UTILITAS
Penyusun :
LABORATORIUM UTILITAS
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan praktikum dan menyusun laporan Praktikum Utilitas dengan judul
“Pengolahan Air Secara Fisis (Sand Filter)” sebagai data hasil pengamatan. Saya juga
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Angghita Nawahesti selaku pembimbing dan asisten laboratorium pada Praktikum Utilitas
2. Para asisten laboratorium
Laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas Praktikum Utilitas semester tiga D3 Teknik
Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Laporan praktikum ini masih jauh dari kata baik , oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar lebih baik kedepannya dalam
membuat laporan.
Demikian yang dapat saya tulis, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
Alvin Andryan
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan terjadi atau tidaknya reaksi, proses pengolahan air di bagi menjadi
proses fisis dan kimiawi. Dalam kajian keilmuan, dua jenis proses ini (fisis & kimiawi)
biasanya dikaji secara terpisah agar memudahkan pembelajaran untuk memetakan fakta
dan masalah yang ada. Namun dalam penerapannya dalam industri (khususnya), dua jenis
pengolahan air ini selalu dilakukan bersamaan, entah secara seri atau parallel atau
simultan.
Pada acara ini, akan kita coba menjernihkan air dengan meniru proses yang
dilakukan oleh bumi ini. Mayoritas penduduk bumi mendapatkan air jernih untuk
keperluan sehari-hari dari sumur (air tanah). Air tanah cenderung lebih bersih dari pada
air permukaan. Kita petakan disini berdasarkan asal perolehannya sumber air dibagi
menjadi dua yaitu air tanah dan air permukaan. Air permukaan adalah air yang berada
diatas air permukaan bumi, seperti : air laut, air sungai, danau, gletser, dll. Sedangkan air
tanah adalah air yang berasal dari bawah lapisan permukaan tanah, seperti air sumur dan
air produksi pengeboran.
Lapisan tanah di bumi ini punya kemampuan menjernihkan air dengan cara
filtrasi, bagian tanah yang berpori membuat air terserap pada berbagai lapisan bumi dan
kotoran yang ada pada air menempel pada bagian-bagian segmen lapisan bumi. Jika
faktor lain diabaikan maka semakin dalam lapisan tanah maka semakin baik air yang
didapat. Logika lain juga mengatakan semakin kotor input air yang merembes ke lapisan
tanah maka semakin lama proses penjernihan terjadi. Lalu timbul pertanyaan apakah
mungkin suatu saat lapisan tanah akan mencoba mengamati dan mempelajari proses ini
dengan menggunakan miniature yang kita sebut sand filter. Sand filter hanyalah salah satu
jenis pengolahan air secara fisis yang sederhana dan mudah diterapkan pada berbagai
situasi.
I.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum pengolahan air secara fisis (sand filter) ini adalah:
1. Praktikan dapat mengukur atau menghitung pH, densitas dan TDS sebelum dan
sesudah perlakuan.
2. Praktikan memahami dan mampu menjelaskan fungsi masing-masing jenis penyusun
sand filter.
3. Praktikan bisa membandingkan efektifitas dua jenis sand filter terhadap kualitas
perolehan filtrat.
I.3 Dasar Teori
A. Peralatan Proses Filtrasi
Peralatan untuk proses filtrasi konvensional dan murah adalah sand filter.
Kekurangan alat ini adalah proses penyaringan terjadi cukup lama. Maka dari itu sudah
banyak jenis alat filtrasi yang dibuat mulai dari plate and filter press sampai jenis
rotary vaccum filters.
Sunlight,
Mencampur semua bahan hingga homogen
Pasir, HCl
pekat,
Akuades,
CaCO3
Mencatat susunan komposisi sand filter dari paling atas sampai bawah
Gambar II.2.1 Diagram alir cara kerja pengolahan air secara fisis (sand filter)
BAB III
Tabel III.1.1 Hasil pengamatan pengolahan air secara fisis (sand filter)
Sampel Limbah
pH 5 5 7 7
= 25,6666 ml
B. Menghitung Densitas Limbah Awal
1) Limbah A
W limbah A = WLA – Wp
= 39,37 gr – 15,01 gr
= 24,36 gr
WLA
ρ LA =
Vp
24,36 gr
=
25,6666 ml
= 0,949 gr/ml
2) Limbah B
W limbah B = WLB – Wp
= 39,40 gr – 15,01 gr
= 24,39 gr
WLB
ρ LB =
Vp
24,39 gr
=
25,6666 ml
= 0,9502 gr/ml
C. Menghitung Densitas Hasil Saring
1) Limbah A
W SA = WPSA – Wp
= 38,20 gr – 15,01 gr
= 23,19 gr
WSA
ρ SA =
𝑉𝑝
23,19 gr
=
25,6666 ml
= 0,9035 gr/ml
2) Limbah B
W SB = WPSB – Wp
= 38,32 gr – 15,01 gr
= 23,31 gr
WSB
ρ SB =
𝑉𝑝
23,31 gr
=
25,6666 ml
= 0,9081 gr/ml
D. Mengetahui Efisiensi Sand Filter
ρ LA−ρ SA
ΕA = | ρ LA | ×100 %
0,949−0,9035
=| | ×100 %
0,949
= 4,79 %
ρ LB−ρ SB
ΕB = | ρ LB |×100 %
0,9502−0,9081
=| |×100 %
0,9502
= 4,43 %
III.3 Pembahasan
Bahan yang digunakan dalam sand fiter pada praktikum ini yaitu pasir kasar,
arang, biokeramik, dan kerikil. Pasir kasar, berfungsi untuk mengurangi jumlah material
lumpur atau padatan dalam air sehingga air yang didapatkan berubah dari keruh menjadi
lebih jernih. Pasir juga memikliki sifat mudah menyerap air sehingga kotoran tidak terikut
mengalir ke bawah.
Arang yang digunakan sebagai bahan dalam sand filter berfungsi untuk menyerap
cairan pencemar, mengontrol warna dan bau dari air kotor. Selain itu, arang merupakan
desinfektan yang mampu membunuh kuman dengan baik dan juga. Biokeramik, berfungsi
untuk mengurangi bakteri dari air yang mengalir melalui biokramik. Sedangkan kerikil,
berfungsi sebagai celah agar air dapat mengalir melalui lubang bagian bawah (outlet) atau
menahan lumpur atau kotoran berukuran besar agar tidak terbawa air.
Sampel Limbah
Keterangan Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
Limbah A Limbah B Limbah A Limbah B
pH 4 4 7 7
TDS 650 890 155 200
Densitas (ρ) 0,949 g/ml 0,9502 g/ml 0,9035 g/ml 0,9081
Dari data di atas, pH air berubah dari 4 ke 7 setelah dilakukan proses filtrasi.
Untuk data TDS limbah I (dengan pasir) berubah dari 650 menjadi 155 dengan efisiensi
4,79 %%, sedangkan TDS pada limbah II (tanpa pasir) mengalami perubahan dari 890
menjadi 200 dengan efisiensi 4,43 %% dengan waktu penyaringan lebih cepat
dibandingkan penyaringan dengan pasir. Perubahan harga TDS ini dipengaruhi oleh arang
yang mampu menyerap komponen terlarut dalam dalam air limbah. Harga densitas, dan
volume mengalami penurunan karena adanya partikel pengotor yang tertahan di filter saat
proses filtrasi berlangsung. Dari hasil perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa
proses penyaring berjalan dengan baik.
Kenaikan angka pH dari asam menjadi netral tersebut juga dikarenakan bahan
aktif arang mampu menyerap ion asam pada air limbah pada saat proses filtrasi
berlangsung.
Faktor yang mempengaruhi dalam proses penyaringan sebagai berikut.
1. Konsentrasi kekeruhan, apabila konsentrasi kekeruhan pada air tinggi maka akan
menyebabkan lubang pori dari media tersumbat atau terjadi clogging.
2. Suhu, apabila suhu air limbah berubah, maka densitas, viskositas absolut, viskositas
kinematis air juga akan berubah.
3. Kedalaman media, ukuran dan material merupakan keputusan penting dalam
perencanaan bangunan filter yang akan digunakan. Sedangkan tebal tipisnya media akan
menetukan waktu yang dibutuhkan dalam pengaliran dan daya saring. Media yang
terlalu tebal akan mempunyai daya saring yang tinggi tetapi akan membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan media yang tipis.
4. Debit filtrasi, debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara
efisien. Hal ini dapat menyebabkan proses filtrasi tidak dapat berjalan dengan dengan
baik karena adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran
media pasir. Apabila aliran air terlalu tinggi, maka dapat juga menyebabkan partikel
yang terlalu halus masih terikut dalam proses penyaringan.
5. Tinggi muka air di atas media dan kehilangan tekanan, keadaan tinggi muka air di atas
media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersediannya
muka air yang cukup tinggi di atas media akan meningkatkan daya tekan air untuk
masuk ke dalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi
dengan syarat filter harus dalam keadaan bersih.
Keuntungan menggunakan sand fiter dalam proses filtrasi yaitu:
1. Biaya operasi yang lebih murah karena tidak diperlukan adanya penambahan bahan
kimia.
2. Proses pengolahan air sederhana sehingga dapat digunakan oleh semua kalangan.
3. Dapat menghilangkan ammonia dan pulutan organik dalam air karena proses filtrasi
berlangsung secara fisis dan kimiawi.
4. Dapat menghilangkan zat besi, mangaan,tembaga, kekeruhan dan warna yang
terkandung dalam air.
5. Perawatan lebih mudah, karena pencucian pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan
media pasirnya
Baku mutu air limbah berdasarkan pH yang harus terpenuhi adalah pada range 6,0
– 9,0. Sedangkan batas maksimum TDS air adalah 500 mg/l. Sehingga air hasil percobaan
tersebut telah memenuhi persyaratan.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
A. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut
Tabel IV.1.1 Hasil pengamatan pengolahan air secara fisis (sand filter)
Sampel Limbah
Keterangan Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
Limbah A Limbah B Limbah A Limbah B
pH 4 4 7 7
TDS 650 890 155 200
Densitas (ρ) 0,949 g/ml 0,9502 g/ml 0,9035 g/ml 0,9081
Dari tabel tersebut dapat disimpulan bahwa setelah proses penyaringan dengan sand
filter :
NIM : 021190083
KELOMPOK : 2
PLUG :B
TANGGAL : 30 NOVEMBER 2020
JOURNAL PERCOBAAN
ACARA 1
Sampel Limbah
Keterangan Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
Limbah A Limbah B Limbah A Limbah B
Ph 4 4 7 7
TDS 650 890 155 200
Densitas (ρ) 0,9488 g/ml 0,9499 g/ml 0,9032 g/ml 0,9079 g/ml
Warna larutan Putih coklat Putih keruh Bening Bening
keruh
Kekeruhan Keruh Keruh Tidak keruh Tidak keruh
Waktu tetesan (detik)
1. Limbah A (dengan pasir) tetesan pertama 36 detik, tetesan terakhir 4 menit 6 detik
2. Limbah B (tanpa pasir) tetesan pertama 25 detik, tetesan terakhir 3 menit 19 detik
1. Limbah A 39,37 gr
2. Limbah B 39,40 gr
Berat pinometer + limbah sesudah perlakuan
1. Limbah A 38,20 gr
2. Limbah B 38,32 gr
Praktikan