Anda di halaman 1dari 35

BAB I

DESTILASI

1.1 Pengertian Destilasi


Distilasi adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
titik didih atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Destilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan
komponen yang ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya.
Hasil destilasi disebut destilat dan sisanya disebut residu. Jika campuran berair
didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan.
Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatil atau komponen dengan titik
didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan
terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat
pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah.

1.2 Klasifikasi Destilasi


1.2.1 Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :
 Distilasi kontinyu
Disebut distilasi kontinyu jika prosesnya berlangsung terus menerus.
Ada aliran bahan masuk sekaligus aliran bahan keluar.
 Distilasi batch
Disebut distilasi batch jika dilakukan satu kali proses, yakni bahan
dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya
(distilat dan residu).
1.2.2 Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :
 Distilasi atmosferis ( 0,4-5,5 atm mutlak )

1
Destilasi atmosferis merupakan proses distilasi yang mana tekanan
operasinya adalah tekanan atmosferis (1 atm) atau sedikit di atas tekanan
atmosferis. Destilasi atmosferis bertujuan untuk memisahkan fraksi yang
terkandung dari komponen yang akan dipisahkan pada tekanan atmosfer.
Dari pemanasan awal suhu tidak boleh terlalu tinggi.
 Distilasi vakum ( ≤ 300 mmHg pada bagian atas kolom )
Destilasi vakum adalah destilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm ( ≤
300 mmHg absolut ). Proses destilasi dengan tekanan dibawah tekanan
atmosfer. Prinsip dari destilasi vakum ini yaitu dengan cara menurunkan
tekanan diatas permukaan cairan dengan bantuan pompa vakum, maka
cairan yang didestilasi akan mudah menguap, karena cairan ini akan
mendidih dibawah titik didih normalnya
 Distilasi tekanan
Destilasi tekanan merupakan proses pemisahan komponen dari
campurannya dengan menggunakan panas / steam sebagai tenaga
pemisah, dimana tenaga yang digunakan adalah tekanan tinggi.
1.2.3 Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu :
 Destilasi sistem biner
Jika suatu campuran biner pada suasana liquid dipanaskan pada tekanan
konstant , maka pada saat tekanan uap yang dihasilkan campuran tersebut
sama dengan tekanan sistem, maka akan terjadi kondisi didih, kondisi ini
disebut titik didih (bubble point).
 Destilasi sistem multi komponen
1.2.4 Berdasarkan sistem operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :
 Single-stage Distillation
Single stage distillation biasa juga disebut dengan flash vaporization
atau equilibrium distilation, dimana campuran cairan diuapkan secara
parsial. Pada keadaan setimbang, uap yang dihasilkan bercampur dengan
cairan yang tersisa, namun pada akhirnya uap tersebut akan dipisahkan
dari kolom seperti juga fase cair yang tersisa.

2
 Multi stage Distilation
Multi stage distilation adalah proses penyuling air laut dengan berkedip
sebagian air menjadi uap dalam beberapa tahapan dasar penukar panas
lawan.

1.3 Menara Destilasi

Gambar 1.1 Unit destilasi


Suatu unit destilasi terdiri dari; kolom destilasi (menara), reboiler, overhead
condenser, dan reflux drum.
1. Kolom destilasi
Kolom destilasi adalah sebuh menara tinggi dimana dipasang sejumlah
baki-baki denagn jarak 30-70 cm. dalam kolom itu terjadi pemisahan antara
destilat dan produk dasar karena perbedaan titik didih kedua komponen umpan
.
2. Reboiler
Reboiler digunakan untuk memanaskan cairan yang mengalir keluar
dari dasar kolom dan menguapkanya. pemanasan akan menghasilkan uap yang
cukup untuk pemisahan Suatu penukar panas vertikal jenis rongga dan tabung
(shell and tube) dengan perangkai tabung tetap (fixed tubesheet) digunakan
sebagai reboiler. Sebagai medium pemanas biasanya digunakan uap air.

3. Overhead condenser

3
Overhead condenser adalah alat penukar panas untuk mendinginkan
dan mengembunkan uap yang keluar dari puncak kolom dan lebih banyak
mengandung komponen bertitik didih rendah. Untuk overhead condenser
sering digunakan penukaran panas jenis rogga dan tabung (shell and tube)
untuk medium pendingin dapat digunakan refrigerant atau air karena biaya
lebuh murah , biasanya air pendingin sering digunakan.
4. Reflux drum
Sebagai pencampur dari reflux drum dikembalikan ke kolom destilasi
(disebut reflux) dan sisanya di kirim ke tangki produk. Pompa yang digunakan
untuk pengembalian disebut reflux pump. Untuk menjamin kemantapan operasi
pompa, harus ada cairan yang cukup dalam reflux drum itu.
1.3.1 Kolom Pemisah
Dalam sebuah kolom pemisah, kita kenal dua jenis kolom: Packed
Column dan Trayed Column.
1. Packed Column
Packed Column adalah sebuah kolom yang memiliki material packing
yang berfungsi untuk meningkatkan kontak antara cairan dan uap. Hal ini
dikarenakan packing dapat mempengaruhi pergerakan cairan dan gas
dalam sebuah kolom. Transfer terjadi di dinding-dinding dalam packing.
Dalam packed column, material packing dibagi menjadi tiga jenis:
a. Random packing, dimana packing dimasukkan ke dalam sebuah kolom
secara random, tanpa adanya penyusunan.
b. Stacked packing, dimana packing dimasukkan ke dalam sebuah kolom
dengan cara disusun untuk memberikan sebuah susunan packing yang
seragam.
c. Structured packing, merupakan sebuah packing yang dibuat untuk
memberikan sebuah konfigurasi geometrik yang spesifik. Contohnya
adalah structured packing yang dibuat dari plat besi yang dibentuk
secara bergelombang.
2. Trayed Column

4
 Sieve tray
Sieve tray adalah alat yang dipasang pada plat baki yang dibor
untuk membuat lubang-lubang dengan diameter 4-30 mm. Alat ini
sering digunakan karena sederhana dan sering digunakan dan efisiensi
tinggi. Pada suatu sisi plat baki dipasang weir yang gunanya untuk
menampung cairan dalam jumlah yang cukup. Cairan yang sudah
penuh di weir akan menuju ke baki dibawahya melaui downcomer.
 Bubble cup
Bubble cup tray juga biasa digunakan. Alat ini mempunyai
bubble cup yang letaknya di atas lubang plat baki. Uap yang lewat akan
melaui resier dan memasuki slit. Pada bubble cup arah alairan uap
akan di belokkan dan uap disembur melalui slit. Selanjutnya uap yang
dari puncak kolom menuju ke overhead condenser.

1.4 Mekanisme Kerja Sistem Distilasi


Bahan baku dari tangki bahan baku dengan tekanan 1 sampai 5 bar dialirkan ke
kolom distilasi yaitu di plate-plate kemudian mengalir kebagian dasar menara.
Kolom distilasi, baki-baki yang disusun secara seri cairan (A) yang terdapat
diatas baki dan dijaga supaya kontak dengan uap (B) yang datang dari plate
dibawahnya. Uap yang datang dari baki dibawahnya didistribusikan secara merata
kepermukanan baki, uap ini dihasilkan oleh reboiler. Pemanasan ini menghasilkan
sejumlah uap yang cukup untuk pemisahan. Suatu penukar panas jenis rongga dan
tabung (shell and tube) dengan perangkai tabung tetap (fixed tubesheeet)
digunakan sebagai reboiler sebagai medium pemanas biasanya digunakan uap air.
Cairan yang turun dari baki yang lebih tinggi akan kontak dengan uap. Cairan
itu tumpah dan mengalir ke baki yang dibawahnya melalui downcomer atau weir.
Setelah kontak dengan cairan, uap akan naik ke baki yang ada diatasnya melalui
lubang-lubang.

5
Pemisahan komponen terjadi pada waktu cairan di baki atas kontak dengan uap
yang datang dari baki dibawahnya. Komponen bertitik didih tinggi akan
mengembun ketika didinginkan dengan cara kontak dengan cairan di baki tersebut.
Sementara itu cairan dibaki dipanaskan oleh uap yang naik dibawahnya. Hal ini
mengakibatkan komponen bertitik didih rendah akan menguap. Hasilnya uap yang
menuju plate yang lebih tingi menjadi kaya akan komponen bertitik didih rendah.

6
BAB II
ABSORPSI

2.1 Pengertian Absorpsi


Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
Dalam proses absorbsi perlu diketahui karakteristik dari absorben, absorben
adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorbsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
juga disebut cairan pencuci. Adapun persyaratan cairan yang dapat dijadikan
absorben adalah sebagai berikut:
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi besar.
2. Tidak berbusa bila berkontak dengan gas untuk mengurangi dalam penggunaan
alat.
3. Memiliki tekanan uap yang rendah.
4. Tidak korosif untuk mengurangi perawatan dan penggunaan alat anti korosi.
5. Mempunyai viskositas yang rendah sehingga mengurangi pressure drop dan
kebutuhan pompa, sehingga meningkatkan aliran massa.
6. Stabil secara termis untuk mengurangi kebutuhan penggantian pelarut.
7. Tidak beracun dan nonflammable untuk pertimbangan aspek safety saat proses
absorpsi berlangsung.
8. Murah.
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-
gas yang dapat larut, alat untuk memisahkan partikel debu dan tetesan cairan),

7
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam), dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Beberapa absorbat yang teradsorp pada permukaan absorben dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi daya absorpsi, yaitu
:
1. Jenis absorbat, dapat ditinjau dari:
Ukuran molekul absorbat
Polaritas molekul absorbat
2. Sifat absorben, dapat ditinjau dari:
Kemurnian absorben
Luas permukaan absorben
3. Temperatur.
4. Tekanan.

2.2 Kolom Absorpsi


Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorpsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.
Berikut adalah gambar struktur bagian dalam kolom absorpsi :

Gambar 2.1 Bagian dalam kolom absorpsi

8
Keterangan :
a. Spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.
b. Output gas keluar.
c. Input pelarut/absorben masuk.
d. Output pelarut dan gas keluar.
e. Tempat pencampuran pelarut dan umpan.
f. Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk di
absorpsi.
Cara kerja kolom absorpsi :
1. Di dalam kolom absorpsi terdapat zat yang berbeda fase mengalir berlawanan
arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan
ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat
berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah
menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas
dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas
dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian
atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi
packing atau plate dengan tingkat sesuai kebutuhan.

2.3 Peralatan Absorpsi


Adapun tipe-tipe kolom absorpsi adalah sebagai berikut :
1. Tray Tower
2. Packed Column
3. Spray Tower
4. Bubble Column
2.3.1 Tray Tower
Tray Tower Scrubber atau Plate Tower Scrubber merupakan scrubber
vertikal, dimana bagian dalam dari kolom berisi sejumlah tray atau plate
yang disusun pada jarak tertentu (tray/plate spacing) di sepanjang kolom.

9
Jumlah tray/plate ideal yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil pemisahan
bergantung pada tingginya kesulitan pemisahan zat yang akan dilakukan dan
juga ditentukan berdasarkan perhitungan neraca massa dan kesetimbangan.
Gas yang mengalir dari bagian bawah scrubber akan melintas dari lubang-
lubang yang ada pada setiap pelat yang digenangi oleh aliran air yang
mengalir dari bagian atas scrubber.

Gambar 2.2 Aliran uap tray tower


Berikut adalah spesifikasi dari Tray Tower :
 Kapasitasnya tinggi.
 Efisiensi tinggi.
 Pressure drop sedang.
 Biaya instalasi dan perawatan murah.
 Korosi rendah.
Berikut adalah jenis-jenis Plat Tray Tower :
1. Sieve Tray
Tray jenis ini terdiri dari lubang-lubang yang berdiameter antara 3 –
12 mm. Luas penguapan atau luas lubang-lubang ini sekitar 5-15 % luas
tray. Cairan diupayakan tidak mengalir melalui lubang-lubang tersebut
dengan mengatur energi kinetik dari gas dan uap yang mengalir.
Ketinggian atau kedalaman cairan pada tray dapat dipertahankan dengan
limpasan (overflow) pada tanggul (outlet weir).

10
Gambar 2.3 Aliran pada sieve tray
2. Valve Tray
Valve tray adalah modifikasi dari jenis sieve dengan menambahkan
katup-katup untuk mencegah kebocoran atau mengalirnya cairan ke
bawah melewati lubang tray pada saat tekanan uap rendah. Tray jenis ini
biasanya lebih mahal 20 % dari sieve tray. Namun kelebihannya di
rentang operasi laju alir yang lebih lebar bila dibandingkan sieve tray.

Gambar 2.4 Valve Tray


3. Bubble Cap Tray
Bubble cap tray sudah digunakan lebih dari seratus tahun yang lalu
namun pada tahun 1950 mulai digantikan dengan jenis valve tray. Desain
bubble cap ini lebih rumit sehingga biayanya menjadi lebih mahal.
Namun jenis ini dapat digunakan apabila diameter kolomnya sangat
besar.

11
Gambar 2.5 Bubble cap tray

2.3.2 Packed Tower


Packed Tower adalah kolom pemisah berupa silinder tegak yang
didalamnya berisi sejumlah isian (packing) yang digunakan sebagai alat
kontak fase gas-cair atau cair-cair (Samsudin, 2015). Packed tower banyak
digunakan sebagai alat pemisah suatu campuran yang mendasarkan pada
operasi difusi, yang melibatkan kontak antara:
1. Fasa gas dengan fasa cair (Distilasi, Absorpsi, dan Desorpsi)
2. Fasa cair dengan fasa cair (Ekstraksi)
Packed tower terdapat suatu kontak arus berlawanan yang kontinue
antara dua fase yang imisibel. Menara – menara ini merupakan kolom-kolom
vertikal yang telah diisi dengan packing.

Gambar 2.6 Packed tower

12
2.3.3 Spray Tower
Menara sembur terdiri dari sebuah menara dimana terletak dari puncak
menara cairan disemburkan dengan menggunakan nozel semburan. Tetes-
tetes cairan akan bergerak ke bawah karena gravitasi dan akan berkontak
dengan arus gas yang naik ke atas. Nozel semburan dirancang untuk
membagi cairan kecil-kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan, makin besar
kecepatan transfer massa. Tetapi apabila ukuran tetes cairan terlalu kecil,
tetes cairan dapat terikut arus gas keluar. Menara sembur biasanya
digunakan untuk transfer massa gas yang sangat mudah larut.

Gambar 2.7 Skema spray tower


2.3.4 Bubble Tower
Kolom gelembung (Bubble tower) adalah peralatan tempat terjadinya
proses perpindahan massa, dimana gas akan berkontak dengan liquid. Gas
akan terdispersi ke dalam fase liquid yang kontinue dalam bentuk
gelembung. Tingkat perpindahan massa dalam kondisi tertentu akan
menentukan lajunya dimana seluruh proses terjadi. Tujuan proses ini adalah
untuk dapat terjadinya laju perpindahan massa yang tinggi, yaitudengan
memperbesar luas interfacial dan tingkat intensitas turbulensi yang tinggi.
Kolom bubble merupakan alat kontak dimana gas yang masuk berupa
bubble bergerak secara relatif terhadap phase liquida kontinyu. Gas masuk
melalui sparger pada dasar kolom, begitu gas masuk kedalam kolom maka
liquida akan mengembang. Dalam kolom, gas terdispersi ke dalam fase

13
liquid dalam bentuk gelembung-gelembung kecil yang berakibat luas
kontaknya menjadi besar. Perpindahan massaterjadi selama pembentukan
gelembung dan juga selama gelembung naik kepermukaan.
Kolom gelembung (bubble coloum) dapat berupa piringan dengan
sejumlah lubang yang di las pada risers atau chimney, dimana uap akan lewat
melintas dari bagian bawah kolom. Tiap risers dipenuhi oleh sejumlah cap
berbentuk bell (genta) untuk mempercepat uap melalui risers tersebut.

14
BAB III
STRIPPING

3.1 Pengertian Stripping


Stripper adalah pemisah, sedangkan prosesnya disebut dengan stripping.
Dalam kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan
dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia.
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan
mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent) yang
tidak larut ke dalam cairan.
Outlet dari stripper ini merupakan suatu liquid yang sudah mengandung sedikit
atau bisa dikatakan bebas dari gas yang akan dipisahkan, sebagai contoh bila kita
akan memisahkan oksigen dan air maka outletnya merupakan air yang kandungan
oksigen atau nilai DO nya sudah rendah atau dapat dikatakan oksigen yang
terkandung di dalam air sudah sedikit. Maka inilah salah satu peristiwa yang dapat
dikatakan sebagai pemisahan dengan menggunakan stripper.
CO2
product
PCA1104

Ejector
Stripper
Liquid
mixture from
absorber

PCA1040
FC1050

TI1407 Steam Generator

To absorber

Gambar 3.1 PFD dari stripper


Wet gas stripper bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel yang terdapat
dalam suatu aliran gas. Gas stripper merupakan suatu dinding-dinding pemisah
yang banyak, dan gas inlet unuk menerima aliran gas yang bergerak menuju outlet

15
gas melalui aliran gas yang sudah rapat dari tempatnya berada. Partikel tersebut
terkumpul disuatu area pembentuk yang terdapat disuatu titik. Liquid yang tersebar
di spray elemen di alirkan menuju dinding pemisah yang terdapat di area
pengumpul partikel-partikel untuk membuat suatu suatu pemisahan partikel antara
gas dan liquid.
Pada dasarnya prinsip kerja kolom stripper adalah proses penguapan biasa,
pada temperatur tertentu fraksi ringan yang temperatur didihnya lebih rendah dari
temperatur puncak kolom akan menguap dan keluar melalui puncak kolom. Secara
umum untuk membantu penguapan dilakukan dengan injeksi steam atau dengan
bantuan alat penukar panas reboiler untuk menaikkan temperatur.

3.2 Kolom Stripper


Kolom stripper merupakan salah satu peralatan utama dalam proses distilasi
karena kolom ini berfungsi untuk mempertajam pemisahan komponen –
komponen, sehingga bisa memperbaiki mutu suatu produk dengan memisahkan
fraksi ringan yang tidak dikehendaki dalam produk tersebut.

3.3 Cara Kerja Kolom Stripper


Prinsip Kerja Kolom Stripper yakni air limbah (nilai COD sekitar 40.000 ppm)
dari tangki penampung, dipompa ke bagian atas kolom melalui pipa distribusi,
supaya air dapat disebar merata diatas permukaan packing. Dari bagian bawah
kolom, udara masuk kemudian bergerak ke atas menebus tumpukan packing. Di
dalam packing terjadi kontak antara fasa gas & fasa cair akibat tubrukan antara
aliran udara yg ke atas dengan aliran limbah yg ke bawah. Selama kontak fasa gas
& air, terjadi difusi/perpindahan bahan organik limbah dari aliran air ke aliran
udara.
Aliran air keluar dari bagian bawah kolom sudah berkurang kandungan bahan
organiknya [nilai COD sekitar 6500 ppm]. Aliran udara keluar dari bagian atas
bersama dgn bahan bahan organik [bahan limbah yang mudah menguap].

16
Campuran udara & uap limbah ini dapat terbakar menghasilkan energy panas yang
dapat dimanfaatkan lebih lanjut didalam suatu incinerator.
Air stripper yang umum dijumpai adalah jenis air stripper dengan arah aliran
udara dan air saling berlawanan arah (counter current). Air yang mengandung
bahan berbahaya dipompakan dari bagian atas menara dengan cara disemprotkan,
sedangkan udara dipompakan dari bagian bawah. Telah dijelaskan di atas bahwa
packed material yang terdapat di dalam menar memungkinkan terjadinya kontak
permukaan yang lebih luas.

3.4 Jenis-jenis Stripper


Ada dua macam jenis stripper yaitu :
1. Stripper dengan Injeksi Steam
Injeksi steam bertujuan untuk menurunkan tekanan partial diatas
permukaan cairan, sehingga fraksi ringan yang terikut ke dasar kolom stripper
akan lebih mudah menguap dan kembali ke kolom fraksinasi.
2. Stripper dengan Reboiler
Pemanasan kembali pada bottom solar stripper bertujuan agar terjadi
penguapan. Uap dalam reboiler mempunyai specific gravity (SG) yang lebih
rendah dari pada SG cairan di dasar stripper, cairan di dasar stripper akan
mendorong uap kembali ke stripper dan seterusnya menguap kembali ke kolom
fraksinasi. Stripper dengan reboiler ada dua macam :
 Stripper dengan Dapur Reboiler
Reboiler jenis ini banyak digunakan. Bentuknya seperti dapur yang
berfungsi untuk memanaskan fluida cair dari dasar stripper yang masih
banyak mengandung fraksi-fraksi ringan yang tidak dikehendaki. Dengan
bantuan pompa cairan dilewatkan melalui dapur dan dipanaskan sampai
suhu tertentu, sehingga fraksi ringan yang tidak dikehendaki didalam produk
akan teruapkan melalui puncak stripper. Dengan menguapkan fraksi ringan
maka produk dari dasar stripper flash pointnya akan naik.
 Stripper dengan Thermosiphon Reboiler

17
Reboiler jenis ini berbentuk seperti alat penukar panas yang terdiri dari
shell and tube dan banyak digunakan pada unit yang mempunyai produk
dengan temperatur yang masih tinggi sehingga panasnya dimanfaatkan
sebagai reboiler stripper. Prinsip kerja reboiler ini bekerja atas dasar
perbedaan spesific gravity yaitu dengan adanya pemanasan dari media
pemanas cairan yang ada pada dasar stripper. Cairan yang lebih panas
mempunyai specific gravity lebih kecil, sehingga cairan pada dasar stripper
mendesak cairan yang berbeda pada alat penukar panas kembali ke stripper,
sehingga terjadi aliran pada alat penukar panas tersebut. Dengan adanya
aliran tersebut, fraksi ringan yangmasih terkandung didasar stripper akan
naik dan menguap melalui puncak stripper. Dengan demikian produk yang
diambil dari dasar stripper diharapkan sudah sesuai dengan spesifikasinya.

18
BAB IV
ADSORPSI

4.1 Pengertian Adsorpsi


Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun
gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis)
pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap
oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh
gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu).

4.2 Macam-macam Adsorpsi.


4.2.1 Adsorpsi Fisika (Physisorption)
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara
zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan
biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan
molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama

19
dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai
derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu
sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan
molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.
4.2.2 Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh
lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama
dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan
pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi
antara atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada
permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana
terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan
selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.

4.3 Prinsip Kerja Adsorpsi


Terjadinya adsorpsi dikarenakan adanya ketidakstabilan atau dalam bahasa
ilmiah dinamakan residual forces pada permukaan suatu zat adsorben dimana
adanya kestabilan itu membuatnya cenderung berikatan dengan zat lain yang
cocok untuk mencapai kestabilan.
Maka dari itu, pada umumnya material adsorben memiliki gugus yang
dinamakan dengan sisi aktif dimana gugus ini berperan penting pada proses
adsorpsi yaitu dalam berinteraksi dengan molekul adsorbat. Selain adanya
interaksi ini, adsorpsi juga bisa disebabkan karena keberadaan rongga atau pori
pada material adsorben.
Material seperti karbon aktif dan zeolit merupakan material berpori yang
memiliki luas permukaan besar di dalamnya. Akibatnya, adsorbat dapat masuk ke
dalam pori dan memenuhi rongga yang ada sehingga akan terjebak di dalam pori
tersebut.

20
Selanjutnya material yang telah berada dalam adsorben dapat distabilkan
posisinya dengan berbagai interaksi seperti ikatan hidrogen, interaksi dipol,
interaksi elektrostatik, interaksi van der waals, dan lain sebagainya.

4.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi


4.4.1 Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam
proses adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
4.4.2 Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif
untuk digunakan sebagai adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi
kecepatan dimana adsorpsi terjadi.
4.4.3 Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang
diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil
ukuran diameter adsorben maka semakin luas permukaannya.
4.4.4 Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan.
Senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya
dan karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan senyawa yang
sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian karena banyak senyawa yang
dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa senyawa
yang sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah.
4.4.5 Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi
ketika molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk
diserap. Adsorpsi paling kuat ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar
sehingga memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.
4.4.6 pH

21
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar
terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri
diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan
karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam
organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa
organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi.
4.4.7 Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi
kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat
dengan meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya
temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm,
derajat adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu
yang lebih tinggi.

22
BAB V
EKSTRAKSI

5.1 Pengertian Ekstraksi


Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu
atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur
antara lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya
dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain,
misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut
organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokhlet. Metode
sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair
secara kontinu. Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik
ekstraksi:
1. Bahan ekstraksi : Campuran bahan yang akan diekstraksi
2. Pelarut (media ekstraksi) : Cairan yang digunakan untuk melangsungkan
ekstraksi
3. Ekstrak : Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
4. Larutan ekstrak : Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
5. Rafinat (residu ekstraksi) : Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
6. Ekstraktor : Alat ekstraksi
7. Ekstraksi padat-cair : Ekstraksi dari bahan yang padat
8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction) : Ekstraksi
dari bahan ekstraksi yang cair

23
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan
diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak
dalam pelarut.
Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan dalam jumlah tahap
yang banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah
konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut
yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali
biayanya menjadi mahal.
Semakin kecil partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan yang
harus ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin
rendah tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika
kapiler-kapiler bahan padat semakin halus dan jika ekstrak semakin terbungkus di
dalam sel (misalnya pada bahan-bahan alami).

5.2 Macam-macam Ekstraksi


5.2.1 Ekstraksi padat-cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat
larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada ekstraksi,
yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut
menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak.
Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di bagian dalam
bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan terjadi kesetimbangan konsentrasi
antara larutan tersebut dengan larutan di luar bahan padat.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja
ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair,
yaitu:
 Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase
padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang
seluas mungkin.

24
 Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju
alir bahan ekstraksi.
 Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak
lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.
5.2.2 Ekstraksi cair-cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin. Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute
dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair.
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling
campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase
solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan
konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya
pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving
force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan
dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang.
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.

25
Gambar 5.1 Proses ekstraksi cair-cair
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur
berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya
dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan
setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat).
Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran
dan pernisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang
dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip
yang tersebar pada seluruh ketinggiannya).
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika,
bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam.
logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis.

5.3 Konsep Ekstraksi Cair - Cair

26
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar
perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang
digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya.
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong
pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih
besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan
massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan
masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini,
bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang
sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi
ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas
mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan
menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).

5.4 Prinsip Ekstraksi Cair-cair


Prinsip kerja ekstraksi cair-cair adalah pemisahan senyawa yang mempunyai
perbedaan kelarutan pada 2 pelarut yang berbeda. Dakam hal ini ekstraksi cair-cair
digunakan untuk memisahkan satu atau lebih senyawa menggunakan dua pelarut
yang tidak saling bercampur, dimana senyawa akan terdistribusi di antara dua fase
sesuai dengan derajat kelarutannya yang kemudian masing-masing jenuh dan
terjadi pemisahan.

27
28
BAB VI
APLIKASI DESTILASI

6.1 Azeotrop Dehydration Tower

6.1.1 Landasan Teori


Azeotrop Dehydration Tower merupakan salah satu fasilitas utama
untuk mendapatkan kembali pelarut (asam asetat) yang sudah dipakai pada
reaksi oksidasi di CTA (Crude Terepthalic Acid) plant untuk digunakan
kembali (recycle). Alat ini bekerja berdasarkan prinsip destilasi azeotrop.
Azeotrop Dehydration Tower merupakan kolom untuk memisahkan
antara sedikit PX, MA, dan air dengan asam asetat. Azeotrop Dehydration
Tower menerima umpan dari stripper still pot, atmospheric absorber dan
condensate tank, serta bahan tambahan NBA (n-buthyl acetate) dari NBA
separator dan dari reaktor.
Campuran yang ada di dalam Azeotrop Dehydration Tower dipanaskan
oleh reboiler. Dengan memanfaatkan perbedaan titik didih air, PX dan MA
yang memiliki titik didih lebih rendah dari dalam asam asetat akan menguap
dan menjadi produk atas, yang kemudian didinginkan sekaligus untuk
memanaskan steam untuk menggerakan turbin pada kompresor. Untuk
memudahkan pemisahan antara fase cair dengan fase uap maka di kolom
Azeotrop Dehydration Tower ditambahkan NBA. Cairan yang terkondensasi
kemudian masuk ke condensate tank dimana sebagian dikembalikan ke
towersebagai reflux, dan sisanya dikirim ke MA Tower untuk dipisahkan
antara MA dengan air dan sedikit PX. Dibagian bawah dehydration tower,
sebagian asam asetat digunakan sebagai fresh liquid untuk menangkap
padatan yang terbawa oleh uap yang berasal dari solvent stripper dan sebagai
absorbent di high pressure absorber. Sebagian besar asam asetat hasil produk
bawah Azeotrop Dehydration Tower dimasukkan ke dehydrating solvent tank.
6.1.2 Proses Destilasi Azeotrop di CTA Plant

29
Distilasi adalah suatu proses pemisahan campuran yang terdiri dari dua
atau lebih campuran berdasarkan perbedaan titik didih (boiling point). Dalam
proses pemisahan tersebut, terkadang dijumpai suatu campuran yang memiliki
titik didih hampir berdekatan yang sulit dipisahkan dengan distilasi biasa,
untuk itu perlu dilakukan proses pemisahan yang lain. Salah satunya dengan
azeotrop destilation seperti halnya distilasi yang lain, prinsip kerja azeotrop
dehidration tidak berbeda jauh. Pada distilasi kolom biasa, tidak ada zat
khusus yang dimasukkan ke dalamnya, sedangkan pada azeotrop dehidration
ada penambahan zat khusus untuk memudahkan pemisahan komponen yang
ada di dalamnya.
Proses destilasi untuk mendapatkan kembali pelarut pada CTA plant
menggunakan Azeotrop Dehydration Tower. Proses destilasi yang dilakukan
di PT MCCI adalah destilasi azeotrop, yaitu dengan menambahkan NBA (n-
buthyl acetate) untuk mempermudah pemisahan antara air dan asam asetat.
NBA akan bercampur dengan air. Dalam fase uap dengan perbandingan
massa NBA berbanding air sebesar 3:1, campuran air dan NBA akan
membentuk uap azeotrop dan membentuk campuran yang titik didihnya lebih
rendah dari pada titik didih air. Dengan begitu, air akan lebih mudah diuapkan
sehingga dapat mengurangi biaya energy untuk pemanasan di reboiler karena
kalor yang dibutuhkan lebih sedikit.
Di PT MCCI menara distilasi yang digunakan memiliki tinggi sekitar
52 meter dengan menggunakan tray di dalamnya. Jenis tray yang digunakan
adalah sieve tray.

30
Gambar 6.1 Sieve tray

Gambar 6.2 Kolom destilasi dan komponen pendungkungnya


6.1.3 Prinsip Kerja
Di PT MCCI untuk memudahkan pemisahan campuran yang masuk
kolom distilasi, maka dimasukkan suatu zat yaitu NBA (Normal Buthyl
Asetat) yang memiliki titik didih 1250C. Rumus kimia dari NBA adalah
[CH3COO(CH2)CH3]. NBA yang masuk kolom distilasi tersebut kemudian

31
akan mengikat HAC sehingga akan sukar menguap dan akhirnya akan
menjadi produk bawah. Disamping itu juga NBA mempunyai fungsi untuk
menurunkan titik didih air sehingga akan mudah menguap dan menjadi
produk atas. Sebelum menggunakan NBA titik didih air adalah 100 oC,
sedangkan ketika air bercampur dengan NBA titik didihnya menjadi 900 C.
Perbedaan titik didih air dan HAC lebih besar akan memudahkan proses
pemisahan antara keduanya sehingga akan mereduksi kebutuhan tray yang
terlalu banyak.
Disamping mereduksi kebutuhan tray, penambahan NBA juga dapat
mereduksi kebutuhan steam. Sebelum menggunakan NBA kebutuhan steam
untuk menara distilasi adalah sekitr 47 ton/jam, namun ketika digunakan
NBA, kebutuhan steam yang digunakan menjadi 27 ton/jam sehingga akan
meminimalkan biaya yang dibutuhkan. Selain itu penambahan NBA juga akan
mendapatkan produk yang lebih murni.

Jenis zat Titik didih (0C )


Air 100
MA 56

HAC 118

NBA 125
Table 6.1. Titik didih zat di dalam menara distilasi
Umpan yang masuk menara distilasi berasal dari banyak line. Namun
yang memiliki pengaruh yang signifikan berasal dari high pressure absorber,
atmospheric absorber, kondensat dari reaktor oksidasi dan dari stripper still
pot. Umpan yang masuk tersebut kemudian akan diuapkan dengan
menggunakan 3.5 steam (steam yang bertekanan 3,5 kg/cm2). Suhu di bottom
product dipertahankan sekitar 1300C.
Umpan liquid yang masuk kolom distilasi akan turun ke bagian bawah
kolom distilasi kemudian akan dimasukkan ke dalam reboiler. Di reboiler,

32
umpan liquid akan dipanaskan dengan menggunakan steam 3,5 kg/cm2, liquid
yang menguap akan menuju atas kolom distilasi dan menjadi produk atas.
6.1.4 Produk Azeotrop Dehydration Tower
Azeotrop dehidration tower di PT MCCI digunakan untuk memisahkan
berbagai macam campuran, antara lain MA (Metil Asetat), HAC (Acetic
Acid), air dan PX (Paraxylene). Pada azeotrop dehidration tower tersebut
akan diambil produk yang dipisahkan dari dua zat lainya.
1. Produk atas (Top product)
Pada bagian atas akan diperoleh produk yang sebagian besar
mengandung uap air, uap air tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam
condenser yang terdiri dua buah yaitu E-1765A1/2. Uap yang yang masuk
condenser tersebut kemudian dikondensasi dengan menggunakan BW (Boiler
Feed Water). BW yang digunakan untuk mengondensasi tersebut merupakan
BW yang telah digunakan di condenser sebelumnya (E-1765B). BW yang
masuk ke E-1765A1/2 kemudian akan masuk ke mist separator.
Di mist separator tersebut, BW yang memiliki suhu cukup panas akan
menguap dan menjadi vacum steam, steam yang dihasilkan di mist separator
tersebut kemudian akan dilewatkan ke demister untuk menyaring uap air yang
kemungkinan terbawa steam. Steam yang dihasilkan tersebut kemudian akan
digunakan untuk membantu kerja expander, sementara air yang tidak
menguap akan disirkulasikan ke E-1765A1/2 untuk menjadi pendingin.
Sedangkan uap air yang terkondensasi akan dimasukkan ke dalam condensate
drum. Di condensate drum, karena kondensatnya masih memiliki suhu yang
cukup tinggi dan juga mengandung gas yang berasal dari produk atas, maka
akan terjadi penguapan. Uap tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
condenser untuk dikondensasi. Kondensatnya akan dikembalikan lagi ke
condensate drum sedangkan uap yang tidak terkondensasi akan dimasukkan
ke MA absorber untuk diambil metil asetatnya. Di condensate drum levelnya
dijaga 60% dengan temperatur sekitar 860 C.

33
Kondensat yang berasal dari condensate drum kemudian akan
dimasukkan ke dalam flash drum. Di flash drum uapnya akan dimasukkan ke
dalam MA tower sedangkan kondensatnya akan dimasukkan ke dalam NBA
separator untuk dipisahkan antara NBA dan airnya. Airnya akan dimasukkan
ke dalam MA tower sedangkan NBA-nya akan dimasukkan ke dalam azeotrop
dehidration tower.
2. Produk tengah
Pada bagian tengah dari menara distilasi (yaitu pada tray 20.30 dan 40)
akan diperoleh uap PX. Uap PX yang dihasilkan kemudian akan
dikondensasikan menggunakan condenser, kemudian kondensat yang
diperoleh sebagian di-recycle dan sebagian lagi dikirim ke feed mixing.
Banyaknya PX yang dikirim ke feed mixingtergantung dari sampel yang
diperoleh dari pompa yang digunakan untuk memompa cairan dari NBA
separator. Jika NBA yang diperoleh kurang dari 16% maka banyaknya PX
yang dikirim ke feed mixing akan berkurang, sementara jika jumlah NBA yang
diperoleh lebih dari 18% maka PX yang dikirim ke feed mixing akan semakin
banyak. Sampel yang diperoleh dari G-1766C/D merupakan sampel yang
diperoleh dari hasil pemisahan air, PX dan NBA yang berasal dari NBA
separator, dimana campuran yang dipisahkan tersebut merupakan top product
yang telah masuk condensate tank.
3. Produk Bawah (Bottom product)
Pada bagian bottom product , sebagian besar produk yang dihasilkan
adalah HAC (Asam asetat). HAC yang keluar sebagai bottom product suhunya
masih tinggi, yaitu sekitar 1300C, sehingga didinginkan dengan dengan
menggunakan PX yang akan masuk ke dalam feed mixing. Pada bottom
product diambil sampel dengan komposisi seperti tabel di bawah ini.

Item Standard Unit


HAC 80-93 %
H2O 8 +1 %
NBA max 100 ppm

34
BuOH max 15 ppm
PX max 15 ppm
Fe <1 ppm
Br <30 ppm
TBr <100 ppm
Na <20 ppm
Tabel 6.2. Komposisi bottom product

35

Anda mungkin juga menyukai