Anda di halaman 1dari 66

DISTILASI

OPERASI TEKNIK KIMIA II


OLEH:
KHAIRUL AKLI, M.T.
Pendahuluan
 Distilasi merupakan suatu proses pemisahan campuran zat cair
yang mampu campur dan mudah menguap (volatil) dengan cara
penguapan menjadi komponen-komponennya, atau sekelompok
komponen tertentu.
 Pada distilasi, hampir semua komponen di dalam campuran
dapat menguap (volatil), berbeda dengan proses evaporasi,
dimana terdapat zat yang tidak dapat menguap.
 Keberhasilan metode distilasi sangat bergantung pada
pemahaman tentang kesetimbangan fasa uap-cair.

2
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Contoh
Distilasi

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II


3
Hukum Raoult
 Kesetimbangan dalam sistem uap-cair dibatasi oleh aturan fasa.
 Variabel dalam aturan fasa antara lain: temperatur, tekanan,
komposisi pada fasa uap dan komposisi pada fasa cair.
 Pada gas ideal, hukum Raoult untuk kesetimbangan uap-cair
dinyatakan dengan:
𝒑𝑨 = 𝑷𝑨 𝒙𝑨
dimana pA adalah tekanan parsial komponen A dalam uap, PA
adalah tekanan uap murni zat A, dan xA fraksi mol A dalam
cairan.
 Hukum hanya berlaku pada larutan ideal, seperti benzena–
toluena, heksana–heptana dan metil alkohol–etil alkohol, yang
biasanya merupakan senyawa yang saling mirip satu sama lain.

4
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Kesetimbangan Uap – Cair

 Komposisi uap di dalam kesetimbangan dengan cairan pada


komposisi tertentu ditentukan secara eksperimen dengan
menggunakan kolom kesetimbangan.

5
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Kesetimbangan Uap – Cair …

6
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Diagram T-x-y

 Kesetimbangan uap cair dapat ditampilkan dalam bentuk


diagram P-x-y atau T-x-y.

7
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Diagram T-x-y….
 Sistem benzena – toluena mengikuti hukum Raoult, sehingga diagram titik
didih dapat dihitung dari data tekanan uap tabel berikut:

 Untuk menghitung tekanan dan fraksi uap:


𝑝𝐴 + 𝑝𝐵 = 𝑃
𝑃𝐴 𝑥𝐴 + 𝑃𝐵 1 − 𝑥𝐴 = 𝑃
𝑝𝐴 𝑃𝐴 𝑥𝐴
𝑦𝐴 = =
𝑃 𝑃 8
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Contoh 1

Hitunglah komposisi uap dan cair dalam kesetimbangan pada


temperatur 95oC untuk benzena – toluena dengan menggunakan
tekanan uap padaTabel 11.1-1 pada tekanan 101,32 kPa.

9
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Sistem Azeotrop
 Azeotrop terbentuk akibat campuran cair berada pada titik didih
minimum atau maksimumnya.
 Jika hanya ada satu fasa cair, maka campuran tersebut membentuk
azeotrop homogen, sedangkan jika lebih dari satu fasa cair, maka
azeotropnya heterogen.

10
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Kontak Kesetimbangan Satu Tahap

 Misalkan terdapat sistem biner yang terdiri dari senyawa A dan


B. Jika nilai panas sensibel kecil dan panas laten kedua senyawa
adalah sama, maka apabila 1 mol zat A terkondensasi, maka 1
mol B harus menguap. Oleh karena itu total mol uap yang
masuk (V2) akan sama dengan V1 yang keluar. Begitu juga untuk
mol L0 dan L1. Hal ini yang disebut constant molal overflow.

11
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Contoh 2

Uap pada dew point dan tekanan 101,32 kPa yang mengandung
0,4 fraksi mol benzena (A) dan 0,6 untuk toluena (B), dan totalnya
100 kgmol dikontakkan dengan 110 kgmol cairan pada titik
didihnya dan mengandung 0,3 fraksi mol benzena dan 0,7 toluena.
Kedua aliran dikontakkan dalam satu tahap, dan aliran keluar
diasumsikan sudah mencapai kesetimbangan. Asumsi terjadi
constant molal overflow.
Hitunglah jumlah dan komposisi aliran keluar.

12
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Batch Sederhana

 Distilasi merupakan metode pemisahan berbagai komponen dari


larutan cair yang tergantung dari distribusi komponennya di antara
fasa uap dan cair.
 Semua komponennya berada dalam dua fasa. Fasa uap dihasilkan
dari penguapan fasa cair pada titik didihnya.
 Syarat dasar dari pemisahan komponen ini adalah komposisi uap
yang berbeda dari komposisi cair dimana kesetimbangan terjadi
pada titik didih zat cair.
13
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Volatilitas Relatif
 Volatilitas relatif (𝛼𝐴𝐵 ) didefinisikan sebagai rasio konsentrasi zat
A dalam uap terhadap konsentrasi zat A dalam cairan dibagi
rasio konsentrasi zat B dalam uap terhadap konsentrasi zat B
dalam cairan.
𝒚𝑨 /𝒙𝑨 𝒚𝑨 /𝒙𝑨
𝜶𝑨𝑩 = =
𝒚𝑩 /𝒙𝑩 (𝟏 − 𝒚𝑨 )/(𝟏 − 𝒙𝑨 )

 Jika sistem mengikuti hukum Raoult, maka:


𝑷𝑨 𝒙𝑨 𝑷𝑩 𝒙𝑩
𝒚𝑨 = 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝒚𝑩 =
𝑷 𝑷
 Untuk sistem ideal:
𝑷𝑨
𝜶𝑨𝑩 =
𝑷𝑩

14
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Volatilitas Relatif….

 Fraksi mol 𝑦𝐴 menjadi:


𝜶𝒙𝑨
𝒚𝑨 =
𝟏 + 𝜶 − 𝟏 𝒙𝑨
 dimana 𝛼 = 𝛼𝐴𝐵 .
 Jika nilai 𝛼 di atas 1, maka pemisahan mungkin untuk dilakukan.
 Nilai 𝛼 dapat berubah jika konsentrasi berubah.

15
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Contoh 3

Dengan menggunakan data Tabel 11.1-1, hitunglah volatilitas relatif


untuk sistem benzena- toluena pada 85oC dan 105oC.

16
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Metode Operasi Distilasi

 Pada umumnya, distilasi dapat berlangsung dengan dua metode


utama, yaitu dengan refluks dan tanpa refluks.
 Pada metode dengan refluks, sebagian uap yang telah dihasilkan,
dikembalikan lagi ke dalam kolom untuk mendapatkan tingkat
kemurnian yang lebih tinggi.
 Sedangkan untuk metode tanpa refluks, terbagi lagi menjadi:
 Distilasi diferensial/batch sederhana
 Distilasi flash/kesetimbangan
 Distilasi uap sederhana

17
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Kesetimbangan atau Flash

 Metode distilasi ini terjadi pada satu tahap, dimana sebagian


campuran zat cair diuapkan.
 Uap dibiarkan mencapai kesetimbangan dengan zat cair, baru
kemudian dipisahkan.
 Metode ini dapat berlangsung secara batch maupun kontinu.

18
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Batch Sederhana atau Diferensial

 Pada metode ini, zat cair terlebih dahulu dimasukkan ke dalam


ketel pemanas, kemudian dipanaskan perlahan-lahan dan uap yang
terbentuk secara cepat menuju kondensor lalu terkondensasi
menjadi distilat.

 Pada gambar di atas, mula-mula terdapat L1 mol komponen A dan


B dengan komposisi x1 di dalam labu. Pada waktu tertentu terdapat
L mol cairan yang tertinggal dengan komposisi x dan komposisi
uap y. Sejumlah diferensial dL teruapkan.

19
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Batch Sederhana atau Diferensial …

 Komposisi di dalam labu berubah terhadap waktu.


 Komposisi cairan berubah dari x menjadi x – dx dan jumlah
cairan berubah dari L menjadi L – dL.
 Neraca massa komponennya:
𝒙𝑳 = 𝒙 − 𝒅𝒙 𝑳 − 𝒅𝑳 + 𝒚𝒅𝑳
maka:
𝒅𝑳 𝒅𝒙
=
𝑳 𝒚−𝒙
 Hasil integrasi:
𝑳𝟏 𝒙𝟏
𝒅𝑳 𝑳𝟏 𝒅𝒙
= 𝐥𝐧 =
𝑳𝟐 𝑳 𝑳𝟐 𝒙𝟐 𝒚 − 𝒙
dimana L1 adalah jumlah mol awal, L2 adalah mol yang
tertinggal di dalam labu, x1 adalah komposisi awal dan x2
adalah komposisi dari cairan akhir.
20
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Batch Sederhana atau Diferensial …

 Komposisi rata-rata dari total bahan yang didistilasi 𝒚𝐚𝐯 dapat


dihitung sebagai berikut:

𝑳𝟏 𝒙𝟏 = 𝑳𝟐 𝒙𝟐 + 𝑳𝟏 − 𝑳𝟐 𝒚𝐚𝐯

21
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Contoh 4

Campuran dari 100 mol yang mengandung 50%-mol n-pentana dan


50%-mol n-heptana didistilasi pada kondisi diferensial yaitu 101,3
kPa hingga diperoleh produk distilasi sebanyak 40 mol.
Berapakah komposisi rata-rata dari total uap yang didistilasi dan
komposisi dari cairan yang tinggal? Data kesetimbangan diberikan
sebagai berikut, dimana x dan y adalah fraksi mol dari n-pentana.

22
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Uap Sederhana

 Pada tekanan atmosferik, cairan dengan titik didih tinggi tidak


dapat dimurnikan dengan distilasi, karena komponen dari zat cair
dapat rusak pada temperatur yang dibutuhkan.
 Bahan-bahan dengan titik didih tinggi seringnya tidak larut dalam
air, sehingga pemisahan pada temperatur rendah dapat dilakukan
dengan distilasi uap sederhana.
 Metode ini sering digunakan untuk memisahkan komponen bertitik
tinggi dari sejumlah kecil pengotor nonvolatil.
 Distilasi uap kadang digunakan dalam industri makanan untuk
memisahkan zat pengotor dan perasa dari lemak dan minyak
edibel.
 Distilasi vakum sering digunakan untuk menggantikan peranan
distilasi uap dalam pemurnian material ini, karena mampu bekerja
pada temperatur relatif rendah.
23
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi dengan Refluks

 Rektifikasi (fraksinasi) adalah


proses distilasi dengan
serangkaian tahap penguapan
flash yang disusun sedemikian
rupa sehingga produk uap dan
cair dari tiap tahap bertemu
secara berlawanan arah.
 Pada tiap tahap, aliran uap V
dan aliran cairan L bercampur
sehingga pada saat keluar telah
mencapai kesetimbangan.
 Reboiler dapat dianggap
sebagai satu tahap teoretis
dalam distilasi.

24
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Metode McCabe-Thiele

 Metode ini menggunakan neraca massa pada bagian-bagian tertentu dari


menara, sehingga menghasilkan garis operasi dan kurva kesetimbangan x-
y untuk sistem tersebut.

 Asumsi utama pada metode ini adalah aliran antara umpan masuk dengan
tray atas, serta umpan masuk dengan tray bawah berupa equimolar
overflow.

25
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Metode McCabe-Thiele…

 Neraca massa kesetimbangan dan komponen sebagai berikut:

𝑽𝒏+𝟏 + 𝑳𝒏−𝟏 = 𝑽𝒏 + 𝑳𝒏
𝑽𝒏+𝟏 𝒚𝒏+𝟏 + 𝑳𝒏−𝟏 𝒙𝒏−𝟏 = 𝑽𝒏 𝒚𝒏 + 𝑳𝒏 𝒙𝒏

 Komposisi yn dan xn berada dalam kesetimbangan dan temperatur pada


tray n adalah Tn.
 Jika Tn diambil sebagai datum, maka beda panas sensibel pada keempat
aliran tersebut cukup rendah jika panas pelarutan diabaikan.
 Oleh karena itu, hanya panas laten pada aliran Vn+1 dan Vn yang penting.
 Karena panas laten molar secara senyawa kimia yang sama, Vn+1 = Vn dan
Ln = Ln-1, maka menara tersebut memiliki aliran constant molar overflow.
26
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Metode McCabe-Thiele…
 Berdasarkan metode McCabe-Thiele, kolom distilasi dibagi menjadi dua
bagian untuk perhitungan neraca massa, yaitu bagian stripping dan
bagian enriching.

27
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Persamaan untuk Seksi Enriching
 Neraca massa total dan komponen:
𝐹 =𝐷+𝑊
𝐹𝑥𝐹 = 𝐷𝑥𝐷 + 𝑊𝑥𝑊
 Bagan seksi enriching dan penentuan garis operasi diilustrasikan
sebagai berikut:

28
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Persamaan untuk Seksi Enriching….
 Neraca massa total dan komponen pada bagian yang diberi batas:

𝑽𝒏+𝟏 = 𝑳𝒏 + 𝑫
𝑽𝒏+𝟏 𝒚𝒏+𝟏 = 𝑳𝒏 𝒙𝒏 + 𝑫𝒙𝑫

 Garis operasi pada seksi enriching:


𝐿𝑛 𝐷𝑥𝐷
𝑦𝑛+1 = 𝑥𝑛 +
𝑉𝑛+1 𝑉𝑛+1
 Karena 𝑉𝑛+1 = 𝐿𝑛 + 𝐷 , dan 𝐿𝑛 𝑉𝑛+1 = 𝑅/(𝑅 + 1) maka persamaan
menjadi:
𝑹 𝒙𝑫
𝒚𝒏+𝟏 =
𝒙𝒏 +
𝑹+𝟏 𝑹+𝟏
dimana R = Ln/D = rasio refluks = konstanta
 Persamaan di atas menghasilkan garis lurus pada plot fraksi uap vs. fraksi
cair dengan slope Ln/Vn+1 atau R/(R+1) dan memotong garis y = x (garis
45o) pada x = xD.
29
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Persamaan untuk Seksi Stripping
 Bagan seksi stripping dan penentuan garis operasi diilustrasikan sebagai
berikut:

30
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Persamaan untuk Seksi Stripping
 Neraca massa total dan komponen pada bagian yang diberi
batas:

𝑽𝒎+𝟏 = 𝑳𝒎 − 𝑾
𝑽𝒎+𝟏 𝒚𝒎+𝟏 = 𝑳𝒎 𝒙𝒎 − 𝑾𝒙𝑾

 Garis operasi pada seksi stripping:


𝑳𝒎 𝑾𝒙𝑾
𝒚𝒎+𝟏 = 𝒙 −
𝑽𝒎+𝟏 𝒎 𝑽𝒎+𝟏
 Persamaan di atas menghasilkan garis lurus pada plot x vs. y
dengan slope Lm/Vm+1 dan memotong garis y = x (garis 45o)
pada x = xW.
 Intersept pada x = 0 adalah y = -WxW/Vm+1.

31
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Efek Kondisi Umpan….
 Kondisi aliran umpan (F) yang masuk ke dalam menara menentukan
hubungan antara uap Vm pada bagian stripping dan Vn pada bagian
enriching.
 Jika umpan mengandung sebagian uap dan sebagian cairan, maka uap akan
bertambah pada Vm menjadi Vn.
 Kondisi umpan dinyatakan dengan jumlah q, yaitu:

𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝟏 𝐦𝐨𝐥 𝐮𝐦𝐩𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐝𝐢𝐬𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤
𝒒=
𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐥𝐚𝐭𝐞𝐧 𝐦𝐨𝐥𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐮𝐦𝐩𝐚𝐧
𝑯𝑽 − 𝑯𝑭
𝒒=
𝑯𝑽 − 𝑯𝑳 HV = entalpi umpan pada dew point
HL = entalpi umpan pada boiling point
HF = Entalpi empan pada kondisi masuk

 Jika umpan masuk pada titik didihnya, maka q =1.


32
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Efek Kondisi Umpan…

 Hubungan antara umpan dengan aliran atas dan aliran bawah


diilustrasikan sebagai berikut:

 q adalah jumlah mol cairan jenuh yang dihasilkan pada pelat umpan
dengan masing-masing mol umpan yang ditambahkan ke dalam
menara.
 Dari definisi q tersebut, maka berlaku persamaan berikut:
𝑳𝒎 = 𝑳𝒏 + 𝒒𝑭
𝑽𝒏 = 𝑽𝒎 + 𝟏 − 𝒒 𝑭
33
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Efek Kondisi Umpan…

 Titik perpotongan antara persamaan garis operasi enriching dan


stripping pada plot x-y adalah
𝒒 𝒙𝑭
𝒚=
𝒙−
𝒒−𝟏 𝒒−𝟏
 Persamaan di atas disebut persamaan garis q dengan slope q/(q-1).
 Dengan menetapkan nilai y = x, perpotongan persamaan garis q
dengan garis 45o terletak pada y = x = xF, dimana xF adalah
komposisi keseluruhan dari umpan.

34
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Efek Kondisi Umpan…
• Efek dari kondisi termal umpan masuk pada slope garis q
diilustrasikan pada gambar di bawah.

35
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Pertimbangan Kondisi Umpan

36

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II


Penentuan Lokasi Umpan
 Untuk menentukan jumlah tray teoretis yang dibutuhkan, garis
stripping dan operasi ditarik hingga saling memotong di garis q.
 Penghitungan nomor tray dimulai dari xD.

37
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Pertimbangan Lokasi Umpan

38

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II


Contoh 5

Campuran zat cair benzena–toluena didistilasi dalam menara fraksinasi


pada tekanan 101,3 kPa. Umpan berupa cairan 100 kg mol/jam yang
mengandung 45%-mol benzena dan 55%-mol toluena dan masuk pada
temperatur 327,6 K (130 °F). Distilat yang diperoleh mengandung 95%-
mol benzena dan 5%-mol toluena, sedangkan bottom mengandung 10%-
mol benzena dan 90%-mol toluena. Rasio refluks adalah 4:1. Kapasitas
panas rata-rata dari umpan adalah 159 kJ/kgmol.K. (38 btu/lbmol.°F) dan
panas laten rata-rata 32.009 kJ/kgmol (13.800 btu/lbmol). Data
kesetimbangan diberikan pada Tabel 11.1-1 dan Fig.11.1-1. Hitunglah:
a. Laju alir distilat
b. Laju alir bottom
c. Jumlah tray teoretis

39
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Total
 Pada distilasi campuran biner A dan B, kondisi umpan,
komposisi distilat dan komposisi bottom biasanya telah
ditentukan dan jumlah tray teoretis dihitung.
 Namun, jumlah tray teoretis yang dibutuhkan tergantung pada
garis operasi.
 Untuk menetapkan garis operasi (R = Ln/D), maka harus diatur
rasio refluks pada bagian atas kolom.
 Salah satu yang membatasi rasio refluks yaitu refluks total, atau
R = ∞.
𝑉𝑛+1 = 𝐿𝑛 + 𝐷

40
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Total…
 Jika Ln sangat besar, maka begitu juga dengan aliran uap Vn.
 Artinya slope R/(R+1) dari garis operasi enriching menjadi 1 dan
garis operasi dari kedua seksi kolom akan bertepatan dengan
garis 45o seperti pada gambar berikut:

41
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Minimum
 Rasio refluks minimum adalah rasio refluks Rm yang membutuhkan
jumlah tray tidak terbatas untuk pemisahan xD dan xW pada derajat yang
diinginkan.
 Rasio ini berhubungan dengan aliran uap dalam menara, sehingga
memengaruhi ukuran reboiler dan kondensor.
 Jika nilai R turun, slope garis operasi enriching R/(R+1) akan turun, dan
perpotongan garis ini dan garis stripping dengan garis q menjauh dari
garis 45o dan mendekati garis kesetimbangan.
 Akibatnya, jumlah tahap yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai xD
dan xW yang diinginkan menjadi meningkat.

42
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Minimum…

 Jika kedua garis operasi menyentuh


garis kesetimbangan, maka terjadi
“pinch point” pada titik y’ dan x’
dimana jumlah tahap menjadi tidak
terbatas.
 Karena garis melintasi titik x’, y’ dan
xD maka slope garis operasi enriching
menjadi:
𝑅𝑚 𝑥𝐷 − 𝑦′
=
𝑅𝑚 + 1 𝑥𝐷 − 𝑥′

43
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Minimum…

 Pada beberapa kasus, garis


kesetimbangan dapat berubah seperti
pada gambar di samping, garis
operasi pada refluks minimum akan
menjadi tangent terhadap garis
kesetimbangan

44
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Optimum
 Rasio refluks operasi aktual memanfaatkan batasan pada refluks
minimum dan refluks total.
 Untuk memilih nilai R yang tepat membutuhkan neraca ekonomi
yang menyeluruh pada komponen biaya tetap pada menara dan
biaya operasi.
 Rasio refluks optimum digunakan untuk mendapatkan biaya
terendah per tahunnya antara refluks minimum Rm dan R total.
 Umumnya rasio refluks operasi yang digunakan antara 1,2Rm dan
1,5 Rm.

45
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Optimum….

46
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rasio Refluks Optimum….

47
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Efek Rasio Refluks terhadap Biaya Operasi

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 48


Kondisi-Kondisi yang Membatasi Distilasi

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 49


Contoh 6

Untuk rektifikasi pada contoh 5, dimana umpan benzena – toluena


yang didistilasi menghasilkan distilat dengan komposisi xD = 0,95
dan komposisi bottom xW = 0,10, maka hitunglah:
a. Rasio refluks minimum
b. Jumlah pelat teoretis minimum saat refluks total.

50
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Kolom Stripping
 Pada beberapa kasus pemisahan, umpan yang didistilasi kadang
masuk pada bagian atas kolom stripping, seperti pada gambar.
 Umpan biasanya berupa cairan jenuh pada titik didihnya, dan
produk atas adalah uap yang naik ke pelat atas, yang kemudian
menuju kondensor tanpa adanya refluks atau cairan yang
kembali ke menara.
 Produk bawah (W) biasanya memiliki konsentrasi tinggi dari
komponen B yang kurang volatil.
 Dengan asumsi aliran constant molar, persamaan garis stripping
adalah sebagai berikut:
𝐿𝑚 𝑊𝑥𝑊
𝑦𝑚+1 = 𝑥𝑚 −
𝑉𝑚+1 𝑉𝑚+1

51
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Kolom Stripping….
 Jika umpan berupa cairan jenuh, maka Lm = F.
 Jika umpan adalah cairan dingin di bawah titik didihnya, garis q
harus digunakan dan q > 1.
𝐿𝑚 = 𝑞𝐹

52
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Contoh 7

Umpan cair pada titik didihnya dialirkan ke dalam kolom stripping


sebanyak 400 kgmol/jam dan mengandung 70%-mol benzena (A)
dan 30%-mol toluena (B). Tekanan kolom 101,3 kPa. Aliran
produk bottom sebesar 60 kgmol/jam dan hanya mengandung
10%-mol A dan sisanya B. Hitunglah laju alir uap, komposisinya,
dan jumlah tray teoretis yang dibutuhkan.

53
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Distilasi Kolom Enriching
 Menara enriching juga digunakan pada waktu dimana umpan
masuk ke dasar kolom sebagai uap.
 Distilat atas dihasilkan dengan cara yang sama dengan menara
distilasi yang utuh, dan biasanya kaya akan komponen volatil A.
 Cairan bottom biasanya dapat dibandingkan terhadap umpan,
yang komposisinya agak lebih sedikit kandungan A.
 Jika umpan berupa uap jenuh, uap di dalam menara Vn = F.

54
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Soal Latihan
 Pada distilasi menara bertingkat, sebanyak 204 kmol/jam
campuran biner yang mengandung 60%-mol benzena dan 40%-
mol toluena dipisahkan. Produk distilat cair mengandung 95%-
mol benzena dan produk bawah mengandung 5%-mol benzena.
Umpan dipanaskan terlebih dahulu sehingga ketika masuk ke
kolom dalam kondisi teruapkan parsial, dengan persen molar
penguapannya sama dengan rasio distilat terhadap umpan.
Dengan menggunakan metode McCabe-Thiele dan asumsi
tekanan di sepanjang kolom adalah 1 atm, maka hitunglah:
 Jumlah tahap minimum teoretis, Nmin
 Rasio refluks minimum, Rmin
 Jumlah tahap kesetimbangan, N jika R/Rmin = 1,3 dan lokasi umpan
optimal.

55
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rektifikasi dengan Injeksi Steam Langsung

 Umumnya, panas pada menara distilasi dipasangkan pada satu


sisi alat penukar panas berupa reboiler dan steam tidak
berkontak langsung dengan larutan didih.
 Namun jika larutan aqueous A dan B didistilasi, panas yang
dibutuhkan dapat diberikan dengan memanfaatkan steam yang
diinjeksikan langsung ke dasar kolom, sehingga reboiler tidak
dibutuhkan lagi.
 Steam yang diinjeksikan ini berupa gelembung-gelembung kecil
yang masuk ke dalam cairan bawah.

56
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Rektifikasi dengan Injeksi Steam Langsung…

57
Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II
Kondensor Parsial…

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 58


Tipe-tipe kondensor

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 59


Penentuan Tekanan Operasi dan Tipe Kondensor

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 60


Menara Rektifikasi dengan Aliran Samping

 Pada kondisi tertentu, produk


antara atau aliran samping
ditiadakan dari seksi menara
antara distilat dan bottom.
 Aliran samping ini dapat berupa
uap atau cairan dan dapat
dipisahkan pada titik di atas
masukan umpan atau di
bawahnya, tergantung komposisi
yang diinginkan.

61
Kondensor Parsial
 Dalam beberapa kasus, produk distilat yang diinginkan berupa uap,
bukan cairan.
 Hal ini dapat terjadi jika titik didih distilat yang rendah membuat
kondensasi sulit untuk dijalankan.
 Kondensat cair dalam kondensor parsial dikembalikan ke dalam menara
sebagai refluks dan uap yang dipisahkan diambil sebagai produk.
 Jika waktu kontak antara produk uap dan cairannya cukup, maka
kondensor parsial dapat dianggap sebagai satu tahap teoretis.
 Komposisi xR dari refluks cair berada dalam kesetimbangan dengan
komposisi uap, yD, dimana yD = xD.
 Jika pendinginan dalam kondensor berlangsung cepat, sehingga uap dan
cair belum mencapai kesetimbangan, maka hanya pemisahan tahap
parsial yang didapatkan.

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 62


Tipe-Tipe Reboiler

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 63


Efisiensi Tray
 Pada kontak kesetimbangan, faktor waktu kontak dan derajat
pencampuran dalam tray haruslah dalam kondisi yang cukup,
agar kesetimbangan dapat tercapai.
 Kesetimbangan yang tidak tercapai mengakibatkan efisiensi tahap
atau tray menjadi tidak 100%, sehingga dibutuhkan tray aktual
tambahan agar dihasilkan derajat pemisahan yang diinginkan
terhadap jumlah tray teoretis yang telah dihitung sebelumnya.
 Terdapat 3 jenis efisiensi tray/pelat yang digunakan, antara lain:
 Efisiensi tray keseluruhan
 Efisiensi tray Murphree
 Efisiensi point.

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 64


Tipe-Tipe Efisiensi Tray

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 65


Hubungan antara Efisiensi Tray

Khairul Akli | Operasi Teknik Kimia II 66

Anda mungkin juga menyukai