Anda di halaman 1dari 20

LAMPIRAN

NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK

1. Ketua Pelaksanaan Kegiatan


a. Nama Lengkap : Windy Agustiany
b. NIM : 130140063
c. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
d. Perguruan Tinggi : Universitas Malikussaleh
e. Nomor Selular : 085276500806
f. E-mail : windyagustianyarama17@gmail.com
g. Waktu untuk kegiatan PKM : 3 bulan

2. Anggota Pelaksana
a. Nama : Iis Rinari Putri
b. NIM : 130140018
c. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
d. Perguruan Tinggi : Universitas Malikussaleh
e. Nomor Seluler : 082273763619
f. E-mail : iisrina.riputri@gmail.com
g. Waktu untuk kegiatan PKM : 3 Bulan

a. Nama : Muhammad Fazlunnazar


b. NIM : 150140014
c. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
d. Perguruan Tinggi : Universitas Malikussaleh
e. Nomor Seluler : 082272808693
f. E-mail : muhammadfazlun13@gmail.com
g. Waktu untuk kegiatan PKM : 3 bulan
NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING
1. Nama Lengkap dan Gelar : Fikri Hasfita, ST., MT
2. Golongan Pangkat dan NIP : Penata III/C/197609012006042034
3. Jabatan Fungsional :-
4. Jabatan Struktural : Lektor
5. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
6. Perguruan Tinggi : Universitas Malikussaleh
7. Bidang Keahlian : Teknologi lingkungan
8. Nomor seluler : 082117069373
9. Waktu untuk kegiatan PKM : 3 Bulan
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan :
2. Bidang Kegiatan : () PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Windy agustiany
b. NIM : 130140063
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Perguruan Tinggi : Universitas Malikussaleh
e. Alamat Rumah : Jalan tirta kencana
h. E-mail : windyagustianyarama17@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Fikri Hasfita, S.T., M.T
b. NIP : 197609012006042034
c. Alamat Rumah dan No.Hp : Jalan
Peutua Ali No.19 . Lhokseumawe
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp. 5.000.000
b. Sumber lain : Rp. -
7. Jangka Waktu Pelaksanaan: 3 bulan

Lhokseumawe, 07 November 2016


Menyetujui
Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan,

(Nasrul ZA, S.T., M.T) (Windy Agustiany)


NIP. 196803162003121001 NIM. 130140063

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pembimbing

(Dr. Anwar, S.T., M.T., M.Ag) (Fikri Hasfita, S.T., M.T)


NIP. 1969081022002121001 NIP. 197609012006042034

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini potensi limbah (cangkang) telur di Indonesia cukup besar.
Potensi tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya
dimanfaatkan untuk hiasan kerajinan. Telur yang sudah diolah menjadi bahan
makanan, cangkang atau kulit telurnya tentu sudah tidak terpakai lagi.
Masyarakat umumnya membuang limbah cangkang kulit tersebut tanpa
memanfaatkannya terlebih dahulu. Di Indonesia produksi kulit telur akan terus
berlimpah selama telur diproduksi di bidang peternakan serta digunakan sebagai
bahan baku pembuatan makanan.
Setiap cangkang telur mengandung 7.000 17.000 pori sehingga
diperkirakan dapat menyerap suatu solut dan dapat digunakan sebagai adsorben.
Cangkang telur kering mengandung sebagian 94% CaCO3 (Salman, 2012).
Pada penelitian ini, cangkang telur akan diaktivasi secara fisika melalui
proses kalsinasi untuk memperoleh CaO. yang merupakan komponen pengaktif
yang dihasilkan dari CaCO3 untuk mengadsorpsi asam lemak bebas dan senyawa
peroksida yang terkandung dalam minyak jelantah.
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah dipakai berulang kali
dan merupakan minyak yang telah rusak. Kerusakan minyak secara umum
disebabkan oleh proses oksidasi dan hidrolisis selama penggorengan sehingga
menghasilkan asam lemak yang berbahaya bagi tubuh dan senyawa peroksida
yang menimbulkan bau tengik serta warna coklat pekat pada minyak. Minyak
jelantah yang sudah memiliki kandungan tersebut tidak layak lagi digunakan dan
jika dibuang akan mencemari lingkungan, akan tetapi dengan meningkatkan
kualitasnya minyak jelantah tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan
pembuat sabun, kosmetik dan juga biodiesel.

Pemanfaatan cangkang telur ayam untuk pemurnian minyak jelantah


telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya ialah Pratiwi (2013), dengan
menggunakan adsorben non aktivasi dari cangkang telur ayam yang dijadikan
tepung kerabang. Variabel yang digunakan ialah massa adsorben, waktu operasi
dan kecepatan pengadukan. Hasil terbaik yang diperoleh yaitu pada massa
tepung kerabang 7 gram, dengan kecepatan pengadukan 500 rpm dan lama
waktu pengadukan 60 menit untuk bilangan asam ialah sebesar 5,632 mgKOH/g
dengan persentase penurunan sebesar 88% (Pratiwi,2013).
Fitriyana (2015) juga menggunakan adsorben cangkang telur ayam yang
telah diaktivasi secara fisika pada suhu 600 oC untuk menurunkan bilangan asam
dan bilangan peroksida minyak jelantah. Variabel yang digunakan ialah massa
adsorben dan waktu operasi. Hasil terbaik yang diperoleh yaitu pada massa
adsorben 9 gram dengan waktu pengadukan dapat menurunkan bilangan asam
dan bilangan peroksida secara berurut sebesar 91% dan 51,635%, Dengan hasil
bilangan asam 0,3923 mg KOH/g dan bilangan peroksida 7,516 mek O2/kg
(Fitriyana,2015).
Karena beberapa penelitian tersebut tidak menjelaskan karakteristik
adsorben dari cangkang telur ayam maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suhu dan waktu aktivasi pada pembuatan adsorben dari
cangkang telur ayam yang akan diaplikasikan untuk menurunkan bilangan asam
dan bilangan peroksida minyak jelantah sehingga sesuai SNI 3741-2013 yang
ditetapkan.

1.2 Perumusan Masalah


Potensi limbah (cangkang) telur di Indonesia cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Setiap cangkang telur mengandung 7.000 17.000
pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solut dan dapat digunakan
sebagai adsorben.
Minyak jelantah ialah sebutan untuk minyak goreng yang
sudah digunakan lebih dari 3-4 kali penggorengan. Tingginya
angka asam dan angka peroksida suatu minyak jelantah
menunjukkan buruknya kualitas dari minyak jelantah tersebut,
dan jika dibuang akan mencemari lingkungan. Agar minyak jelantah
dapat dimanfaatkan kembali, maka perlu dilakukan regenerasi
minyak tersebut dengan menurunkan angka asam dan angka
peroksida menggunakan adsorben dari cangkang telur ayam
ras.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melihat pengaruh suhu dan waktu aktivasi pada pembuatan adsorben dari
cangkang telur ayam ras terhadap penurunan bilangan asam dan peroksida
pada minyak jelantah.
2. Mengetahui karakteristik adsorben dari cangkang telur ayam ras yang
diaktivasi secara fisika.
3. Mengetahui cara pembuatan adsorben dari cangkang telur ayam ras.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelititan ini alah untuk menambah informasi dalam bidang
ilmu pengetahuan, khususnya teknik kimia mengenai pengaruh suhu dan waktu
aktivasi pada adsorben dari cangkang telur ayam ras terhadap penurunan
bilangan asam dan bilangan peroksida minyak jelantah.

1.5 Batasan Masalah


Penelitian ini hanya dibatasi untuk melihat karakteristik adsorben dari
cangkang telur ayam ras yang kemudian diaplikasikan untuk pemurnian minyak
jelantah dengan variable yang divariasikan yaitu suhu dan waktu aktivasi Variasi
suhu aktivasi yang diambil adalah 800oC, 850oC, 900oC, 1000 oC, 1100oC dan
variasi waktu aktivasinya adalah 1 jam, 2 jam, 3 jam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cangkang Telur Sebagai Adsorben


Kulit telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi melindungi
semua bagian telur dari luka atau kerusakan. Cangkang telur kering mengandung
sekitar 94% kalsium karbonat, 3% fosfor dan 3% terdiri atas
magnesium,natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan tembaga. Setiap cangkang
telur mengandung 7.000 17.000 pori sehingga diperkirakan dapat menyerap
suatu solut dan dapat digunakan sebagai adsorben. Kalsium karbonat (CaCO3)
adalah komponen utama yang terdapat dalam kulit telur. CaCO3 berupa
serbuk, putih, tidak berbau, tidak berasa, stabil di udara, tidak larut dalam air,
kelarutan dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam amonium atau
karbondioksida, larut dalam asam nitrat dengan membentuk gelembung gas.
Salah satu sifat kimia dari CaCO3 adalah dapat menetralisasi asam (Salman,
2012)..
Cangkang telur memiliki sifat-sifat adsorpsi yang baik, seperti struktur
pori, CaCO3 dan protein asam mukopolisakarida yang dapat dikembangkan
menjadi adsorben. Gugus fungsi terpenting dari protein asam mukopolisakarida
adalah karboksil, amina dan sulfat yang dapat mengikat ion logam berat
untuk membentuk ikatan ion. Selain itu, cangkang telur merupakan agen
netralisasi dimana semua jenis larutan mudah mengalami kesetimbangan
sehingga logam berat dapat mengendap dan terdeposit dalam partikel cangkang
telur.

2.2 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan penyerapan partikel atau ion pada permukaan zat
penyerap. Dengan cara ini, komponen-komponen dari suatu larutan, baik itu dari
larutan gas ataupun cairan, bisa dipisahkan satu sama lain (Treybal, 1980).
Adsorpsi terjadi melalui proses sebagai berikut :

a. Perpindahan massa dari cairan ke permukaan butir.


b. Difusi dari permukaan butir ke dalam butir melalui pori.
c. Perpindahan massa dari cairan dalam pori ke dinding pori.
4
d. Adsorpsi pada dinding pori.
Adsorpsi dapat terjadi karena adanya energi permukaan dan gaya tarik-
menarik permukaan. Sifat dari masing-masing permukaan berbeda, tergantung
pada susunan dalam molekul-molekul zat. Adsorpsi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu adsorpsi fisika (fisisorpsi) dan adsorpsi secara kimia (kemisorpsi).
Pada proses fisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-
gaya van der Waals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan
pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol. Sedangkan pada proses
adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan
kimia.
2.2.1 Media Penyerap (Adsorben)
Adsorben adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam yang
sangat besar. Permukaan yang luas ini terbentuk karena banyaknya pori pori
yang halus pada padatan tersebut. Disamping luas spesifik dan diameter pori,
maka kerapatan unggun, distribusi ukuran partikel maupun kekerasannya
merupakan data karekteristik yang penting dari suatu adsorben.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas adsorben adalah cara dan
proses pengolahan. Penetapan kualitas arang umumnya dilakukan terhadap
kombinasi sifat kimia dan fisika.
1. Sifat Fisika
a. Kadar air
Kadar air merupakan kandungan air dalam arang dengan kondisi kering
udara. Pada saat arang keluar dari tungku pengarangan, kadar air yang
terkandung sangat kecil, biasanya kurang dari 1%. Proses penyerapan air
dari udara sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat kadar air mencapai
kadar air keseimbangan dengan udara sekitarnya. Arang yang berkualitas
baik yang dipasarkan adalah arang yang mempunyai kadar air 5-10 %.
2. Sifat Kimia
a. Kadar abu
Kadar abu merupakan jumlah sisa dari akhir proses pembakaran. Residu
tersebut berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses
pembakaran.
b. Kadar zat menguap
Zat mudah menguap adalah zat selain air, yaitu karbon terikat dan abu
yang terdapat di dalam adsorben, yang terdiri atas cairan yang tidak habis
dalam proses karbonisasi atau kalsinasi. Kadar zat mudah menguap ini
tergantung pada proses pengarangan dan temperatur yang diberikan.
Apabila proses karbonisasi atau kalsinasi lama dan temperatur
karbonisasi ditingkatkan akan semakin menurunkan persentase kadar zat
menguapnya.
c. Kadar karbon terikat
Kadar karbon terikat adalah fraksi C dalam adsorben. Kadar karbon
terikat dipengaruhi oleh kadar zat mudah menguap dan kadar abu.
Semakin besar kadar air, kadar zat menguap, kadar abu maka akan
menurunkan kadar karbon terikat.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Adsorpsi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi yaitu :
1. Proses pengadukan
Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion
juga dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil maka
adsorben sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film
diffusion yang merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan
penyerapan. Dan jika pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion
sampai titik pore diffusion yang merupakan faktor pembatas dalam sistem
batch dilakukan pengadukan yang tinggi.
2. Karakteristik Adsorben
Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu energi permukaan dan
gaya tarik permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran partikel dan

luas permukaan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan
digunakan sebagai adsorben.
3. Kelarutan adsorben
Proses adsorpsi terjadi pada molekul molekul yang ada dalam larutan harus
dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan
adsorben. Sifat unsur yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik terhadap
cairannya yang lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar larut.
Dengan demikian unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben
bila dibandingkan dengan unsur yang tidak larut.

2.3 Aktivasi Fisika

Aktivasi fisika adalah suatu perlakuan terhadap adsorben yang bertujuan


untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan kimia atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga mengalami perubahan sifat
secara fisika yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi. Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume,
memperluas diameter pori dan dapat menimbulkan beberapa pori yang baru.
Metode aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan uap
air (H2O), gas karbondioksida (CO2), oksigen (O2), dan nitrogen (N2). Gas-gas
tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada
adsorben sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang
mudah menguap dan membuang produksi pengotor pada adsorben.
Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi
pada temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan CO2 yang tersebar dalam
permukaan adsorben karena adanya reaksi antara adsorben dengan zat
adsorben.
Adapun aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan alat furnace.
Furnace adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk memanaskan bahan,
mengubah bentuknya dan sifat-sifatnya. Prinsip kerjanya adalah memanaskan
bahan sampel dengan memasukkan dalam ruang pemanas. Panas pada
termokopel berasal dari filamen yang diberi tegangan sehingga menimbulkan
panas.

2.4 Proses Kalsinasi Adsorben Cangkang Telur


Pada cangkang telur terdapat kandungan CaCO3 sebesar 94% berat,
sehingga sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan baku adsorben. Dengan
cara kalsinasi, maka akan dihasilkan senyawa pengaktif yaitu CaO dengan
reaksi sebagai berikut:
CaCO3(s) CaO(s) + CO2 (g)
Proses kalsinasi merupakan pemanasan zat padat dibawah titik leleh
untuk menghasilkan keadaan dekomposisi termal dari transisi fasa lain
selain fasa lelehan. Kalsinasi adalah perlakuan termal yang dilakukan terhadap
adsorben agar terjadi dekomposisi senyawa yang berikatan kimia dengan
adsorben, yaitu air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Kalsinasi merupakan proses
endotermik yang berarti memerlukan panas.
Kalsinasi diperlukan sebagai penyiapan serbuk untuk diproses lebih
lanjut dan juga untuk mendapatkan ukuran partikel yang optimum serta
menggunakan senyawa-senyawa dalam bentuk garam atau dihidrat menjadi
oksida, membentuk fase kristal. Peristiwa yang terjadi selama proses kalsinasi
antara lain:
1. Pelepasan air bebas (H2O) dan terikat (OH) berlangsung sekitar suhu
o o
100 C dan 300 C.
o
2. Pelepasan gas CO2 berlangsung sekitar suhu 600 C dan pada tahap ini
disertai terjadinya pengurangan berat yang cukup berarti
o
3. Pada suhu lebih tinggi (sekitar 800 C maupun lebih) struktur kristal sudah
terbentuk, dimana pada kondisi ini ikatan di antara partikel serbuk belum
kuat dan mudah lepas.

2.5 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)


Minyak jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang telah
berulangkali digunakan. Selain penampakannya yang tidak menarik, coklat
kehitaman, bau tengik, minyak jelantah sangat mempunyai potensi yang besar
dalam membahayakan kesehatan tubuh.
Proses pemanasan selama minyak digunakan merubah
sifat fisika-kimia minyak. Pemanasan dapat mempercepat
hidrolisis trigliserida dan meningkatkan kandungan asam lemak
bebas (FFA) di dalam minyak. Minyak jelantah mengandung asam lemak
bebas yang tinggi antara 3% - 40%. Minyak jelantah mengandung berbagai
radikal bebas, yang setiap saat siap untuk mengoksidasi organ tubuh secara
perlahan. (Ma & Hanna, 1999).
Secara kimia, dalam minyak sawit terdapat sekitar 45,5 persen asam
lemak jenuh yang didominasi oleh asam lemak palmitat dan sekitar 54,1
persen asam lemak tak jenuh yang didominasi oleh asam lemak oleat.
Sementara pada minyak jelantah, angka asam lemak jenuh jauh lebih tinggi
dari pada angka asam lemak tidak jenuhnya. Asam lemak jenuh sangat
berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu berbagai penyakit penyebab
kematian, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker.
Selama penggorengan makanan, terjadi perubahan fisik dan kimia,
baik pada makanan yang digoreng maupun minyak yang dipakai sebagai
media untuk menggoreng Menurut para ahli kesehatan, minyak goreng hanya
boleh digunakan dua sampai empat kali menggoreng. Umumnya minyak
goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu minyak mencapai 200-300
C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak,
sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap meningkatnya
kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang
larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak (Hidayat, 2005).

2.6 Bilangan Asam


Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan
kualitas minyak. Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas
yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak. Besarnya
bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak
tersebut. Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
pula, Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya.
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram
minyak. Rumus perhitungan bilangan asam adalah:
Bilangan asam (mg KOH/gram) = V KOH x N KOH x 56,1
W
Keterangan: V= volume titran (ml)
N = normalitas titran (N)
W= berat sampel (gram)
Dari rumus di atas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH, jika
digunakan larutan NaOH untuk titrasinya, maka faktor tersebut menjadi 39,9.
Berdasarkan SNI 3741-2013, nilai bilangan asam maksimal 0,6 mg KOH/gram.
Trigliserida yang terkandung di dalam sudah banyak yang terurai menjadi
asam lemak bebasnya akibat reaksi hidrolisa. Hal ini bisa terjadi pada proses
pemanasan minyak pada suhu tinggi dan berulang-ulang.

2.7 Bilangan Peroksida


Bilangan peroksida menyatakan banyaknnya jumlah minyak atau lemak
yang telah mengalami oksidasi.
Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi
minyak. Minyak yang mengandung asam - asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.
Selanjutnya terbentuk senyawa keton dan aldehid yang menyebabkan bau dan
cita rasa tengik pada minyak sehingga menjadi pertanda minyak telah rusak.
Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak
dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya
tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Berdasarkan SNI 3741-
2013, nilai bilangan asam maksimal 10 mek O2/gram (SNI-3741-2013. 2013).
Jumlah peroksida yang terdapat dalam minyak ditetapkan dengan
metode iodometri. Rumus perhitungan bilangan peroksida adalah:

Bilangan peroksida (mek O2/ kg) =

Keterangan: V = Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi sampel (ml)


N = Normalitas (moleq/L)
W = massa sampel minyak jelantah (mg)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia dan Teknik
Mesin Universitas Malikussaleh pada bulan November hingga Desember 2016.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan antara lain :
1. Oven
2. Muffle Furnace
3. Blender
4. Neraca analitis
5. Bola penghisap
6. Screening 80 mesh
7. Erlemeyer 250 ml dan 100 ml
8. Buret
9. Pipet tetes
10 . Pipet volume 5 ml
11 . Spatula
12 Batang pengaduk
13 Gelas kimia 100 ml
14. Cawan Alumunium
15. Stopwatch

3.2.2 Bahan
Bahan yang diperlukan yaitu:
1. Cangkang telur ayam ras
2. Aquades
3. Na2S2O3 0,1 N
4. NaOH 0,1 N
5. Minyak jelantah
6. Indikator PP
7. Indikator amilum 1%
8. Etanol 96%
9. Kloroform
10. Asam asetat glasial
11. Kalium Iodida 20%

3.3 Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu dan waktu aktivasi
T = 800oC, 850oC, 900oC, 1000 oC
t = 1 jam, 2 jam, 3 jam.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar zat
menguap, kadar karbon, bilangan asam dan bilangan peroksida minyak
jelantah.
3. Variabel Tetap
Variabel tetap yang direncakan dalam penelitian ini adalah ukuran adsorben 80
mesh, waktu pengadukan 15 menit dan massa adsorben 5 gram.

3.4 Prosedur Kerja


Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Pembuatan adsorben
1. Cangkang telur ayam dicuci beberapa kali hingga bersih.
2. Lapisan membran dipisahkan dari cangkangnya kemudian dikeringkan pada
suhu ruang dengan cara dijemur.
3. Haluskan cangkang telur ayam dengan menggunakan blender
4. Bubuk cangkang telur kemudian diayak menggunakan ayakan dengan ukuran
80 mesh.
5. Setelah diayak, kemudian dipanaskan pada suhu ruang.

3.4.2 Aktivasi Adsorben Secara Fisika


1. Adsorben cangkang telur ayam yang telah diayak, dibakar di furnace pada suhu
800oC, 900oC, 1000oC, 1100 oC selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam.
2. Setelah dibakar, adsorben yang telah menjadi adsorben kemudian didingikan
hingga beratnya konstan.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data


1. 20 gram minyak jelantah dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Adsorben yang telah diaktivasi, masing-masing ditimbang dengan berat 5 gram
kemudian digunakan untuk mengadsorpsi kandungan asam lemak dan senyawa
peroksida pada minyak jelantah.
3. Proses adsorpsi dilakukan dengan waktu pengadukan selama 15 menit.

3.4.4 Teknik Analisis


3.4.4.1 Uji Karakteristik Adsorben Cangkang Telur Ayam
A. Uji Kadar
1. Kadar Air
Timbang 2 gram sampel yang telah dikalsinasi selama 1 jam pada suhu 1000
C dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian dioven pada suhu
105 C selama 2 jam. Kemudian didinginkan hingga beratnya konstan lalu
ditimbang. Lalu dihitung persen kandungan airnya dengan rumus:

Kadar air = 100%

Keterangan: Wo = berat sampel (gram)


W1 = berat cawan dan sampel sebelum dipanaskan
W2 = berat cawan dan sampel sesudah dipanaskan
2. Kadar Zat Menguap (Volatil)
Timbang 2 gram sampel yang telah dikalsinasi selama 1 jam pada suhu 1000
C dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam
muffle furnace pada suhu 900oC selama 7 menit. Setelah penguapan selesai,
cawan kemudian didinginkan hingga beratnya konstan dan selanjutnya
ditimbang.

Kadar zat menguap = 100%

Keterangan: Wo = berat sampel (gram)


W1 = berat cawan dan sampel sebelum dipanaskan
W2 = berat cawan dan sampel sesudah dipanaskan
3. Kadar Abu
Timbang 2 gram sampel yang telah dikalsinasi selama 1 jam pada suhu 1000
C dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam
muffle furnace pada suhu 900C selama 2 jam. Setelah penguapan selesai,
cawan kemudian didinginkan hingga beratnya konstan dan selanjutnya
ditimbang.

Kadar zat abu = 100%

Keterangan: Wo = berat sampel (gram)


W1 = berat cawan dan sampel sebelum dipanaskan
W2 = berat cawan dan sampel sesudah dipanaskan
4 Uji Kadar Karbon
Uji kadar karbon dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar Karbon = 100% - %(Kadar Air + Kadar Abu +Kadar Zat Menguap)

3.4.4.2 Penetapan Bilangan Asam


1. Ditimbang 10 gram masing-masing sampel minyak jelantah yang telah
diadsorpsi kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Ke dalam sampel ditambahkan 50 ml etanol 96% dan tambahkan 5 tetes
indikator phenofftalein (PP).
3. Larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda.
4. Bialngan asam dihitung menggunakan persamaan berikut:

Bilangan Asam =

3.4.4.3 Penetapan Bilangan Peroksida

1 Ditimbang 5 0,05 gram masing-masing sampel minyak jelantah yang telah

diadsorpsi kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.


2. 12 ml kloroform dan 18 ml asam asam asetat glasial ditambahkan ke dalam
sampel.
3. Larutan dihomogenkan sampai bahan terlarut semua.
4 Setelah semua bahan tercampur, ditambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI dan
dihomogenkan.
5. Ditambahkan 30 ml aquades ke dalam larutan tersebut.
6. Ke dalam campuran larutan ditambahkan 0,5 ml amilum 1%
7. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berubah warna dari biru
sampai dengan warna biru mulai menghilang.
8. Bilangan peroksida dihitung menggunakan rumus berikut.

Bilangan peroksida (mek O2/ kg) =

Keterangan: V = Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi sampel (ml)


N = Normalitas (moleq/L)
W = massa sampel minyak jelantah (mg)
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyana, Eka Syafitri. 2015. Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam Sebagai


Adsorben Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Jelantah. Politeknik
Negeri Smarinda.
Hidayat. 2005. Kualitas dan Peningkatan Mutu Minyak Jelantah. Jakarta:
Yudhistira.
Ma Hanna, 1999. Pengaruh Asam Lemak terhadap Kesehatan. Jakarta: Erlangga.

Pratiwi, Etchi. Y. R, 2013. Pemanfaatan Tepung Kerabang (Cangkang Telur)


sebagai Adsorben pada Minyak Jelantah. Politeknik Sriwijaya Palembang.
Salman, D.D., Ulaiwi, W.S., Tariq, N.M, 2012. Determination the Optimal
Conditions of Methylene Blue Adsorption by the Chicken Egg Shell
Membrane. International Journal of Poultry Science, 391-396.
SNI-3741-2013. 2013. Standar Mutu Minyak Goreng. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional Indonesia.
Treyball,RE. 1980. Mass Transfer Operation Third Edition. NewYork:
McGraw-Hill Book Company.
20

Blok Diagram Pembuatan Adsorben Cangkang Telur Ayam Ras

Cangkang telur ayam ras

Dicuci dan dibersihkan dari selaput membran

Dikeringkan dengan cara dijemur

Dihaluskan menggunakan blender

Diayak menggunakan ayakan ukuran 80 mesh

Dijemur

Diaktivasi Fisika dengan cara dipanaskan pada muffle furnace


pada suhu 800oC, 900oC, 1000oC, 1100 oC
dengan waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam

Dibiarkan dingin

Ditimbang

Uji karakteristik adsorben


meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar zat menguap kadar karbon

Adsorben yang memiliki hasil uji karakteristik terbaik digunakan


untuk adsorpsi pada minyak jelantah

Dianalisa bilangan asam dan bilangan peroksida


pada minyak jelantah

Anda mungkin juga menyukai