluene dan xilena (Wardana, 1995).

Dari analisa minyak lemak ini sampel air yang mengandung


minyak dan lemak di asamkan dengan penambahan HCl 1:1. kemudian
di eksrak dengan n-heksana hingga terjadi pemisahan fase organik
(minyak dan lemak) dan fase air. Hal ini dikarenakan n-heksana yang
bersifat nnpolar sehingga dapat berikatan dengan minyak lemak yang
juga bersifat nonpolar. Selanjutnya, fase organik dipisahkan dengan cara
destilasi yang mana teknik pemisahannya didasarkan pada perbedaan
titik didih yaitu antara n-heksana 69°C dengan minyak dan lemak.

Gangguan dalam analisis ini adalah n-heksana tidak hanya dapat


melarutkan minyak dan lemak tetapi bahan organik lain (Standard
Methode, 1980). Selain itu, diperkirakan masih terdapat air yang ikut
terekstrak sehingga untuk mengantisipasinya ditambahkan dengan
natrium sulfat. Pemberian natrium sulfat dilakukan hingga menutupi
ujung kertas saring, pengekstrakan dilakukan dengan hati-hati agar
natrium sulfat tidak ikut masuk ke labu alas bulat yang siap di destilasi.
Pemberian natrium sulfat bertujuan agar dapat menyerap air yang ikut
terdestilasi sehingga didapatkan minyak lemak yang murni tanpa adanya
pengotor. Penggunaan natrium sulfat dapat diganti dengan serat kaca
namun penggunaanya lebih rumit. Pengambilannya menggunakan sarung
tangan karena tidak dapat dipegang tangan. Serat kaca dapat masuk ke
kulit karena sangat kecil dan halus. Penambahan HCl 1:1 bersifat
kualitatif yaitu hanya sebagai pengkondisian asam karena lemak dapat
larut dalam kondisi asam.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 43


Tabel 4. Rata – rata kandungan minyak lemak dalam Waduk sutami

Rata-rata kandungan Minyak Lemak Baku Mutu


Lokasi
Mg/L Mg/L

Hulu < 2,5 1

Tengah < 2,5 1

Hilir < 2,5 1

Kandungan rata – rata minyak lemak di waduk Sutami dilihat


pada tabel 4. Hasil dari analisa minyak lemak dapat dilihat bahwa
didaerah hulu adalah kurang dari MDL (Metode Deteksi Limited)
minimun konsentrasi yang dapat dianalisa dengan metode ini yaitu 2,5
bahwa hasil dapat 2,1 atau 2,2 ; 1,0 atau 2,4 . Aktivitas manusia yang
meningkat di daerah hilir menyebabkan kandungan lemak dan minyak
daerah tersebut juga meningkat. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 untuk kelas 2 (peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, air untuk
mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut), hasil tersebut
menunjukkan bahwa rata – rata kualitas air Waduk Sutami bagian hulu,
tengah, dan hilir memenuhi baku mutu kualitas air.

4.3.2 Analisa Zat Padat Tersuspensi (TSS/Total Suspended Solid) Metode


Gravimetri
TSS adalah zat padat yang tertahan pada kertas saring yang
berdiameter 47 mm dan dikeringkan pada suhu 103-1050 C secara merata

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 44


dan dinyatakan dalam mg/L. Analisis TSS menggunakan metode
gravimetri dengan cara menimbang kertas saring dan cawan porselen
yang digunakan dalam analisa. Gangguan terjadi apabila air mengandung
kadar mineral (Ca,Mg,Cl,SO4) tinggi sehingga bersifat higroskopis. Hal
ini ditanggulangi dengan pemanasan lama, pendinginan dalam desikator
untuk menghilangkan uap air yang tersisa sehingga diperoleh berat
konstan dan penimbangan secepatnya.
Persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI untuk nilai TSS
adalah 1500 mg/L. Adanya solid di air, berupa bahan terlarut (desolved
solid) ataupun tidak tidak terlarut (suspended solid), menyebabkan
kualitas air menjadi tidak baik, menimbulkan berbagai reaksi dan
mengganggu estetika (Sutrisno, 2002).
4.3.3 Analisa Detergen Metode Methylen Blue
Deterjen merupakan suatu zat yang mengandung surface active
(surfaktan), dihasilkan dari limbah buangan domestik dan industri yang
menggunakan proses pencucian. Sodium lauryl sulfat merupakan salah
satu jenis surfaktan atau agen pembersih yang sangat berbahaya jika
mencemari lingkungan.
Reaksi surfakta anionik termasuk ABS ( alkyl Benzena Sulfonat),
LAS ( Linier Alkilat Sulfonat ), alkyl sulfat dan alkyl poliektosil sulfat
dengan metilen biru membentuk garam berwarna biru yaitu MBAS (
methylene-Blue-Active-Substance ) yang larut dalam CHCl3. Metilen
biru dan surfaktan anion larut dalam air, bukan CHCl3 sehingga
garamnya MBAS dapat diekstrak dengan CHCl3 dan absotbansi diukur
pada 652 nm.
Detergen bayak dihasilkan dari limbah rumah tangga yang menghasilkan
busa yang mengandung Alkylbenzene Sulphate. Detergen merupakan
produk sintesis yang mana penggunaannya akan menimbulkan polusi
berupa meningkatnya pH air, jika keasaman air tinggi maka kehidupan
organisme di dalamnya dapat terganggu.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 45


4.3.4 Analisa BOD (Biologycal Oxygen Demand)
Didefinisikan sebagai jumlah oksigen terlarut dalam air buangan
yang dapat dipakai untuk menguraikan sejumlah senyawa organik
dengan bantuan mikro organisme pada waktu dan kondisi tertentu.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan
oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari
proses oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk
menentukan tingkat pencemaran air buangan. Besaran BOD biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm, artinya kebutuhan oksigen dalam
miligram yang dipergunakan untuk menguraikan zat pencemar yang
terdapat dalam satu liter air buangan

Penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang


menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang
ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi
yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa
harus bebas dari udara luar untuk mencegah kontaminasi dari oksigen
yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga
harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk
menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini
penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan
hanya berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C (Sawyer & Mc Carty, 1978).
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan
bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan
hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD
tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme
hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik
menjadi CO2 dan H2O.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 46


Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama
5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup
besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total
BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total
(Sawyer & Mc Carty, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari,
dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang
cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil
sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD.

Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :

2NH3 + 3 O2 → 2NO2- + 2 H+ + 2 H2O

2NO2+ O2 → 2 NO3-

Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen terlarut,


sehingga perlu diperhitungkan. Dalam praktek untuk penentuan BOD
yang berdasarkan pada pemeriksaan oksigen terlarut (DO), biasanya
dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran. Prosedur
secara umum adalah menyesuaikan sampel pada suhu 20°C dan
mengalirkan oksigen atau udara kedalam air untuk memperbesar kadar
oksigen terlarut dan mengurangi gas yang terlarut, sehingga sample
mendekati kejenuhan oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran
pengukuran BOD didasarkan atas kecepatan degradasi biokimia bahan
organik yang berbanding langsung dengan banyaknya zat yang tidak
teroksidasi pada saat tertentu. Kecepatan dimana oksigen yang digunakan
dalam pengenceran sampel berbanding lurus dengan persentase sampel
yang ada dalam pengenceran dengan anggapan faktor lainnya adalah
konstan. Sebagai contoh adalah 10 % pengenceran akan menggunakan
sepersepuluh dari kecepatan penggunaan sampel 100% (Sawyer & Mc
Carty, 1978).

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 47


Dalam hal dilakukan pengenceran, kualitas airnya perlu
diperhatikan dan secara umum yang dipakai aquades yang telah
mengalami demineralisasi. Selama penentuan oksigen terlarut, baik
untuk DO maupun BOD, diusahakan seminimal mungkin larutan sampai
yang akan diperiksa tidak berkontak dengan udara bebas.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 48


BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Pengambilan contoh uji air yang dilaksanakan di bendungan Selorejo
menggunakan 2 metode, antara lain:
1. Untuk permukaan (pada kedalaman 30 cm) metode yang
digunakan adalah metode grab.
2. Untuk kedalaman 5m dan 10m menggunakan metode composite.

Dari hasil pengambilan sampel di Laboratorium Kualitas Air Perum


Jasa Tirta I Malang tentang pengukuran kualits air bendungan Selorejo
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dilihat dari hasil di bendungan Selorejo untuk bulan Agustus 2016


(lihat lampiran ke-18) berdasarkan parameter kimia untuk analisis
Detergen bagian hulu (0,0145 mg/L), tengah (0,0147 mg/L) dan
hilir (0,0263 mg/L) masih memenuhi standart baku mutu air dalam
golongan kelas II. Analisis pH bagian hulu (7,95), tengah (8,03)
dan hilir (8,3) masih memenuhi standart baku mutu air golongan
kelas II dan III. Analisis DO bagian hulu (2,6 mg/L), tengah (2,6
mg/L) dan hilir (2,8 mg/L) masih memenuhi standart baku mutu air
dalam golongan kelas II. Analisis TSS bagian hulu (5,3 mg/L),
tengah (6,2 mg/L) dan hilir (5,7 mg/L) masih memenuhi standart
baku mutu air dalam golongan kelas II. Analisis TDS bagian hulu
(228,1 mg/L), tengah (217,1 mg/L) dan hilir (230,6 mg/L) masih
memenuhi standart baku mutu air dalam golongan kelas III. (lihat
lampiran ke-19)
2. Dilihat dari kualitas dan standar baku mutu air, maka bendungan
Selorejo untuk bulan Agustus 2016 berada pada golongan kelas II
dan III, artinya air tersebut dapat digunakan untuk prasarana atau
sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 49


mengairi pertanian. karena berdasarkan perameter kimia untuk
Analiasis DO, TSS, Deterjen, TDS, dan pH masih dikisaran dalam
golongan kelas II dan III.
3. Kondisi kualitas air dapat diketahui melalui uji kualitas air di
Laboratorium, kemudian membandingkanya dengan nilai ambang
batas yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

5.2. SARAN
5.2.1. Saran Bagi Siswa
1. Hendaknya perlu adanya pemahaman materi terlebih dahulu
bagi siswa-siswi sebelum melakukan analisis.
2. Para siswa sebaiknya lebih aktif dalam bertanya tentang
analisis yang dikerjakan.
3. Para siswa hendaknya lebih mengoptimalkan keterampilan
yang sudah diajarkan disekolah.
5.2.2. Saran Bagi Perusahaan
1. Perusahaan hendaknya bisa meningkatkan jalinan hubungan
penerimaan siswa-siswi dalam hal prakerin dari sekolah ke
perusahaan.
2. Pihak perusahaan sebaiknya memberikan sedikit perhatian
kepada siswa siswi yang mengalami masalah atau kesulitan
dalam tugasnya.
3. Sebaiknya pembimbing kerja di perusahaan lebih sering
mendampingi siswa-siswi yang melakukan analisa.

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO 50

Anda mungkin juga menyukai