TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Minyak dari jarak pagar saat ini sedang dikembangkan di beberapa negara
seperti India, Nicaragua, dan beberapa Negara Afrika seperti Mali, Zimbabwe
bahkan beberapa negara di Eropa telah mengembangkan pemanfaatan potensi
minyak nabati sebagai bahan bakar, yaitu sebagai pengganti bahan bakar mesin
diesel, yang kemudian disebut biodiesel (Satish, L.,2004: Soerawidjaja, T.,2005 :
Puppung, P.,1985).
Meskipun demikian, tanaman ini tahan hidup didaerah yang sangat kering
dengan curah hujan hanya 48 – 200 mm/tahun, tetapi kondisi kelembapan harus
tinggi (Henning, R.,2004).
Sebaliknya, jarak pagar juga tetap dapat hidup didaerah yang bercurah
hujan tinggi sampai lebih dari 1500 mm/tahun, namun harus berdrainase baik
(Nurcholis, M.,2007 ).
Minyak dengan kadar air kurang dari 1 % dapat menghasilkan metil ester
lebih dari 90 % (Goff, M. and Baver. N.,2004).
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi, namun tidak menggeser letak keseimbangan, zat
yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami
perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri, suatu katalis berperan dalam reaksi
tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Penambahan katalis bertujuan untuk
mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis memungkinkan
reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah
juga pada suhu kamar 25 0 C, akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Untuk mempercepat reaksi transesterifikasi diperlukan katalisator berupa asam,
basa ataupun penukar ion, katalis yang biasa digunakan (NaOH, KOH), asam
HCL. Beberapa peneliti telah mencoba alkoholisis beberapa jenis lemak dan
minyak dengan katalis HCL, dan asam ferosulfonat (Kirk, R and Othmer,
P.,1979).
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivitas yang lebih
rendah, katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis bisa berupa basa, asam, atau enzim. Katalis asam lebih banyak digunakan
sebagai katalis dalam esterifikasi asam lemak bebas. Kelemahan katalis jenis ini
adalah waktu reaksi yang cukup lama dan suhu yang tinggi. Katalis asam yang
digunakan adalah H2SO4 dan HCl. Katalis basa yang umum digunakan dalam
reaksi transesterifikasi adalah KOH dan NaOH (Darnoko, D.,2005).
2.6 Metanol
Metanol sebagai jenis alkohol pereaktanya mengingat metanol adalah
senyawa alkohol berantai karbon terpendek dan bersifat polar, sehingga dapat
bereaksi lebih cepat dengan asam lemak, dapat melarutkan semua jenis katalis
(baik basa maupun asam) dan lebih ekonomis (Fangrui, M.,1999). Metanol adalah
jenis alkohol yang selalu dipakai pada proses transesterifikasi adalah metanol dan
etanol. Metanol merupakan jenis alkohol yang paling disukai dalam pembuatan
biodiesel karena metanol (CH3OH) mempunyai keuntungan lebih mudah bereaksi
atau lebih stabil dibandingkan dengan etanol (C 2H5OH) karena metanol memiliki
R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh.
Reaksi ini akan berlangsung dengan menggunakan katalis alkali pada tekanan
atmosfir dan temperatur antara 60 – 70°C dengan menggunakan
alkohol.Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa
adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan
dengan lambat ( Mittlebatch, M.,2004).
Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis
basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
2.8.1 Viskositas
Tujuan dari reaksi transesterifikasi adalah untuk menurunkan viscositas
kinematik dari minyak jarak pagar sehingga layak digunakan sebagai pengganti
diesel. Viscositas adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi,
untuk aliran grafitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding
dengan kerapan cairan, satuan viscositas dalam cgs adalah cm2 /second (stokes),
satuan SI untuk viscositas m 2/second (104 St), lebih sering digunakan centistokes
(cSt) ( 1cSt = 10-2 St = 1 mm2/s). Viskositas merupakan sifat fisis yang sangat
penting bagi bahan bakar mesin diesel. Viskositas ( kekentalan ) merupakan sifat
intrinsik fluida yang menunjukkan resistensi fluida terhadap alirannya, karena
gesekan didalam bagian cairan yang berpindah dari suatu tempat ke tempat yang
lain mempengaruhi pengatoman bahan bakar dengan injeksi kepada ruang
pembakaran, akibatnya terbentuk pengendapan pada mesin. Viskositas yang
terlalu tinggi dapat mempersulit proses pembentukan butir-butir cairan / kabut
saat penyemprotan / atomasi. Viskositas bahan bakar yang terlalu rendah akan
dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar. Viskositas yang
tinggi atau fluida yang masih lebih kental akan mengakibatkan kecepatan aliran
akan lebih lambat sehingga proses derajat atomisasi bahan bakar akan terlambat
pada ruang bakar. Kedua hal ekstrim ini dapat menimbulkan kerugian, sehingga
salah satu persyaratan bahan bakar mesin diesel adalah nilai viskositas standar
bahan bakar mesin diesel. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan proses kimia
yaitu proses transesterifikasi untuk menurunkan nilai viskositas minyak nabati itu
(2.1)
Dimana :
υ = Viskositas kinematik (St)
μ = Viskositas dinamik (poise)
ρ = Rapat massa (gr/cm3)
Viskositas kinematik dapat diukur dengan alat Viscometer Oswald. Persamaan
untuk menentukan viskositas kinematik dengan menggunakan Viscometer Oswald
(2.2)
Dimana :
μ = Viskositas kinematik (cSt)
K = Konstanta Viscometer Oswald
t = Waktu mengalir fluida didalam pipa viscometer (sekon)
Viscositas kinematik menjadi parameter utama dalam penentu mutu metil
ester, karena memiliki pengaruh besar terhadap efektivitas metil ester sebagai
bahan bakar. Minyak nabati memiliki viscositas yang lebih besar dibandingkan
viscositas bahan bakar diesel, yang menjadi kendala penggunaan langsung minyak
nabati, sebagai bahan bakar, salah satu tujuan utama transesterifikasi adalah
menurunkan viscositas minyak jarak nabati sehingga memenuhi standart bahan
baku diesel.
(2.3)
Dimana :
ρ = rapat massa (gr/cm 3)
m = massa (gr)
υ = volume (cm3)
Jika densitas rendah maka kemampuan bahan bakar minyak tinggi. Selain
viscositas, apabila lebih besar akan menyebabkan massa yang diinjeksi lebih besar
pula. Densitas biodiesel akan meningkat dengan meningkatnya ikatan rangkap dan
berkurangnya panjang rantai (Mittelbach, M.,2004).
2.8.3 Titik Kabut (Cloud Point) dan Titik Tuang (Pour Point)
Titik kabut adalah temperature saat bahan bakar mulai tampak berkeruh
bagaikan kabut ( berawan = cloudy ) pada suhu rendah. Hal ini terjadi karena
munculnya kristal-kristal ( padatan ) didalam bahan bakar. Meski bahan bakar
masih dapat mengalir pada suhu ini, keberadaan Kristal dalam bahan bakar dapat
Untuk menguji hasil penelitian terhadap biodiesel minyak jarak pagar apakah
sudah sesuai dengan standard biodiesel sehingga layak untuk
digunakan/dikonsumsi sebagai pengganti bahan bakar diesel, yang semakin lama
semakin berkurang yang dapat menyebabkan dunia prihatin karena cadangan
minyak bumi semakin menipis, standard biodiesel dan standard mutu solar dapat
dilihat seperti tabel dibawah ini :