ISBN :
Publikasi buku ini menyajikan informasi yang bersifat dinamis yang mungkin berubah
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk tujuan pembelajaran,
isi buku ini dapat dicuplik atau digandakan sebagian tanpa izin tertulis dari penerbit
dengan menyebutkan rujukan kepada buku ini.
Tim Penyusun:
Ir. Titik Purwati Widowati, M.P.
Isnaini, S.T.
Farida, Dipl.Teks, M.Sc.
Irfa’ina Rohana Salma, S.St, M.Sn.
Masiswo, M.Sn.
Agus Haerudin, S.T., M.T.
Lilin Indrayani, S.Si., M.Si.
Mutiara Triwiswara, S.T., M.Si.
Dwi Wiji Lestari, S.Si.
Ir. Ivone De Carlo, M.Si.
Juwarso, S.T.
Tin Kusuma Arta, S.ST.
Kuncup Putih Kusumadhata, S.Ds., M.A.
Paras Trapsiladi, S.T., M.Eng.
Diterbitkan oleh :
Balai Besar Kerajinan dan Batik
Jalan Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Telepon :(0274)546111
Faksimile :(0274)543582
E-mail : bbkb@kemenperin.go.id
ii
“Batik sebuah kata yang bertuah. Pusaka dari nenek moyang yang wajib
kita jaga agar selalu lestari di bumi Indonesia”
Atas nama Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), saya menyambut gembira
dan menyampaikan selamat atas terbitnya buku “Panduan Produksi Bersih Untuk
Industri Batik”
Batik adalah salah satu rumpun dari industri kreatif, yang mengakar pada tradisi
turun temurun bangsa Indonesia. Industri ini merupakan salah satu penggerak
ekonomi kerakyatan, mampu berkontribusi secara signifikan dalam peningkatan nilai
tambah, penyerapan tenaga kerja, dan menjadi penyumbang devisa ekspor.
Keberadaan jenis, desain dan kualitas batik tidak bersifat statis, namun bisa adaptif,
berubah seiring dengan perubahan teknologi, fesyen serta budaya lain yang
berkembang di masyarakat Indonesia. Hal ini menjadikan batik tetap lestari dan tak
lekang oleh zaman.
Pemakaian sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab dalam produksi
batik akan berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan hidup. Untuk itu,
konsep-konsep industri hijau perlu dikedepankan dalam mewujudkan industri yang
mandiri, berdaya saing, dan maju. Implementasi industri hijau pada batik dapat
dilakukan melalui konsep produksi bersih (cleaner production) dengan menerapkan
5R (Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery) sehingga upaya untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi di seluruh tahapan
produksi, sekaligus meminimalisasi terbentuknya limbah sisa produksi dapat dicapai.
Saya berharap buku ini dapat dijadikan referensi dalam memahami cara
memproduksi batik dengan ramah lingkungan, efektif, efisien dan dan menghasilkan
batik dengan kualitas tinggi. Akhir kata, semoga buku ini dapat menjadi motivasi bagi
kita semua untuk berkarya yang lebih baik bagi Indonesia.
SAMBUTAN KEPALA
BADAN STANDARDISASI DAN KEBIJAKAN JASA INDUSTRI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya kami telah dapat menyelesaikan penulisan buku yang berjudul “Panduan
Produksi Bersih Untuk Industri Batik”. Buku ini merupakan panduan bagi pelaku
usaha di bidang batik yang disusun secara sederhana agar dapat diikuti dan diterapkan.
Para pelaku usaha selain dituntut dapat memproduksi batik yang berkualitas,
juga dituntut untuk memperhatikan lingkungan. Penerapan produksi bersih dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah dan atau mengurangi terbentuknya limbah pada
sumber daya serta dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Buku ini
memuat informasi tentang proses produksi batik, pencegahan dan pengendalian
pencemaran melalui produksi bersih, daur ulang limbah industri batik, serta
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri batik .
Akhir kata, semoga dengan diterbitkannya buku Panduan produksi bersih untuk
industri batik ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi sarana penting
dalam upaya meningkatkan produktifitas dan upaya pengendalian dampak lingkungan
melalui penerapan produksi bersih.
Tim penyusun
v
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Standar Industri Hijau (SIH) untuk Industri Batik yang telah tertuang
dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 39 tahun 2019.
BAB II
PROSES PRODUKSI BATIK
1. Bahan
Bahan-bahan untuk membuat batik meliputi :
a. Kain mori atau bahan lain sebagai media pembatikan,
2. Peralatan
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang digunakan
untuk membuat batik:
Gambar 2. 9: Gawangan
Sumber: BBKB
B. Tatacara Membatik
Teknologi pembuatan batik saat ini telah berkembang
sedemikian rupa sejalan dengan perkembangan media untuk
batik serta variasi dari produk batiknya yang merupakan tuntutan
dari konsumen atau pasar. Pada intinya proses membatik yaitu
pemolaan, pelekatan malam/membatik, pewarnaan dan pelepasan
malam/nglorod.
1. Pemolaan
Memola adalah membuat gambar pada media yang
nantinya dipergunakan sebagai panduan untuk membatik
tulis. Ada beberapa teknik pengerjaan memola baik pada
media kain maupun pada media non kain. Pada umumnya
gambar yang akan diterapkan telah dipersiapkan atau
dirancang pada kertas untuk memudahkan ketepatan
17
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
2. Membatik
Membatik adalah pekerjaan melekatkan malam batik cair
pada permukaan media yang berfungsi sebagai perintang
warna. Membatik tulis memerlukan alat bantu untuk
melekatkan malam yang disebut canting tulis. Adapun canting
tulis yang dipergunakan disesuaikan dengan pengerjaan
pembatikannya.
b. Ngisen-iseni
Ngisen-iseni adalah mengisi bagian dalam pola motif
dengan menggunakan canting cucuk kecil atau canting
isen. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya
nyeceki menggunakan canting cecek hasilnya dinamakan
cecekan.
c. Nerusi
Nerusi adalah membatik mengikuti motif pembatikan
pertama pada bekas tembusannya. Nerusi bertujuan untuk
mempertebal malam batik pertama serta untuk
memperjelas dibagian permukaan sisi kain/belakang.
19
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
d. Nembok
Nembok adalah membatik pada bagian tertentu dari
pola motif yang berlatar bidang luas, dengan harapan
bidang tersebut tidak terwarnai. Cara melapisi bidang
tembokan dengan menggunakan canting tembok dan
hasilnya disebut tembokan.
dari kiri bawah ke arah kanan atas. Jadi untuk menjaga arah
goresan canting agar selalu benar maka posisi media yang
dibatik yang diubah-ubah bukan arah gerakan cantingnya.
c. Cacat pembatikan
Cacat pembatikan yang diakibatkan kesalahan-
kesalahan pada waktu proses pembatikan seperti blobor,
malam tidak melekat sempurna karena temperaturnya
tidak sesuai, goresan malam sangat tipis, serta yang paling
kelihatan adanya tetesan malam batik. Khusus tentang
tetesan malam batik biasanya diakibatkan oleh kesalahan
pengendalian canting tulis.
3. Proses Pewarnaan
Proses pewarnaan batik bisa menggunakan dua macam zat
warna, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis. Pada
proses pencelupan biasanya digunakan sistem vlot, dimana
vlot merupakan perbandingan antara bahan dengan air yang
digunakan.
21
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
● Vlot : 1 : 40
● air : 40 x a cc
● Zat warna bejana :1–3%
● Kaustik soda 38 ⁰Be : 17 – 25 cc/liter
● Natrium hidrosulfit : 3-6 gram/liter
● TRO : 1 gram /liter
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN MELALUI PRODUKSI
BERSIH
a. Karakteristik fisik
Karakteristik fisik meliputi warna, bau, suhu, dan
padatan. Warna disebabkan adanya partikel terlarut
dissolved, tersuspensi suspended, dan senyawa-
senyawa koloidal. Suhu dapat mempengaruhi kadar
Dissolved Oxygen (DO) dalam air. Kenaikan suhu
sebesar 10 °C dapat menyebabkan penurunan kadar
oksigen sebesar 10 %.
b. Karakteristik kimia
Karakteristik kimia meliputi pH, Chemical Oxygen
Demand (COD), dan Dissolved Oxygen (DO). COD
merupakan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan bahan organik secara kimiawi. Nilai COD
yang semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin
buruk kualitas air tersebut.
39
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
c. Karakteristik biologis
Hampir semua air limbah mengandung
mikroorganisme dalam berbagai jenis dengan
konsentrasi 105 sampai 108 organisme/mL. Bakteri
juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air
(Purwaningsih, 2008).
B. Minimalisasi Limbah
Minimalisasi limbah merupakan suatu upaya untuk
mengurangi limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir
atau ke lingkungan (UNEP dan ISWA, 2002). Dengan adanya
minimalisasi limbah, limbah yang timbul dapat diolah terlebih
dahulu misalnya dengan daur ulang atau sistem pengolahan
tertentu sebelum akhirnya limbah tersebut dibuang, sehingga
tidak akan mencemari lingkungan sekitarnya.
Eliminasi
limbah
Minimalisasi
limbah
Recycle
Reuse dan
Recovery
Pengolahan
Pembuangan
residu
Gambar 3. 1: Bagan Hirarki Prioritas Manajemen Limbah
Sumber: UNEP dan ISWA, 2002
a. Netralisasi
Perlakuan netralisasi ini dilakukan untuk
menghilangkan asiditas atau alkalinitas limbah. Pada
umumnya, semua pengolahan air limbah dengan pH yang
terlalu rendah atau tinggi membutuhkan proses netralisasi
sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan.
b. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut
dengan cara penambahan bahan-bahan kimia terlarut yang
menyebabkan terbentuknya padatan-padatan (flok dan
lumpur). Dalam pengolahan air limbah, presipitasi
digunakan untuk menghilangkan logam berat, sulfat,
fluorida, dan garam-garam besi
c. Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid
dengan cara penambahan senyawa kimia yang disebut
koagulan. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga
gaya tarik menarik antara partikel lebih kecil daripada gaya
tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil ini,
penggumpalan partikel tidak terjadi. Melalui proses
48
Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Melalui Produksi Bersih
d. Flokulasi
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara
terus menerus selama partikel-partikel tersuspensi
bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi
lebih besar dan bergerak menuju proses sedimentasi. Ide
dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flok-flok
dengan penambahan flokulan.
D. Produksi Bersih
Istilah produksi bersih (cleaner production) sebenarnya sudah
mulai diperkenalkan oleh United Nation Environment Program
(UNEP) Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada September
1989 dalam seminar The Promotion of Cleaner Production di
Canterbury. United Nation Industrial Organization (UNIDO,
2002) menambahkan bahwa produksi bersih adalah strategi
pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada
pencegahan dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh
siklus produksi. Kedua definisi di atas memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk meningkatkan produktivitas dengan
memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan
51
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
c. Modifikasi produk
Memformulasikan kembali rancangan produk untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan setelah
produk tersebut dipakai. Misalnya modifikasi alat
dilakukan pada proses pencelupan yang menggunakan bak
pencelup yang tidak sesuai yaitu 2,0 X1,6 untuk mencelup
kain ukuran 1,35 X 1,6 meter. Dengan memperpendek atau
mereduksi ukuran bak disesuaikan dengan ukuran kain
yang dicelup akan diperoleh minimisasi jumlah air limbah
sekitar 50 % dari biaya akibat pencelupan.
d. Modifikasi proses
Dengan melakukan perubahan perbaikan dan pada
proses produksi, proses dapat berjalan dengan lebih
optimal sehingga mengurangi risiko adanya inefisiensi
yang berpotensi menimbulkan limbah. Beberapa contoh
modifikasi proses adalah:
2. Best practices
Konsep pokok produksi bersih tersebut diatas
diterjemahkan kedalam hal hal praktis yang baik (Best
Practices) yang bertujuan untuk membantu
mengimplementasikannya dalam proses produksinya.
57
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
e. Penghematan Energi
Penghematan energi merupakan salah satu upaya
pelaksanaan produksi bersih. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan terhadap energi adalah:
1) Memantau dan mencatat konsumsi listrik dan bahan
bakar untuk proses produksi
2) Mematikan lampu yang tidak diperlukan
3) Menggunakan lampu yang hemat energi
4) Mengurangi konsumsi listrik dengan menggunakan
genting kaca
5) Membuat atau memperbanyak ventilasi pada ruang
produksi
6) Melakukan pemeliharaan peralatan listrik secara
periodik
7) Tanggap apabila aliran listrik terputus
8) Memisahkan meteran listrik ruang produksi dengan
rumah tangga
9) Mengecat dinding dan langit-langit dengan warna
terang
10) Memasang poster penghematan listrik
11) Menggunakan kompor listrik untuk pembatikan
dibanding kayu atau minyak tanah
62
Daur Ulang Limbah Industri Batik
BAB IV
DAUR ULANG LIMBAH INDUSTRI
BATIK
b. Gondorukem
Gondorukem sebagaimana damar merupakan jenis
getah, berasal dari pohon Pinus (Pinaceae merkusii). Getah
gondorukem didapatkan dengan teknik penyulingan yang
memisahkan terpentin dan air di dalamnya. Gondo,
penyebutan lain gondorukem memiliki sifat tidak tahan
alkali, hasil lekatan yang telah dingin pada kain mudah
patah, dan lama (sukar) meleleh. Semakin jernih
65
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
Gambar 4. 3: Gondorukem
Sumber BBKB
66
Daur Ulang Limbah Industri Batik
d. Microwax
Merupakan hasil samping olahan minyak bumi, sejenis
parafin yang lebih halus dan berwarna kuning muda.
Disebut juga lilin mikro, microwax juga menjadi salah satu
bahan pengisi malam batik. Sifat fisiknya yang
menyerupai kote sehingga malam menjadi lebih ulet
(lemas) dan tahan terhadap larutan alkali. Selain itu,
microwax lama menjadi encer saat dididihkan dan sukar
menembus kain.
67
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
Gambar 4. 5: Microwax
Sumber: BBKB
e. Parafin
Berwarna putih susu dan dipakai sebagai salah satu
bahan pengisi malam karena memiliki daya tembus basah
yang baik dan mudah lepas saat proses pelorodan. Sifat-
sifat lain parafin adalah mudah encer saat dididihkan dan
lekas membeku, serta daya lekatnya kecil.
f. Kendal (vet)
Lemak binatang atau kendal (vet), biasanya berasal dari
gajih sapi, kerbau, atau kambing. Kendal digunakan
sebagai bahan pengisi malam dalam jumlah sedikit untuk
menurunkan titik leleh karena sifatnya mudah sekali encer
dengan titik leleh yang rendah.
g. Minyak Nabati
Minyak nabati yang pada umumnya bersumber dari
sawit dan digunakan sebagai bahan pengisi malam
pengganti kendal yang cenderung lebih sulit diperoleh.
Minyak digunakan untuk menurunkan titik leleh dan hasil
68
Daur Ulang Limbah Industri Batik
Gambar 4. 6: Parafin
Sumber: BBKB
Gambar 4. 7: Kendal
Sumber: https://www.wilsonbeeffarms.com/product/wild-bird-
preferred-suet/
69
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
Tujuan dari proses daur ulang sisa larutan warna (hasil proses
pencelupan/pencoletan) diantaranya :
1. Meminimalisir limbah kental dari larutan warna yang akan
diolah pada instalasi limbah
2) Mengurangi penggunaan zat warna sintetis untuk pewarnaan
kain batik
3) Menghemat biaya produksi dari pembelian zat warna sintetis
● Merah R : 80 gram
● Merah B : 55 gram
● Merah R : 64 gram
● Merah B : 44 gram
● Merah R : 48 gram
● Merah B : 33 gram
79
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
● Merah R : 32 gram
● Merah B : 29 gram
● Merah R : 16 gram
● Merah B : 11 gram
BAB V
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
DI INDUSTRI BATIK
Gambar 5. 6: Nitrit
Sumber: BBKB
95
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
a. Pelindung tangan
Berupa sarung tangan berbahan karet atau lateks.
Fungsi utama pelindung tangan adalah melindungi tangan
dari cedera akibat terkena bahan kimia atau terkena
peralatan laboratorium yang pecah atau rusak serta
melindungi tangan dari permukaan benda yang kasar atau
tajam dan material panas atau dingin.
b. Pelindung kaki
Pelindung kaki (safety shoes) digunakan untuk
melindungi kaki dari kemungkinan tumpahan bahan kimia
beracun dan berbahaya serta mencegah penyebaran
kontaminasi. Pemilihan sepatu safety yang aman untuk
penanganan bahan kimia didasarkan pada bahaya dan
kondisi lingkungan kerja. Pada industri batik, dapat
99
Panduan Produksi Bersih Untuk Industri Batik
c. Pelindung tubuh
Pakaian pelindung harus dipilih secara spesifik untuk
tempat bekerja, tergantung konsentrasi dan jumlah bahan
berbahaya yang ditangani. Pada industri batik, para pekerja
dianjurkan untuk mengenakan pakaian tertutup dan
mengenakan apron, wear pack atau celemek yang tahan air
(waterproof). Selain menghindari tumpahan air dan bahan
cair lainnya, celemek juga akan membantu kita agar tidak
terkena bahan pewarna pada saat proses pewarnaan batik.
100
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri Batik
e. Pelindung pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke
dalam tubuh manusia adalah melalui pernapasan. Banyak
partikel di udara, debu, uap, dan gas yang dapat
membahayakan sistem pernapasan. Pelindung pernapasan
yang tepat harus digunakan untuk meminimalkan sumber-
sumber bahaya tadi. Jenis pelindung pernapasan yang
umum digunakan saat menangani bahan kimia adalah
masker. Selain menghindari terhirupnya bahan kimia
berbahaya seperti diatas, masker juga dapat mencegah
terhirupnya asap malam batik dan kompor batik selama
proses produksi.
102
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri Batik
a. Area pembatikan
Penyediaan ventilasi untuk menjamin sirkulasi udara
yang cukup di area pembatikan. Asap dari malam batik dan
kompor yang digunakan, apabila terhirup dalam waktu
yang lama dapat mengganggu sistem pernafasan pekerja.
c. Area pelorodan
Area pelorodan biasanya diposisikan di tempat terbuka.
Hal ini dilakukan agar asap dari tungku pelorodan bisa
langsung keluar. Selain itu, area terbuka juga akan
menjaga area ini tetap kering dan tidak licin.
104
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Industri Batik
DAFTAR PUSTAKA