HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................1
DAFTAR TABEL....................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................4
1. Sejarah Perusahaan.......................................................................................6
2. Alamat / Lokasi dan Tata Letak...................................................................8
3. Visi dan Misi................................................................................................9
4. Tujuan Perusahaan.......................................................................................9
5. Kegiatan Usaha..........................................................................................10
6. Struktur Organisasi.....................................................................................12
7. Peraturan Pekerjaan....................................................................................14
8. Waktu Kerja...............................................................................................15
BAB II....................................................................................................................16
ORIENTASI UMUM.............................................................................................16
A. Bahan Baku Pengolahan LPG.......................................................................16
1
B. Storage Handling...........................................................................................35
C. Distribusi Produk...........................................................................................36
BAB IV..................................................................................................................37
PERALATAN PROSES........................................................................................37
A. Satu Unit Kompresor Gas.............................................................................37
C. Liquefaction Unit...........................................................................................42
D. Fractionation Unit.........................................................................................45
BAB V....................................................................................................................51
METERING DAN BILLING..................................................................................51
A. METERING...................................................................................................51
B. BILLING........................................................................................................63
BAB VI..................................................................................................................68
UTILITAS..............................................................................................................68
BAB VIII................................................................................................................70
PENUTUP..............................................................................................................70
A. KESIMPULAN.............................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................73
LAMPIRAN...........................................................................................................74
2
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya Pendidikan dengan Sistim Ganda (PSG) adalah suatu
bentuk penyelenggaraan Pendidikan Keahlian Kejuruan yang merupakan
kesepakatan antara pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan
Dunia Usaha / Industri, mulai dari perencanaan Program Pendidikan dan
Pelatihan, penyelenggaraan (di SMK dan atau di Dunia Usaha / Industri),
evaluasi keberhasilan siswa sampai dengan pemasaran tamatan.
Program pendidikan dan pelatihan PSG memuat aspek – aspek pendidikan,
meliputi :
1. Komponen Teori Kejuruan, yaitu mata pelajaran teori – teori kejuruan
dalam lingkup suatu program studi tertentu.
2. Komponen Praktik Dasar kejuruan, yaitu meliputi praktik penunjang
dalam melakukan beberapa jenis pekerjaan yang relevan di Dunia
Usaha / Industri, yang berada dalam lingkup Profil Tamatan dari
program studi.
3. Komponen Praktik Industri, yang meliputi Praktik Kerja langsung di
lini produksi pada Dunia Usaha / Industri.
4. Komponen Normatif, meliputi mata pelajaran :
PPKN ; Pendidikan Agama ; Bahasa dan Sastra Indonesia ;
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ; Sejarah Nasional dan Sejarah
Umum.
5. Komponen Adaptif, yaitu meliputi mata pelajaran :
Matematika ; Bahasa Inggris ; Biologi ; Fisika dan Kimia.
Dari berbagai pengalaman SMK menyelenggarakan program PSG,
komponen Normatif dan Adaptif dilakukan di Sekolah. Komponen Teori
Kejuruan dilaksanakan di Sekolah, komponen Praktik Dasar Kejuruan
4
dapat dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian di Industri, sedang
komponen Praktik Industri sepenuhnya dilaksanakan di Industri.
5
2. Bagi sekolah :
a. Menjalin hubungan dan kerjasama antara pihak sekolah dengan
instansi tempat prakerin.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam rangka peningkatan pengembangan
mutu materi pelajaran di sekolah.
3. Bagi Perusahaan
a. Memperoleh bantuan tenaga dalam penyelesaian suatu pekerjaan.
b. Membuka pengembangan penelitian.
6
Eksplorasi di Jawa Timur dimulai lagi ketika Trend, salah satu
mitra asing Pertamina menandatangani Joint Operating Agreement
(JOA) di Blok Tuban sampai ke Surabaya pada 29 Februari 1988.
Pada 1991, Trend melakukan pemboran lima sumur di antaranya
Gondang-1. Selanjutnya Trend berganti nama menjadi Devon dan
selanjutnya menjadi Petro China. Penemuan – penemuan lapangan
yang lain meliputi : Lapangan Mudi (Blok Tuban) oleh JOB Pertamina
Petro China East Java (PPEJ). Lapangan Pegerungan, Lapangan
Terang Sirasun Batur (Blok Kangean) oleh ARCO.
Lapangan BD (Blok Husky Madura Strait) oleh Mobil Madura
Strait dan Husky Oil Madura. Lapangan ke-5 (Blok West Madura
Offshore) oleh Kodeco dan Pertamina. Lapangan Bukit Tua (Blok
Ketapang) oleh Gulf Resources. Lapangan Ujung Pangkah (Blok
Ujung Pangkah) oleh Amerada Hess.
Menyikapi perihal di atas dan guna meningkatkan pendapatan di
sektor Migas, maka untuk keperluan jangka pendek Pemerintah
Provinsi Jawa Timur kemudian menunjuk perusahaan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), PT. Panca Wira Usaha untuk membentuk anak
perusahaan bergerak dalam bidang Migas.
Maka pada 21 Februari 2003 lahirlah PT. Petrogas Jatim Utama,
dengan tujuan secara keseluruhan adalah menangkap setiap peluang
kegiatan Migas di Jawa Timur, baik di sektor hulu maupun hilir. Dan
khususnya mendapatkan Participating Interest (PI) 10% di Blok Cepu,
Blok Madura Offshore, Blok Sampang, dan sekitarnya.
PT. Petrogas Jatim Utama (PJU) adalah suatu Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bertindak
sebagai Holding Company dalam melakukan Kegiatan Usaha Minyak
dan Gas Bumi yang mana kepemilikan saham mayoritasnya adalah
milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Untuk sebuah perusahaan berstatus BUMD, diperlukan Peraturan
Daerah (Perda) sebagai dasar pendiriannya, dan dari hasil pembahasan
7
DPRD Jawa Timur bersama Gubernur Jawa Timur, maka pada 2006
lahirlah Perda pembentukan BUMD dengan nama PT. Petrogas Jatim
Utama, yang selanjutnya mengakuisisi PT. Panca Wira Jatim sebagai
anak perusahaannya.
PT. Petrogas Jatim Utana didirikan pada 1 Agustus 2006 melalui
Perda No.1 Tahun 2006, dengan No. Akta 02 oleh Notaris H Kosidi
Wirjohardjo SH yang disahkan melalui SK Menteri Kehakiman RI No.
W10-00111 HT.01.01-TH.2006 pada 25 September 2006, dan
kemudian terjadi perubahan melalui Perda No. 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Perda No. 1 Tahun 2006 tentang
PT. Petrogas Jatim Utama.
PT Petrogas Jatim Utama memiliki anak perusahaan, yakni:
1. PT Petrogas Wira Jatim, berdiri 21 Februari 2003
2. PT Petrogas Pantai Madura, berdiri 25 Mei 2005
3. PT Jatim Energy Services, berdiri 28 Januari 2006
4. T Petrogas Jatim Utama Cendana, berdiri 14 Maret 2007
5. PT Petrogas Jatim Hilir, berdiri 18 Juli 2013
6. PT Delta Artha Bahari Nusantara, berdiri 27 April 2000
8
mengalir melalui pipa. Lean gas akan digunakan sebagai bahan
bakar untuk pembangkit listrik di PJB dan Kawasan Industri
di Gresik.
c. Daerah tersebut dekat dengan akses jalan utama, sehingga mudah
untuk mengangkut LPG dan Kondensat.
Adapun tata letak dari LPG Plant Bukit Tua terlampir.
Mentality”
4. Tujuan Perusahaan
Menjamin efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan 4 Bidang
Usaha (Migas, Energi & Pertambangan, Kepelabuhan, Logistik
& Jasa)
9
Mewujudkan alih teknologi dan manajemen, serta peningkatan
dan pemberdayaan SDM
Melakukan pengambilalihan seluruh saham milik Pemda dan
BUMD Provinsi Jawa Timur yang bergerak di 4 bidang usaha
tersebut
Meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD)
5. Kegiatan Usaha
a. Kegiatan Usaha Bidang Migas
i. Hulu
PI 10% Blok Cepu
(Kepemilikan saham terdiri dari MCL 24,5% dan PEPC
45%). Komposisi Participacing Interest (PI) 10% Blok
Cepu terdiri dari : PJUC (Anak Perusahaan PJU - BUMD
Pemprov Jatim) : 2,2423%, SPHC (Sarana Patra Hulu
Cepu/BUMD Provinsi Jateng) : 1,0910%, ADS (Asri
Dharma Sejahtera/BUMD Kab. Bojonegoro) : 4,4847%,
BPH (Blora Patragas Hulu/BUMD Kab. Blora).
PI 10% Blok Madura Offshore
Kepemilikan saham terdiri dari : Santos (Madura Offshore)
Pty Ltd (67,5%), Petronas Carigali (PC) Madura Ltd
(22,5%). Komposisi Participacing Interest (PI) 10% PPM
terdiri : PT. Petrogas Wira Jatim dengan saham 25,5%, PT.
Wira Usaha Sumekar dengan saham 25,5%, PT. Barito
Pacific Tbk dengan saham 49%.
ii. Hilir
Trading Gas Ex – PCK2L
Gas trading Petronas Carigali Ketapang 2 Limited (PCK2L)
memasuki tahun ketiga beroperasi (mulai Juli 2016).
10
Kegiatan Usaha berdasarkan Surat Penunjukan
Penjual/Seller Agreement Letter (SAL) Badan Pelaksana
Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) nomor KEP-
0087/BP00000/2011/S2 tanggal 13 Juli 2011. BPMIGAS
memutuskan dan menetapkan “Menunjuk PCK2L selaku
operator KKKS di WK Ketapang sebagai Penjual Gas Bumi
untuk melaksanakan Jual Beli Gas Bumi dari Lapangan
Bukit Tua dengan Pembeli Gas Bumi adalah PJU guna
memenuhi kebutuhan listrik pada PT. Pembangkitan Jawa
Bali (PJB) Gresik.
LPG Plant Pemanfaatan Gas Ex – PCK2L
Untuk menghasilkan Gas yang relatif bersih dan kering (dry
gas), gas dari PCK2L sebelum dikirim ke PJB diproses di
LPG Plant. Pengolahan akan memisahkan kandungan LPG
dan Kondensat sehingga gas yang terkirim ke PJB dalam
Lean Gas.
b. Kegiatan Usaha Pelabuhan dan Jasa
i. Pelabuhan Probolinggo dan Pelabuhan Gresik
Melayani kegiatan bongkar/muat (B/M) dan aktifitas
kepelabuhan lainnya di Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS) Gresik dan Pelabuhan Umum Probolinggo
Baru. Pelabuhan Probolinggo Baru adalah pelabuhan milik
Pemprov Jatim yang dioperasikan oleh PT. Delta Artha
Bahari Nusantara (Anak Perusahaan PJU).
ii. Pengelolaan Depot BBM di Gresik
Jasa tangki timbun dioperasikan oleh DABN. Pada 2005
DABN melaksanakan perjanjian sewa menyewa dengan PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. (sekarang PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk./PTSI) untuk memaksimalkan
penggunaan (utilitas) 10 (sepuluh) buah tangki milik PT. SI.
iii. Shore Base di Simpang – Madura
11
Pengelolaan Shore base di Sampang Madura oleh PT.
Sampang Sarana Shorebase (SSS) untuk menunjang
operasional Santos Sampang (Crew Change) dan kegiatan
Kepelabuhan lainnya melalui pelabuhan PT. Garam di
Camplong Kab. Sampang. Mengembangkan diversifikasi
pelayanan jasa transportasi laut dan darat untuk menunjang
kegiatan logistik dan Crew Change di operasi offshore. Jasa
fasilitas operasi pergudangan dan helipad di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Camplong.
SSS juga melakukan pekerjaan “Scouting and Socialization
Services for Ketapang Work Area” dengan PCK2L, jasa
inland transport untuk lokasi pekerjaan dari
Surabaya/Gresik ke Cepu, Surabaya Area dan area
Pasuruan.
6. Struktur Organisasi
a. Direksi
12
perusahaan serta sebagai wakil perusahaan tersebut. Tugas dari
seorang Direksi adalah memimpin, mengontrol dan mengawasi
keseluruhan dari kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan, baik
kegiatan dipusat maupun kegiatan yang berada dicabang –
cabang perusahaan.
b. Manager QHSE
Manager QHSE bertugas untuk membantu Direksi dalam
mengawasi dan menangani hal – hal yang berkaitan dengan
keselamatan kerja bagi seluruh karyawan yang bekerja pada
perusahaan tersebut, baik karyawan yang bekerja di pusat
maupun karyawan yang bekerja di cabang – cabang perusahaan.
c. Divisi Keuangan
Divisi Keuangan bertugas untuk membantu Direksi dalam
mengatur, mencatat, mengawasi keuangan perusahaan sekaligus
membuat anggaran belanja perusahaan serta mengadakan
analisa dan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran yang
telah ditetapkan.
d. Steering Committee
Steering Committee bertugas dalam mengawasi operasi yang
berada di dalam Plant. Disini Steering Committee juga berhak
untuk melakukan perjanjian dalam pembelian, penjualan, serta
kerjasama dengan perusahaan lain. Dengan dibantu oleh seorang
Legal dan Advisor.
e. Eksekutif
Eksekutif bertugas untuk membantu Direksi untuk memimpin
jalannya kegiatan di lapangan.
f. Operation & Maintenance Koordinator (O & M Koordinator)
Bertugas untuk membantu pimpinan dalam mengkoordinasi
operasi yang berada di lapangan. O & M Koordinator dibantu
oleh seorang O & M Manager.
13
g. Manager Administrasi
Membantu pimpinan dalam perencanaan proses kerja,
perekrutan pegawai, penilaian atas kinerja pegawai dan
meakukan evaluasi, mengelola data perusahaan, membantu
perencanaan anggaran, dan mengelola fasilitas dan inventaris.
Disini Manager Administrasi membawahi HRD, keuangan, dan
juga logistik.
h. Koordinator HSE
Bertugas untuk memastikan K3 yang ada di lapangan
dilaksanakan dengan baik agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
i. Administrasi Umum
Bertugas untuk membantu pimpinan dalam pengurusan
administrasi yang berada di lapangan yang bersifat umum.
j. Administrasi Teknik
Bertugas untuk membantu pimpinan dalam pengurusan
administrasi secara teknik yang berada di lapangan.
k. Pengawas LPG Plant
Bertugas untuk membantu pimpinan di lapangan dalam
mengawasi segala yang berhubungan dengan LPG Plant. Seperti
dari gas yang masuk, proses di LPG Plant sampai penyimpanan
produk.
l. Pengawas Pipeline
Bertugas untuk membantu pimpinan di lapangan dalam
mengawasi keseluruhan pipeline.
m. Operator
Bertugas untuk membantu pimpinan lapangan dalam mengawasi
seluruh operasi yang berada di lapangan.
7. Peraturan Pekerjaan
14
pekerjaan”. Adapun hal – hal yang menyangkut dengan peraturan
pekerjaan yaitu :
a. Peraturan berlaku selama dua tahun
b. Membuat hak dan kewajiban masing – masing
c. Memuat syarat kerja
d. Memuat tata tertib
e. Memuat jangka waktu masa berlaku
f. Dikeluarkan oleh perusahaan.
8. Waktu Kerja
15
BAB II
ORIENTASI UMUM
16
Kondisi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Petrogas Jatim Utama
– PT. Arsynergy Resources terdiri dari senyawa nitrogen, air,
karbondioksida, dan senyawa hidrokarbon berupa metana, etana, propana,
butana, isobutana, pentana, isopentana, dan heksana yang dialirkan ke
terminal pengukuran untuk dianalisa sehingga didapat gambaran tentang
perlakuan dan kondisi operasi yang akan ditentukan oleh proses
pengolahan.
Panas
Berat Titik Didih
Komponen SPGR Pembakaran
Molekul (0F)
(Btu/ft3)
CH4 16,0400 -258,7000 0,3000 911
C2H6 30,0700 -127,5000 0,3600 1631
C3H8 44,0900 -43,7000 0,5100 2353
i -C4H10 58,1200 10,9000 0,5600 3094
n -C4H10 58,1200 31,1000 0,5800 3101
i -C5H12 17,1500 82,1000 0,6200 3698
n -C5H12 17,1500 96,9000 0,6300 3709
C6+ 86,1700 155,7000 0,6600 4404
Sumber : Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
Dari hasil pengolahan feed gas dengan komposisi di atas, diharapkan
dapat menghasilkan LPG dengan komposisi yang memenuhi persyaratan
spesifikasi produk yaitu etana (C2) 0,8 %, propana (C3) + butana (C4)
97,0%, dan iso-pentana (iC5+) dan n-pentana (n-C5) 2,0%. C1 dan C2 yang
merupakan lean gas (gas kering) sisa hasil dari proses fraksinasi ini akan
dikirimkan ke Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Gresik sebagai bahan bakar
penggerak generator turbin.
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan
air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga
terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai
dengan sumber ladang gasnya. Campuran organosulfur dan hidrogen
17
sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus
dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan
sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Feed gas
yang digunakan LPG Plant PJU - ARSR berasal dari Blok Ketapang
sehingga memungkinkan komposisi gas yang digunakan PJU – ARSR
tidak mengandung sulfur.
Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan
tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke
pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan
merkaptan, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas.
Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya,
akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya
pernafasan karena dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada
level yang dapat membahayakan.
Komposisi feed gas pada pengolahan LPG di PJU – ARSR disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 2.Komposisi feed gas pada LPG Plant
N2 1.10
CO2 1.15
C1 (methana) 79.95
C2 (ethana) 7.69
C3 (propana) 5.87
i – C4 (i - buthana) 1.48
n – C4 (n - buthana) 1.72
i – C5 (i - pentana) 0.53
n – C5 (n - pentana) 0.38
C6 0.07
C7+ 0.14
18
dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.
Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga
15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak
mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang
diluar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.
19
Gas alam dewasa ini telah menjadi sumber energi alternatif yang
banyak digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik
untuk perumahan, komersial maupun industri. Hal ini karena banyaknya
keuntungan yang didapat dari penggunaan gas alam dibanding dengan
sumber energi lain. Energi yang dihasilkan gas alam lebih efisien dan tidak
menimbulkan polusi terhadap lingkungan. Disamping itu, gas alam juga
mempunyai beberapa keunggulan lain, seperti tidak berwarna, tidak
berbau, tidak korosif dan tidak beracun. Secara garis besar pemanfaatan
gas alam dibagi atas tiga kelompok yaitu :
a. Gas Alam Sebagai Bahan Bakar
Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas
atau Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan
bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk
kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya.
Gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) adalah
bahan bakar alternatif selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita
mengenal CNG sebagai bahan bakar gas (BBG). Bahan bakar ini
dianggap lebih bersih bila dibandingkan dengan dua bahan bakar
minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG
dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH 4) yang diekstrak dari
gas alam.
Liquified Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari berbagai
unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah
tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG
juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat LPG terutama adalah
sebagai berikut:
i. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.
ii. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau
menyengat.
20
iii. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tanki
atau silinder.
iv. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
v. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak
menempati daerah yang rendah.
21
kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekanan atmosfer dengan
mendinginkannya sekitar -160°C. Transportasi LNG menggunakan
kendaraan yang dirancang khusus dan diletakkan dalam tanki yang
juga dirancang khusus.
LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada suhu dan
tekanan standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak
jauh dimana jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam
dengan jalur pipa yang tidak memungkinkan atau tidak ekonomis,
maka dapat ditransportasi oleh kendaraan LNG. Saat ini teknologi
manusia juga telah mampu menggunakan gas alam untuk air
conditioner (AC), seperti yang digunakan di bandara Bangkok,
Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di
Australia.
1. Lean Gas
Pengertian
Lean gas adalah suatu gas alam yang mengandung sedikit kondensat
atau hidrokarbon cair. Lean gas memiliki 0,1-0,3 gal gas alam cair per
Mcf. Lean gas mengandung 2,5 etana dan C2+ per Mcf pada 60 oF (Hyne,
1991)
2. LPG
Pengertian
LPG (Liquified Petroleum Gas secara harfiah adalah gas minyak
22
bumi yang dicairkan), adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan
dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya
didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga
mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya
etana (C2H6) dan juga mengandung komponen berat seperti pentana
(C5H12) dan lain–lain. Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk
gas, volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam
bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam
bentuk cair dalam tabung–tabung logam bertekanan tidak diisi secara
penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya.
Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi tiga jenis yaitu LPG
campuran, LPG propana dan LPG butana. Spesifikasi masing–masing
LPG tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas
Bumi Nomor 25K/ 36/ DDJM/ 1990. LPG yang dipasarkan untuk
masyarakat adalah LPG campuran.
Sifat – Sifat LPG
a) Mudah terbakar (dalam keadaan cair maupun gas).
b) Menghasilkan pembakaran yang sempurna.
c) Bebas kandungan air.
d) Tidak beracun dan tidak berwarna.
e) Tidak berbau (karena demi keselamatan dalam
penggunaannya, LPG ditambah sedikit merkaptan yang baunya
sangat menyengat untuk mendeteksi terjadinya kebocoran).
f) Gas dikirimkan sebagai gas bertekanan didalam tanki atau
silinder.
g) Cairan dapat menguap dengan cepat ketika dilepas ke udara.
h) Lebih berat dari udara sehingga lebih cenderung menempati
daerah yang rendah.
Aplikasi
a) Digunakan sebagai alat bahan bakar untuk keperluan memasak
23
rumah tangga
b) Digunakan sebagai bahan baku khusus untuk kepeluan industri
c) Bisa digunakan sebagai bahan bakar pemanas air untuk mandi
3. Kondensat
Pengertian
Kondensat merupakan hidrokarbon cair yang didapatkan dari
sumur gas atau sumur minyak bercampur gas, merupakan mixture dari
C1 sampai C (banyak), berhubung jumlahnya relatif sedikit, tidak
ekonomis kalau harus dilakukan refinery dan dijual dalam bentuk
fraksi minyak tersebut.
Kondensat adalah residu dari gas alam yang dimurnikan menjadi
berbentuk cair dan digunakan sebagai pelarut industri cat, farmasi dan
lem. Dalam kondisi temperatur dan tekanan sekitar, kondensat ini
bentuknya mirip dengan bensin dan mudah terbakar.
Sifat – Sifat
a) Berwarna bening atau tidak berwarna.
b) Mudah menguap dan memiliki RVP 10–12 psi.
c) Memiliki spesific grafity (SG) 0.6750–0.6800.
d) Bebas kandungan air.
Aplikasi
a) Pelarut dalam proses pembuatan cat, varnish, dan tinta cetak.
b) Komponen dalam preparasi larutan untuk ban, karet,
dan perekat/industri lem.
c) Pelarut dalam industri farmasi, kosmetik, dan industri
makanan.
d) Pembersih di industri
1. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan di LPG Plant PJU – ARSR ini yaitu lean gas,
LPG dan Kondensat. Setiap produk memiliki spesifikasi masing –
24
masing, sebagai berikut:
Kondensa
Lean Gas LPG
t
950 – 1200
Heating Value - -
Btu/SCF
Minimum Pressure 300 Psig - -
Maksimum
120 oF 120 oF 120 oF
Temperature
Maksimum H2O
7 lb/mmscf - -
(Water Content)
Maksimum Reid
- 145 psi 4 psi
Vapor Pressure
25
2. Analyzer yang digunakan
Pengendalian kualitas ini dimaksudkan untuk menganalisis dan
mengetes komposisi dari gas proses dan juga produk yang telah
dihasilkan menggunakan alat analyzer. Analyzer feed gas yang
digunakan di LPG Plant PJU - ARSR yaitu merk ABB Natural Gas
Chromatograph dan untuk analyzer produk LPG menggunakan
Petroleum Gas Chromatograph. Untuk proses Dehydration juga
terdapat moisture analyzer untuk mengetahui kandungan air gas
proses yang keluar dari Molecular Sieve Bed apakah sudah sesuai
standar < 1 ppm.
26
2. Dehydration
Proses ini sering juga disebut sebagai pengeringan, yaitu proses
penghilangan uap air dengan menggunakan molecular sieve
adsorbtion. Seperti yang kita ketahui, air akan mudah membeku
pada suhu 0°C sedangkan temperatur yang digunakan untuk
mencairkan gas jauh dibawah suhu tersebut. Oleh karena itu air
tersebut perlu dihilangkan karena dapat menyumbat pipa dan alat
lainnya saat mengalami pembekuan.
3. Adsorpsi
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya
tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul
pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik ke
arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada
adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya.
Adsorpsi menggunakan istilah adsorbat dan adsorben, dimana
adsorben adalah suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa
karbon, sedangkan adsorbat merupakan suatu media yang diserap.
Suatu adsorben dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang
dapat diserap, makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau
gas tersebut mudah dicairkan. Semakin luas permukaan dari suatu
adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas yang dapat
diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya
serap dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat
terhadap gas tergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas
permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas.
Menurut prosesnya adsorpsi ada 2 macam yaitu :
a. Adsorpsi Kimia
27
Terjadi karena adanya reaksi antara molekul – molekul
adsorbat dengan adsorben, dimana terbentuk ikatan kovalen
dengan ion. Adsorbsi ini bersifat tidak reversible dan hanya
membentuk lapisan (monolayer). Umumnya terjadi pada
temperatur tinggi, sehingga panas adsorpsi tinggi. Adsorpsi ini
terjadi dengan pembentukan senyawa kimia, hingga ikatannya
lebih kuat. Contohnya adalah adsorpsi O2 pada Hg, HCl, Pt, C.
b. Adsorpsi Fisika
Terjadi apabila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya
tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah
antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini disebut
gaya Van Der Waals, sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu
bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben.
Panas adsorpsi rendah, berlangsung cepat, dan kesetimbangan
adsorpsi bersifat reversible (dapat bereaksi balik), dan dapat
membentuk lapisan jamak (multilayer).
Adsorben yang digunakan di LPG Plant PJU – ARSR :
Molecular sieve
Molecular sieve digunakan untuk menyerap kandungan air
yang berada di dalam Coloumn M/S. Molecular sieve adalah
material sintetis yang memiliki pori – pori dengan ukuran yang
sama persis dan seragam yang digunakan sebagai adsorben gas
dan cairan. Molekul – molekul yang cukup kecil akan diadsorpsi
melewati pori – pori, sedangkan molekul – molekul yang lebih
besar akan ditolak. Penyaring molekular berbeda dengan
penyaring secara umum yang digunakan untuk menyaring
molekul pada tingkatan tertentu. Sebagai contoh, adalah molekul
air yang mungkin cukup kecil sehingga dapat melewatinya. Oleh
karena itu, penyaring molekular sering berfungsi sebagai
pengering (dessicant). Penyaring molekular dapat mengadsorpsi
28
air sampai 22% dari berat yang dimilikinya.
Penyaring molekular biasanya terdiri dari mineral – mineral
aluminosilikat, tanah liat, kaca berpori, arang mikroporous,
zeolit, karbon aktif, atau senyawa – senyawa sintetis yang
memiliki struktur terbuka yang dapat dilalui oleh molekul –
molekul kecil, seperti nitrogen dan air. Penyaring molekular
sering digunakan dalam industri petroleum, terutama untuk
purifikasi aliran gas. Di laboratorium kimia, digunakan untuk
pemisahan senyawa – senyawa dan pengeringan bahan – bahan
dasar reaksi.
Metode untuk regenerasi penyaring molekular meliputi
perubahan tekanan (seperti pemekat oksigen), pemanasan dan
pembersihan dengan menggunakan gas pembawa (seperti ketika
digunakan dalam dehidrasi etanol), atau pemanasan dengan
vakum tinggi.
4. Liquefaction (ekspansi)
Pada tahap ini gas akan didinginkan hingga mencapai suhu
dimana gas tersebut akan mengalami pengembunan serta menaikkan
tekanan gas untuk mempermudah proses pengembunannya atau
pencairan. Untuk mendingingkan gas alam diperlukan suhu -120 oF
atau sering disebut dengan cryogenic temperature.
5. Fractionation
Pada tahap ini gas akan dipisahkan sesuai komponen
penyusunnya. Biasanya komponen penyusun yang dipisahkan terdiri
dari metana, propana, etana, butana serta pentana. Setelah unsur –
unsur senyawa tersebut terpisah, maka komponen tersebut akan
menuju ke tahap proses masing – masing, yaitu propana dan butana
akan diolah sebagai LPG, sedangkan pentana biasanya akan
dijadikan sebagai kondensat dan dikirim ke Upsteam untuk diolah
kembali sehingga dapat menghasilkan bahan bakar hidrokarbon
29
berat.
30
BAB III
PROSES PRODUKSI
A. Proses Utama
1. Inlet Scrubber dan Inlet Gas Compressor
Feed gas dari ORF PCK2L dialirkan melalui pig launcher dengan
tekanan 350 Psig dalam kondisi saturated water (gas basah atau jenuh
oleh kandungan air) terlebih dahulu melalui flow control valve
sebelum masuk ke Inlet Gas Scrubber dimana flow control valve ini
difungsikan untuk mengontrol laju feed gas ke LPG plant. Namun
sebelum masuk ke scrubber ada sebagian feed gas yang langsung
dialirkan ke pipa by pass untuk langsung dikirimkan ke Pembangkitan
Jawa Bali (PJB) Gresik. Pada Inlet Gas Scrubber terjadi pemisahan
dua fase yaitu fase gas dan fase cair. Dimana fase cair dikeluarkan dari
bagian bawah scrubber melalui closed drain drum untuk dialirkan ke
liquid sump tank.
Sedangkan fase gas keluar dari bagian atas scrubber dialirkan ke
Inlet gas Compressor untuk proses kompresi dengan menaikkan
tekanan feed gas dari 350 psig menjadi 850 – 900 psig dengan
temperature 115 – 120 oF. Terdapat tiga Inlet Gas Compressor yang
ada di LPG Plant Bukit Tua dengan kapasitas design masing – masing
31
debu, oli yang terikut dari kompresor dan cairan yang masih terikut
didalam feed gas. Gas bersih suction dari Gas Filter Coalescer
kemudian dialirkan ke Molecular Sieve Bed.
2. Dehydration
Feed gas dari proses penyaringan dengan menggunakan gas Filter
coalescer masih mengandung air dan harus dikeringkan terlebih
dahulu sebelum masuk kedalam proses LPG plant karena air dapat
menyebabkan adanya sumbatan hydrate dan juga nilai jual gas akan
turun sebab nilai kalori/nilai pembakaran gas (GHV) berkurang oleh
karena itu air harus benar-benar dihilangkan dari feed gas.
Pengeringan dilakukan di Molecular sieve dehydration dimana gas
yang jenuh atau masih mengandung air (saturated water) setelah
keluar dari Inlet Filter Coalescer akan dialirkan melalui atas coloumn
Molecular Sieve yang berisi bahan penjerap berupa molecular sieve
untuk menjerap kandungan air yang masih lolos dari proses
sebelumnya. Karena dalam proses dehydration ini diharapkan dapat
menghasilkan dry gas yang sudah tidak mengandung air atau
mengandung air dengan jumlah yang sangat sedikit agar tidak
mempengaruhi proses pemisahan gas pada column fraksinasi. Pada
proses ini pori-pori adsorber dapat menjerap partikel uap air yang
ukurannya lebih kecil atau sama besarnya dengan pori-pori adsorber.
Di Molecular Sieve Dehydration ini terdapat dua coloumn. Kedua
coloumn tersebut tidak semuanya digunakan. Bila satu coloumn dalam
keadaan dipakai (service) untuk proses, maka coloumn yang lain
diregenerasi. Fungsi regenerasi tersebut ialah untuk mengaktifkan
penjerap yang jenuh, dengan cara mengalirkan gas ke Regeneration
Gas Heater untuk menguapkan air yang masih menempel pada
adsorben tersebut sehingga adsorben memiliki daya serap kembali
dengan durasi heating 5 jam 30 menit. Proses Regeneration Gas
Heater diuapkan pada heat temperature sampai 550 oF dengan media
32
pemanas hot oil. Selanjutnya gas dari proses Regeneration Gas
Heater akan disirkulasikan kembali ke Molecular Sieve Bed.
Dan gas outlet akan didinginkan melalui Regeneration Gas Cooler
sampai dengan temperature 120 oF dengan durasi waktu 1 jam 45
menit, lalu gas cooled akan dialirkan ke Regeneration Gas Scrubber
untuk memisahkan dua fase yaitu fase gas berupa gas alam dan fase
cair berupa air. Gas akan dilewatkan ke Regeneration Gas
Compressor Skid yang kemudian akan dialirkan kembali ke Inlet
Coalescer Filter jika terdapat oil dari kompresor yang terikut pada
gas. Kemudian gas akan masuk kembali ke coloumn Molecular Sieve
Dehydration. Dan untuk fluida cair yang terbentuk akibat dari proses
pendinginan dialirkan ke Slop Oil Storage Tank.
Pada proses dehydration ini setiap akan berpindah dari proses
heating ke cooling memiliki durasi waktu jeda 1 menit dan untuk
standby diberi durasi waktu jeda selama 5 menit. Lama pengoperasian
proses ini kurang lebih selama 8 jam.
Setelah gas terproses di Dehydration System, keluaran dry gas akan
dialirkan ke Gas/gas/Liquid exchanger.
3. Liquefaction
Proses Liquefaction atau Chryogenic Cooling System dilakukan
untuk memproses dehydrate/ gas liquid. Gas kering (dry gas) hasil
dari proses dehidrasi akan dialirkan ke Gas/Gas/Liquid Exchanger
sebelum masuk Cold Separator. Pada Gas/Gas/Liquid Exchanger, dry
gas akan diturunkan temperatunya dari 120 oF menjadi sekitar 60 oF
dengan memanfaatkan persimpangan gas residu dengan gas dingin
dari Cold Separator. Pada Gas/Gas/Liquid Exchanger pendinginan
tidak maksimal, maka dari itu dry gas perlu didinginkan lagi pada
Cold Separator. Pada Cold Separator juga terjadi pemisahan antara
fase gas dan fase cair. Liquid hasil pendinginan di Cold Separator
akan dialirkan menuju Deethanizer Coloum dan juga akan dialirkan ke
33
Gas/Gas/Liquid Exchanger sebagai media pendingin.
Gas high pressure dari Cold Separator akan di ekspansi
(menurunkan tekanan) melalui J-T Valve atau Turbo Expander. Untuk
proses yang menggunakan J-T Valve biasanya flow gas yaitu
5 – 20 MMSCFD dan untuk Turbo Expander dapat digunakan jika
flow 20 – 40 MMSCFD. Jadi pada proses di LPG Plant Bukit Tua, J-T
Valve hanya digunakan sebagai back – up jika flow gas yang dikirim
sedikit.
Gas high pressure akan mengalami pressure drop dari tekanan 850
psig menjadi 200 psig, sehingga terjadi perubahan temperatur gas
yang signifikan menjadi -35 oF untuk J-T Valve atau -117 oF untuk
Turbo Expander dan akan terbentuk gas dehydrate/liquid. Proses ini
disebut dengan cryogenic proses dimana gas dingin akan menjadi
formasi liquid. Disinilah terjadi perubahan fisika yaitu berupa
perubahan fase. Selanjutnya gas dehydrate/liquid akan diproses di
kolom fraksinasi Deethanizer Column.
4. Fractionation
Proses fraksinasi bertujuan untuk memisahkan fraksi ringan dengan
fraksi berat yang terkandung dalam gas alam. Proses fraksinasi yang
ada di LPG Plant Bukit Tua antara lain Deerhanizer dan Debuthanizer.
Deethanizer Column berfungsi untuk memisahkan komponen
ringan residu gas (Etana, Metana, CO2 dan N2) dari fraksi berat
Natural Gas Liquid (propana, butana, pentana, dan heksana plus).
Komponen ringan (Etana, Metana, CO2 dan N2) akan keluar dari
bagian Top Column kemudian akan dialirkan ke Deethanizer Reflux
Condenser untuk didinginkan. Setelah itu fraksi ringan dari
Deethanizer Column akan dialirkan menuju Gas/Gas/Liquid
Exchanger agar dapat dimanfaatkan sebagai media penukar panas.
Lalu gas tersebut dikompresi dan langsung dikirimkan ke PT.
Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Gresik sebagai bahan bakar penggerak
34
generator turbin. Sedangkan komponen berat dari Natural Gas Liquid
akan keluar dari bagian bottom column. Melalui Deethanizer Booster
Column, fraksi berat Natural Gas Liquid dikirimkan menuju
Debuthanizer Column untuk memisahkan propana dan butana dari
pentana dan heksana plus.
Lalu vapor draw yang keluar dari kolom tengah dialirkan ke
Deethanizer Reflux Condenser untuk memisahkan gas yang masih
terikut dalam komponen berat. Gas keluaran dari Deethanizer Reflux
Condenser akan disirkulasikan ke Gas/Gas/Liquid Exchanger yang
nantinya akan menjadi bahan bakar penggerak generator turbin
di PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Gresik. Sedangkan komponen
berat dialirkan ke Reflux Drum dan liquidnya akan dipompa kembali
ke Deethanizer Column memalui Deethanizer Reflux Pumps.
Debuthanizer Column berfungsi untuk memisahkan komponen
Natural Gas Liquid (propana dan butana) dari komponen
kondensat/naphta (pentana dan heksana plus). Komponen butana dan
lighter keluar dari bagian top column sedangkan komponen pentana
dan heavier akan keluar dari bottom column.
Komponen yang keluar dari top column berupa vapor yang
komposisinya butane, propane dan lighter fully condensed. Kemudian
akan dialirkan ke Debuthanizer Reflux Condenser untuk didinginkan
supaya menjadi liquid. Liquid tersebut merupakan produk akhir
berupa LPG. Sedangkan komponen yang keluar dari botton column
berupa liquid. Liquid tersebut kemudian dialirkan menuju ke
Debuthanizer Reboiler untuk dipanaskan menggunakan media hot oil.
Tujuan dipanaskannya liquid tersebut untuk memisahkan butana dan
propana yang masih terikut dalam liquid pentana dan heksana plus.
Setelah butana dan propana dipanaskan akan menjadi gas, kemudian
mengalir menuju Debuthanizer Column dan akan didinginkan di
Debuthanizer Reflux Condenser yang nantinya akan menjadi LPG.
Pada proses ini produk kondensat akan terpisah dari produk LPG.
35
Untuk produk LPG akan diproses akhir di Debuthanizer Reflux
Accumulator dan hasil produk LPG akan dipompakan melalui
Debuthanizer Reflux Pumps ke Strorage Tank LPG dan jika ada
produk yang kualitasnya belum baik akan di recycle ke Debuthanizer
Column untuk pemurnian lagi.
B. Storage Handling
Storage tank adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan produk
minyak atau gas sebelum didistribusikan kepada konsumen. Hal ini
menjadi bagian yang penting dalam suatu proses industri migas karena
tangki penyimpanan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan bagi
produk tetapi juga menjaga kelancaran ketersediaan produk serta dapat
menjaga produk dari kontaminan yang dapat menurunkan kualitas dari
produk.
Di LPG Plant Bukit Tua terdapat dua buah horizontal tank (V-651,
V-654) untuk menampung produk LPG, satu horizontal tank (V-650)
untuk menampung produk kondensat, dan satu spherical tank (V-351)
untuk menyimpan produk LPG.
Pemilihan tangki penyimpanan juga menyesuaikan dengan faktor –
faktor yang harus dipertimbangkan seperti faktor ekonomi, faktor
kegunaan dan juga variabel produk yang harus diperhatikan. Horizontal
tank digunakan untuk produk yang memiliki tingkat penguapan rendah
(low volatile) dan spherical tank didesain untuk penyimpanan gas
bertekanan.
Adapun spesifikasi tangki yang digunakan di LPG Plant Bukit Tua
adalah sebagai berikut:
Horizonta
Horizontal Horizonta
l Tank
Produk Tank l Tank Spherical Tank
Kondensa
LPG 1 LPG 2
t
Kapasitas 100 ton 100 ton 156 KL 1000 ton
36
C. Distribusi Produk
Pendistribusian yang dijalankan di LPG Plant Bukit Tua
menggunakan system loading untuk produk LPG dan kondensat.
Sedangkan untuk pendistribusian lean gas (C1 dan C2) menggunakan
saluran pipa dari pig launcher yang berada di PT. Petronas Caligali
Ketapang 2 Ltd. (PCK2L) sampai ke pig receiver yang berada
di PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB) Gresik. System loading di LPG
Plant Bukit Tua dilakukan dengan loading truck menggunakan weighing
bridge station (jembatan timbang). Untuk produk LPG dan kondensat ini
dibeli langsung oleh konsumen dengan menggunakan lorry truck
konsumen untuk mengangkut produk dari LPG Plant Bukit Tua.
37
BAB IV
PERALATAN PROSES
Dalam proses produksinya, LPG Plant Bukit Tua dibagi menjadi beberapa
unit yang digunakan untuk mendukung proses produksi. Tiap unit memiliki
peralatan dan fungsi yang berbeda – beda. Peralatan utama dari LPG Plant adalah
sebagai berikut :
A. Satu Unit Kompresor Gas
1. Inlet Scrubber (V-100)
Inlet scrubber ini berfungsi untuk menghilangkan cairan yang
terikut dalam aliran gas untuk melindungi peralatan hilir dari kerusakan
dan kegagalan proses. Alat ini biasanya digunakan pada peralatan hulu
(upstream equipment) pengolah gas yang berisi dry desiccant (pengering)
atau peralatan mekanis seperti kompresor. Alat ini juga digunakan di
bagian peralatan hilir (downstream equipment) dimana cairan telah
terkondensasi dari gas.
Inlet scrubber dirancang untuk menghilangkan cairan dan bukan
alat pemisah utama. Dalam alat ini terdapat demister berupa coalescer
tipe mesh yaitu perangkat yang sering dipasang pada vessel dua fasa (gas
dan cair) untuk meningkatkan pengeluaran cairan yang terkumpul dalam
aliran gas.
Kondisi operasi:
Flow inlet (MMscfd) : 31.2
Level A (%) : 4.5
Level B (%) : 4.2
38
2. Inlet Compressor (C-101, C-102, C-103)
Ini merupakan kompresor reciprocating yang berfungsi untuk
menekan gas proses dari tekanan kurang lebih 350 psig menjadi tekanan
850 – 900 psig. Tujuan digunakan kompresor jenis reciprocating adalah
karena perawatan yang mudah, memiliki performa tinggi dan bekerja
untuk memaksimalkan tekanan. Kompresor ini digerakkan oleh motor
penggerak yang diberi pelumas secara berkala. Waktu kerja kompresor
ini adalah dua minggu, setelah dua minggu bekerja, maka kompresor
akan diswitch dengan kompresor yang lain.
Pada LPG Plant Bukit Tua terdapat tiga inlet compressor, dimana
dua kompresor dijalankan sedangkan satu lainnya stand by (sebagai back
up ketika kompresor lain rusak). Setiap kompresor memiliki kapasitas
desain 20 MMscfd, sehingga ketika aliran gas dari Petronas di atas 20
MMscfd, maka dibutuhkan dua kompresor untuk menjalankan proses.
Kondisi operasi:
Pressure suction (psig) : 342
Temperature suction (oF) : 87
Pressure discharge (psig) : 879.5
Temperature discharge (oF) : 115 – 120
Speed rotation (RPM) : 1010 – 1015
39
desain 35 MMscfd dan saat ini sudah memenuhi kebutuhan gas yang
akan dikirim ke PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB).
Kondisi operasi:
Pressure suction (psig) : 214
Temperature suction (oF) : 105.7
Pressure discharge (psig) : 354.4
Temperature discharge (oF) : 109
40
sieves untuk menghilangkan uap air pada gas proses. Keunggulan media
ini adalah selain gas menjadi kering, kandungan H2S dalam gas juga
dapat ditangkap oleh molecular sieves. Selain itu media pengering ini
memiliki umur yang relatif cukup panjang. Uap air harus dihilangkan
karena akan menyebabkan pembekuan jika masuk pada proses dengan
kondisi operasi suhu rendah.
Unit-unit tersebut dapat terus beroperasi bergantian antara service
dan recovery/regeneration. Pada proses dehidrasi di molecular sieve
beds ini berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Urutan proses
dehidrasinya yaitu heating selama 5 jam 30 menit, cooling selama 1 jam
45 menit, dan stand by selama 45 menit. Operasinya bersifat kontinu.
Ketika dehydration sequencer telah selesai, maka proses akan auto
switching ke kolom yang lain.
Kondisi operasi:
Pressure service (psig) : 845.5
Temperature service (oF) : 115.3
Pressure regeneration (psig) : 847.8
Temperature regeneration (oF) : 308.3
41
inlet coalescer filter (F-402) lalu dikembalikan ke dalam proses
dehidrasi.
Kondisi operasi:
Flow (MMscfd) : 2.9
42
Level A (%) : 16.2
Level B (%) : 29.9
C. Liquefaction Unit
43
yang masuk dari dry dust filter (F-406, F-407). Komposisi liquified gas
yang keluar dari bawah vessel cold separator (V-303) lebih banyak yang
ditujukan ke 2-phase distribution vessel (V-320) daripada yang ditujukan
ke deethanizer column (T-313). Hal ini dimanfaatkan sebagai perlakuan
ekonomis suhu agar tidak terbuang sia-sia.
Kondisi operasi:
Level A (%) : 50
Level B (%) : 57.5
Pressure (psig) : 845.2
Temperature inlet (oF) : 14.4
Temperature out to pass C (oF) : -17
44
Pressure inlet (psig) : 844.5
Pressure outlet (psig) : 158.1
Temperature inlet (oF) : 15.7
Temperature outlet (oF) : -75.9
D. Fractionation Unit
45
Temperature 313 G (oF) : 41.3
Temperature 313 H (oF) : 68.5
Temperature 313 I (oF) : 99.4
Temperature 313 J (oF) : 167.4
46
- Differential pressure (psid) : 4.3
- Temperature inlet (oF) : -72.5
- Temperature outlet (oF) : -54.5
c. Pass C
- Differential pressure (psid) :4
- Temperature inlet (oF) : -50.3
- Temperature outlet (oF) : -47.5
47
Kondisi operasi:
Flow (GPM) : 190.7
Pressure inlet (psig) : 161.2
Pressure outlet (psig) : 180
Temperature (oF) : 142.4
48
Kondisi operasi:
Flow (GPM) : 101.3
Pressure inlet (psig) : 142.2
Pressure outlet (psig) : 190.5
49
reboiler (E-605) yang bersuhu tinggi sehingga ketika masuk ke tangki
penyimpanan (V-650) sudah memenuhi standar keamanan yang
diijinkan.
Kondisi operasi:
Temperature inlet (oF) : 258.8
Temperature outlet (oF) : 128.2
50
BAB V
A. METERING
1. Pengertian Metering
Setiap harinya aliran gas dicatat oleh alat ukur masing – masing
yang disebut gas metering. Gas metering adalah sebuah alat atau meter
yang digunakan untuk mengukur bahan bakar gas atau gas alam, yang
digunakan di perumahan atau gas yang digunakan oleh mesin
pembangkit listrik atau industri lainnya. Alat ukur aliran gas antara
lain; diaphragm meter, rotary piston meter, turbine meter, ultra sonic
meter, dan orifice meter.
Gas metering yang digunakan oleh PT. Petrogas Jatim Utama
yang berada di LPG Plant Bukit Tua yaitu jenis Orifice Meter.
Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan volume. Pada awalnya
pengukuran gas hanya berdasarkan standar volume total dari gas
tersebut, tetapi pada kenyataannya perbedaan tekanan dan temperatur
serta komposisi gas tersebut akan memberikan nilai bakar atau energi
yang berbeda pada gas tersebut, oleh sebab itu untuk saat ini transaksi
jual beli gas adalah berdasarkan nilai energi yang terukur (Measured
Energy).
Pengukuran yang teliti diperlukan karena sebagai dasar
pembayaran dari banyaknya volume penjualan gas. Banyaknya aliran
gas dari suatu sumur gas dapat juga sebagai basis prediksi engineering
tentang kapasitas sumur gas tersebut.
Alat ukur yang paling penting yaitu alat ukur aliran (flow meter)
karena dapat digunakan untuk mengetahui material balance suatu
proses, sehingga dapat menghitung losses atau gain yang timbul. Hal
ini juga menyangkut laba rugi perusahaan, pajak dan royalty. Untuk
51
menghitung aliran (flow rate) gas, pada umumnya ada tiga parameter
yang diukur yaitu differential pressure, static pressure, dan
temperatur. Untuk mengetahui angka dari parameter tersebut maka
dipasang suatu peralatan instrumentasi yang memiliki ketelitian antara
0.25 – 0.50 %.
2. Variabel Proses
Ada beberapa data yang perlu dicatat dari metering gas, yaitu:
a) Pressure
Pressure adalah sebuah istilah untuk besaran gaya yang diberikan /
diterapkan ke suatu area permukaan tertentu. Pressure yang dicatat
adalah yang terukur dari pig launcher hingga pig receiver. Satuan
yang digunakan yaitu Psig (pound force per square inch).
b) Temperature
Suhu udara / temperatur adalah keadaan panas atau dinginnya
udara. Suhu gas yang terukur dicatat dengan satuan Farenheit (oF).
c) Gross Heating Value
Gross Heating Value (GHV) adalah jumlah energi panas yang
terlepas untuk tiap satu satuan massa bahan bakar. Satuan yang
digunakan adalah BTU/SCF (British Thermal Unit / Standard
Cubic Feet).
d) Volume Gas
Volume gas adalah jumlah gas yang mengalir dalam satu hari yang
tercatat pada metering. Satuan yang digunakan adalah MMSCF
(Million Standard Cubic Feet).
e) Energy Gas
Jumlah energi gas didapat dari perkalian Volume dan GHV, satuan
yang digunakan adalah MMBTU (Million British Thermal Unit).
52
3. Peralatan Utama Differential Meter
a. Orifice Flowmeter
Orifice flowmeter adalah salah satu alat ukur standar untuk
pengukuran aliran liquid dan gas, karena biayanya tidak mahal dan
dapat melayani kapasitas aliran yang kecil ataupun besar dengan
ketelitian yang cukup tinggi. Orifice adalah bagian terpenting dari
primary element untuk sistem pengukuran aliran gas dengan
metode differensial meter atau head meter, dimana alat ini yang
paling banyak tersedia dan yang paling umum dipakai.
Orifice plate dibuat dari bahan cold rolled steel, stainless steel
atau corrosive resistant metal yang lain. Orifice dibuat dengan
sangat hati-hati dan presisi di pabrik berdasarkan standar
spesifikasi AGA (American Gas Association) atau ASME
(American Society of Mechanical Enginer), sehingga setiap orifice
plate dengan internal dan eksternal diameter yang sama akan
mempunyai koefisien yang sama, pada kondisi yang sama. Tetapi
dalam prakteknya tidak pernah ada dua orifice yang mempunyai
internal dan eksternal diameter yang sama pada kondisi yang sama
menghasilkan output yang sama.
Orifice harus dijaga kebersihan dan kehalusan permukaannya,
agar ketelitiannya tetap terjaga. Meter tube, pipa tempat
pemasangan orifice beserta kelengkapannya, dibuat di pabrik
dengan standar kehalusan dan kebundaran dari AGA Gas
Measurement Committee Report #3 atau ANSA/API #2530,
dengan menggunakan pipa seamless.
Untuk penggantian orifice harus mempertahankan β ratio yang
sama. Beta ratio (β) adalah rasio antara garis diameter dalam
dengan ukuran lubang pada orifice.
Untuk mendapatkan ketelitian pengukuran aliran yang tinggi, β
ratio sebaiknya antara 0,15 – 0,75 pada meter dengan flange
pressure tap dan 0,2 – 0,67 pada meter dengan pipe pressure
53
tap. Koefisien aliran ditemukan stabil antara rasio beta tersebut, di
bawah itu ketidakpastian dalam pengukuran aliran meningkat.
Pressure taps adalah lubang yang terletak pada kedua sisi
orifice yang berfungsi untuk mengambil tekanan static upstream
dan downstream dan dapat terletak pada orifice fitting (flange
pressure taps) atau pada meter tube (pipe pressure taps). Pressure
taps yang paling sering dipakai adalah tipe flange taps, karena
lebih praktis dan instrumennya juga lebih lengkap.
Besar lubang pengambilan tekanan pada flange dengan
pipeline 4 inch atau lebih besar dipakai ½ inch. Untuk memperoleh
ketelitian yang maksimal, letak pengambilan tekanan untuk aliran
gas diambil dari puncak flange.
Ada dua macam jenis pegangan orifice plate yaitu paddle type
dan universal type. Paddle orifice plate mempunyai pegangan yang
digunakan pada saat pemasangan dengan menggunakan flange
fitting. Sedangkan universal orifice plate tidak mempunyai
pegangan dan digunakan pada fitting jenis simplex junior dan
senior.
Orifice Fitting ada empat macam, yaitu:
a) Flange Fitting, sederhana dan biayanya murah,
b) Yunior Fitting, untuk diameter 8 inch atau lebih besar,
c) Senior Fitting, penggantian orifice tidak mengganggu aliran,
d) Simplex Fitting, penggantian orifice mudah dan biayanya
hampir sama dengan flange fitting
Tipe – tipe Orifice:
i. Concentric Orifice
Keuntungan:
- Harga murah
- Tersedia dengan berbagai macam material
- Dapat digunakan untuk range yang luas berbagai ukuran
pipa
54
- Data aplikasi melimpah, katakteristiknya banyak dikenal
Kerugian:
- Pressure loss tetap relatif tinggi
- Cenderung tersumbat, sehingga memperkecil pemakaian
dengan slurry
ii. Eccentric Orifice
Keuntungan:
- Harga murah
- Tersedia dengan berbagai macam material
- Dapat digunakan untuk range yang luas berbagai ukuran
pipa
- Data aplikasi melimpah, katakteristiknya banyak dikenal
- Letak lubang kecilnya berbeda, dengan tujuan untuk
mengukur fluida yang mengandung zat-zat padat dan untuk
air yang mengandung minyak dan uap basah
Kerugian:
- Pressure loss tetap relatif tinggi
- Cenderung tersumbat, sehingga memperkecil pemakaian
dengan slurry
- Kemungkinan error dapat lebih tinggi
- Data operasi terbatas
iii. Segmental Orifice
Keuntungan dan kerugiannya sama dengan eccentric, karena
mempunyai fungsi yang sama dengan eccentric.
55
Gambar 1. Eccrentric & Segmental Orifice
b. Venturi Tube
Keuntungan:
- Pressure loss tetap rendah
- Dapat menangani suspended solid
- Digunakan untuk flow rate tinggi
- Karakteristiknya dikenal dengan baik
- Akurasinya lebih baik dibanding orifice atau nozzle
Kerugian:
- Harga mahal
- Tidak ada untuk ukuran 6 inch ke bawah
56
c. Flow Nozzle
Keuntungan:
- Pressure loss tetap lebih rendah dibanding orifice plate
- Baik untuk fluida yang mengandung zat padat
- Tersedia untuk berbagai macam material
Kerugian:
- Harga lebih mahal dibanding orifice plate
- Terbatas untuk ukuran pipa moderat
4. Peralatan Pendukung
Ada beberapa peralatan pendukung pengukur aliran gas dalam sistem
meter orifice, yaitu:
a. Differential Pressure Transmitter (DPT)
Peralatan ini digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan
yang terjadi pada bagian hulu dan hilir plat orifice secara fisis dan
dihubungkan dengan masing – masing sistem membrane
selanjutnya dihubungkan dengan Amplifier Board kemudian
diterjemahkan atau diubah keluarannya menjadi sinyal standar 4 –
20 mA DC.
Terdapat ZERO dan SPAN untuk adjusting (menambah atau
mengurangi) jika mengalami perubahan besaran angka yang
dibandingkan dengan hasil besaran listrik yang dikeluarkan oleh
Multimeter pada saat kalibrasi. Ada fasilitas mengubah range atau
kemampuan dari transmitter akan lebih rendah atau lebih tinggi,
namun tidak boleh lebih dari batasan (range) spesifikasi yang
ditentukan oleh pabrik yang tertera pada peralatan tersebut.
b. Pressure Transmitter (SPT)
Peralatan ini digunakan untuk mengukur tekanan alir gas
dengan sistem membrane dan dihubungkan dengan Amplifier
Board yang selanjutnya mengubah satuan tekanan menjadi sinyal
output berupa sinyal standar 4 – 20 mA DC.
57
Terdapat ZERO dan SPAN untuk adjusting (menambah atau
mengurangi) jika mengalami peubahan besaran angka yang
dibandingkan dengan hasil besaran listrik yang dikeluarkan oleh
Multimeter pada saat kalibrasi. Ada fasilitas mengubah range atau
kemampuan dari transmitter akan lebih rendah atau lebih tinggi,
namun tidak boleh lebih dari batasan (range) spesifikasi yang
ditentukan oleh pabrik yang tertera pada peralatan tersebut.
c. Temperature Transmitter (TT)
Peralatan ini hanya digunakan untuk mengukur temperatur gas
secara fisis dengan sistem Resistance Temperature Detector
(RTD) probe dan dihubungkan dengan Amplifier
Board selanjutnya diterjemahkan atau diubah keluarannya menjadi
sinyal standar 4 – 20 mA DC.
Terdapat ZERO dan SPAN untuk adjusting (menambah atau
mengurangi) jika mengalami peubahan besaran angka yang
dibandingkan dengan hasil besaran listrik yang dikeluarkan oleh
Multimeter pada saat kalibrasi. Ada fasilitas mengubah range atau
kemampuan dari transmitter akan lebih rendah atau lebih tinggi,
namun tidak boleh lebih dari batasan (range) spesifikasi yang
ditentukan oleh pabrik yang tertera pada peralatan tersebut.
d. Flow Recorder
Peralatan flow recorder bisa dikatakan dengan sistem
pengukuran 3 pens dan merupakan alat ukur gas yang paling
sederhana yang sering dijumpai di lapangan (metering) sebagai
ITT BARTON tipe 220 A/E. Cara kerjanya adalah dimana ada
aliran gas di dalam pipa yang terdapat fasilitas orifice meter lalu
selanjutnya akan diukur beda tekanan (differential pressure),
tekanan statis (static pressure) dan temperatur alir gas dan akan
dicatat oleh ketiga pen tersebut yang terbentuk pada suatu grafik
bundar (circle chart) secara terus menerus selama 24 jam.
Guna mempermudah pembacaan dan membedakan antara beda
58
tekanan (differential pressure) dan tekanan statis (static pressure),
maka pada skala chart recorder dibedakan dengan warna pen,
yaitu:
- Warna merah menunjukkan Differential Pressure;
- Warna biru menunjukkan Static Pressure;
- Warna hijau menunjukkan Temperatur.
Kemudian hasil catatan pada grafik bundar ini dibaca dengan
alat Planimeter sehingga nilai rata-rata dari beda tekanan, tekanan
statis, dan temperatur alir dapat diperoleh dengan lebih akurat.
5. Pengertian Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur
(traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan
ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berpengaruh langsung
terhadap kualitas produk dan dapat membahayakan kesan perusahaan
di mata konsumen.
59
a. Pengenalan dan Proses Kalibrasi pada Sistem Meter Gas Orifice
Sistem meter gas orifice adalah pengukuran alat yang
berfungsi untuk mengukur laju aliran gas secara tidak langsung
(Inferential Flow meter). Perbedaan tekanan upstream dan
downstream menjadi dasar pengukuran alat ini. Untuk memperoleh
beda tekanan antara upstream dan downstream, digunakan sebuah
plat yang memiliki lubang ditengahnya, alat ini disebut orifice.
b. Kalibrasi Sistem Meter Gas Orifice
i. Peralatan yang akan dikalibrasi:
- Differential Pressure Transmitter
- Pressure Transmitter
- Temperature Transmitter
- Penggantian plat orifice kalau masa uji telah habis
- Pengamatan dan perhitungan
- Kalibrasi chart recorder
ii. Tahap – tahap kalibrasi orifice:
- Persiapan peralatan dan kalibrator
- Print pemakaian gas sebelum dilakukan kalibrasi
- Kalibrasi transmitter (differential pressure, pressure,
temperature)
- Penggantian plat orifice
- Pengamatan statis
- Pengamatan dinamis
- Perhitungan pemakaian gas dengan rumus AGA 3
- Membandingkan hasil perhitungan rumus dengan aktual dari
flow comp untuk mengetahui selisih pembacaan
iii. Tahap – tahap kalibrasi chart recorder:
-Inject pressure transmitter dengan hand pump pada titik uji.
-Baca nilai arus yang terukur oleh multimeter
-Ulangi langkah – langkah tadi pada titik uji yang lain
-Hubungkan transmitter dengan source calibrator
60
-Input nilai temperatur source dan baca nilai arusnya.
-Ulang inputan untuk titik uji yang lain
7. Sistem Pemantauan
a. Sistem Lokal
Pada pengukuran aliran (flow rate) gas, untuk system lokal
atau sistem setempat, dibutuhkan sebuah instrumen differential
pressure, static pressure dan temperature, yang menyatu disebut
dengan recorder ITT chart barton.
61
Gambar 4. Sistim Pengukuran Gas secara Jarak Jauh (remote)
62
Gambar 7.Yunior orifice fitting
B. BILLING
PT. Petrogas Jatim Utama (PJU) merupakan badan usaha milik pemerintah
daerah Provinsi Jawa Timur yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi,
salah satu unit usaha PT. Petrogas Jatim Utama (PJU) antara lain sebagai
pemegang saham dari seluruh perusahaan operator minyak dan gas bumi
(Kontraktor Kontrak Kerjasama) yang beroperasi di daerah Jawa Timur. PT.
Petrogas Jatim Utama (PJU) juga memiliki beberapa unit usaha lain di sektor
minyak dan gas bumi, sebagai trader gas alam, pengolahan bahan bakar
minyak dan sebagainya.
PT. Petrogas Jatim Utama (PJU) telah melakukan Perjanjian Jual Beli Gas
(PJBG) dengan Petronas Carigali Ketapan II Ltd (PCK2L) dan PT.
Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Gresik sehingga PJU diperbolehkan membeli
Gas Alam dari PCK2L lalu menyalurkan kepada PJB. Dalam proses
pengaliran dan penyaluran gas diperlukan perhitungan dari beberapa alat ukut
untuk mengetahui berapa banyak gas yang dikirim oleh PCK2L dan berapa
banyak gas yang diterima oleh PJB. Aliran gas tersebut akan dicatat pada
sistem billing.
Setiap bidang usaha kini selalu melakukan transaksi, apalagi bidang –
63
bidang yang selalu melakukan transaksi dalam jumlah besar seperti rumah
sakit, departement store, atau bidang usaha yang transaksinya berbetuk
abstrak seperti usaha warung internet atau warung game online, dan disinilah
sistem billing bekerja. Sistem billing merupakan sistem yang membantu para
usahawan untuk mengatur dan mencatat segala transaksi yang terjadi. Dalam
hal ini PJU melakukan dua billing yaitu Billing Gas dan juga Billing LPG &
Kondensat.
1. Billing Gas
a. Sistem Pencatatan Billing Gas
Aliran Gas dari PCK2L (Petronas) setiap harinya akan dicatat oleh
alat ukur metering gas untuk mengetahui berapa flow yang diterima
dari PCK2L dan flow yang dikirim ke Pembangkitan Jawa Bali (PJB)
Gresik. Pengukuran yang teliti diperlukan, karena sebagai dasar
pembayaran dari banyaknya volume penjualan gas. Banyaknya aliran
gas dari suatu sumur gas dapat juga sebagai basis prediksi engineering
tentang kapasitas sumur gas tersebut.
b. Variabel Pengukuran Meter
Ada beberapa data yang perlu dicatat dari metering gas, yaitu:
i. Pressure
ii. Temperature
iii. Gross Heating Value
iv. Volume Gas
v. Energy Gas
c. Flow Computer
Seluruh data yang digunakan tercatat dalam flow computer. Hasil dari
perhitungan flowcomp dicetak pada pukul 00.00 WIB. Masing –
masing metering akan mencetak hasil perhitungan secara bersamaan.
Flowcomp ini mencakup tiga perhitungan aliran gas dari PCK2L,
ARSR dan flowcomp PJU yang ada di PJB.
64
Setelah dilakukan pencatatan harian, maka pada akhir bulan data –
data tersebut digabung menjadi satu bulan dan dihitung berdasarkan
masing – masing variabel. Dengan itu, ada tiga rekapan gas bulanan
yaitu dari PCK2L, rekapan gas bulanan untuk PJB dan juga rekapan
gas bulanan untuk ARSR. Untuk ARSR perhitungan yang digunakan
sedikit berbeda dikarenakan billing yang di tagihkan adalah heat loss
dari gas yang mengalir. Sehingga diperlukan hitungan lanjut dengan
rumus:
Heat loss = Gas terukur PCK2L – Gas terukur meter ARSR
e. Berita Acara Penyerahan Gas Bulanan
Hasil dari rekapitulasi gas rekapan bulanan nantinya akan dilegalisasi
menjadi Berita Acara Penyerahan Gas Bulanan dan proses billing gas
akan berlanjut pada proses Invoicing (penagihan).
65
Inlet gas adalah gas yang diterima dari PCK2L, sedangkan raw
gas adalah gas mentah yang masih mengandung komposisi gas lain
selain methane (C1) dan ethane (C2). Satuan yang digunakan yaitu
MMscf untuk volume gas dan MMBTU untuk energi gas.
ii. Lean Gas
Lean gas adalah gas yang sudah diekstrak sehingga tersisa
methane dan ethane pada komposisi gasnya. Namun pada
kenyataannya komposisinya masih tersisa sedikit gas lain.
iii. Production LPG
Produksi LPG berdasarkan level yang ada pada masing – masing
tank LPG. Satuan yang digunakan yaitu Mton.
iv. Production Kondensat
Production kondensat berdasarkan level yang ada pada tank
kondensat, dikurangi dengan loading kondensat. Satuan yang
digunakan adalah liter.
v. Loading LPG
Loading LPG dilakukan pada jembatan timbang yang ada di LPG
Plant. Satuan yang digunakan yaitu Mton
vi. Loading Kondensat
Loading kondensat dilakukan pada jembatan timbang yang ada di
LPG Plant. Satuan yang digunakan Liter.
vii.Stock of Tank
Stock of tank tercatat pada level yang ada di CCR LPG Plant.
viii. Product recovey / Gas compotition
Product recovery adalah prosentase produksi yang didapat selama
satu hari dari hasil ekstraksi raw gas. Sedangkan gas composition
adalah prosentase kandungan dari gas alam. Komposisi utama gas
alam adalah metana (80%), sisanya adalah etana (7%), propana
(6%), dan butana (4%), isobutana, dan sisanya pentana. Selain
komposisi – komposisi tersebut, gas alam dapat juga mengandung
helium, nitrogen, karbon dioksida, dan karbon – karbon lainnya.
66
c. Daily Report
Keseluruhan pencatatan akan dicetak pada daily report setiap pukul
00.00 WIB melalui flowcom yang ada di CCR.
d. Rekapitulasi Bulanan LPG & Kondensat
Setelah dilakukan pencatatan harian, maka pada akhir bulan data –
data tersebut digabung menjadi satu bulan dan dihitung berdasarkan
masing – masing variabel.
e. Berita Acara Loading LPG & Kondensat
Hasil dari rekapitulasi LPG dan Kondensat di atas nantinya akan
dilegalisasi menjadi Berita Acara Penyerahan Loading LPG &
Kondensat Bulanan dan proses billing akan berlanjut pada proses
Invoicing (penagihan).
67
BAB VI
UTILITAS
68
apabila ada pemadaman aliran listrik dari PLN.
3. Water Pump Engine
Water Pump Engine ini digunakan untuk memompa sirkulasi air untuk
kebutuhan hydrant sebagai alat pemadaman jika terjadi kebakaran atau hal –
hal yang berkaitan dengan api.
69
BAB VIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PT. Petrogas Jatim Utama (PJU) merupakan suatu Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bertindak
sebagai Holding Company dalam melakukan Kegiatan Usaha Minyak dan
Gas Bumi yang mana kepemilikan saham mayoritasnya adalah milik
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. PT. Petrogas Jatim Utama (PJU)
menjalin Kerja Sama Operasi dengan PT. Arsynergy Resource dalam
menjalankan LPG Plant yang terletak di Jalan Gama No. 1, Kawasan
Industri Maspion, Manyar, Gresik, Jawa Timur.
LPG Plant Bukit Tua memiliki kapasitas desain 40 MMscfd (dapat
diperbesar hingaa 50 MMscfd) menggunakan teknologi turbo expander,
yang saat ini menjadi teknologi terbaik dalam proses pembuatan LPG.
Feed gas diperoleh melalui perjanjian jual beli gas antara PT. Petrogas
Jatim Utama (PJU) dan PT. Petronas Caligali Ketapang 2 Ltd. (PCK2L)
dengan kontrak kerja 5 tahun (dan bisa diperpanjang hingga gas dari
sumur gas habis). Feed gas tersebut mengandung LPG tingkat tinggi,
dengan karakteristik C3 dan C4 sebanyak 9,07% mol. Akan lebih
menguntungkan jika C3 dan C4 dikembangkan dan diolah menjadi LPG
yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Kapasitas feed gas 40 MMscfd
dapat menghasilkan LPG, kondensat dan lean gas. Dimana lean gas akan
dipasok ke pembangkit listrik di PJB UP Gresik untuk bahan bakar
generator turbin gas. Sementara itu LPG dan kondensat akan dibeli oleh
PT. Pertamina Niaga.
Pada LPG Plant Bukit Tua ini terdapat 4 proses utama produksi
yaitu Inlet Scrubber dan Inlet Gas Compressor, Gas Dehydration,
Liquefaction dan Fractionation. Kapasitas produksi di LPG Plant Bukit
70
Tua dengan flow 33 mm dapat memproduksi LPG sebanyak 100 – 110 ton
dan untuk kondensat sebanyak 70 – 75 kL.
Untuk menghitung flow gas yang dikirim dari PCK2L dan yang
akan dipasok ke PT. PJB Gresik digunakan Metering dengan alat ukur
Orifice Flowmeter. Gas metering adalah sebuah alat atau meter yang
digunakan untuk mengukur bahan bakar gas atau gas alam, yang
digunakan di perumahan atau gas yang digunakan oleh mesin pembangkit
listrik atau industri lainnya. Gas metering yang digunakan oleh PT.
Petrogas Jatim Utama ada dua jenis yaitu Orifice Meter dan Ultra Sonic
Meter (USM). Untuk metering yang berada di LPG Plant Bukit Tua yaitu
jenis Orifice Meter. Ada tiga parameter yang diukur yaitu differential
pressure, static pressure, dan temperatur.
Dengan adanya metering aliran gas tersebut, operator dapat
memantau dan mengecek flow yang terukur setiap harinya. Dengan itu,
aliran gas tersebut akan dicatat pada sistem billing. Sistem billing
merupakan sistem yang membantu para usahawan untuk mengatur dan
mencatat segala transaksi yang terjadi. Dalam hal ini PJU melakukan dua
billing yaitu Billing Gas dan juga Billing LPG & Kondensat.
2. Untuk industri
a. Meningkatkan sistem kerja dan memaksimalkan diri dalam melakukan
pekerjaan
71
b. Melakukan evaluasi secara rutin sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahan fatal sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan hasil
pekerjaan
c. Kurangnya interaksi antar divisi sehingga hanya berpacu pada pekerjaan
tidak ada kerekatan satu sama lain. mungkin bisa rutin mengadakan
kegiatan bersama
72
DAFTAR PUSTAKA
73
LAMPIRAN
Hartcomp Transmitter
74
Pipa Launcher Horizontal tank
75
Kunjungan ke Launcher
76