Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air bersih adalah kebutuhan mendasar manusia untuk melangsungkan


kehidupannya. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi berdampak
terhadap meningkatnya permintaan akan air bersih, namun kenyataan yang ada air
bersih yang layak dikonsumsi jumlahnya semakin terbatas. Terbatasnya jumlah air
bersih yang layak dikonsumsi berkaitan dengan meningkatnya pencemaran
terhadap lingkungan sehingga daya dukung lingkungan terlampaui.
Kota Bekasi terletak pada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS
Cakung, DAS Sunter, dan DAS Bekasi. Sungai Sunter dan Sungai Cakung saat ini
lebih berfungsi sebagai saluran drainase. Sungai Sunter dan Sungai Cakung asal
mulanya adalah sungai buatan (saluran) yang tujuan utamanya untuk
membendung luapan arus air dari empat sungai besar, yaitu Cisadane Barat,
Ciliwung di tengah, Sungai Bekasi dan Sungai Citarum di timur yang setiap
tahunnya menyebabkan banjir kiriman ke Jakarta. Dengan demikian, sumber air
yang dinilai potensial untuk Kota Bekasi adalah Sungai Bekasi yang adalah
pertemuan antara Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Namun berdasarkan Status
Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi tahun 2006, kualitas air di Sungai
Ciluengsi, Sungai Cikeas maupun Bekasi sudah dalam kondisi tercemar. Kualitas
ketiga sungai tersebut tidak dapat lagi digunakan lagi sebagai sumber air bersih
karena konsentrasi zat padat tersuspensi, Fe, Mn, Nitrit, Amoniak, BOD, COD
dan coli tinja telah melebihi baku mutu yang ditetapkan (Peraturan Pemerintah
No.82 Tahun 2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air).
Kebutuhan air baik untuk kebutuhan domestik dan non domestik saat ini
bersumber dari air permukaan dan air tanah. Air perrmukaan diolah oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot dan PDAM Bekasi untuk
kemudian didistribusikan ke pelanggan. Jumlah penduduk yang terlayani oleh

1
PDAM pada tahun 2007 mencapai 20% dengan cakupan pelayanan adalah 25%.
Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa 80% penduduk Kota
Bekasi menggunakan air tanah. Bahkan penduduk yang sudah menjadi pelanggan
PDAM masih banyak yang memakai air sumur untuk mencuci dan air mandi,
dengan kata lain air dari PDAM digunakan untuk memasak dan air minum.
Ketergantungan masyarakat terhadap air tanah menunjukkan suatu kondisi yang
tidak berlanjut, karena pengisian air tanah tidak sebanding dengan eksploitasinya.
Berubahnya lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun, menyebabkan
infiltrasi air hujan kedalam tanah menjadi makin berkurang, karena air hujan lebih
banyak yang menjadi aliran limpasan. Selain itu, kerusakan DAS sebagai akibat
berubahnya fungsi kawasan lindung dan kebijakan penataan ruang yang kurang
mempertimbangkan fungsi resapan menyebabkan semakin menurunnya daya
dukung air terhadap suatu wilayah.
Bridgestone corporation adalah konglomerasi karet Jepang yang didirikan
pada tahun 1931 oleh shojiro Ishibasi di kota Kurume, Fukuoka, Jepang.
Namanya berasal dari terjemahan harfiah ishibashi yang berarti "jembatan batu"
dalam bahasa Jepang. Perusahaan ini adalah produsen bankedua terbesar di dunia,
setelah Michelin, dan produsen ban terbesar di Jepang. Kini menjadi pemasok
utama ban untuk tim Formula Satu.
Di PT Bridgestone Tire Indonesia Jalan Raya Kaliabang, Harapan Jaya,
Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17124. sebelumnya menggunakan sumur
pompa untuk memenuhi air di perusahaan tersebut, karena sumur pompa memiliki
dampak buruk bagi lingkungan, selain dapat merusak permukaan tanah, juga
merusak siklus hidrologi, dan yang sering terjadi adalah habisnya cadangan air
yang berguna untuk menyeimbangkan tekanan permukaan tanah dan berakibat
terjadinya longsor dan mblas permukaan tanah. PT Bridgestone Membuat unit
pengolahan air bersih (WTP) sendiri untuk memenuhi kebutuhan produksi dan
kebutuhan lainnya. Sumber air yang digunakan berasal dari sungai Bekasi tengah.
WTP diperuntukkan untut mengolah air baku menjadi air bersih juga untuk
kebutuhan produksi. Sebelum masuk untuk kebutuhan industri, air hasil olahan

2
WTP masuk ke unit softener dan unit demineralizer guna melunakkan dan
menghilangkan garam-garam yang ada dalam air.

1.2. Tujuan PKL


Adapun tujuan kerja praktik ini adalah :
1. Mengaplikasikan teori yang di dapat selama kuliah ke dunia kerja
2. Meningkatkan kualitas dan pengalaman mahasiswa di dalam dunia
kerja yang sesungguhnya
3. Mengetahui Kualitas Air Bersih ataupun Baku Mutu Air Bersih yang
sesuai dengan Permenkes
4. Mengetahui proses dan tahapan pengolahan air bersih dari Inlate
sampai Outlet yang terdapat pada unit Pengolahan Air Bersih di PT
Bridgestone Tire Indonesia
5. Mengetahui Apa saja jenis proses pengolahan air bersih yang
terdapat pada unit Pengolahan Air Bersih di PT Bridgestone Tire
Indonesia

1.3. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan


Pada praktek kerja lapangan kali ini batasan ruang lingkup pekerjaan yang
di jalani penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pengolahan air bersih pada Unit Pengolahan Air Bersih
yang dilakukan oleh PT BRIDGESTONE
2. Melihat Pengolahan air bersih berdasarkan Permen Kesehatan, no.
416/Men.Kes/PER/IX/1990
3. Mengevaluasi kualitas Air bersih ataupun Baku Mutu Air bersih yang
sesuai dengan PERMENKES no. 416/Men.Kes/PER/IX/1990

1.4 Prosedur Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan


Dalam rangka penyusunan laporan prektek kerja lapangan “UJI
KUALITAS AIR BERSIH BERDASARKAN BAKU MUTU DI PT
BRIDGESTONE TIRE INDONESIA” maka penulis menerapkan

3
beberapa langkah kerja dalam rangka menyusun laporan praktek kerja
lapangan tersebut. Berikut adalah prosedur yang diterapkan oleh penulis:
1. Observasi Lapangan
Metode ini dilakukan oleh penulis dengan cara mengamati langsung
proses pengolahan Air Bersih di PT Bridgestone Tire Indonesia
2. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan oleh penulis dengan cara mengutip dari beberapa
teori tentang sistem unit pengolahan air bersih di PT Bridgestone Tire
Indonesia. Baik dari literatur, teori yang sudah ada, maupun laporan dan
data-data.
3. Wawancara
Penulis melakukan wawancara kepada petugas sistem unit pengolahan
air bersih PT Bridgestone Tire Indonesia untuk mendapatkan penjelasan
lebih mendalam untuk data - data tambahan sebagai penunjang data –
data utama dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan.

1.5 Manfaat Laporan Praktek Kerja Lapangan


Kegiatan praktek kerja lapangan yang dilaksanakan oleh penulis kali ini
memiliki tiga (3) manfaat sekaligus, baik bermanfaat bagi penulis yang
melaksanakan, bagi perusahaan / instansi tempat penulis melaksanakan
prektek kerja lapangan, maupun universitas tempat penulis berkuliah .
Adapun manfaat yang dicapai dalam pelaksanaan praktek kerja lapangn
kali ini adalah:
1. Bagi perusahaan / instansi:
a. Perusahaan / instansi dapat memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan yang sudah begitu pesat demi kemajuan dan
perkembangan usaha di kemudian hari.
b. Perusahaan / instansi dapat menjalin kerjasama dengan dunia
pendidikan, terutama dalam penyaluran tenaga kerja professional.
c. Bermanfaat sebagai sarana perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya
infrastruktur dan sumberdaya manusia.

2. Bagi pelaksana praktek kerja lapangan:

4
a. Mempelajari secara mendalam tentang prosedur dan standarisasi
pengamatan sistem unit pengolahan air bersih di PT Bridgestone
Tire Indonesia, Bekasi utara.
b. Menambah kepercayaan diri dan keberanian serta tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas yang dipercaya oleh instansi /
perusahaan kepada penulis.
c. Mendapat pengalaman dan pandangan secara langsung mengenai
dunia kerja
3. Bagi Universitas Sahid Program S I Teknik Lingkungan:
Dapat menambah perbendaharaan pustakaan mengenai pengolahan air
bersih

1.6 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Adapun rincian judul, tempat, dan waktu pelaksanaan praktek kerja
lapangan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Juduk Praktek Kerja Lapangan
“EVALUASI PENGOLAHAN AIR BERSIH BERDASARKAN
BAKU MUTU DI PT BRIDGESTONE TIRE INDONESIA”
2. Lokasi Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Nama : PT Bridgestone Tire Indonesia
Alamat : Jalan Raya Kaliabang, Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota
Bekasi, Jawa Barat 17124.

3. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2018 dan berakhir


pada 29 Maret 2018.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor :


416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³)
tersedia di bumi.

6
Air yang bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan alam sekitar, Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi,
sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet
Mars, serta pada bulan-bulan Eropa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan
(es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.

Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap
air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda
di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara.
Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan
manusia akan air. Jumlahpenduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga
mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Suriawiria,1996: 3).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapatdiminum apabila dimasak.

Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar
73% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut
dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air
yang cukup bagi dirinya (Suharyono, 1996).

Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung


pada air, karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan,
mandi, dan lain sebagainya. Manfaat lain dari air berupa pembangkit tenaga,
irigasi, alat transportasi, dan lain sebagainya yang sejenis dengan ini. Semakin
maju tingkat kebudayaan masyarakat maka penggunaan air makin meningkat.

Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut
ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa
makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002).

Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk
hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air
yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan
beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum
jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik
sengaja maupun tidak disengaja.

7
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari
dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air
tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki
beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas
airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil.

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat
kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat
tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan
kelangsungan hidup manusia.

2.2 Standart Kualitas Air Bersih

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari
berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur
yang tercantum didalam standard kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat
kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat digunakan sebagai tolak
ukur.

Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan


berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan–
persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan
kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika.
Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan
mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh
landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.
Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih
sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,
jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan
sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak
terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung
beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah
warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Azwar, 1990).Untuk standart kualitas air
secara global dapat digunakan Standar Kualitas Air WHO.

Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan


peraturan tentang syarat-syarat kulaitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik,
kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan
sebagai pedoman bagi Negara anggota. Namun demikian masing-masing negara
anggota, dapat pula menetapkan syaratsyarat kualitas air sesuai dengan kondisi
negara tersebut.

8
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah
air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan, yaitu :

1. Syarat fisik
a) Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah
liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
b) Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c) Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d) Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e) Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat
membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro
organisme.

2. Syarat kimia
a) pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida.
Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan
standar kualitas air dalam hal pH adalah antara 6,5-9,5
b) Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan
Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan
memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air.
Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat,
Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan
Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari
75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi
yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-
pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150
mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
c) Besi

9
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada
bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang
merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan
diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0
mg/l
d) Alumunium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak
aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
e) Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup
diperairan
f) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak
air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan
bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan
pengolahan air bekas.
g) Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman.
Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk
yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok
Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk
berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine
dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang
perjalanan oksigen didalam tubuh

3. Syarat biologis
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.

Tabel 2.1 Baku mutu air bersih


No Parameter Satuan Baku mutu
1 Temperature ͦͦC ±3
2 Residu Terlarut (TDS) mg/l 1500
3 Kekeruhan NTU 25
4 Warna TCU 50
5 Bau
6 Rasa
7 PH mg/l 6,5 – 9,0
8 Kesadahan mg/l 500
9 Klorida mg/l 600
10 Seng mg/l 15
11 Mangan mg/l 0,5
12 Besi mg/l 1

10
13 Krom Hexavalen mg/l 0,05
14 Kadmium mg/l 0,005
15 Timbal mg/l 0,05
16 Raksa mg/l 0,001
17 Arsen mg/l 0,05
18 Fluorida mg/l 1,5
19 Selenium mg/l 0,01
20 Sianida mg/l 0,1
21 Nitrat mg/l 10
22 Nitrit mg/l 1
23 Sulfat mg/l 400
24 MBAS mg/l 0,5
25 KmNO4 mg/l 10
26 Total Coliform mg/l 10
Sumber : Permenkes R.I No. 416/menkes/Per/IX/1990

2.3 Sumber Sumber Air

1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.Kadar garam
NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk diminum.

2. Air Atmosfer
Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur
maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi
atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap
pemakaian sabun.

3. Air Permukaan
Air permukaan Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan
lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai
digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna,
mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran
yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada
umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh
adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning
coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman
tertentu di tengah-tengah.

11
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone
jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer
(Suyono,1993 :1).

5. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah
dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama
dengan air dalam. Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen
pokok antara lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit
transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu:

a) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih
yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil
dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan
yang diperlukan.
b) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat
kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi
manusia.
c) Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem
pengaliran gravitasi atau pompanisasi.
d) Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis
sumber air menjadi air bersih.

2.4 Water Treatment Plant


1. Intake
Bangunan ini digunakan untuk pertama kalinya air masuk dari sumber ai,
kebanyakan sumber air diperoleh dari air sungai. Pada proses ini dilakukan
penyaringan kasar yaitu untuk menyaring benda-benda kasar yang terapung di air
seperti sampah, daun dan lain-lain.
2. Bangunan Bak Prasedimentasi
Bak ini berfungsi untuk sumber air yang memiliki tingkat kekeruhan
tinggi. Bangunan bak prasedimentasi dibentuk secara sederhana yang fungsinya
hanya untuk pengendapan air kotor. Ini dilakukan untuk memisahkan air bersih

12
dari partikel-partikel diskrit dan zat-zat berat seperti pasir dan lain-lain. Setelah air
mengendap proses selanjutnya adalah pemompaan air bersih ke WTP (Water
Treatment Plant).
3. Water Treatment Plant
Pada bagian ini adalah bagian inti dari proses pengolahan air bersih,
dimana pada bagian WTP ini akan dilakukan proses-proses diantaranya koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a) Koagulasi
Pada proses ini, pengolahan air bersih secara kimia mulai dilakukan.
Koagulasi bertujuan untuk memisahkan partikel koloid yang terdapat pada
air kotor. Umumnya air sungai seperti koloid ini disebabkan banyaknya
partikel koloid yang terkandung di dalam air sungai sehingga
menyebabkan warna air sungai berwarna kecoklatan. Jadi koagulasi adalah
proses pemisahan air dan pengotor yang terkandung didalamnya seperti
pemisahan antara susu kedelai dengan air. Pada sistem koagulasi ini
dilakukan pengadukan cepat dan terjunan dengan tujuan untuk
mempercepat proses pemisahan air dan pengotor di dalam air itu.

Gambar 2.1 Proses koagulasi secara mekanis dengan mesin putar


Sumber : aryansah.wordpress.com

b) Flokulasi
Flok adalah pengotor yang mengendap, tahap ini adalah untuk proses
pengendapan pengotor. Pada proses pembentukan flok masih diperlukan
pengadukan tetapi pengadukan lambat, dan juga diperlukan aliran air yang
tenang agar flok tidak naik lahi. Untuk menambah efisiensi ditambahkan
bahan kimia yang dapat menangkal flok-flok itu.

13
Gambar 2.2 Proses Flokulasi Partikel Koloid
Sumber : aryansah.wordpress.com

c) Sedimentasi
Di tahap ini adalah proses pengendapan partikel-partikel koloid yang
sudah didestabilisasi. Ini dikerjakan dengan menggunakan sistem berat
tipe, berat tipe koloid pada umumnya berbentuk lumpur dan berat tipe
koloid lebih berat dari pada tipe air.
Untuk perkembangannya diantara ketiga unit (koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi) sudah dibuat tergabung dan unit ini disebut dengan unit
aselator.

Gambar 2.3 Proses Sedimentasi


Sumber : aryansah.wordpress.com

d) Filtrasi
Tahap ini adalah dilakukan penyaringan melalui media butiran-butiran,
butiran-butiran yang digunakan diantaranya pasir silica, antrasit dan
kerikil dan ukuran yang tidak sama. Proses ini menerapkan sistem
gravitasi.

14
Gambar 2.4 Proses Filtrasi
Sumber : aryansah.wordpress.com

e) Desinfeksi
Air yang masuk pada proses ini berarti sudah bebas dari pengotor, namun
tidak menutup kemungkinan air tersebut masih mengandung kuman dan
bakteri. Oleh sebab itu, diperlukan zat kimia yang mampu menghilangkan
kuman dan bakteri. Zat kimia yang digunakan antara lain UV, ozonisasi,
chlor dan pembebasan.

f) Reservoir
Yaitu tempat penampungan air bersih sementara sebelum di distribusikan
ke konsumen. Karena di negara kita pada sistem distribusi air bersihnya
masih menggunakan sistem gravitasi, sehingga reservoir diletakkan di
tempat yang lebih tinggi.

15
BAB III
GAMBARAN PERUSAHAAN

3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan


PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant merupakan salah satu industry
yang bergerak dalam bidang pembuatan ban yang terletak di Jl. Raya Bekasi km
27 Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. Luas lahan
PT. Bridgestone Tire Indonesia sebesar 267.852 m2 atau 27,7 Ha. Didirikan
berdsarkan landasan hukum, Surat Izin Presiden, No. B-84/PRES/8/1973, tanggal
1 Agustus 1973, dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian, No.
295/M/SK/8/1973, tanggal 11 Agustus 1973. PT. Bridgestone Tire Indonesia
mengalami peningkatan produksi ban dan menambah jenis produksi ban yang
dihasilkan. Misalnya ban radial dengan benang tekstil/RD 102. Lalu pada tahun
1983 PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant melakukan ekspansi penjualan
melalui ekspor ke 54 negara di lima benua.
PT. Bridgestone Tire Indonesia telah memiliki dokumen lingkungan sejak
tahun 1983 dengan peraturan yang berlaku berupa dokumen Analisi Dampak
Lingkungan (ANDAL). Pada 2011, PT. Bridgestone melakukan peningkatan
kapasitas produksi untuk ban luar, lalu dilanjutkan dengan pengoperasian WTP,
dan pada tahun 2013 menambah luas lahan sekitar 2,2 Ha untuk pembangunan
pabrik serta ada sedikit perubahan tata letak pada tapak kegiatan
Peningkatan kapasitas produksi, pengoperasian WTP, serta kegiatan
penambahan lahan dan perubahan diperkirakan akan mengalami dampak
lingkungan baik yang telah terjadi ataupun menambah dampak yang akan terjadi.
Modal yang digunakan untuk mendirikan perusahaan berasal dari kerjasama
anatara pihak swasta Nasional Indonesia dengan swasta Jepang dengan modal

16
awal sekitar US $ 24.960.000. Pada tanggal 1 Oktober 1975 PT. Bridgestone Tire
Indonesia Plant Bekasi resmi memulai produksi perdananya yaitu pembuatan ban
mobil truk dan bis. Tenaga kerja yang dipergunakan adalah ± 1910 karyawan
Indonesia dan 5 karyawan Jepang. Dalam memproduksi ban, PT. Bridgestone Tire
Indonesia Plant Bekasi memproduksi automotive tires, tubes dan flaps.
Dalam pekembangannya PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant telah
memproduksi berbagai macam merk ban yang merupakan lisensi Bridgestone
Corporation Jepang. Juga telah berhasil dan memasarkan sendiri ban merk baru
dengan ban merk-merk lainnya. Produksi ban yang dihasilkan adalah ban jenis
radial (tanpa ban dalam) dan jenis konvensional / biasa (memakai ban dalam).
Semua hasil produksi ban sebagian besar dipasarkan secara ekspor dan selebihnya
dipasarkan secara domestik. PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant
berkembang pesat, tahun 2008 kapasitas produksinya sudah mencapai 15000
Pcs/hari atau 130 Ton/hari. Hal tersebut dapat tercapai karena PT. Bridgestone
Tire Indonesia Bekasi Plant mempunyai sasaran produktivitas yang mengacu
kepada motto perusahaan yaitu “Menyumbang masyarakat dengan produk mutu
tertinggi”.
Seiring dengan peningkatan terhadap bermacam-macam ban untuk
keperluan kendaraan automotive di Indonesia. PT. Bridgestone Tire Indonesia
Bekasi Plant berusaha melakukan ekspansi dengan meningkatkan kapasitas
produksi ban. Pada tahun 1997 kembali mendirikan pabrik ban baru di daerah
karawang dengan luas 37,0 hektar. Hal ini bisa dicapai karena PT. Bridgestone
Tire Indonesia mempunyai sasaran produktivitas yang mengacu kepada
memberikan mutu terbaik kepada pelanggan

3.2 Kebijakan Dan Misi Perusahaan


Kebijakan dasar perusahaan adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk
mewujudkannya, perusahaan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Perusahaan mengetahui dengan cepat setiap gejala perubahan tentang
produk yang dibutuhkan di pasar dengan mengecek ke lapangan segera.

17
b. Perusahaan mengembangkan teknologi baru sesuai dengan permintaan
pasar.
c. Perusahaan memenuhi kebutuhan pasar dengan menyuplai produk dengan
tepat waktu.
d. Perusahaan membentuk sistem pengontrolan mutu produk guna menjaga
agar mutunya tetap tinggi sebagai jaminan kepuasan pelanggan.
e. Perusahaan membentuk program pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Bridgestone Tire


Indonesia adalah berkomitmen selalu meningkatkan manajemen K3 dan kinerja
K3 untuk menciptakan kondisi yang aman, efisien, handal, dan terpercaya pada
setiap bidang pekerjaan. Langkah-langkah yang prlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Berupaya melakukan identifikasi, evaluasi, penilaian tindakan perbaikan
dan pemantuan untuk mencegah cidera dan memperkecil resiko
kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan kerja dan sakit penyakit
akibat kerja serta menetapkan standarnya.
2. Selalu mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan
memprioritaskan setiap aspek K3 dalam kegiatan operasi.
3. Ingin dan selalu mematuhi hokum dan persyaratan perlindungan K3
yang relevan.
4. Bersama melakukan perbaikan manajemen dan kinerja di bidang K3
secara berkelanjutan dengan membina dan melibatkan seluruh
karyawan, mitra kerja dan pihak terkait
Kebijakan K3 ini selalu ditinjau kembali secara periodic dan
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan serta pihak-pihak lain yang terkait
dengan PT. Bridgestone Tire Indonesia.
Kebijakan lingkungan PT. Bridgestone Tire Indonesia adalah secara aktif
menerapkan system manajemen lingkungan untuk meningktkan kepedulian dan
tanggung jawab semua pihak dalam perlindungan lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja dengan cara :

18
1. Mencegah pencemaran lingkungan, memelihara dan meningkatkan
kualitas lingkungan perusahaan yang bersih, sehat, aman dan nyaman.
2. Mematuhi peraturan dan undang undang yang berlaku serta persyaratan
lingkungan lainnya terkait dengan aspek lingkungan BSIN
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan kerja operasional dan design produk
untuk meningkatkan konservasi dan sumber daya alam serta mendukung
program global Bridgestone.
Misi dari perusahaan adalah “Menyumbang masyarakat dengan produk
mutu tertinggi” menyuplai produk yang tinggi yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Dengan
menepati komitmen ini perusahaan mengharapkan para pelanggan benar-benar
mendapat lepuasan melalui kenyamanan sewaktu berkendara. Saat menjalankan
kegiatan yang akan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada ban merj
Bridgestone. Perusahaan mendukung kebijakan negara dalam menggalakan
ekspor nonmigas dan mengusahakan meningkatkan penjualan ekspor.

3.3 Lokasi dan Lahan Kegiatan


Lokasi kegiatan PT. Bridgetone Tire Indonesia Bekasi Plant terletak di Jl.
Raya Bekasi km 27 Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota
Bekasi. Secara geografi, lokasi perusahaan berada di titik koordinat 6º 11’54” LS -
106º 58’56” BT. Luas lahan PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi plant adalah
297.882 m². Tetapi 21,020 m² diantaranya masih lahan terbuka atau lahan kosong.
Lahan tertutup bangunan seluas 145.546,60 m² dan lahan terbuka seluas
130.315,40 m²
Lokasi pabrik sangat penting bagi satu perusahaan demi kelncaran dalam
menjalankan proses produksinya. Lokasi pabrik mempengaruhi investasi modal,
perolehan bahan baku, perolehan tenaga kerja, transportasi, utilitas dan lain-lain.
Untuk itu PT. Bridgestone Tire Indonesia mengambil lokasi di 3 (tiga) tempat :
a. Lokasi Kantor Pusat di :
Wisma Nusantar 18 th Floor, Jl. MH. Thamrin 559, Jakarta 10350 Telp :
(021) 31936591 ; Fax (021) 31936345

19
b. Lokasi pabrik 1 berada di :
Jl. Raya Bekasi Km. 27, Kelurahan Harapan Jaya, Bekasi – Jawa Barat.

c. Lokasi pabrik 2 berada di :


Jl. Surya Utama Kav. 8-13 Kawasan Industri Surya Cipta, Karawang –
Jawa Barat

3.4 Peraturan-Peraturan Kerja Terkait


Usaha-usaha untuk meningkatkan mutu produk di lakukan penelitian dan
pengembangan secara terus-menerus. Pengawasan mutu yang sangat ketat melalui
konsep total quality management yang salah satunya mengimplementasikan
persyaratan ISO-9002, sehingga hanya produk kualitas terbaik saja yang disajikan
kepada konsumen.
Dalam peningkatan kualitas kerja PT. Bridgestone Tire Indonesia mengajak
seluruh pekerja untuk selalu “meningkatkan kualitas untuk perbaikan Quality”.
Dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Safety
Seluruh pekerja selalu bekerja dengan mematuhi dan melaksanakan
standard fire prevention, work accident, traffic accident, yubi sashi kosho
serta SPT (Stop, Panggil, Tunggu)
b. Quality
Seluruh pekerja selalu bekerja dengan mematuhi dan melaksanakan
instruksi, work step (tahap kerja), 3T (Tidak pakai, Tidak buat, Tidak
terima) dan 2C (Check & Confirmation) serta melakukan SPT.
c. Productivity
Seluruh pekerja patuh terhadap ketentuan jam kerja & jam istirahat sesuai
dengan aturan dan pengaturan di masing-masing seksi.
d. Dicipline
Seluruh pekerja selalu berupaya untuk mematuhi setiap standar SQP
diatas.

20
3.4.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang digunakan PT. Bridgestone Tire Indonesia adalah
struktur organisasi bertingkat dan berotorisasi garis dan staff dengan sistem
desentralisasi. Setiap sub bagian bertanggung jawab kepada kepala bagian. Setiap
departemen diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang harus bisa
dipertanggung jawabkan.
Pimpinan tertinggi perusahaan adalah direktur utama yang memiliki tugas
sebagai berikut :
1. Menentuka strategi bisnis
2. Melakukan perubahan kebijakan
3. Menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan termasuk kebijakan mutu
4. Memantau implementasi kebijakan dan strategi
5. Memantau perkembangan atau kemajuan sistem manajemen mutu
6. Melakukan evaluasi efektitfitas kebijakan, strategi, dan pencapaian tujuan
perusahaan
7. Memberikan disposisi atau instruksi perbaikan

3.4.2 Kesehjateraan Karyawan


Fasilitas yang diberikan oleh PT. Bridgestone Tire Indonesia untuk para
karyawannya yang berjumlah total 1943 karyawan adalah sebagai berikut :
a. Gaji
Perusahaan memberikan gaji pokok kepada karyawan sesuai dengan
jabatannya. Disamping gaji poko juga diberikan pula upah lembur kepada
karyawan yang bekerja diluar jam kerja.
b. Tunjangan
Karyawan mendapatkan tunjangan transportasi, tungjangan biaya
kesehatan, tunjangan keluarga dan THR.
c. JAMSOSTEK

21
Seluruh karyawan PT. Bridgestone Tire Indonesia di ikut sertakan dalam
program JAMSOSTEK yang memberikan jaminan asuransi kecelakaan
kerja dan jaminan hari tua
d. Dana Pensiun
Dana peniun didapatkan dengan kerja sama antara Lembaga keuangan
perusahaan dengan bank yang ditunjuk.
e. Cuti
Setiap karyawan memiliki hak cut selama 2 minggu dalam satu tahun,
tetapi tidak boleh diambil selama 2 minggu berturut-turut. Lama cuti
maksimum diberikan adalah 6 hari berturut-turut
f. Ijin
Karyawan dapat meninggalkan lokasi pabrik sebelum jam pulang atau
tidak masuk jerja bila memiliki alasan yang jelas, seperti sakit atau
mendapat tugas dari perusahaan.
g. Kantin
Setiap karyawan diberikan makan siang di kantin pada jam istirahat yaitu
pada pukul 12.00 – 13.00 WIB
h. Pakai seragam
Seragam yang digunakan untuk karyawan adalah :
1. Manager dan staff : atas putih bergaris-garis biru dan bawah biru
tua.
2. Operator : atas abu abu dan bawah biru tua.
i. Training
Kesempatan training ini dimiliki oleh semua karyawan untuk
meningkatkan wawasan dan kemampuan yang dimilikinya untuk
kemajuan bersama.
j. Koperasi karyawan
Kegiatan dari koperasi karyawan adalah simpan pinjam dan penjualan
barang untuk kebutuhan sehari hari

3.4.3 Jam kerja

22
Pabrik beroperasi secara terus menerus (continue process) yaitu 24 jam
perhari, 7 hari perminggu. Jam kerja untuk karyawan dibedakan menjadi dua,
yaitu daily untuk staff yang tidak terlibat langsung pada proses produksi dan shift
untuk karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi.

a. Non shift :
 Jam kerja : 08.00 – 16.45 WIB.
 Jam istirahat : 12.00 – 13.00 WIB.
b. Sistem shift :
1. Shift 1
 Jam kerja/dinas : 08.00 – 16.10
 Jam Istirahat : 11.45 – 12.45
2. Shift 2
 Jam kerja/dinas : 16.00 – 00.10
 Jam Istirahat : 19.45 – 12.45
3. Shift 3
 Jam kerja/dinas : 00.00 – 18.00
 Jam Istirahat : 03.45 – 04.45
Untuk sistem kerja, karyawan dikelompokkan menjadi 4 grup dan 3 shift,
tiap grup bekerja 40 jam perminggu

3.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


PT. Bridgestone Tire Indonesia merupakan industry yang memproduksi ban.
Dalam pelaksanaan kegiatan produksi, keselamatan dan kesehatan kerja wajib
diterapkan di seluruh industry. Unit K3 yang ada di PT. Bridgestone Tire
Indonesia adalah SHE (Safety Health Environment). SHE membawahi dua seksi
ISO 14001 yang lebih focus mengatasi pengelolaan limbah industri dan dampak
limbah terhadap lingkungan sekitar. Program-program K3 yang sudah ada dan
dilaksanakan di PT. Bridgestone Tire Indonesia antara lain sebagai berikut :

23
1. Laporan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan (LKBK)
LKBK, meliputi masalah kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan.
2. Training karyawan baru dan karyawan lama
Training yang ada dan sudah dilaksanakan PT. Bridgestone Tire
Indonesia sebagai antara lain :

a) Safety Training, biasanya dilaksanakan sesuai kebutuhan.


b) Basic Training: training tentang hal-hal dasar seperti jamsostek,
personalia, perjanjian kerja Bersama, safety and quality training.
Diperuntukn bagi karyawan baru, biasanya dilaksana setelah ada
karyawan yang baru masuk.
c) Intergrated Training : training yang dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari kejenuhan, biasanya dilaksanakan selama 10
hari. Kategori training ini diantaranya :
1) 10 tahun : untuk karyawan yang sudah bekerja selama 10
tahun.
2) 20 tahun : untuk karyawan yang sudah bekerja selama 20
tahun.
3) 30 tahun : untuk karyawan yang sudah bekerja selama 30
tahun.
4) Dan seterusnya
a) Fire Potection : training tentang kewajiban dan
larangan dalam hal pencegahan kebakaran,
dilakukan setiap group per seksi selama dua jam
16.00-18.00 WIB. Pada shift 1
b) Seven Tools Training : training yang bertujuan
mencari perbaikan dari suatu masalah melalui
sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action)
3. Safety Audit (untuk mengetahui kegiatan safety di masing-masing unit
kerja)

24
safety audit yang dilaksanakan di PT. Bridgestone Tire Indonesia,
diantaranyaaudit internal yang dilakukan oleh P2K3 terhadap seksi dan
audit eksternal yang dilakukan oleh surveilans terhadap P2K3 di
perusahaan. Safety audit dilakukan tiap 1 tahun sekali per seksi yang
sistem penyimpanan file atau dokumennya, safety audit dilakukan tiap 2
tahun sekali.

4. Latihan pemadaman api


Dilakukan setiap 1 kali dalam 1 minggu di ikuti seluruh karyawan secara
rotasi berdasarkan seksi. Waktu pelaksanaan latihan pemadaman api
yang dilakukan PT. Bridgestone Tire Indonesia sangat tergantung pada
cuaca. Jika cuaca kurang memungkinkan maka akan terjadi penundaan
latihan pemadaman api sehingga menjadi 3 kali dalam 1 minggu.
5. Pemeriksaan berkala
Yang diperiksa adalah tabung tipe ABC, sistem hydrant, dan CO2 serta
hoist (alat yang digunakan untuk mengangkat matrial). Pemeriksaan
berkala biasanya dilakukan setiap 3-4 bulan sekali.
6. Patrol Equipment
Yang diperiksa adalah safety clothes, emergency stop, electrical patrol,
safety bar, sarana angkut, patrol Daisha, alat angkut hoist dan safety
check. Untuk patrol safety clothes biasanya dilakukan inspeksi
mendadak (sidak). Safety clothes yang diinspeksi meliputi safety shoes,
pakaian standar kerja, serta APD, seperti sarung tangan dan masker.
Untuk emergency stop, electric patrol dilakukan setiap 1 bulan sekali.
7. Patrol safety lingkungan
Yang diperiksa adalaah lingkungan udara, kebisingan, hygiene dilakukan
oleh ISO 14001.
8. Kegiatan safety department / section (safety leader meeting) yang
dilakukan 1 bulan sekali.
9. Sharing tentang kesulitan kerja yang dialamu oleh karyawan kepada
engineering atau P2K3. Misalnya, dilakukan total Preventive

25
Maintenance setiap 6 bulan sekali oleh engineering, pelaksanakan
program 3S dan lain-lain.
10. Senam (Taisho) yang dilakukan sebelum melakukan pekerjaan (pada
awal jam kerja).

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Water Treatment Plant di PT. Bridgestone Tire Indonesia


Kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasional industri ban PT.
Bridgestone Tire Indonesia saat ini dipenuhi dari Water Treatment Plant (intake air
sungai Bekasi Tengah) dan air tanah dalam dimana dari 9 sumur bor hanya 1
sumur bor yang saat ini masih dipakai dengan posisi stand by, sisa 8 sumur bor
dipergunakan untuk sumur resapan. Pemanfaatan air bawah tanah dan air WTP
tersebut sudah dilengkapi dengan SIPPA dari badan pengelolaan lingkungan hidup
dan SIPPA dari perum Jasa Tirta sebagai pengelola air sungai Bekasi Tengah dan
ijin tersebut saat ini seluruhnya masih berlaku. Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dan domestic, PT. Bridgestone Tire Indonesia – Bekasi Plant
mengoperasikan instalasi pengolahan air bersih dengan kapasitas 80 m3/jam atau
1.900 m3/ hari.
Air baku yang diambil dari sungai Bekasi Tengah, dengan izin
pengambilan maksimal 47.952 m3/bulan pada msuim hujan dan 9.590 m3/bulan
pada musim kemarau sesuai SIPPA dari Kepala Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Jawa Barat No. 593.3/Kep.223/I/SIPPA-BPPT/2010 tentang
pengambilan dan pemanfaatan air sungai. Lokasi kegiatan Water Treatment Plant
Berada dekat dengan sumber air baku (intake) atau area belakang dari PT.
Bridgestone Tire Indonesia-Bekasi Plant. Water Treatment Plant diperuntukkan
mengolah air baku menjadi air bersih juga untuk kebutuhan produksi. Sebelum
masuk untuk kebutuhan industry, air hasil olahan WTP masuk ke Unit Softener

26
dan Unit Deminarilzer guna melunakkan dan menghilangkan garam-garam yang
ada dalam air

4.2 Proses Pengolahan Air Pada Water Treatment Plant di PT. Bridgestone
Tire Indonesia
1. Penyaringan dan Pemisahan
Proses pertama pada pengolahan air bersih adalah penyaringan.
Penyaringan dilakukan untuk menyaring air dari kotoran-kotoran ataupun
sampah-sampah yang terbawa oleh air sungai menggunakan saringan yang
ukurannya semakin mengecil. Air sungai kemudian masuk kedalam
separator untuk melakukan pemisahan antara air dengan kotoran yang
terbawa oleh air sungai. Proses ini akan menghasilkan air baku yang
kemudian ditampung didalam pool water sebelum memasuki proses
koagulasi
2. Proses koagulasi dan Flokulasi
Air baku yang berada di dalam kolam akan dipompakan ke proses
koagulasi. Proses koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia
untuk mengikat padatan tersuspensi yang ada di air menjadi flok-flok
padatan yang kuat. Bahan kimia yang digunakan pada proses koagulasi
adalah alumunium sulfat dengan pengadukan cepat menggunakan static
mixer. Keuntungan static mixer ini adalah tidak menggunakan energi pada
pengoperasiannya. Alumunium sulfat akan mengikat padatan tersuspensi
yang ada pada air baku dan selanjutnya flok-flok ini akan melewati proses
flokulasi. Pada proses flokulasi flok-flok yang terbentuk yang terbentuk
akan saling berikatan membentuk flok yang lebih besar sehingga akan
lebih mudah diendapkan pada proses berikutnya.
3. Proses pengaturan PH

27
Injeksi alumunium sulfat ke air baku menyebabkan turunnya pH
air, karena sifat alumunium sulfat yang bersifat asam. Oleh karena itu
perlu penambahan soda ash sehingga air baku bisa bersifat netral.

4. Proses desinfeksi
Untuk mematikan bakteri pathogen (eschericia coli,koliform dsb)
yang ada di air baku serta mencegah tumbuhnya lumut di plate/tube settler
maka ditambahkan kaporit.
5. Proses sedimentasi
Dalam bak sedimentasi, flok berukuran besar akan mengendap.
Plate/tube settler digunakan untuk membuat pengendapan dari flok
tersebut semakin efektif. Plate/tube settler terbuat dari fiberglass dan
dipasang dengan kemiringan 55-60o. air akan mengalir dari bawah menuju
ke permukaan yang lebih tinggi (aliran up-flow). Air yang jernih akan
melalui aliran atas, sedangkan padatan/lumpur akan mengendap dibawah
dari bak. Setiap periodic tertentu, lumpur ini dibuang dengan membuka
valve/keran pada sistem drainase lumpur. Lumpur di press dan hasilnya
digunakan sebagai tanah tambahan untuk ruang terbuka hijau dan
tanaman.
6. Proses Filtrasi
a) Sand filter
Air yang telah jernih dalam bak sedimentasi akan mengalir ke bak
penampungan sementara (buffer tank). Dari buffer tank air dipompakan ke
sand filter tank untuk memisahkan sisa-sisa padatan yang tidak
terendapkan di bak sedimentasi. Padatan-padatan tersebut akan tertahan
pada pada permukaan media pasir. Padatan-padatan yang tertahan pada
permukaan media tersebut jika semakin tebal akan mengganggu proses
filtrasi (karena perbedaan tekanan in-out besar) sehingga setiap jangka

28
waktu tertentu harus di cuci (backwash). Biasanya pencucian dilakukan
jika perbedaan tekanan sebelum dan sesudah lewat tangka filter skitar 0,5
bar. Setelah proses backwash, sand filter dapat digunakan kembali.
b) Activated carbon filter
Air yang telah melewati sand filter akan dilewatkan ke activated
carbon filter. activated carbon filter berfungsi untuk :
1) Mengadsorpsi bahan organic dan bahan kimia yang terlarut
dalam air seperti insektisida, detergen, fenol, dan lain lain
2) Menghilangkan bau dan rasa
3) Menghilangkan warna
Keberadaan bahan-bahan organic dalam air merupakan sumber
makanan bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga bahan-bahan
organic tersebut prlu untuk dihilangkan dengan penyerapan/adsorpsi
dengan activated carbon. Air yang telah melewati activated carbon filter
kemudian menuju clean water tank untuk kemudia di distribusikan untuk
penggunaan. Pengunaan air di PT. Bridgeston Tire Indonesia adalah untuk
kegiatan MCK, siram tanaman, serta kebutuhan produksi

4.3 Pemakaian Air Bersih di PT. Bridgestone Tire Indonesia


Pemakaian air bersih untuk kegiatan PT. Bridgestone Tire Indonesia –
Bekasi Plant dirinci sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.1 yang disajikan per
hari. Beberapa pegertian dan asumsi yang digunakan untuk menghitung
kebutuahan air bersih harian yaitu :
1) Demineralizer water merupakan rata-rata harian dari rekaman pemakaian
2015 yaitu sebesar 447,5 m3/hari dan industrial water sebesar 516.507
m3/hari
2) Kebutuhan air untuk MCK adalah 50 liter/orang/hari
3) Kebutuhan air untuk wudhu di masjid adalah 15 liter/orang/hari (3 kali
sholat), dengan tingkat penggunaan masjid 30% dari jumlah karyawan
4) Kebutuhan air untuk kantin (cuci piring dan lain-lain) adalah 15
liter/orang/hari
5) Kebutuhan air untuk pemeliharaan Gedung (kebersihan) adalah 0,7
liter/m2 luas lantai.
Luas lantai diasumsikan dari seluruh luas bangunan lama yaitu 117.382
m2.

29
6) Kebutuhan untuk rumah tangga (mess dan arama) adlah 250
liter/orang/hari
7) Kebutuhan air untuk siram tanaman.

Tabel 4.1 Pemakaian Air Bersih di Industri Ban PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant
No Pemakaian Kebutuhan Peruntukan Jumlah
Air (satuan) (m3/hari)
(liter/hari)
1 Demineralizer water 447.500 - 447.500
(boiler)
2 Industrial water
1. Produksi 516.507 - 516.507
3 Kamar 50 2.064 orang 103.200
mandi/toilet/wastafel
4 Masjid 15 1.032 orang 15.480
5 Kantin 15 2.064 orang 30.960
6 Mess/Asrama 250 150 orang 37.500
7 Pemeliharaan 0,7 117.382 m2 82.167
8 Siram taman 1 124.325,16 m2 124.325
Jumlah pemakaian air bersih 1.357.640
1.357.64 m3/hari
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia – Bekasi Plant
Berdasrkan data hasil air olahan WTP sejak 2015, terekam bahwa rata-rata
air bersih yang dihasilkan sebanyak 1.222,32 m3/hari. Dengan kebutuhan air
bersih total sebanyak 1.357,64 m3/hari, maka sisanya diambil dari air air tanah
yaitu rata-rata 132,22 m3/hari yang digunakan hanya untuk domestik

4.4 Evaluasi Hasil Pengolahan Air WTP PT Bridgestone Tire Indonesia


Tabel 4.2 Data Hasil Uji Air WTP PT Bridgestone Tire Bulan Februari 2018
No Parameter Satuan Baku mutu Hasil Pengolahan
1 Temperature ͦͦC ±3 28
2 Residu Terlarut (TDS) mg/l 1500 305
3 Kekeruhan NTU 25 1
4 Warna TCU 50 4
5 Bau Tidak Berbau
6 Rasa Tidak Berasa
7 PH mg/l 6,5 – 9,0 7,8

30
8 Kesadahan mg/l 500 83
9 Klorida mg/l 600 12
10 Seng mg/l 15 0,,03
11 Mangan mg/l 0,5 < 0,03
12 Besi mg/l 1 < 0,1
13 Krom Hexavalen mg/l 0,05 < 0,03
14 Kadmium mg/l 0,005 < 0,0001
15 Timbal mg/l 0,05 < 0,001
16 Raksa mg/l 0,001 < 0,001
17 Arsen mg/l 0,05 < 0,002
18 Fluorida mg/l 1,5 0,3
19 Selenium mg/l 0,01 < 0,004
20 Sianida mg/l 0,1 < 0,008
21 Nitrat mg/l 10 1
22 Nitrit mg/l 1 0,4
23 Sulfat mg/l 400 53
24 MBAS mg/l 0,5 0,003
25 KmNO4 mg/l 10 14
26 Total Coliform mg/l 10 173,290
Sumber : Perum Jasa Tirta II
Berdasarkan tabel diatas dapat dinyatakatan bahwa air yang diolah oleh
WTP di PT. Bridgestone Tire Indonesia pada tanggal 2 februari 2018 dalam
beberapa parameter sudah berada dibawah baku mutu. Namun di beberapa
parameter air hasil pengolahan masih melebihi kadar baku mutu yang telah
ditetapkan oleh Permenkes R.I No. 416/menkes/Per/IX/1990. Beberapa parameter
yang masih melebihi kadar baku mutu diantaranya adalah Temperature, KmNO4
dan Total Coliform.
Bakteri Coliform/ biasa kita sebut E Coli adalah bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik lainya. patogen nama lain dari mikroorganisme
parasit, biasanya bakteri coliform di gunakan untuk indikator suatu sumber air
telah terkontaminasi patogen atau tidak. E Coli adalah adalah jenis bakteri yang
biasanya ditemukan dalam sistem pencernaan hewan. Satu jenis bakteri E-Coli
tertentu dapat menyebabkan penyakit sistem pencernaan yang serius, yang umum
ditandai dengan diare dan kadang disertai mual. Dampak lain dari bakteri E coli
adalah menghasilkan racun yang dapat merusak ginjal, serta melemahkan dinding
usus kecil pada anak-anak.

31
Sedangkan kadar KmNO4 berlebih pada air bersih bisa mennybabkan bau
dan rasa yang tidak enak
Untuk parameter yang masih melebihi baku mutu dari pihak perusahaan
sendiri belum mengetahui bagaimana cara penanggulangannya dikarenakan air
pengolahan WTP di PT. Bridgestone Tire Indonesia di pergunakan untuk proses
produksi sehingga tidak terlalu focus untuk menghilangkan coliform dan KmNO4.
Meskipun begitu total coliform seharusnya bisa diturunkan hasilnya
dengan cara penambahan desinfektan. sehingga bisa sesuai kadar baku mutu yang
ditetapkan Permenkes R.I No. 416/menkes/Per/IX/1990. Desinfektan yang
dipergunakan WTP di PT. Bridgestone Tire Indonesia adalah kaporit. Sementara
itu untuk kadar KmNO4 yang masih diatas baku mutu yang ditentukan bisa
disebabkan oleh activated carbon filter yang sudah mulai jenuh dan harus
dilakukan backwash untuk menekan nilai KmNO4. Karena terbukti pada bulan
januari tahun sebelumnya total coliform dan KmNO4 sudah sesuai kadar baku
mutu yang ditetapkan Permenkes R.I No. 416/menkes/Per/IX/1990. Bisa dilihat
pada table 4.2 bahwa KmNO4 dan total coliform hasil pengolahan WTP di PT.
Bridgestone Tire Indonesia sudah sesuai dengan kadar baku mutu.

Tabel 4.2 Data Hasil Uji Air WTP PT Bridgestone Tire Bulan Februari 2018
No Parameter Satuan Baku mutu Hasil Pengolahan
1 Temperature ͦͦC ±3 27,4
2 Residu Terlarut (TDS) mg/l 1500 155
3 Kekeruhan NTU 25 2,79
4 Warna TCU 50 4
5 Bau Tidak Berbau
6 Rasa Tidak Berasa
7 PH mg/l 6,5 – 9,0 8,29
8 Kesadahan mg/l 500 95,2
9 Klorida mg/l 600 9,6
10 Seng mg/l 15 < 0,0006
11 Mangan mg/l 0,5 0,097
12 Besi mg/l 1 < 0,002
13 Krom Hexavalen mg/l 0,05 < 0,005

32
14 Kadmium mg/l 0,005 < 0,0008
15 Timbal mg/l 0,05 < 0,005
16 Raksa mg/l 0,001 < 0,0005
17 Arsen mg/l 0,05 < 0,0007
18 Fluorida mg/l 1,5 0,28
19 Selenium mg/l 0,01 < 0,0006
20 Sianida mg/l 0,1 < 0,006
21 Nitrat mg/l 10 0,0923
22 Nitrit mg/l 1 0,0543
23 Sulfat mg/l 400 40,94
24 MBAS mg/l 0,5 < 0,025
25 KmNO4 mg/l 10 <5
26 Total Coliform mg/l 10 7
Sumber : Perum Jasa Tirta II

4.5 Penggunaan Kaporit Sebagai Desinfektan


Kaporit merupakan singkatan dari kalsium hipoklorit dengan rumus kimia
Ca(OCl)2. Kaporit termasuk ke dalam kelompok pembasmi bakteri. Selain
kaporit, ada juga klor, ozon, kuprisulfat dan oksigen. Diantara yang lain, kaporit
adalah yang paling banyak dipakai, karena ada sisa klor. Ozon dan UV tidak ada
sisanya, sehingga berbahaya jika ada pipa bocor atau sambungannya tidak rekat
(merembes). Air kotor berisi kuman bisa masuk lagi ke dalam pipa distribusi.
Kualitasnya malah bisa jauh lebih buruk daripada air bakunya dan berbahaya bagi
kesehatan ginjal dan hati (lever). Perlu dicatat, air yang bau kaporitnya seangin
(trace, sangat sedikit), lebih aman daripada air yang tidak berbau kaporit. Tentu
saja tidak boleh terlalu bau. Kisaran kadar kaporit sisa ini 0,2 – 0,3 mg/l. kegiatan
desinfeksi pada pengolahan air bersih biasanya mempergunakan kaporit dengan
dosis 1 gram/100 liter air.

4.6 Maintenance Activated Carbon Filter


Activated Carbon Filter pada Water Treatment Plant berfungsi untuk
menurunkan kadar KmNo4 atau kadar zat organik pada air sehingga air tidak
menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak. Activated carbon filter juga berfungsi
untuk mengoksidasi air sehingga menambah kadar oksigen pada air.

33
Activated Carbon Filter bisa saja jenuh yang membuat proses filtrasi dan
oksidasi tidak bekerja secara optimal apabila sudah jenuh sehingga menghasilkan
kualitas air. Maka dari itu diperlukan pengecekan secara rutin, apabila activated
carbon filter sudah jenuh maka diperlukan proses backwash agar proses
penyaringan dan oksidasi bisa tetap berjalan efektif sehingga kualitas air bisa tetap
terjaga.
Proses backwash biasanya dilakukan tergantung dengan kualitas air yang
kita olah, semakin buruk kualitas airnya maka akan semakin cepat jenuh pula
activated carbon filter. Media karbon aktif yang digunakan pada proses ini juga
biasanya harus diganti secara rutin tergantung jenis dan kualitas air yang diolah.

34

Anda mungkin juga menyukai