Anda di halaman 1dari 7

Baik yang dikemukakan oleh H.M.

Rasjidi maupun yang dikemukakan oleh Fathi


Osman,pada prinsipnya tidak ada perbedaan, hanya istilahnya saja yang berbeda.
Apabila bagian-bagian hukum Islam tersebut disusun menurut sistematika hukum Barat
yang membedakan hukum public dengan hukum perdata, maka susunan hukum
muamalat dalam arti luas, yang termasuk dalam hukum perdata Islam adalah :
(1) Munakahat, yakni hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya.
(2) Wirasah, yakni yang mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris,
ahli waris, harta peninggalan, dan pembagian harta warisan . Hukum warisan ini juga
disebut Faraid.
(3) Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum yang mengatur masalah kebendaan dan
hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam , perserikatan, dan sebagainya.

Adapun yang termasuk dalam hukum publik Islam adalah :

(1) Jinayat, yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang


diancam dengan hukuman, baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah
tazir. Yang dimaksud dengan Jarimah adalah perbuatan pidana. Jarimah Hudud
adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumannya
dalam Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Jarimah Tazir adalah perbuatan
pidana yang bentuk dan batas hukumannya ditentukan oleh penguasa sebagai
pelajaran bagi pelakunya.
(2) Al-ahkam al- sulthaniyah, yakni hukum yang mengatur soal-soal yang
berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat
maupun daerah , tentara, pajak, dan sebagainya.
(3) Siyar, yakni hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan
dengan pemeluk agama dan negara lain.
(4) Mukhashamat, yang mengatur peradilan , kehakiman, dan hukum acara
(Mohammad Daud Ali, 1999 : 51-52).

Dalam hal-hal yang sudah dikemukakan , jelas bahwa hukum Islam itu luas,
bahkan luasnya hukum Islam tersebut masih dapat dikembangkan lagi sesuai
dengan aspek-aspek yang berkembang dalam masyarakat yang belum
dirumuskan oleh para fuqaha ( para yuris Islam )di masa lampau, seperti hukum
bedah mayat, hukum bayi tabung, keluarga berencana, bunga bank, euthanasia,
dan lain sebagainya serta berbagai aspek kehidupan lainnya yang dapat
dikatagorikan sebagai hukum Islam apabila sudah dirumuskan oleh para ahli
hukum Islam melalui sumber hukum Islam yang ketiga, yakni Al-rayu dengan
menggunakan ijtihad.
Pendahuluan
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya
melainkan kata Islam pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:
1. Wa radhitu lakum al-Islama dinan artinya Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai
Agama.
2. Inna ddina inda ilahi al Islam artinya Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam.
Dengan mengikuti sistematik iman,islam dan ikhsan yang berasal dari hadist Nabi
Muhammad kerangka dasar agama islam, terdiri dari (1) akidah, (2) syariah dan (3) akhlak.
Pada komponen akidah, ruang lingkup ajaran itu jelas sekali. Pada komponen akidah, ruang
lingkup itu tampak pula jika dihubungkan dengan iman kepada Allah dan para Nabi serta Rasul-
Nya.
Akidah, secara etimologis adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis makna
akidah itu adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama islam.
Sedangkan yang dimaksud Syariah, dalam pengertian etimologis adalah jalan yang harus
ditempuh (oleh setiap umat islam). Dalam arti teknis, syariah adalah seperangkat norma Ilahi
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Norma ilahi
yang mengatur tata hubungan itu berupa (a) kaidah ibadah dalam arti khusus atau yang disebut
juga kaidah ibadah murni, mengatur cara dan upacara hubungan langsung manusia dengan Tuhan
dan (b) kaidah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda
dalam masyarakat.
Disamping akidah dan syariah, baik ibadah maupun muamalah, ajaran islam meliputi
juga akhlak. Akhlak berasal dari khuluk yang berarti perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi
pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perangai, tingkah-laku atau budi
pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan).
Dari ketiga komponen agama islam yang menjadi kerangka dasar ajaran islam itu
dikembangkan sistem-sistem islam, seperti misalnya, untuk menyebut beberapa sebagai contoh
sistem filsafat islam, sistem hukum islam, sistem pendidikan islam, sistem ekonomi islam, sistem
budaya islam. Disebut sistem, seperti disinggung diatas, karena sebagai kesatuan ia terdiri dari
bagian-bagian yang saling menopang dan bekerja sama untuk mencapai satu tujuan yang baik
tujuan masing-masing sistem itu sendiri maupun tujuan sistem ajaran islam secara keseluruhan.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi dari bagian agama Islam.
Hukum dalam konsepsi seperti hukum barat adalah hukum yang sengaja dibuat oleh manusia
untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Adapun
konsepsi hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat,
tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubunagn manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan hubungan manusia dengan benda
serta alam sekitarnya.
Hukum dalam bahasa arab berarti norma atau kaidah, yakni ukuran, patokan, pedoman
yang dipergunakan untuk menilai tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan
antar perkataan hukum dalam bahasa indonesia dengan hukum dalam pengertian norma dalam
bahasa arab adalah setiap peraturan,apapun macam dan sumbernya mengandung norma atau
kaidah sebagai intinya. Dalam ilmu hukum islam kaidah itu disebut hukum. (Ali, 1999 : 39).

B. Hukum Islam Merupakan Bagian dari Agama Islam


Sebagai sistem hukum, hukum islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan dengan
sistem hukum yang lain yang pada umumnya terbentuk dan berasal dari kebiasaan-kebiasaan
masyarakat dan hasil pemikiran manusia serta budaya manusia pada suatu saat disuatu masa.
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran
yang dipengaruhi oleh kebudayaan disuatu tempat pada suatu masa, tetapi dasarnya ditetapkan
oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh nabi
Muhammad sebagai rasul-Nya melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam
kitab-kitab hadist. Dasar inilah yang membedakan hukum islam secara fundamental dengan
hukum-hukum lain yang semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran atau buatan
manusia belaka.
Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam istilah, dimana istilah satu
dengan yang lainnya mempunyai persamaan dan sekaligus juga mempunyai perbedaan. Istilah-
istilah yang dimaksud adalah syariah islam, fikih islam, dan hukum islam. Didalam kepustakaan
hukum islam berbahasa inggris, syariah islam diterjemahkan dengan islamic law, sedangkan
fikih islam diterjemahkan dengan Islamic jurisprudence. Didalam bahasa Indonesia untuk
syariah islam sering dipergunakan istilah hukum syariah atau hukum syara.
Yang dimaksud dengan perkataan syariat atau ditulis juga syariah, secara harfiah adalah
jalan, yakni jalan hidup muslim. Syariat memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan
Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa suruhan. Ia meliputi seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia. Dilihat dari segi ilmu hukum, syariat merupakan dasar-dasar hukum yang
ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya yang wajib diikuti oleh orang islam berkaitan dengan
iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan
sesama manusia dan benda dalam masyarakat. Kata yang sangat dekat hubungannya dengan
perkataan syariat adalah syara dan syari yang diterjemahkan dengan agama. Oleh karena itu,
seringkali, jika orang berbicara tentang hukum syara yang dimaksudnya adalah hukum agama,
yaitu hukum yang ditetapkan oleh Allah dan dijelaskan oleh Rasul-Nya, yakni hukum syariat.
Istilah berikutnya adalah fikih. Didalam bahasa arab, perkataan Fiqh yang didalam
bahasa Indonesia ditulis fikih atau fiqih atau kadang-kadang feqih, artinya faham atau
pengertian. Kalau dihubungkan dengan perkataan ilmu tersebut diatas, dalam hubungan ini dapat
juga dirumuskan, ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-
norma dasar dan ketentuan umum yang terdapat dalam al-quran dan sunnah Nabi Muhammad
yang direkam dalam kitab-kitab hadist. Dengan kata lain, ilmu fikih adalah ilmu yang berusaha
memahami hukum-hukum yang terdapat didalam al-Quran dan sunah Nabi Muhammad untuk
diterapkan pada manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang berkewajiban
melaksanakan hukum islam. Fikih bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum
yang mengatur perbuatan manusia, yang biasanya disebut sebagai perbuatan hukum.
Dalam praktik seringkali, kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum islam tanpa
menjelaskan apa yang dimaksud. Hal ini dapat dipahami karena keduanya sangat erta
hubungannya, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Fikih berisi rincian dari syariah,
karena itu ia dapat dikatakan sebagai elaborasi terhadap syariah. Elaborasi yang dimaksudkan
disini merupakan suatu kegiatan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran. Yang dimaksud
ijtihad adalah usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan mempergunakan segenap
kemampuan yang ada, dilakukan oleh orang (ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan garis hukum yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya di dalam al-quran dan
sunnah Rasulullah. Dalam fikih seseorang akan menemukan pemikiran-pemikiran para fukaha.
Dalam sistem hukum islam ada lima hukm atau kaidah yang dipergunakan sebagai
patokan mengukur perbuatan manusia baik dibidang ibadah maupun dilapangan muamalah.
Kelima jenis kaidah tersebut, disebut Al-Ahkam Al-Khamsah atau penggolongan hukum yang
lima,yaitu (1) jaiz atau mubah atau ibahah, (2) sunnat, (3) makruh, (4) wajib dan (5) haram.
Menurut Tahir Azhary ada tiga sifat hukum islam, yang pertama yaitu bidimensional,
artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (Ilahi). Disamping itu sifat
bidimensional yang dimiliki hukum islam juga berhubungan dengan sifatnya yang luas atau
komprehensif. Hukum islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan saja, tetapi mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat dimensional merupakan sifat pertama yang melekat
pada hukum islam dan merupakan fitrah hukum islam. Sifat kedua adalah adil, ia mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan sifat dimensional. Dalam hukum islam keadilan bukan saja
merupakan tujuan, tetapi merupakan sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah dalam islam
ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan setiap manusia baik sebagai individu
maupun masyarakat. Karena itu sebagai sifat ketiga dalam hukum islam adalah individualistik
dan kemasyarakatan yang diikat oleh nilai-nilai transendental yaitu wahyu Allah yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan sifat ini, hukum islam memiliki validitas
baik bagi perorangan maupun masyarakat. Dalam sistem hukum lainnya sifat ini juga ada, hanya
saja nilai-nilai transendental sudah tidak ada lagi. Tiga sifat hukum islam yang asli itu juga
mempunyai hubungan yang erat dengan dua sifat yang lain yakni komprehensif dan dinamis.

C. Ruang Lingkup Hukum Islam


Hukum islam baik dalam pengertian syariah maupun fikih dibagi dalam 2 bagian besar,
yakni bidang akidah dan bidang muamalah. Ibadah adalah tata cara dan upacara yang wajib
dilakukan orang muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti menjalankan sholat,
membayar zakat, menjalankan ibadah puasa dan haji. Ketentuannya telah diatur dengan pasti
oleh Allah dan dijelaskan oleh Rasulullah-Nya. Degan demikian tidak mungkin ada proses yang
membawa perubahan dan perombakan secara asasi mengenai hukum, susunan, cara dan tata cara
ibadah sendiri. Yang mungkin berubah hanyalah penggunaan alat-alat modern dalam
pelaksanaanya. Adapun muamalat dalam pengertian yang luas adalah ketetapan Allah yang
langsung berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan tersebut terbatas
pada yang pokok-pokok saja. Oleh karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui
ijtihad manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan hukum
publik. Ini disebabkan karena menurut sistem hukum islam pada hukum perdata terdapat segi-
segi publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya. Dalam hukum islam yang
disebutkan hanya bagian-bagiannya saja. Menurut H.M Rasjidi bagian-bagian hukum islam
adalah (1) munakahat (2) wirasah (3) Muamalat dalam arti khusus (4) jinayat atau ukubat (5)
al-ahkam al-sulthaniyah (khilafah), (6) siyar (7) mukhashamat.
Apabila bagian-bagian hukum islam itu disusun menurut sistematik hukum barat, yang
membedakan an tara hukum perdata dengan hukum publik seperti yang diajarkan dalam
pengantar Ilmu Hukum di tanah air kita, susunan hukum muamalah dalam arti luas itu adalah
Sebagai berikut:
Hukum perdata (islam) adalah
1. Munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta
akibatnya.
2. Wirasah mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta
peninggalan sertra pembagian warisan. Hukum kewarisan islam disebut juga ilmu faraid.
3. Muamalat dalam arti yang khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata
hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam. Perserikatan, dan
sebagainya.
Sedangkan hukum publik (islam) adalah
4. Jinayat memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman
baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah tazir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah
perbuatan pidana. Jarimah hudud adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan
batas hukumannya dalam al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad. Jarimah tazir adalah
perbuatan pidana yang bentuyk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh penguasa sebagai
pelajaran bagi pelakunya.
5. Al-Ahkam As-sulthaniyah membiicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara,
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, tentara, pajak, dan sebagainya.
6. Siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan negara
lain.
7. Mukhashamat mengatur soal peradilan, kehakiman dan hukum acara.
Dari hal-hal yang sudah dikemukakan jelas bahwa hukum islam itu luas, bahkan luasnya
hukum islam tersebut masih dapat fikembangkan lagi sesuai dengan aspek-aspek yang
berkembang dalam masyarakat yang dirumuskan oleh para fukaha di masa lampau, seperti
hukum bedah mayat, hukum bayi tabung, keluarga berencana, hukum bunga bank, eutanasia dan
lain sebagainya. Serta berbagai aspek kehidupan lainnya dapatmerupakan hukum islam melalui
sumber hukum islam yang ketiga yakni ar-rayu dengan menggunakan ijtihad.

D. Tujuan Hukum Islam


Apabila dipelajari secara seksama ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya yang
terdapat dalam al-Quran dan kitab-kitab hadis yang shahih, maka akan dapat mengetahui tujuan
hukum islam. Adapun tujuan hukum islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka; mengarahkan mereka pada kebenaran
untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia didunia dan di akhirat kelak, dengan jalan
mengambil segala manfaat dan mencegah atau menolak yang mudharat, yakni yang tidak
berguna bagi hidup dan kehidupan manusia.abu Ishaq al-Shatibi merumuskan lima tujuan hukum
islam yang disebut maqashid al-khamsah, yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta. Kelima tujuan ini kemudian disepakati oleh para ahli hukum islam. Agar dapat dipahami
dengan baik dan benar masing-masing tujuan hukum islam tersebut.
1. Memelihara Agama
Agama merupakan tujuan pertama hukum islam. Itu dikarenakan agama merupakan pedoman
hidup manusia dan di dalam agam islam selain dari komponen-komponen akidah yang
merupakan pegangan hidup setiap muslim serta akhlak yang merupakan sikap hidup seorang
muslim, terdapat juga syariah yang merupakan jalan hidup seorang muslim baik dalam
berhubungan dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Ketiga komponen itu, dalam
agama islam, berjalin berkelindan. Selain itu, agama islam memberi perlindungan kepada
pemeluk agama lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinanya. Agama islam tidak
memaksakan pemeluk agama lain untuk meninggalkan agamanya untuk memeluk agama islam.
Hal ini jelas disebutkan dalam QS Al-Baqarah:256 yang artinya tidak ada paksaan untuk
memasuki agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah.
Karena itulah maka hukum islam wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan
menjamin kemerdekaan setiap orang untuk beribadat menurut keyakinannya.
2. Memelihara Jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Untuk itu hukum islam wajib memelihara hak
manusia untuk hidup dan mempertahankan hidupnya. Hukum islam melarang pembunuhan
sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan
oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatan hidupnya.
3. Memelihara Akal
Menurut hukum islam seseorang wajib memelihara akalnya, karena akal mempunyai peranan
yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Dengan mempergunakan akalnya,
manusia akan dapat berfikir tentang Allah, alam semesta dan dirinya sendiri. Manusia juga dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seseorang tidak akan mampu menjalankan
hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal yang sehat. Penggunaan akal itu
harus diarahkan pada hal-hal atau sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan hidup manusia.
Tidak untuk hal-hal yang merugikan kehidupan.
4. Memelihara Keturunan
Dalam hukum islam, memelihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Untuk itu dalam
hukum islam untuk meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut
ketentuan-ketentuan yang ada dalam al-Quran dan as-Sunnah dan dilarang melakukan perbuatan
zina yang terdapat dalam QS 17 (Al-Isra) yang artinya dan janganlah kamu mendekati zina.
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Hukum
kekeluargaan dan kewarisan islam adalah hukum yang secara khusus diciptakan Allah untuk
memelihara kemurnian darah dan kemaslahatan keturunan. Dalam hubungan ini perlu dicatat
bahwa dalam al-Quran, ayat-ayat hukum mengenai kedua bagian hukum islam ini diatur lebih
rinci dan pasti dibandingkan dengan ayat-ayat hukum yang lainnya, agar pemeliharaan dan
kelanjutan keturunan dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.
5. Memelihara Harta
Menurut hukum islam harta adalah pemberian Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat
mempertahankan hidup dan melangsungkan kehidupannya. Oleh karena itu, hukum islam
melindungi hak manusia untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal dan sah serta
melindungi kepentingan harta seseorang, masyarakat dan negara, misalnya penipuan,
penggelapan, perampasan, pencurian dan kejahatan lain terhadap harta orang lain. Peralihan
harta seorang yang telah meninggal dunia pun juga diatur secara rinci oleh hukum islam agar
peralihan itu dapat berlangsung dengan baik dan adil berdasarkan fungsi dan tanggung jawab
seseorang dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat.
Jika diperhatikan secara sungguh-sungguh hukum islam ditetapkan oleh Allah adalah untuk
memenuhi keperluan hidup manusia itu sendiri, baik keperluan hidup yang bersifat
primer,sekunder maupun tersier.

Anda mungkin juga menyukai