Anda di halaman 1dari 21

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit
Komposit adalah kombinasi dari dua macam bahan yang mempunyai sifat
berbeda sehingga dapat membentuk material baru, salah satunya disebut dengan fase
penguat baik dalam bentuk serat, lembaran atau partikel. Kemudian terkombinasi
dengan bahan lain yang disebut fase matriks. Bahan penguat dan bahan matriks dapat
berupa logam, keramik atau polimer. Komposit biasanya tersusun dari fase serat atau
partikel yang lebih kaku dan lebih kuat dari fase matriks sedangkan matriks
merupakan media transfer/distribusi beban terhadap penguat.
Matriks lebih ulet dibandingkan serat, selain itu matriks berfungsi untuk
melindungi serat dari kerusakan lingkungan selama dan setelah proses komposit.
Ketika dirancang dengan baik, material baru akan memiliki sifat material yang
diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Aplikasi penggunaan komposit tidak hanya
untuk struktural, tetapi juga untuk kelistrikan, termal dan aplikasi lingkungan (Avtar
Singh Saroya, 2011).
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa komposit yang dipilih untuk
aplikasi tertentu:
• Low density and Hight thougness
• Kekuatan tarik tinggi meskipun pada temperature tinggi
• Ketersediaan material penyusun komposit melimpah
Menurut (Avtar Singh Saroya, 2011) klasifikasi komposit dapat dibedakan dari:
1. Jenis material penguat composite
2. Jenis bahan matrik komposit

2.1.1 Jenis Material Penguat Komposit


a. Komposit Partikel
Dalam pembuatan komposit partikel adapun jenis penguat yang biasa
digunakan dapat berupa partikel sintetis, partikel alam dll. Partikel untuk komposit
dapat berbentuk bulat, kubik, tetragonal, trombosit atau tidak teratur. Secara umum,
partikel sangat tidak efektif dalam meningkatkan resistensi fracture tetapi dapat
6

meningkatkan ketahanan gesek/kekakuan komposit sampai batas tertentu. Penguat


partikel banyak digunakan untuk memperbaiki sifat dari bahan matriks seperti
memodifikasi konduktifitas termal dan listrik, mengurangi gesekan, meningkatkan
ketahanan, keausan/abrasi, meningkatkan kekerasan permukaan dan mengurangi
penyusutan.
b. Komposit Serat
Serat ditandai dengan dimensi panjang yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan dimensi luas penampangnya. Dimensi dari serat penguat menentukan sifat
dari komposit. Serat sangat efektif dalam meningkatkan ketahanan matriks, hal ini
dikarenakan penguat serat memiliki dimensi panjang yang dapat menghambat
timbulnya retakan awal penyebab kegagalan. Sehingga jenis dari serat penguat
merupakan faktor utama penyebab kegagalan komposit, terutama jika serat penguat
dikombinasikan dengan matriks yang sifatnya rapuh. Berikut 2 jenis serat yang
digunakan sebagai penguat (Begum K, 2013).
Tabel 2.1 Karakteristik serat (Sumber: Avtar Singh Saroya, 2011 dan Begum K, 2013)

Karakteristik
Jenis Serat
Keunggulan Kekurangan
a. Serat Alami
- Nanas - Biodegradable - Teknik pembuatan
- Pisang - Murah komposit terbatas
- Jute - Tersedia dalam kuantitas - Kurang efisien untuk
- Kapas banyak proses manufaktur
- Kokon - Sifat mekanik yang baik dalam skala besar
- dll
b. Serat Sintetis
- Serat karbon
- Polimer sintetis - Kekuatan dan kekakuan - High cost
- Aramid, yang baik - Daur ulang yang sulit
- Kevlar - Low density - Non biodegradable
- dll - Efisien untuk proses properti
manufaktur dalam skala
besar
7

c. Komposit Laminat
Komposit laminat (Laminated Composite), merupakan jenis komposit yang
tersusun atas dua atau lebih lamina. Komposit serat dalam bentuk lamina ini yang
paling banyak digunakan dalam lingkup teknologi otomotif maupun industri. Dalam
hal polimer diperkuat serat, ada zat ketiga yang disebut zat penjodoh, penggabungan
atau penyerasi untuk meningkatkan sekatan antara serat dan matriks (Feldman D,
1995).

2.1.2 Jenis Bahan Matriks Komposit


• Komposit matriks logam / metal matrix composites (MMC)
• Komposit matriks keramik / ceramic matrix composites (CMC)
• Komposit matriks polimer / polymer matrix composites (PMC)
1. Komposit matriks logam
Komposit ini menggunakan logam sebagai matriks, memiliki sifat kekuatan,
ketahanan dan kekakuan yang baik. Matriks logam dapat menahan suhu tinggi dalam
lingkungan korosif dibandingkan komposit polimer, titanium, aluminium dan
magnesium adalah logam matriks popular saat ini, yang sangat berguna untuk
aplikasi pesawat. Oleh karena sifatnya maka komposit matriks logam dapat
memberikan alternatif pilihan untuk berbagai aplikasi seperti; ruang bakar nozzle
(dalam roket, pesawat luar angkasa), perumahan, tabung, kabel, penukar panas,
bagian struktural dan lainnya.
2. Komposit matriks keramik
Salah satu tujuan utama dalam memproduksi komposit bermatriks keramik
adalah untuk meningkatkan ketangguhan. Dengan penggunaan matriks keramik
diharapkan dapat meningkatkan ketangguhan (thougness) seiring kekuatan dan
kekakuan yang dimiliki komposit matriks keramik.
3. Komposit matriks polimer
Polimer merupakan bahan matriks yang sering digunakan. Secara umum sifat
mekanik polimer sustainable untuk tujuan struktural. Khususnya terhadap kekuatan
dan kekakuan yang rendah dibandingkan dengan logam dan keramik. Kekurangan ini
dapat diatasi dengan penggunaan jenis penguat seperti serat dengan polimer.
Pengolahan komposit bermatriks polimer tidak perlu dengan tekanan dan suhu yang
8

tinggi, peralatan yang diperlukan untuk pembuatan komposit bermatriks polimer juga
sederhana. Maka dari itu komposit bermatriks polimer dapat berkembang pesat dan
cepat popular untuk aplikasi structural. Dua jenis komposit polimer adalah:
• Polimer dengan penguat serat (FRP)
• Polimer dengan penguat partikel (PRP)
a. Fiber reinforced polymer:
Secara umu komposit ini terdiri dari serat dan matriks. Serat adalah penguat
(filler) dan sumber utama kekuatan sementara matriks merupakan rekatan (housing)
dari semua serat dalam pembentukan komposit dan distribusi tekanan antara serat
penguat. Terkadang penguat ditambahkan untuk memperlancar proses manufaktur,
khusus untuk properti tertentu dan atau mengurangi biaya produksi.
b. Particulate reinforced polymer:
Partikel yang digunakan untuk memperkuat komposit dapat berupa partikel
keramik dan gelas seperti partikel mineral kecil, partikel logam seperti aluminium
dan bahan amorf, termasuk polimer dan karbon aktif. Penguat partikel digunakan
untuk meningkatkan ketahanan terhadap keausan, kekuatan komposit dan untuk
mengurangi kelenturan (ductile) dari matriks.

2.1.3 Jenis Serat Komposit


Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat menempatkan serat
dengan benar. Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada
komposit, yaitu :
1. Continuous Fiber Composite
Continuous atau uni-directional, mempunyai susunan serat panjang dan lurus,
membentuk lamina diantara matriknya. Jenis komposit ini paling sering digunakan.
Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarenakan
kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.
2. Woven Fiber Composite (bi-dirtectional)
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat
memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan
melemah.
9

3. Discontinuous Fiber Composite


Discontinuous Fiber Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek.
Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3:
• Aligned discontinuous fiber
• Off-axis aligned discontinuous fiber
• Randomly oriented discontinuous fiber

(a) (b) (c)

Gambar 2.1 Type discontinuous fiber (a) aligned, (b) off-axis, (c) randomly
(Sumber gambar : Gibson, 1994)

Tipe acak sering digunakan pada produksi dengan volume besar karena faktor
biaya manufakturnya yang lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat
mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang
sama.
4. Hybrid Fiber Composite
Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus
dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat dari
kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 2.2 Type komposit serat (a) continuous fiber composite, (b) woven fiber composite,
(c) randomly oriented discontinuous fiber, (d) hybrid fiber composite
(Sumber gambar : Courtney, 1999)
10

Penelitian yang mengabungkan antara matrik dan serat harus memperhatikan


beberapa faktor yang mempengaruhi performa Fiber-Matrik Composites antara lain :
1. Faktor serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki
sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
2. Letak Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat
mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat
diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
• One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus
maksimum pada arah axis serat.
• Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua
arah atau masing-masing arah orientasi serat.
• Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya
lebih tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya.
Pada pencampuran dan arah serat mempunyai beberapa keunggulan, jika orientasi
serat semakin acak (random) maka sifat mekanik pada satu arahnya akan melemah,
bila arah tiap serat menyebar maka kekuatannya juga akan menyebar kesegala arah
maka kekuatan akan meningkat.
3. Panjang Serat
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat
berpengaruh terhadap kekuatan. Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek.
4. Bentuk serat
Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan
komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga
mempengaruhi
11

2.2 Polimer
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang
sederhana. Polimer dibangun oleh satuan struktur yang tersusun secara berulang dan
diikat oleh gaya tarik-menarik yang disebut ikatan kovalen, dimana ikatan setiap
atom dari pasangan menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan
elektron.
Sebagai besar polimer, molekul-molekulnya dalam bentuk rantai
yangpanjang dan fleksible. Tiap-tiap electron valensinya yang tersisa bila berikatan
dengan atom-atom radikal posisinya berdekatan dengan rantai. Molekul panjang ini
disebut mer, mer tunggal disebut dengan monomer dan mer banyak disebut dengan
polimer, seperti contoh jika ethilene diberi katalis, maka akan bertransformasi
menjadi polyethylene (Maulana, 2014).
Menurut Maulana (2014) dan Simanjuntak (2008) terdapat beberapa jenis polimer
berdasarkan bentuk susunan rantainya, yaitu :

a. b.

c. d.

Gambar 2.3 Polimer berdasarkan susunan rantai (a) Polimer linier, (b) Polimer bercabang, (c)
Polimer berkaitan silang dan (d) Polimer jaringan
(Sumber gambar : Maulana, 2014)

a. Polimer linier
Polimer linier tersusun atas unit yang berikatan satu sama lainnya membentuk
rantai polimer yang panjang. Bentuk polimer ini ujungnya bergabung bersama pada
ujung-ujungnya dalam antai tunggal.
12

b. Polimer bercabang (branch)


Polimer bercabang merupakan polimer yang berbentuk jika beberapa unit
ulang membentuk cabang pada rantai utama.
c. Polimer berikatan silang (cross-linked)
Polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu
sama lain pada rantai utamanya. Rantai linier bergabung satu sama lain pada
beberapa tempat dengan ikatan kovalen.
d. Polimer jaringan (network)
Polimer ini tersusun atas unit mer tri-functional yang mempunyai tiga ikatan
kovalen aktif membentuk jaringan 3 dimensi, sehingga terjadi sambungan silang ke
berbagai arah sehingga terbentuk sambung silang tiga dimensi.
Dibandingkan dengan ikatan pada keramik dan logam, ikatan antara molekul
polimer lebih lemah, sehingga untuk menguatkan ikatan antara molekul polimer
dapat dilakukan dengan cara menambahkan sifat hidrofobik, yaitu dengan cara
mencangkokkan (grafting) monomer hidrofobik, selain itu dapat juga digunakan
beberapa teknik, diantaranya adalah pemberian filler yang merupakan ikatan silang
pada rantai (Simanjuntak, 2008).

2.3 Resin Epoksi (Epoxy Resin)


Resin epoksi (epoxy resin) atau secara umum dipasaran dikenal dengan bahan
epoksi adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok termoset.
Resin termoset adalah polimer cair yang diubah menjadi bahan padat secara
polimerisasi jaringan silang dan juga secara kimia, membentuk formasi rantai
polimer tiga dimensi. Sifat mekanisnya tergantung pada unit molekuler yang
membentuk jaringan rapat dan panjang jaringan silang. Proses pembuatannya dapat
dilakukan pada suhu kamar dengan memperhatikan zat-zat kimia yang digunakan
sebagai pengontrol polimerisasi jaringan silang agar didapatkan sifat optium bahan.
Termoset memiliki sifat isotropis dan peka terhadap suhu, mempunyai sifat
tidak bisa meleleh, tidak bisa diolah kembali, atomnya berikatan dengan kuat, tidak
bisa mengalami pergeseran rantai. Bentuk resin epoksi sebelum pengerasan berupa
cairan seperti madu dan setelah pengerasan akan berbentuk padatan yang sangat
getas (Gemert V. D. et al, 2004).
13

Epoksi secara umum mempunyai karakteristik yang baik, yaitu :


1. Kemampuan mengikat paduan metalik yang baik
Kemampuan ini disebabkan oleh adanya gugus hidrolik yang memiliki
kemampuan membentuk ikatan via ikatan hidrogen. Gugus hidrosil ini juga dimiliki
oleh oksida metal, dimana pada kodisi normal menyebar pada permukaan metal.
Keadaan ini menunjang terjadinya ikatan antara atom pada epoksi dengan atom yang
berada pada material metal.
2. Ketangguhan
Kegunaan epoksi sebagai bahan matrik dibatasi oleh ketangguhan yang
rendah dan cenderung rapuh. Oleh sebab itu saat ini terus dilakukan penelitian untuk
meningkatkan ketangguhan bahan matrik atau epoksi.

Tabel 2.2 Spesifikasi epoxy resin (Sumber : T Suardia dan S Saito, 1985)

Sifat-sifat/Satuan Nilai Tipikal


Massa jenis (g/cm3) 1.17
Penyerapan air (suhu ruang ºC) 0.2
Kekuatan tarik (MPa) 58.8
Kekuatan tekan (MPa) 137.3
Kekuatan lentur (MPa) 117.7
Temperatur pencetakan (ºC) 90

Resin epoksi (epoxy resin) banyak digunakan untuk bahan komposit


dibeberapa bagian struktural, resin ini juga dipakai sebagai bahan campuran
pembuatan kemasan, bahan cetakan (moulding compound) dan perekat. Resin epoksi
sangat baik digunakan sebagai matriks pada komposit dengan penguat serat gelas.
Pada beton penggunaan resin epoksi dapat mempercepat proses pengerasan, karena
resin epoksi menimbulkan panas sehingga membantu percepatan pengerasan
(Gemert V. D. et al, 2004).
14

2.4 Serat Jute


Jute merupakan salah satu serat alami terkuat terlebih ketika basah. Serat jute
diketahui memiliki kemampuan untuk menahan bentuknya, mengurangi kerutan dan
memperkenalkan kilau halus untuk penampilan kain. Serat jute digunakan sebagai
bahan kain karung goni. Jute merupakan serat dari kulit batang tanaman bast fibre
(corchorus capsularis/corchorus olitorius) yang banyak tumbuh di daerah tropis
seperti Indonesia. Umumnya panjang serat ini (individual cells) 1 sampai 5 mm
dengan mengandung lignin 13 % dan sebagian besar terdiri dari sellulosa 71 %
(Anonim, 2010).
Saat ini industri karung goni yang masih beroprasi tinggal dua yaitu PK.
Rossela Baru Surabaya, dan satu lagi di Banten. Tutupnya beberapa industri karung
goni disebabkan oleh kalah bersaingnya dengan karung plastik. Pengembangan riset
dan teknologi dengan memanfaatkan produk lokal merupakan langkah bijak guna
meningkatkan nilai jual material lokal (Arif Wicaksono, 2006).

(a) (b) (c)

Gambar 2.4 Serat jute dan aplikasinya (a) Serat jute,


(b) Anyaman serat jute, (c) Kain karung goni
(Sumber gambar : I Gede Widiartha, 2012)

Serat jute dipergunakan dalam penelitian ini dengan karakteristik seperti


ditunjukkan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 sedangkan sebagai pengikat (matrik)
adalah thermoseting yaitu epoxy dengan karakteristik ditunjukkan seperti pada
Tabel 2.5.
15

Tabel 2.3 Sifat kimia dan fisik serat jute ( Sumber : Anonim, 2010 )

Category/Unit Standard
Selulosa (% berat) 71
Lignin ((% berat) 13
Hemiselulosa ((% berat) 13
Pektin (% berat) 0.2
Lilin/wax (% berat) 0.5
Sudut microfibril (°) 7.5
Kadar air (% berat) 2.3

Tabel 2.4 Sifat mekanis serat jute tanpa perlakuan ( Sumber : Suryanto et al, 2014b )

Category/Unit Standard
Diameter serat (µm) 26
Panjang serat (mm) 1-5
Kehalusan (denier) 3-7
Berat jenis (g/cm3) 1.5 – 1.6
Mulur (%) 1.7
Fracture load (N) 0.467
Tensile strength (MPa) 1316
Fracture strain (%) 0.025
Young’s Modulus (Gpa) 91.9

Tabel 2.5 Karakteristik epoxy resin EPR-174 (Sumber : Kuntari dan Surasno, 2009)

Category/Unit Standard
Density at 25˚C (g/cm3) 1.16 ± 0.02
Hardener type Cyclonliphatic Amine (EPH-555)
Epoxy resin type Bisphenol A-Epichlorohydrin
Tensile strength (MPa) 63.7
Compressive strength (MPa) 88.2
Flexural strength (MPa) 81.3
Viscocity at 25o C (MPa’s) 13.000 ± 2000
16

2.5 Rangka (Frame) Sepeda


Rangka atau frame merupakan komponen utama sepeda yang berfungsi
menyangga keseluruhan beban, oleh karena pemilihan material dan perhitungan
kekuatan rangka menjadi sesuatu yang penting. Kegagalan yang disebabkan
kelelahan material sangat membahayakan, karena kelelahan mengakibatkan patah
terjadi tanpa deformasi pada material terlebih dahulu. (Chang et al, 2013) Bentuk
frame sepeda bermacam macam sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya, seperti
pada gambar 2.5.
(a) (b)

Gambar 2.5 Komponen dan frame sepeda


a) Kompone sepeda, b) Standar frame sepeda
(Sumber : Chang et al, 2013)

Tabel 2.6 Dimensi frame sepeda (Sumber : Chang et al, 2013)

Ukuran Frame ETT C-T Tinggi Pengendara

S : 1.6 inch 53.8 cm 40.6 cm 155 - 175 cm

M : 1.8 inch 56.0 cm 45.7 cm 165 - 185 cm

L : 2.0 inch 59.3 cm 50.8 cm 175 - 195 cm

XL : 2.0 inch 60.6 cm 55.9 cm > 185 cm

dimana : ETT adalah Effective Top Tube Length atau ukuran top tube optimal; C-
T : Center to Top atau ukuran dari bottom brake ke top tube; Tinggi Pengendara :
ukuran postur tinggi pengendara yang direkomendasikan
17

2.6 Teknik Pembuatan Komposit


Terdapat beberapa macam teknik yang dapat digunakan untuk membuat
komposit seperti Injection Molding, Hand Lay-Up, Spray Lay-Up (P.C. Pandey,
2004) dan Casting (Romels C.A. Lumintang, 2011). Spray Lay-Up dan Hand Lay Up
merupakan teknik open moulding, sedangkan untuk teknik Injection Molding, RTM
dan VARTM adalah teknik close molding (Aden, 2008). Namun peneliti lebih tertarik
menggunakan metode Vacuum Assisted Resin Transfer Molding/VARTM, karena
dengan bahan polimer cair metode kombinasi ini sangat mendukung untuk
membentuk geometri hollow dan mendapatkan keakurasian dimensi komposit yang
sudah direncanakan.

2.6.1 Injection Molding


Proses injeksi dilakukan dengan cara memberikan tekanan injeksi pada bahan
plastik yang telah meleleh oleh sejumlah energi panas untuk dimasukan kedalam
cetakan sehingga dapat dibentuk sesuai yang diinginkan. Kelebihannya adalah
tingkat produksi tinggi, dihasilkan produk tanpa proses pengerjaan akhir, dapat
mencetak produk yang sama, produk ukuran kecil dapat dibuat dan ongkos produksi
murah.

2.6.2 Resin Transfer Molding/RTM


Dalam proses Resin Transfer Molding/RTM, infuse menggunakan cetakan
tertutup dengan satu port inlet dan satu port outlet. Resin dialirkan melalui port inlet
menggunakan pompa. Resin dialirkan hingga keseluruh cetakan (Atta, 2017). Dapat
dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.6 Proses Resin Transfer Molding / RTM


( Sumber gambar : Atta, 2017 )
18

2.6.3 Vacuum Assisted Resin Transfer Molding/VARTM


Beberapa metode pembuatan barang dari material komposit polimer salah
satunya adalah metode Vacuum Assisted Resin Transfer Molding (VARTM).
VARTM adalah proses pembuatan komposit polimer dengan metode cetakan tertutup
dimana resin dihisap oleh pompa vacuum untuk masuk ke dalam melalui selang dari
pot resin dan mengalir ke cetakan yang sebelumnya telah diisi dengan serat/fiber.
Resin akan mengalir dan menyatu dengan fiber hingga resin masuk ke dalam trap
pot, kemudian didiamkan dengan tekanan yang dikunci hingga mengeras, lalu
penutup cetakan yang dibuat dari vacuum bag dilepas dan dipisahkan dari cetakan
dasar.
VARTM telah dikembangkan dalam pembuatan bagian pesawat terbang.
VARTM dipilih karena material cetakan mudah didapatkan, pembuatan produk
dengan skala besar, resin dan katalis dapat dipisah dan diaduk sebelum proses,
vacuum bag yang transparan mempermudah operator melihat aliran resin, biaya yang
relatif murah. Dari kelebihan tersebut, VARTM memiliki kekurangan seperti,
vacuum bag, sealing tape dan selang resin hanya sekali pakai, kemungkinan adanya
kebocoran dari vacuum bag yang sulit dideteksi dari awal, banyaknya resin yang
masuk kedalam traps pot serta waktu persiapan yang lama (Hsiao, 2012). Pada
proses VARTM, resin dialirkan dengan cara disedot dengan pompa vacuum, serta
terdapat traps pot sebagai tempat resin yang terbuang (Aden, 2008). Dapat dilihat
pada gambar 2.8.

Gambar 2.7 Proses Vacuum Assisted Resin Transfer Molding / VARTM


( Sumber gambar : Aden, 2008 )
19

2.7 Bahan Cetakan


2.7.1 Komposit Laminat
Proses manufaktur produk menggunakan bahan komposit laminat, dimana
matriks berupa resin epoksi diperkuat oleh serat anyaman jute dari kain karung goni
dan hardenner. Fungsi hardener adalah penguat resin epoxy, sehingga resin mudah
membeku/mengering. Serat jute berbentuk anyaman sederhana dipotong persegi
panjang dengan 3 lapisan pada cetakan stainless steel hollow.

2.7.2 Stainless Steel Hollow Tube Pipe


Penelitian ini menggunakan material stainless steel hollow tube pipe sebagai
cetakan/JIG untuk komposit serat anyaman jute. Pemilihan stainless steel hollow
tube pipe sebagai cetakan karena memiliki sifat fisik tahan panas, tidak memiliki
pori-pori/densitas tinggi, permukaan licin serta geometri yang presisi dan cocok
digunakan untuk proses manufaktur komposit bergeometri silinder/tabung.

Gambar 2.8 Stainless Steel Hollow Tube Pipe


( Sumber gambar : www.google.com, picture )

Tabel 2.7 Daya mekanik stainless steel austenitic ( sumber : Hendra Prihatnadi, 2010 )

• Kekuatan Tarik 515 MPa


• Kekuatan Mulur 205 MPa
• Pemanjangan 40%
• Reduksi luas 50 %
• Modulus Elastisitas 200 GPa
• Poisson’s Ratio 0.29
20

2.8 Analisis Sifat Fisik dan Mekanis Komposit


Karakterisasi komposit tidak lepas dari proses analisis sifat fisik dan mekanis
komposit. Pengujian yang dilakukan terhadap spesimen adalah pengujian mekanik
dan pengujian fisik. Pengujian mekanik yang dilakukan adalah uji kuat tekan bebas
(unconfined compression strength test/UCS), scanning electronic microscope (SEM),
serta simulasi dengan menggunakan software ANSYS Simulation. Sedangkan
pengujian fisik yang dilakukan meliputi uji densitas dan rasio poisson komposit.
2.8.1 Densitas Komposit/Density of Composite
Densitas/kepadatan/kerapatan merupakan suatu indikator penting suatu
komposit, karena sangat mempengaruhi sifat dari material komposit. Uji densitas
komposit ini dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM D1037, dimana berat
jenis diperoleh berdasar persamaan sebagai berikut:
𝑚𝑚
Density (ρ) = ........................................................................................................(1)
𝑣𝑣
Keterangan:
Density (ρ) = Densitas/kepadatan/kerapatan (g/cm3)
m = Massa/berat (gram)
v = Volume (cm3)

2.8.2 Rasio Poisson / Poisson’s Ratio


Beberapa konstanta sifat mekanika material komposit laminasi belum diteliti
secara menyeluruh, terutama nilai angka rasio poisson. Hal ini terjadi karena factor
kesulitan dalam pengukurannya (Wardani, dkk, 2011).
Ketika sebuah silinder menerima beban tekan atau beban tarik, silinder
tersebut tidak hanya berkurang atau bertambah tingginya tetapi juga mengalami
ekspansi/pemuaian dalam arah lateral yaitu kontraksi tegak lurus arah beban.
Regangan lateral disetiap titik pada setiap titik pada suatu batang sebanding dengan
regangan aksial di titik tersebut jika bahannya elastis linear. Bahan yang mempunyai
besaran sama dalam semua arah aksial, lateral dan di antaranya disebut isotropik.
Jika besarannya berbeda, maka disebut anisotropic (Gere dan Timoshenko, 1997).
21

Besarnya nilai perbandingan antara regangan lateral (ε2) terhadap regangan

longitudinal (ε1) pada suatu bahan/material adalah tetap (konstan). Nilai


perbandingan inilah yang disebut dengan Rasio Poisson dan dilambangkan dengan
“ν“ (nu). Apabila regangan di suatu bahan menjadi besar, maka rasio poissonnya
akan berubah (Gere dan Timoshenko, 1997).

𝜀𝜀2
ν (nu) = 𝜀𝜀1……………………………………………………………(2)
Keterangan :
ν (nu) = rasio poisson
ε2 = regangan lateral (%)
ε1 = regangan longitudinal (%)

Gambar 2.9 Regangan longitudinal dan lateral


( Sumber gambar : Gere dan Timoshenko, 1997 )

Keterangan gambar :
L = Panjang Benda Mula-mula (mm)
∆L = Perubahan Panjang Benda (μm)
d0 = Diameter Penampang Mula-mula (mm)
∆d = Perubahan Diameter Penampang (μm)

Sebagaimana gambar di atas, setiap batang yang ditarik atau ditekan selain
mengalami perpanjangan atau pemendekan, juga mengalami penyusutan atau
perluasan pada permukaan penampangnya. Keduanya dapat disebut sebagai
regangan. Oleh karenanya, dibuatlah kesepakatan bahwa :
22

a. Regangan yang arahnya segaris dengan arah gerak gaya disebut regangan
Longitudinal, dengan rumus :
∆L
ε1 = 𝐿𝐿
……………………………………………………………(3)

b. Regangan yang arahnya tegak lurus terhadap arah gerak gaya disebut
regangan Lateral, dengan rumus :
∆d
ε2 = 𝑑𝑑0 ……………………………………………………………(4)

2.8.3 Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Strength Test/UCS)


Pengujian kuat tekan bebas (Unconfined Compression Strength Test/UCS)
bertujuan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan
beban gaya yang sesumbu secara lambat. Dalam uji tekan digunakan alat bernama
Universal Testing Machine (UTM) tipe HT-9501 HungTa (Mei Budi Utami dkk,
2014). Spesiment diberikan suatu gaya yang akan membuat spesiment tersebut patah.
Uji tekan ini diperlukan untuk mengetahui kekuatan suatu material. Sifat-sifat
mekanik yang akan diukur adalah tegangan (stress), regangan (strain), modulus
elastisitas (young modulus) dan kekuatan tekan (compressive strength) (Mei Budi
Utami dkk, 2014). Spesimen yang akan di uji mengikuti standar ASTM D2166 /
D2166M – 16, di mana luas penampang atas spesimen akan mengalami tegangan
tekan dan selimut permukaan spesimen akan mengalami regangan. Untuk pengujian
specimen uji tekan menurut ASTM D2166M-16 dapat ditunjukan pada gambar 2.10
berikut.

Gambar 2.10 Spesimen uji tekan UCS


( Sumber gambar : ASTM, ADMET )
23

Kekuatan tekan suatu material dapat dihitung dengan membandingkan persamaan


stress dan strain berikut :
• Persamaan tegangan (stress)
…………………………………………………………………….. (5)

Keterangan:
S = Kekuatan stress (N/m2)
= Beban/gaya tekan (N)
= Luas penampang lingkaran (m)
• Persamaan regangan (strain)

…………………………………………………….. (6)
Keterangan:
ε = Kekuatan strain (%)
∆L = Perubahan panjang benda (mm)
L0 = Panjang benda mula-mula (mm)
L = Panjang setelah regangan (mm)
• Persamaan modulus elastisitas / young

…………………………………………………………………... (7)
Keterangan:
E = Modulus elastisitas / young (MPa)
ε = Kekuatan strain
σ = Besaran tensile stress
• Nilai Compressive Strength (CS)

……………………………………………………………. (8)

………………………………………….. (9)
24

………………………………………... (10)

…………………………………………………. (11)
Keterangan:
CS = Nilai compressive strength (N/m2)
σ = Besaran tensile stress
F = Beban/gaya tekan (N)
A = Luas penampang lingkaran (m)
π = Phi (3.14)
d = Diameter (mm)
t = Tebal (mm)
∆σ = Perubahan tegangan/stress (N/m2)
∆A = Perubahan luas penampang lingkaran (m2)
∆d = Perubahan diameter (mm)
∆t = Perubahan tebal (mm)
∆F = Perubahan beban /gaya (N)

(a) (b)

Gambar 2.10 (a) Hubungan stress-strain material elastis, (b) Universal Testing Machine (UTM) tipe
HT-9501 HungTa
( Sumber gambar: Mei Budi Utami dkk, 2014)
25

2.8.4 Scanning Electronic Microscope (SEM)


Mikroskop elektron merupakan jenis mikroskop yang sering digunakan untuk
visualisasi struktur material berpori. SEM menggunakan sinar elektron untuk
memindai sampel dan menciptakan citra. Tujuan Uji SEM untuk mengetahui
fenomena yang terjadi pada material (objek) secara visualisasi kemudian sebagai
dasar kajian dalam melakukan analisa baik terhadap struktur permukaan/patahan
meupun fenomena lainnya.

Gambar 2.11 Analitical scanning electron microscope JSM-6510 LA


( Sumber gambar: Pribadi )

2.8.5 Simulasi Perangkat Lunak ANSYS / Software Simulation ANSYS

Gambar 2.12 Tampilan Product Software Simulation ANSYS 19.0


( Sumber gambar: www.ansys.com )

ANSYS adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisa


berbagai macam struktur, aliran fluida dan perpindahan panas. Sampai saat ini
banyak berkembang perangkat lunak yang diperuntukan bagi ilmu keteknikan
meliputi pemodelan 3D, analisis, simulasi seperti Nastran, CATIA, dan Fluent (Mhd
Daud Pinem, 2017).

Anda mungkin juga menyukai