Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam
proses industri. Prinsip kerja Heat exchanger adalah perpindahan panas dan fluida
panas dan fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan
mendinginkan fluida. Sebelum bahan masuk ke reaktor, biasanya bahan
dimasukan dulu ke dalam alat penukar kalor agar suhu bahan sesuai dengan
spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri, Heat exchanger
merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi, misalnya dalam
industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri makanan-minuman
dan lain-lain. Percobaan dalam skala komputasi ini dimaksudkan agar menjadi
referensi lebih tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai
macam hal yang menyangkut Heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat
diterapkan pada skala yang lebih besar, yaitu skala industri. Di mana pada
percobaan ini digunakan concentric tube Heat exchanger dan jacketed vessel.
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu
zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas
dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat
pemisah.

1
2

Alat penukar panas atau Heat exchanger adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas.
Pentingnya jarak baffles pada penukar kalor dijelaskan oleh Dogan
Eryener (1998). Penukar kalor dengan baffles memiliki banyak keuntungan
seperti pemisahan sempurna antara panas dan fluida dingin, ringan efektifitas
pemulih panas tinggi, tidak ada bagian yang bergerak, dan tidak ada daya
eksternal.
Penelitian yang dilakukan Danny (2015), menunjukkan koefisien
perpindahan panas maksimal terdapat pada kemiringan baffles 30 o dengan variasi
bilangan Reynolds terbesar yaitu 6000 dengan nilai 229.80 W. Efektivitas
maksimal diperoleh pada kemiringan baffles 0 dengan variasi bilangan Reynolds
6000 sebesar 0.0391. Simulasi penelitian ini mampu memberikan desain
pembuatan untuk penukar kalor.
Penelitian yang dilakukan Lilis (2015), analisa distribusi temperatur alat
penukar kalor jenis shell and tube dengan menggunakan metode computational
fluid dynamic menunjukkan data hasil penelitian nilai koefisien pindah panas yang
didapatkan semakin kecil apabila semakin besar jumlah laju alir. Dan pola aliran
yang terbentuk pada sisi shell dalah turbulen.
3

1.2 Perumusan Masalah


Untuk menguji alat Heat exchanger dengan variasi jenis bahan fluida/gas
dengan desain susunan tube yaitu square pitch maka dilakukan analisa besar
panas yang diperlukan, penyebaran panas, serta pengaruhnya terhadap
perpindahan panas dengan metode Computational fluid Dynamics menggunakan
aplikasi Autodesk Simulation CFD 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan uji alat Heat exchanger dengan variasi
temperatur dan laju alir pada masukan aliran. Secara umum dapat dirinci tujuan
sebagai berikut:
1. Menganalisa nilai konduktivitas panas dan penyebarannya pada alat heat
exchanger melalui metode Computational Fluid Dynamics. .
2. Menganalisa pressure drop pada shell.
3. Menganalisa pola aliran fluida dalam shell.
4. Menganalisa perubahan suhu di dalam shell dan tube dengan tipe square
pitch.

1.4 Manfaat Penelitian


Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan
terhadap masalah masalah pada industri yang menggunakan heat exchanger.

1.5 Batasan Masalah


Ruang lingkup pada penelitian ini hanya dibatasi untuk mengkaji aliran
panas dan pressure drop dengan susunan tube square pitch di Heat exchanger
pada aliran dan bahan yang berbeda dengan metode Computational Fluid
Dynamics.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Computational Fluid Dynamics


Computational Fluid Dynamics adalah suatu cabang dinamika fluida yang
menggunakan metode numerik dan algoritma untuk memecahkan dan
menganalisa masalah-masalah yang melibatkan aliran fluida. Komputer
digunakan untuk melakukan jutaan penghitungan yang diperlukan dalam
mensimulasikan interaksi antara cairan dan gas dengan benda padat. Dasar
fundamental hampir semua masalah Computational Fluid Dynamics adalah
persamaan Navier-Stokes, yang menenentukan setiap fase tunggal aliran fluida.
Dalam industri proses kimia, jaringan perpipaan dan bidang keteknikan lainnya
hampir semua aliran berhubungan satu dengan yang lain. Kemampuan seorang
engineer dalam memodelkan proses kimia ke dalam Computational Fluid
Dynamics membutuhkan pemahaman yang mendalam mulai dari sifat kimia,
kinetis, sifat fisika, dinamik, karakteristik fluida.
Dinamika fluida adalah salah satu disiplin ilmu yang mengkaji perilaku
dari zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak dan interaksinya
dengan benda padat. Dinamika fluida sering dikatakan sebagai persoalan fisika
klasik terbesar yang belum terpecahkan. Dalam kajian dinamika fluida ini akan
dipelajari berbagai karakteristik fluida, maka kita perlu menggambarkan
karakteristikkarakteristik ini secara kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif
berfungsi untuk mengidentifikasikan sifat dasar atau jenis dari karakteristik
tersebut (seperti panjang, waktu, tegangan dan kecepatan), sementara aspek
kuantitatif memberikan ukuran numerik dari karakterisik tersebut.

2.2 Pengertian Heat Exhanger


Alat penukar panas atau Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa

4
5

sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas(Keenan,1986).
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah
hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat
berlangsung lewat 3 cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri
berlainan adanya. Adapun perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi.
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat
dikarakterisasi dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan
yang mendukung. Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah
menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan
oleh solid boundary(Foust, 1980).
Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan
relatif tinggi, yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu
annulus dengan rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang
optimal).

Gambar 2.1. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch
Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan
pressure drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)(Kern, 1983).
6

Gambar 2.2. shell and tube heat exchanger


Kebaikan-kebaikan dari shell and tube:
1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar
dengan bentuk atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis
material yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui
oleh para operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu
kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
(Sitompul,1993).
Kerugian penggunaan shell and tubeheat exchanger adalah semakin besar
jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit
perawatannya.(Kern, 1983).

Pemilihan fluida pada shell dan tube :


1. Fluida bertekanan tinggi di alirkan di dalam tube karena tube standar cukup
kuat menahan tekanan yang tinggi.
2. Fluida berpotensi fouling dialirkan didalam tube agar pembersihan lebih
mudah dilakukan.
7

3. Fluida korosif di alirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell


membutuhkan bahan kontruksi yang mahal yang lebih banyak.
4. Fluida bertemperatur tinggi dan di inginkan untuk memanfaatkan panasnya di
alirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.
5. Fluida dengan viskositas tinggi dengan penampang air yang kecil
membutuhkan energi yang lebih besar.
6. Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan
buffle untuk menambah laju perpindahan.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linear fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
8. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena
adanya cukup ruangan.
2.2.1 Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)
2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)
2.2.2 Jenis-jenis penukar panas
Jenis-jenis penukar panas antara lain :
1. Double Pipe Heat exchanger
2. Plate and Frame Heat exchanger
3. Shell and Tube Heat exchanger
4. Adiabatic wheel heat exchanger
5. Pillow plate heat exchanger
6. Dynamic scraped surface heat exchanger
7. Phase-change heat exchanger
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah
hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat
berlangsung lewat 3 cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri
berlainan adanya. Adapun perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
4. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi.
8

5. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.


6. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Pada Heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Geankoplis,
1993).Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat
dikarakterisasi dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan
yang mendukung. Bagaimanapun satu karakteristik Heat exchanger adalah
menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan
oleh solid boundary (Perry, 1950).

2.3 Prinsip kerja heat exchanger


2.3.1 Prinsip dan Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu
zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas
dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat
pemisah.

2.3.2 Perpindahan Panas Secara Konduksi


Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada
dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
maka akan memberikan panas.

2.3.3 Perpindahan Panas Secara Konveksi


9

Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan
partikel atau zat tersebut secara fisik.

2.3.4 Perpindahan Panas Secara Radiasi


Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak lansung.
a. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang
terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran
steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat
bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
c. Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding
pemisah dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
10

2.4 Jenis jenis Heat exchanger


2.4.1 Penukar panas pipa rangkap (double pipe Heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan
cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunaan penukar panas jenis
selonsong dan buluh(shell and tube heat exchanger).

Gambar 2.3 . Penukar panas jenis pipa rangkap (double pipe Heat exchanger )

2.4.2 Penukar panas cangkang dan buluh (shell and tube heat exchanger)
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan.
Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada
mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
11

penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ),
namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.

Gambar 2.4 Penukar panas jenis cangkang dan buluh( shell and tube Heat
exchanger ).

2.4.3 Penukar Panas Plate and Frame (Plate and frame heat exchanger)
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat pelat dan sekat disatukan oleh
suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segi empat)
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan
masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui
lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

Gambar 2.6. Penukar panas jenis pelat and frame


12

2.4.4 SDA diabatic wheel heat exchanger


Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko
yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar
panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda
besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar
panas cairan.

2.4.5 Pillow plate heat exchanger


Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu
untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless
steel. Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh
permukaan tangki, tanpa selain yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar
tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas
ke permukaan selembar tebal dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola
serpentin garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan
yang cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan,
menyediakan ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan
penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.

2.4.6 Dynamic scraped surface heat exchanger


Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat
exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan
tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling
aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores
permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer
panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.
13

2.4.7 Phase-change heat exchanger


Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar
panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih)
atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke
cairan. Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan
umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas .
Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk
mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam cairan. Pembangkit tenaga
listrik yang memiliki uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar
panas untuk mendidihkan air menjadi uap.
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang
sering disebut boiler atau generator uap. Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir
yang disebut reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati
panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap
memproduksi dari air dalam proses, disebut generator uap. Semua pembangkit
listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin
memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke
kondensat (air) untuk digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan
tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer
panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan,
seperti pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.
Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang mengandung
bahan dalam struktur mereka yang memiliki perubahan fasa (Zumdhal,1986). Hal
ini biasanya padat ke fase cair karena perbedaan volume kecil antara negara-
negara ini. Perubahan fase efektif bertindak sebagai buffer karena terjadi pada
suhu konstan tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas untuk menerima
panas tambahan. Salah satu contoh di mana ini telah diteliti untuk digunakan
dalam elektronik pesawat daya tinggi.
14

Gambar 2.5 Phase-change heat exchanger

Gambar 2.7 Phase-change heat exchanger


Percobaan yang telah dilaksanakan dengan alat heat transfer yang
merupakan alat penukar panas shell and tubes dimana alat tersebut terdiri dari 1
shell dan 5 tubes yang dirancang dengan sistem single pass dapat dioperasikan
secara searah maupun lawan arah baik fluida panas dan fluida dingi di lewat kan
shell maupun tube. Sebagai fluida panas, sebeluminya di operasi kan maka dibuat
dahulu melalui tank dengan pemanas listrik. Sebagai fluida dingin sebelum di
operasikan dibuat dahulu melalui tanki yang merupakan refrigerator.
Prinsip percobaan tersebut adalah akan mencari besarnya oferral heat
transfer coefficient (U) pada alat tersebut berbagai fariasi kecepatan fluida panas
maupun fluida dingin yang di alirkan pada Heat exchanger tersebut. Untuk
menghitung jumlah panas dalam aliran di gunakan persamaan:
Q = MCpT
Besarnya panas yang ditransfer dapat dihitung dengan mengetahui
perubahan suhu dari fluida masuk dan keluar pada kecepatan tertentu. Sedangkan
pada suhu rata-rata logaritma dihitung dari perubahan suhu masuk dan keluar,
15

baik dari fluida panas maupun dingin. Dengan persamaan: q = U.A.TLMTD


dapat dihitung harga U dimana besarnya A dihitung dari ukuran alat penukar
panas tersebut. Dari berbagi ffariasi perubahan kecepatan aliran dapatlah
sibuat/dibaca adanya perubahan harga U terhadap perubahan kecepatan aliran
Komponen-komponen yang terdapat pada Heat exchanger adalah shell,
konstruksinya sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang akan ditempatkan
didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat
logam yang dirol. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana didapat
tube bundle. Untuk temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell dibagi
dua disambungkan dengan sambungan ekspansi. Tube atau pipa merupakan
bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang mengalir didalamnya dan sekaligus
sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada
tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh
fluida kerja. Tube sheet, tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga
menjadi satu yang disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya
menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu
buah tube sheet yang berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle
dan sebagai pemisah antara tube side dengan shell side.
16

2.5 Simulasi Menggunakan Software Computational Fluid Dynamics


Simulasi adalah tiruan dari sebuah sistem dinamis dengan menggunakan
model komputer yang digunakan untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan
kinerja sistem. Definisi lain dari simulasi:
1. Cara untuk mereproduksi kondisi situasi, dengan menggunakan model, untuk
mempelajari, menguji, pelatihan, dll.
2. Pemodelan dari sebuah proses atau sistem dimana model meniru respon dari
sistem nyata untuk setiap kejadian yang terjadi setiap saat.
Simulasi diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk
memecahkan atau menguraikan persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata yang
penuh dengan ketidakpastian dengan atau tidak menggunakan metode tertentu,
dan lebih ditekankan pada pemakaian komputer untuk mendapatkan solusi.
Simulasi merupakan teknik atau cara penyelesaian persoalan melalui pengolahan
data operasi sistem imitasi untuk memperoleh data output penyelidikan atau
percobaan penelitian sebagai bahan solusi persoalan ataupun sebagai bahan
masukan dalam rangka pengembangan dan perbaikan struktur dan operasi sistem
ril.
Penggunaan sistem maya sebagai imitasi dari suatu sistem ril dapat
memberikan keleluasaan dan kemudahan dalam melakukan penyelidikan dan
percobaan penelitian dalam rangka penyelesaian persoalan. Simulasi dapat
dirancang untuk menghasilkan output mengenai kemampuan dan kehandalan
sistem serta karakteristik dan keadaan sistem sebagai masukan dalam rangka
pengkajian pengembangan sistem dan optimasi hasil operasi sistem. Simulasi
dapat diterapkan untuk menggantikan dan mewakili pelaksanaan penyelidikan dan
percobaan penelitian ril yang dihadapkan dengan masalah ongkos yang mahal,
resiko fatal, waktu yang terbatas dan sarana yang tidak memadai.
Kelebihan simulasi pada penyelesaian persoalan terletak pada pemodelan
dan analisis yang disesuaikan dengan bentuk persoalan serta tujuan penyelesaian
persoalan, terutama persoalan rumit yang tidak layak diselesaikan dengan
menggunakan metode dan model analitik.
17

Simulasi dapat berfungsi lebih efektif dengan membedah persoalan secara


terbuka, berbeda dengan penggunaan metode yang memerlukan perumusan
persoalan yang disesuaikan, dengan pendekatan sistem, simulasi dapat dirancang
untuk menghadirkan sistem dalam bentuk operasi maya sehingga dengan
pengoperasian sistem dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan sistem dan
karakteristik operasional sistem. Dengan menggunakan model yang sesuai dan
prosedur pengoperasian sistem maya yang valid.
Simulasi dapat memberikan hasil operasi sistem maya yang sesuai dengan
hasil operasi sistem ril yang diimitasi, dengan dasar pemodelan sistem dan operasi
sistem ril, teknik simulasi dapat digunakan untuk penyelesaian beragam persoalan
yang menyangkut dengan sistem dan operasi sistem. Simulasi dapat diaplikasikan
dengan menggunakan prosedur pengoperasian sistem yang secara khusus disusun
untuk tujuan penyelesaian persoalan yang dihadapi. Prosedur perlu disusun
berdasarkan pemodelan dan analisis sistem karena simulasi tidak menyediakan
prosedur-prosedur yang diperlukan untuk berbagai bentuk persoalan sistem yang
beragam di berbagai bidang.
Simulasi berlangsung dalam bentuk pengolahan data operasi sistem
imitasi. Simulasi pada umumnya berlangsung dalam bentuk rangkaian operasi
dengan iterasi kalkulasi dalam jumlah ulangan yang relatif besar sehingga
simulasi layak dan efektif dilakukan dengan menggunakan komputer dan program
simulasi. Untuk itu prosedur pengoperasian sistem maya dalam bentuk program
atau dalam bentuk aplikasi haruslah disediakan. Dengan menggunakan program
atau perangkat lunak aplikasi, simulasi berlangsung dalam waktu yang relatif
singkat dengan presisi hasil pengolahan data yang relatip tinggi. Pada penggunaan
komputer sebagai perangkat pengolah data simulasi, pemakai umumnya dapat
menggunakan perangkat lunak simulasi siap pakai. Namun cara ini haruslah
didukung dengan pengenalan sistem perangkat lunak dan cara-cara
penggunaannya.
Cara lainnya adalah dengan penyusunan dan penggunaan program atau
worksheet aplikasi simulasi yang dirancang untuk persoalan yang dihadapi.
Dengan cara ini simulasi umumnya lebih efektif dan bermanfaat karena
18

penyusunan program berdasarkan pemodelan sistem dan operasi sistem


memberikan peluang untuk melakukan koreksi dan perbaikan atas model dan
program simulasi. Pemakai juga dapat mengikuti jalannya pengolahan data
operasi sistem serta mengecek kesalahan atau penyimpangan yang terjadi. Hal ini
tidak mudah diperoleh pada penggunaan perangkat lunak simulasi yang dirancang
dengan sistem yang tidak terbuka untuk dimodifikasi.

2.6 Sejarah Computational Fluid Dynamics


Computational Fluid Dynamics adalah metode perhitungan dengan sebuah
kontrol dimensi, luas dan volume dengan memanfaatkan bantuan komputasi
komputer untuk melakukanperhitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya.
Prinsipnya adalah suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan
penghitungan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan
sel dan prosesnya dinamakan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut
merupakan sebuah kontrol penghitungan yang akan dilakukan adalah aplikasi.
Kontrol-kontrol penghitungan ini beserta kontrol- kontrol penghitungan
lainnya merupakan pembagian ruang yang disebut tadi atau meshing. Nantinya,
pada setiap titik kontrol penghitungan akan dilakukan penghitungan oleh aplikasi
dengan batasan domain dan boundary condition yang telah ditentukan. Prinsip
inilah yang banyak dipakai pada proses penghitungan dengan menggunakan
bantuan komputasi komputer. Contoh lain penerapan prinsip ini adalah Finite
Element Analysis (FEA) yang digunakan untuk menghitung tegangan yang terjadi
pada benda solid.
Sejarah Computational Fluid Dynamics berawal pada tahun 60-an dan
terkenal pada tahun 70-an awalnya pemakaian konsep Computational Fluid
Dynamics hanya digunakan untuk aliran fluida dan reaksi kimia, namun seiring
dengan perkembangannya industri ditahun 90-an membuat Computational Fluid
Dynamics makin dibutuhkan pada berbagai aplikasi lain. Contoh sekarang ini
banyak sekali paket-paket software CAD menyertakan konsep Computational
Fluid Dynamics yang dipakai untuk menganalisa stress yang terjadi pada desain
19

yang dibuat. Pemakaian Computational Fluid Dynamics secara umum dipakai


untuk memprediksi :
1. Aliran dan panas
2. Transfer massa
3. Perubahan fasa seperti pada proses melting, pengembunan dan pendidihan
4. Reaksi kimia seperti pembakaran
5. Gerakan mekanis seperti piston dan fan
6. Tegangan dan tumpuan pada benda solid
7. Gelembung elektromagnetik
Computational Fluid Dynamics adalah perhitungan yang mengkhususkan
pada fluida. Mulai dari aliran fluida heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi
pada fluida . atas prinsip-prinsip dasar mekanika fluida, konservasi energy,
momentum, massa, serta spesies, perhitungan dengan Computational Fluid
Dynamics dapat dilakukan. Secara sederhana proses perhitungan yang dilakukan
oleh aplikasi Computational Fluid Dynamics adalah dengan kontrol kontrol
perhitungan yang telah dilakukan maka kontrol perhitungan tersebut akan
melibatkan dengan memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat.
Persaman-persamaan ini adalah persamaan yang membangkitkan dengan
memasukan parameter apa saja yang terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu
model yang akan dianalisa melibatkan temperature berarti model tersebut
melibatkan persamaan energi atau konservasi dari energi tersebut. Inisialisai awal
dari persamaan adalah boundary condition. Boundary condition adalah kondisi
dimana kontrol- kontrol perhitungan didefinisikan sebagai definisi awal yang akan
dilibatkan ke kontrol-kontrol penghitungan yang berdekatan dengannya melalui
persamaan-persamaan yang terlibat. Secara umum proses penghitungan
Computational Fluid Dynamics terdiri atas 3 bagian utama:
1. Preposessor
2. Processor
3. Post processor
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput mulai dari pendefinisian
domain serta pendefinisian kondisi batas atau boundary condition. Ditahap ini
20

juga sebuah benda atau ruangan yang akan dianalisa dibagi-bagi dengan jumlah
grid tertentu atau sering juga disebut dengan meshing. Tahap selanjutnya adalah
processor, pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data input dengan
persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan hingga
hasil menuju error terkecil atau hingga mencapai nilai yang konvergen.
Penghitungan dilakukan secara menyeluruh terhadap volume kontrol dengan
proses integrasi persamaan diskrit.
Tahap akhir merupakan tahap post processor dimana hasil perhitungan
diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan pola warna
tertentu. Hal yang paling mendasar mengapa konsep Computational Fluid
Dynamics banyak sekali digunakan dalam dunia industri adalah dengan
Computational Fluid Dynamics dapat dilakukan analisa terhadap suatu sistem
dengan mengurangi biaya eksperimen dan tentunya waktu yang panjang dalam
melakukan eksperimen tersebut. Atau dalam proses design engineering tahap yang
harus dilakukan menjadi lebih pendek. Hal ini yang mendasari pemakaian konsep
Computational Fluid Dynamics adalah pemahaman lebih dalam akan suatu
masalah yang akan diselesaikan atau dalam hal ini pemahaman lebih dalam
mengenai karakterisrik aliran fluida dengan melihat hasil berupa grafik, vektor,
kontur dan bahkan animasi.

2.6.1 Autodesk Invenrtor


Autodesk Inventor merupakan program yang dirancang khusus untuk
keperluan bidang teknik seperti desain produk, desain mesin, desain mold, desain
konstruksi, atau keperluan teknik lainnya. Autodesk Inventor adalah program
pemodelan solid berbasis fitur parametrik, artinya semua objek dan hubungan
antargeometri dapat dimodifikasi kembali meski geometrinya sudah jadi, tanpa
perlu mengulang lagi dari awal. Hal ini sangat memudahkan kita ketika sedang
dalam proses desain suatu produk atau rancangan. Untuk membuat suatu model
3D yang solid ataupun surface, kita harus membuat sketch-nya terlebih dahulu
atau mengimpor gambar 2D dari Autodesk Autocad. Setelah gambar atau model
21

3D tersebut jadi, kita dapat membuat gambar kerjanya menggunakan fasilitas


drawing.
Autodesk Inventor juga mampu memberikan simulasi pergerakan dari
produk yang kita desain serta mempunyai alat untuk menganalisis kekuatan. Alat
ini cukup mudah digunakan dan dapat membantu kita untuk mengurangi
kesalahan dalam membuat desain. Dengan demikian, selain biaya yang harus kita
keluarkan akan berkurang, time to market dari benda yang kita desain pun dapat
dipercepat karena kita sudah mensimulasikan terlebih dahulu benda yang kita
desain di komputer sebelum masuk ke proses produksi.
2.7 Desain Heat Exchanger
2.7.1 Neraca Energi
Besarnya panas yang dipindahkan oleh fluida panas sebanding dengan
panas yang diterima oleh fluida dingin, dengan harapan tidak terjadi kehilangan
panas yang diterima oleh fluida dingin, dengan harapan tidak terjadi kehilangan
panas. Neraca panas dalam suatu sistem heat exchanger dapat dinyatakan denga
persamaan :
Q = M.cp.(T1 T2) = M.cp.(t1 t2)(1.1)
Keterangan :
Q = Jumlah panas yang dipindahkan persatuan jam (Kcal/jam)
M = Laju alir fluida dingin (Kg/jam)
m = Laju alir fluida panas (Kg/jam)
Cp = Kapasitas panas (Kcal/jamoC)
T = Temperatur fluida panas (oC)
t = Temperatur fluid dingin (oC)
Sedangkan laju perpindahan panas berdasarkan pada koefisien perpindahan panas
total dalam keadaan kotor (Ud) dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = Ud.A.dTm....(1.2)
Keterangan :
Q = Jumlah panas yang dipindahkan persatuan jam (Kcal/jam)
Ud = Koefisien perpindahan panas keseluruhan (Kcal/jam m2 oC)
22

A = Luas permukaan perpindahan berdasarkan pada diameter luar


pipa dalam (m2)
dTm = Selisih temperature rata-rata antara fluida panas dengan fluida
dingin a (oC)

2.7.2 LMTD ( Log Mean Temperature Difference)


Pada waktu massa mengalir dari fluida panas ke fluida dingin dalam
sebuah HE, temperatur kedua fluida berbeda dari satu titik ke titik lainnya.
Dengan demikian laju perpindahan panas akan berbeda sepanjang lintasan
permukaan panas, sehingga untuk menaksir laju perpindahan panas dipakai suatu
temperature pendekatan dTm atau LMTD yaitu perbedaan temperature rata-rata
logaritmik antara fluida panas dan fluida dingin. Dengan aliran berlawanan arah
(counter current), dTm atau LMTD dinyatakan dengan persamaan :

dTm = .(1.3)

Dalam perencanaan HE, perlu dihitung selisih temperature rata-rata yang


sebenarnya, yaitu dengan menggunakan factor koreksi (Ft) yang nilai maksimum
sama dengan 1, dengan factor koreksi ini tergantung pada jumlah lewatan.
Besarnya selisih temperature rata-rata sebenarnya adalah :

dTm = LMTD x Ft(1.4)

Harga Ft dapat ditaksir dari fig. 18-23 kern, yang merupakan kolerasi R
dan S, dimana :

R= dan S= .(1.5)

2.7.3 Flow Area


Luas area alir (flow area) pada bagian heat exchanger baik shell maupun
tube dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan :
23

Bagian shell :

as = (1.6)

Keterangan :

ID = Diameter dalam shell (in)


B = Jarak baffle (in)
Pt = pitch (in)
C = Rongga antar tube (in)
n = Jumlah lewatan
Bagian tube :

at = ..(1.7)

Keterangan :
Nt = jumlah tube
at = flow area per tube (in2) (Kern, table 10)
n = Jumlah lewatan

2.7.4 Kecepatan Massa


Fluida mengalir melalui shell dan tube mempunyai kecepatan massa
tertentu, tergantung pada laju alir massa fluida dan besarnya flow area. Kecepatan
massa dinyataka sebagai perbandingan laju alir massa fluida dengan flow area.
Kecepatan massa dapat dihitung dengan persamaan :
Bagian shell :

.(1.8)

Keterangan :
W = Laju alir fluida Panas, lb/jam
As = flow area , ft2
Gs = Kecepatan massa pada shell (lb/jam.ft2)
24

Bagian tube :

Gt =

Keterangan :
M = Laju alir fkuida dingin, lb/jam
At = flow area, ft2
2.7.5 Bilangan Reynold
Bilangan Reynold merupakan suatu bilangan yang tak berdimensi dan
menggunakan pada aliran fluida untuk mengetahui adanya laminar, transisi, atau
turbulen. Berikut adalah persamaan untuk menghitung bilangan Reynold :

Re = De x Gs /

2..7.6 Koefisien Perpindahan Panas


Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (U)
Besarnya koefisien perpindahan panas keseluruhan suatu alat penukar
panas merupakan kebalikan dari tahanan keseluruhan terhadap
perpindahan panas itu adalah jumlah tekanan pada alat penukar panas.

= +
Koefisien Perpindahan panas gabungan kotor (Ud)
Perpindahan panas gabungan dalam keadaan kotor (Ud) dapat ditentukan
dengan memperhatikan semua tahanan yang ada termasuk tahanan karena
kotoran (tahanan total).
Karena koefisien perpindahan panas h berbanding terbalik dengan tahanan
film konceksi maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

Rd = .(1.9)
Koefisien perpindahan panas dalam tube (hi)
Untuk menghitung hi yaitu mengalikan nilai jH dengan (k/D)(C /k)1/3
hi = jH (k/D)( C /k)1/3(1.10)
jH diperoleh dari fig.24 kern yaitu hubungan antar jH = (hi.D/k)
Koefisien perpindahan panas di luar tube (hio)
Untuk menghitung nilai hio dapat digunakan persamaan berikut :
hio = hi x ID/OD..(1.11)
25

4.4.3.7 Faktor pengotoran (fouling factor )


Faktor pengotor ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada alat
pengotor ini pada bagian dalam dan luar tube selalu terjadi selama alat beroperasi.
Terjadinya kotoran pada permukaan luar tube akan menaikkan tahanan panasnya,
hal ini menurunkan koefisien perpindahan panas keseluruhan.
Laju alir perpindahan panas lewat dinding pipa harganya akan menurun
dengan semakin lamanyawaktu penggunaan, karena tebal kotoran yang menempel
pada dinding tube.
Rd = (Uc Ud) / Uc x Ud..(1.12)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bersifat komputasi dimana penelitian awalnya dimulai


dengan penggambaran geometri Heat exchanger dengan susunan tube persegi
dengan menggunakan software Autodesk Inventor kemudian untuk kalkulasi
numeriknya menggunakan software Autodesk Simulation Computational Fluid
Dynamics.
3.1 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Permodelan Jurusan Teknik
Kimia dan ruang belajar mahasiswa pada bulan Desember 2016.

3.2 Variabel Penelitian


Ada beberapa variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini yaitu
variabel tetap, variabel bebas, dan variabel terikat.

3.2.1 Variabel Tetap


Adapun yang menjadi variabel tetap dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis Heat Exchanger : Shell and Tube
2. Jenis fluida : Amoniak dan Air
3. Susunan tube : Bujur sangkar (Square Pitch)
4. Temperatur Tube : 45 oC (air)

3.2.2 Variabel Bebas


Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
1. Suhu : Shell : a.-65 oC (amoniak)
b.-55 oC (amoniak)
c.-45 oC (amoniak)

2. Laju Alir : Shell : a. 148.000 L/menit (amoniak)


b. 156.000 L/menit (amoniak)

26
27

c. 162.000 L/menit (amoniak)


: Tube d. 10.600 L/menit (air)
3.2.3 Variabel Terikat
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah :
1. Penurunan tekanan
2. Bilangan reynold
3. Koefisien perpindahan panas

3.3 Geometri dan Kondisi Batas Heat Exchanger


Geometri dan kondisi batas heat exchanger digambarkan menggunakan
perangkat lunak Autodesk Inventor. Dimensi geometri yang digunakan adalah
Heat exchanger jenis cooler didapat dari spesifikasi peralatan Methanator
Effluent Cooler (61 115 C2) jenis shell and tube dengan material Stainless steel
304 di PT Pupuk Iskandar Muda. Geometri Cooler dapat ditunjukkan pada Tabel
3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Peralatan Cooler
Shell Side Tube Side
ID = 750 mm = 29,527 in OD = 0,748 in
Baffles = 18,7 in Tebal = 0,083 in
Pass =1 Jenis = U tube
Volume = 164.255 in3 Jumlah = 4
L = 240 in L = 240 in
C = 0.236 in Pitch = 0,98 in
Susunan = Square Pitch
No.Tube = 4
Sumber : Data Desain Pabrik Ammonia, PT.PIM (2005)

3.4 Alur Proses Penelitian


Secara keseluruhan proses simulasi untuk penelitian ini ada 6 langkah
yang sebelumnya dimulai dari pembentukan geometri dapat dilihat pada diagram
alir prosedur simulasi pada Gambar 3.1 berikut ini:

Mulai

Pembuatan model Heat Exchanger


shell and tube dengan susunan tube
bujur sangkar
28

Menentukan kondisi fisik


model

Membuat kondisi batasan pada


Laju alir Shell :
148.000,156.00,162.000 L/menit
Laju alir Tube : 10.600,
11.200,11.600 L/menit
Suhu (shell) : -65oC,-55oC,-45oC
Suhu (tube) : 45oC

Pembuatan meshing

Ya Iterasi Error?
Tidak

Menampilkan hasil simulasi

Selesai

Gambar 3.1 Langkah pembuatan geometri dan proses simulasi

3.4.1 Penggambaran Geometri Heat Exchanger


Hal yang dilakukan pertama kali sebelum melakukan proses simulasi
adalah membuat model aliran yang terjadi pada heat exchanger. Asumsi
penyederhanaan model yang dilakukan adalah dengan menganggap tidak adanya
penyannga dari alat heat exchanger. Dalam pembuatan model menggunakan
software Autodesk Inventor.

3.4.2 Tahap Desain Permodelan Pada Autodesk Inventor


29

Autodesk Inventor merupakan salah satu perangkat lunak analisis koputasi


untuk membantu membuat gambar atau model untuk disimulasikan ke software
Autodesk Simulation CFD.
Pada Autodesk Inventor ini untuk mendesain gambar yang akan
disimulasikan akan berbentuk gambar 3D seperti Gambar 3.2

Gambar 3.2 Heat exchanger pada software autodesk inventor berbentuk 3D


Pada Gambar 3.2 merupakan tahap penggambaran bentuk Heat Exchanger
secara 3D yang dilakukan menggunakan aplikasi autodesk inventor.

3.4.3 Pembuatan Kondisi Fisik Model


Sebelum masuk pembuatan fisik model geometri yang telah dibuat dalam
autodesk Inventor di ekstrak ke software autodesk simulation CFD. Setelah itu
klik pada bagian geometri lalu pilih void fill. Pada void fill pilih edge lalu arahkan
menuju inlet tube & shell lalu pilih build suface dan fill void. Pembuatan kondisi
fisik model dpat dilihat pada Gambar 3.3
30

Gambar 3.3 pembuatan void fill dan penetuan material


Pada gambar 3.3 dapat dilihat proses pembuatan void fill dan penentuan
material. Hal ini dilakuan untuk pembuatan volume dalam tube & shell . Lalu
pada bagian material disini adalah untuk pemilihan jenis kontruksi yang
digunakan dan juga jenis bahan yang masuk.

3.4.4 Pembuatan Kondisi Batasan (Boundary Condition)


Boundary condition merupakan definisi dari zona zona yang telah
terdefinisi sebelumnya pada aplikasi autodesk inventor. Selanjutnya, menetukan
daerah batas untuk alat tersebut. Pembuatan kondisi batas dapat dilihat pada
Gambar 3.4

Gambar 3.4 Pembuatan kondisi batas pada Heat exchanger


Dari Gambar 3.4 dapat dilihat proses pembuatan kondisi batas dengan
menggunakan autodesk simulation CFD. Hal ini karena tiap tiap permukaan
31

mempunyai kondisi batasan yang berbeda sesuai dengan proses yang terjadi pada
saaat fluida mengalir. Dalam autodesk simulation CFD-lah nilai-nilai dan
karakteristik dari masing- masing. Disini dimasukkan angka laju alir,suhu,dan
tekanan yang diinginkan.

3.4.5 Pembuatan Meshing


Meshing adalah proses dimana geometri secara keseluruhan dibagi-bagi
dalam elemen elemen kecil. Proses pembuayan meshing dapat dilihat pada
Gambar 3.5

Dari Gambar 3.5 dapat dilihat proses pembuatan meshing pada autodesk
simulation CFD, pada proses ini alat Heat Exchanger dibagi menjadi elemen
elemen kecil yang nantinya berperan sebagai control surface atau volume dalam
proses perhitungan yang kemudian tiap - tiap elemen ini akan menjadi input intuk
elemen disebelahnya. Hal ini akan terjadi berulang hingga domain penuh.

3.4.6 Proses Iterasi


Langkah terakhir adalah proses iterasi pada gambar yang telah ditetapkan.
Proses iterasi dapat dilihat pad gambar 3.6
32

Dari Gambar 3.6 dapat dilihat tahapan iterasi yang dilakukan pada aplikasi
Autodesk Simulation CFD. Hal ini sangat perlu dilakukan agar mengetahui error
yang terjadi pada penelitian ini.

3.5 Pelaksanaan Komputasi


Keseluruhan komputasi pada Autodesk Inventor, Autodesk Simulation
CFD digunakan computer laptop dengan spesifikasi intel CORE i5 1.70 GHz
RAM 8 GB.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari penelitian ini didapat beberapa hasil pressure drop, analisa panas, dan
koefisien perpindahan panas, antara lain :
4.1.1 Analisa Penurunan Tekanan (Pressure drop) dengan metode simulasi
CFD
Gambar 4.1 menggambarkan bentuk dari Heat Exchanger dengan
menggunakan software autodesk inventor.

Gambar 4.1 Permodelan Heat Exchanger


Pada gambar 4.2 dapat dilihat penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi
pada sepanjang Shell & Tube yang dianalisa menggunakan software autodesk
simulation CFD.

33
34

Gambar 4.2 Penurunan tekanan pada Shell & Tube dengan laju alir pada Shell
148.000 l/menit dan Tube 10.600

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa terjadinya penurunan tekanan dibuktikan


dengan terjadinya perubahan warna. Pada tube bagian atas warna tekanannya
adalah biru muda sampai berwarna biru pekat yang menunjukkan pada aliran tube
tersebut tekanannya adalah 5e + 007 sampai 1e + 007 Pa, sedangkan pada shell
berwarna kuning - hijau sampai biru pekat yang menunjukkan bahwa tekanannya
antara 1e + 008 sampai 1e + 007 Pa.
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat analisa profil aliran fluida di tube & shell
menggunakan software autodesk simulation CFD.
35

Gambar 4.3 Profil aliran fluida pada analisa profil aliran fluida di tube & shell
dengan laju alir pada tube 10.600 l/menit dan pada shell 148.000
l/menit

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat dari hasil simulasi terhadap profil aliran
fluida pada aliran di tube dengan perubahan warna yaitu biru sampai hijau
kekuningan. Pada laju alir masuk shell dengan perubahan warna yaitu dari merah
sampai kuning kehijauan. Pada tube kecepatan laju alir ditandai dengan warna
biru memiliki laju alir sebesar 40 m/s. Sedangkan pada laju alir yang ditandai
warna hijau kekuningan memiliki laju alir sebesar 240 m/s. Pada shell kecepatan
laju alir ditandai dengan warna merah memiliki laju alir sebesar 360 m/s.
Sedangkaan laju alir yang ditandai warna kuning kehijauan memiliki laju alir
sebesar 260 m/s.

Pada Gambar 4.4 dapat dilihat analisa temperatur atau panas yang
mengalir pada tube & shell.
36

Gambar 4.4 analisa temperatur atau panas yang mengalir pada tube & shell

Dari gambar 4.4 dapat dilihat hasil simulasi terhadap profil aliran panas
pada tube in yaitu 45oC dan pada shell yaitu -65 oC dengan menggunakan software
autodesk simulation CFD menunjukkan bahwa terjadi perubahan suhu pada aliran
tube yaitu merah menjadi warna jingga. Pada tube in ditandai dengan warna
merah yang memiliki suhu 45 oC, sedangkan pada tube out ditandai warna jingga
memiliki suhu sebesar 30 oC. Pada shell in dengan ditandai dengan warna biru
pekat dan shell out ditandai warna biru. Pada shell in ditandai warna biru pekat
memiliki suhu sebesar -65 oC dan pada shell out ditandai warna biru memiliki
suhu -63 oC.
37

4.1.2 Hasil data simulasi dengan Autodesk simulation CFD


Data hasil yang didapat pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Simulasi CFD
Kondisi Operasi Hasil
Temperatur Press
R keluar Bilangan ure
Tube Shell Ud
U ( oC) R drop
N (Kpa)
Suhu Suhu (BTU/hr.ft2.o
(l/menit) o
(l/menit) o
Tube shell Shell Shell
C C F)
1 148000 -63,50 20111 1,135 281,3
2 156000 -65 -63,58 24184 1,237 281,3
3 162000 -63,63 22488 1,429 281,4
4 148000 -53,51 24141 1,484 311,7
5 10600 45 156000 -55 30 -53,58 24840 1,585 311,7
6 162000 -53,64 25905 1,629 311,9
7 148000 -43,52 25131 1,597 349,4
8 156000 -45 -43,60 25902 1,641 349,4
9 162000 -43,65 26777 1,702 349,5

Dari tabel diatas dapat dilihat yaitu dengan laju alir pada tube 10600
l/menit dan suhu 45 oC dengan memvariasikan laju alir dan suhu pada shell maka
hasil yang didapat yaitu kenaikan temperatur pada keluaran shell, bilangan
Reynold semakin besar, pressure drop pada shell yang semakin besar, dan
koefisien pindah panas yang semakin besar.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Antara Laju Alir dan Suhu Terhadap Bilangan Reynold
Number (NRe)
Hubungan antara laju alir dan suhu terhadap bilangan reynold dapat dilihat
pada Gambar 4.5.
38

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Laju Alir Dan Suhu Terhadap Bilangan
Reynold (NRe)

Gambar 4.5 menunjukkan hubungan antar laju alir dan suhu terhadap
bilangan Reynold. Dimana nilai terbesar terdapat pada laju alir 162.000 dengan
suhu -5 dengan nilai bilangan Reynoldnya sebesar 26,777.
Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa bilangan Reynold terus meningkat
seiring seningkatnya suhu dan laju alir. Hal ini dikarenakan bahwa bilangan
Reynold berbanding lurus terhadap suhu dan laju alir. Besarnya bilangan Reynold
yang terjadi pada suau aliran dalam pipa dapat menunjukkan apakah profil aliran
tersebut luminer atau turbulen.
4.2.1 Hubungan Antara Laju Alir dan Suhu Terhadap Pressure Drop (Pa)
Hubungan antara laju alir dan suhu terhadap pressure drop dapat dilihat
pada Gambar 4.6
39

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Laju Alir Dan Suhu Terhadap Pressure
Drop (Pa)

Gambar 4.6 menunjukkan hubungan antar laju alir dan suhu terhadap
pressure drop. Dimana pressure drop terbesar terdapat pada laju alir 162.000
dengan suhu -45 C dengan nilai pressure drop sebesar 1.702
Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir maka
semakin besar pula pressure drop yang didapat. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi laju alir maka semakin turbulen aliran tersebut sehingga pressure drop yang
dihasilkan juga semakin besar. Distribusi kecepatan aliran turbulen lebih seragam
di seluruh diameter pipa sehingga menyebabkan gesekan. Gesekan pada aliran
turbulen tergantung pada keksaran pipa dan gesekan tersebut menyebabkan
terjadinya pressure drop.

4.2.1 Hubungan Antara Laju Alir dan Suhu Terhadap Keofisien


Perpindahan Panas Design (Ud)

Hubungan antara laju alir dan suhu terhadap keofisien perpindahan panas
design (Ud) dapat dilihat pada Gambar 4.7
40

Gambar 4.7 Hubungan Antara Laju Alir dan Suhu Terhadap Keofisien
Perpindahan Panas Design (Ud)

Dari gambar 4.7 dapat dilihat hubungan antara laju alir dan suhu terhadap
koefisien perpindahan panas design (Ud). Dimana dari grafik diatas dapat dilihat
bahwa Ud terbesar terdapat pada suhu -45C dan laju alir 162.000 liter/menit
dengan nilai Ud sebesar BTU/hr.Ft2.F.
Dapat dilihat dari grafik bahwa semakin besar laju alir maka semakin
besar pula nilai koefisien perpindahan panas desain nya (Ud). Hal ini dikarenakan
semakin besar laju alir fluida maka semakin besar pula nilai koefisien
konveksinya. Laju alir massa mempengaruhi harga dari bilangan tak berdimensi.
Pada penelitian ini harga U yang didapat 281 sampai dengan 349
BTU/ft2.F. perbedaan yang terjadi pada penelitian ini dikarenakan adanya
perbedaan temperatur umpan fluida panas dan fluida dingin. Variasi temperatur
juga mempengaruhi nilai Ud, semakin tinggi temperatur maka nilai Ud semakin
tinggi pula. Selain temperatur, perbedaan Ud juga dikarenakan oleh fluida yang
digunakan.
Dari hasil simulasi pada gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa pada aliran
shell terjadinya penurunan tekanan yang dikarenakan oleh jarak baffle pada shell.
Dari hasil simulasi Gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada aliran tube
laju alir semakin besar karena perbedaan diameter nozzle dengan diameter tube
41

yang mengakibatkan laju alir semakin besar. Sedangkan pada shell terjadi
penurunan laju alir yang dikarenakan dalam shell terdapat baffle yang menahan
laju alir yang masuk pada shell. Kegunaan baffle yaitu agar aliran yang masuk
pada shell bisa menyelubungi seluruh tube.
Dari hasil simulasi gambar 4.4 diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien
pindah panas yang besar di tunjukkan dengan perbedaan suhu pada tube yang
cukup jelas antara 45 oC sampai 30 oC. Perubahan suhu sudah terlihat dengan jelas
perubahan warna di tube in yaitu perubahan warna dari merah ke kuning, dan biru
muda. Perubahan suhu secara konveksi dan konduksi dimana pada konveksi
perpindahan panas terjadi antara molekul molekul pada fliuida sedangkan
konduksi terjadi perpindahan panas tanpa terjadi pencampuran antara fluida dan
menjadi konduktor ialah tube itu sendiri.
42

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa penurunan tekanan, dan koefisien pindah panas
maka didapat beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Dari hasil simulasi diperoleh semakin tinggi laju alir maka semakin besar
bilangan Reynold-nya dengan bilangan Reynold maksimum pada laju alir
umpan masuk shell 162.000 l/menit dan suhu -45 C dengan nilai bilangan
Reynold adlah 26.777.
2. Dari hasil simulasi diperoleh pressure drop dan Ud tertinggi pada laju alir
umpan masuk shell 162.000 l/menit dan suhu -45C yaitu 349,5
BTU/hr.Ft2.F dan 1,702 KPa.
3. Semakin besar laju alir dan semakin tinggi suhu pada aliran shell , maka
pressure drop dan Ud yang didapat juga semakin besar.

5.2 Saran
Untuk mengembangkan penelitian ini maka penulis menyarankan
kedepannya agar memvariasikan jarak baffle pada shell.
43

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Wafi B. At All,. 2011. Rancang Bangun Heat Exchanger Shell And Tube
Single Phase.Tugas Akhir Program Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.
Anonymous, 1983, Toyo Engineering Coorporation, Document Operation
Manual of utility Plant, Japan.
Candra Damis W. 2012. Pengembangan Prosedur Design dan Redesign dengan
menggunakan CFD Untuk Alat Penukar Kalor jenis Shell & Tube.Master
Thesis Pada FakultasTeknik Program Studi Teknik Mesin UI Depok.
Danny Harnanto.2015. Simulasi pengaruh kemiringan baffles terhadap koefisien
perpindahan panas dan efektivitas pada alat penukar kalor tipe shell and
tube menggunakan solidworks.Teknik Mesin. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Dogan Eryener. 2008. Thermoeconomic optimazation of baffle spacing for shell
and tube heatexchanger.
Foust, 1980, Principles of Unit Operation, 2edJohn Willey and Sons, New York.
Geankoplis, C, J., 1993, Transport Processes and Unit Operation, 3th Edition,
Prentice Hall, Inc, U. S. A.
http://turmudikemiri.blogspot.co.id/2016/01/bilangan-reynolds-reynolds-number-
dan.html
Keenan, Kleinfelter, Wood, 1986, Kimia UntukUniversitas, Jilid I edisike-enam,
Erlangga, Jakarta.
Kern, D.Q, 1983,Process Heat Transfer, McGraw Hill Book Company, New York.
Lilis Hasibuan.2015. Analisa Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor Jenis
Shell And Tube Dengan Menggunakan Metode Computational Fluid
Dynamic (CFD).Teknik Kimia.Universitas Malikussaleh.Lhokseumawe
Perry, 1950, Chemical Engineerss Handbook, Third edition, McGraw-Hill Book
Company, New York.
Sitompul, T.M, 1993, Alat Penukar Kalor, Citra Niaga Rajawali, Jakarta.
44

Syaichurrozi, Iqbal dkk, 2014, Kajian Performa Alat Penukar PAnas Plate and
Frame: Pengaruh Laju Alir Massa, Temperatur umpan dan Arah Aliran
Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh, Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Agung Tirtayasa.
Zumdahl, Steven, 1986, Chemical Principles, 5th edition, Houghton Mifflin
Company, Boston, New York.

Anda mungkin juga menyukai