Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM PENCELUPAN 2

PROSES PENCELUPAN POLIAMIDA DENGAN MENGGUNAKAN ZAT WARNA ASAM JENIS

SUPER MILLING

Variasi Vlot

NAMA : Ahmad Syifa (15020002)

Hana Wulandari (15020012)

Hilda Amelya (15020014)

Silvy Ramadhani (15020028)

GRUP : 3 K-1

KELOMPOK :6

DOSEN : Hj. Hanny H. K., S.Teks

ASISTEN : Ika Natalia M., S.ST, MT

Anna S.

TANGGAL PRAKTEK: 20 September 2017

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2017
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Melakukan pencelupan kain poliamida dengan menggunakan zat warna asam
jenis super milling dengan menggunakan vlot yang berbeda.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan terhadap hasil pencelupan
(kerataan warna, ketuaan warna, tahan luntur warna) dengan menggunakan zat warna
asam super milling dengan menggunakan vlot yang berbeda.

II. Teori Dasar

2.1 Poliamida

Serat nylon ditemukan oleh Wallace H Carothers pada tahun 1982. Mula- mula Carothers
mencoba membuat polyester dari heksametilena glikol dengan asam adipat. Akan tetapi serat
yang dibuat dari polyester ini kurang kuat sehingga Carothers mengalihkan penelitiannya pada
nylon yang dibuat dari heksametilena diamina NH2(CH2)6NH2 dan asam adipat
COOH(CH2)4COOH, yang kemudian molekul- molekul tersebut berekasi lagi membentuk
molekul yang panjang dan menghaasilkan serat yang kuat. Nylon yang dibuat dari asam adipat
COOH(CH4)2COOH dengan heksametilena diamina NH2(CH2)6NH2 disebut nylon 66, sebab
asam dan diaminanya masing- masing mempunyai enam atom karbon. Nylon lain yang dikenal
seperti nylon 6 dibuat dari kaprolaktam.
Nylon adalah suatu serat buatan yang merupakan polimer amida yang mengandung gugus
amida (CONH) sebagi suatu bagian yang berulang untuk melengkapi rantai polimer yang
utama. Selain gugugs amida nylon masih juga mempunyai komponen (gugus) lain, yaitu gugus
amina (NH2) dan karboksilat (COOH). Polimer- polimer tersebut dapat dibentuk menjadi suatu
filament yang bagian strukturnya terorientasi searah dengan sumbu- sumbu serat.
2.2 Struktur Molekul Poliamida
Secara garis besar bentuk dan susunan rantai molekul serat nylon dibagi atas dua bagian,
yaitu bagian kristalin dan amorf dengan presentase sebesar 8,5% bagian kristalin dan 15%
bagian amorf. Pada bagian kristallinnya, rantai molekul terorientasi dengan baik dan saling
sejajar serta tersusun rapat. Jarak antara rantai sangat dekat sehingga ikatan hidrogen dapat
terjadi karena tarik menarik antar gugus karbonil suatu rantai molekul dengan gugus amina dari
rantai molekul tetangganya. Ikatan hidrogen ini bila terjadi pada bagian serat yang rantai
molekulnya terorientasi, maka akan sangat mempengaruhi sifat- sifat fisika dan mekanika dari
serat nylon sebagai bahan tekstil, seperti kekuatan, kilap, mulur dan ketahan terhadap zat
kimia, akan tetapi juga secara tidak langsung dapat mengakibatkan menurunnya daya celup.
Nylon merupakan rantai senyawa poliamida sintetik yang panjang yang mempunyai senyawa
amida yang berulang sehingga merupakan suatu bagian yang sempurna dari rantai polimer.
Pada bagian kristalin struktur molekulnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Struktur Molekul Serat Nylon


Gugus amida (-CONH-) pada bentuk kristalin tersebut tidak bebas, tetapi terikat. Gugus
tersebut merupakan gugus polar meskipun tidak sekuat gugus amina (-NH2-)atau
karboksilatmya (-COOH-). Secara kimia serat nylon terdapat ikatan hidrogen dan ikatan polar,
ikatan polar tergantung dari keaktifannya dan adanya atom hidrogen. Karena adanya ikatan-
ikata tersebut serat menjadi stabil terhadap pengaruh luar.
2.3 Sifat-Sifat Poliamida
2.3.1 Sifat Fisika
Serat nylon dibuat untuk tujuan yang berbeda, nylon untuk keperluan industry mempunyai
kekuatan sangat tinggi dengan mulur kecil, sedangkan yang ditunjukkan untuk pakaian
mempunyai kekuatan yang lebih rendah dengan mulur lebih tinggi.
Sifat- sifat fisika nylon 6 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mulur sebelum putus 16- 30%.
2. Mempunyai kekuatan tarik 4,3- 8,8 g/denier dalam keadaan kering, sedangkan dalam
keadaan basah 80- 90 % dari kekuatan kering.
3. Memiliki berat jenis 1,14 g/cm3.
4. Mempunyai moisture regain 4,2% pada kondisi (RH 65%, suhu 210C).
5. Memiliki ketahanan gosokan sangat baik dibandingkan dengan serat lain, yaitu 4- 5 kali
ketahan gosok serat wool.
6. Memilki ketahanan terhadap sinar seperti serat alam.
7. Tahan panas.
Nylon 6 melunak pada suhu 170- 1800C dan meleleh pada suhu 2150C. Pada pemanasan
pada suhu 1000C dalam waktu yang lama tidak mengakibatkan perubahan warnanya.
8. Mempunyai elastisitas yang baik, jika dibandingkan dengan serat lain peregangan 8%
menghasilkan 100% elastisitas, sedangkan untuk pergangan 16% menghasilkan 91%
elastisitas.
9. Memiliki titik leleh 2150C lebih kecil dari nylon 66 pada suhu 2630C. Dalam pemanasan
diudara pada suhu 1500C selama 5 jam akan berubah menjaadi kekuning- kuningan,
tetapi masih agak lebih baik dibandingkan dengan wol dan sutera.
10. Merupakan isolator yang baik sehingga mudah menimbulkan listrik static karena gesekan
2.3.2 Sifat Kimia
Pada prakteknya sifat- sifat kimia serat nylon erat sekali hubungan dengan keseragaman
panjang rantai molekul polimer yang membentuk seratnya serta penyusunan gugus aminanya
dalam molekul serat.
Sifat- sifat kimia nylon 6 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh asam
Asam- asam encer tidak berpengaruh terhadap nylon, tetapi pada asam yang pekat
(H2SO4, HCl, HNO3) pada suhu mendidih akan merusak nylon.
2. Pengaruh oksidasi
Terhadap oksidasi nylon cukup tahan, tetapi terhadap oksidasi yang tinggi akan merusak
nylon karena itu harus dihindari.
3. Pengaruh alkali
Alkali tidak berpengaruh walaupun dalam keadaan suhu mendidih, misalnya pengerjaan
10% NaOH pada suhu 850C selama 10 jam akan mengakibatkan menurunkan kekuatan
narik nylon sebesar 5%.
4. Pelarut organic
Nylon 6 tahan terhadap pelarut organic, seperti benzene, khloroform, aseton, ester- ester
dan eter, tetapi larut didalam fenol, kresol dan asam formiat 1:1.
2.4 Penampang Poliamida
Bentuk penampang melintang serat nylon berbentuk bulat, sedangkan bentuk penampang
membujurnya berbentuk silinder.

Gambar 2.2 Penampang Melintang dan Membujur Serat Nylon


2.5 Zat Warna Asam
Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya mempergunakan
asam untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang merupakan garam natrium
asam-asam organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna. Zat warna asam
mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida misalnya wol dan nylon. Beberapa zat
warna asam akan mencelup juga serat-serat selulosa karena bentuk dan dasar molekulnya
hampir serupa.
Struktur Kimia Zat Warna Asam
Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan senyawa yang
mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai gugus pelarut.
Golongan Zat Warna Asam
Menurut kimiawinya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut:
Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS (C.I. Acid Blue)

Gambar 2.3 Struktur Molekul C.I Acid Blue 1


Golongan 2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B (C.I. Acid Red
52)

Gambar 2.4 Struktur Molekul C.I Acid Red 52

Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya
NapHtol Yellow 1 (C.I. Acid Yellow 1)

Gambar 2.5 Struktur Molekul C.I Acid Yellow 1


Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-Garanine
2G (C.I. Acid Red 1)

Gambar 2.6 Struktur Molekul C.I Acid Red 1

Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine

Gambar 2.7 Struktur Molekul Tartrazine

Golongan 6
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B (C.I. Acid Blue 45)

Gambar 2.8 Struktur Molekul C.I Acid Blue 45


Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :

Golongan 1 (Levelling Acid Dyes)


Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam pencelupannya misalnya
dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5
sehingga penyarapan zat warna lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat
warna asam terdispersi molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang pada
umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan cucinya kurang.

Disebut zat warna asam celupan rata, karena pencelupannnya mudah rata akibat
molekul zat warnanya yamg relatif sangat kecil, sehingga substantifitasnya terhadap
serat relatif kecil, sangat mudah larut dan warnanya sagat cerah, tetapi tahan luntur
warnanya rendah.

Ikatan antara serat dan zat warnannya adalah ikaan ionik, disamping ikatan zvan der
walls. Untuk pencelupan warna tua, biasanya diperlukan kondisi larutan celup yang
sangat asam, yakni pH 3-4, tetapi untukl zat warna sedang dan muda dapat dilakukan
pada pH 4-5.
Golongan 2 (Milling)
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam pencelupannya, misalnya
asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2 6,2. Penambahan elektrolit kedalam
larutan celup akan memperbesar penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata.
Zat warna ini mempunyai sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal.

Ukuran molekul zat warna milling agak lebih besar dibandingkan zat warna asam
celupan rata, sehingga afinitas zat warna asam milling lebih besar dan agak sukar
bermigrasi dalam serat, akibatnya agak sukar mendapatkan kerataan hasil celup.

Tahan luntur warna hasil selupannya lebih baik dari zat warna asam celupan rata,
karena walaupun ikatan antara serat dan zat warna dengan serat masih didominasi
ikatan ionik tetapi ikatan sekunder berupa gaya Van Der Waals-nya juga relatif mulai
cukup besar(sesuai dengan makin besarnya ukuran partikel zat warna).
Untuk mencelup zat warna tua, umumnya diperlukan kondisi lariutan celup pH 4-5, tetapi
untuk warna sedang dan muda, dilakukan pada kondisi pH 5-6 agar hasil celupannya
rata. Penambahan NaCl dalam larutan celup akan berfungsi sebagai pendorong
penyerapan.
Golongan 3 (Super Milling)
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan asam dalam
pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini terdispersi koloidal, meskipun
pada temperatur mendidih akan terdispersi molekuler.

Diantara seluruh jenis zat warna asam, ukuran molekulnya paling besar (tetapi masih lebih
kecil daripada ukuran molekul zat warna direk) sehingga afinitas terhadap serat relatif besar
dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar mendapatkan kerataan hasil celupannya, namun
tahna luntur warnanya tinggi.

Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat warna yang
berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan Van der Waals serta kemuungkinan terjadinya
ikatan hidrogen. untuk pencelupan warna tua, dapat dilakukan pada kondisi larutan celup pH
5-6, tetapi untuk warna sedang dan muda dapat dilakukan dengan pH 6-7. Agar resiko
belang menjadi lebih kecil, biasanya tidak diperlukan penambahan NaCl (atau jumlahnya
dikurangi), karena NaCl dalam suasana celup yang kurang asam akan berfungsi sebagai
pendorong penyerapan zat warna.

Keunggulan lain dari zat warna asam warnanya yang lebh cerah, hal tersebut karena ukuran
partikelnya relatif kecil (lebih kecil dari zat warna direk).

Struktur kimia zat warna asam bervariasi, antara lain trifenil metan, xanten, nitro aromatik,
azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam jenis azo, sehingga hasil celupnya dapat
dilunturkan oleh reduktor.
Dalam pencelupan menggunakan zat warna asam super milling seringkali sukar untuk
menghindarkan terjadinya ketidakrataan. Untuk itu pada prosesnya ditambahkan perata
anionik.
Ukuran partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara zat warna
dengan serat berupa ikatan gaya Van der Waals, dimana makin banyak elektron dalam
molekul (makin besar ukuran molekul), zat warna makin besar ikatan fisika (Van der
Waals)nya. Oleh karena itu, ketahan luntur hasil pencelupan zat warna asam levelling lebih
rendah bila dibandingkan dengan tahan luntur hasil celup dengan zat warna asam milling
dan super milling.

Sifat sifat zat warna asam:

Tabel 2.1 Sifat sifat dari Golongan Zat Warna Asam


Golongan Zat Warna Asam
Sifat sifat
Leveling dyes Milling dyes Supermilling dyes

Tahan luntur warna


pada pengerjaan Kurang Baik Sangat baik
basah

Cara pencelupan Asam sulfat Asam asetat Ammonium asetat

pH pencelupan 2-4 4-6 6-7

Kerataan pada
Baik Agak kurang Sangat kurang
pencelupan

BM rendah larutan BM tinggi larutan BM tinggi larutan


Sifat zat warna molekul berkelarutan molekul berkelarutan koloid berkelarutan
tinggi rendah rendah
Tabel 2.2 Ukuran Partikel Zat Warna Asam

Afinitas Ketahanan
ZW Asam Uk.Partikel Kerataan
terhadap Serat Luntur

Levelling Kecil Mudah rata


Milling Sedang
S Miling Besar Sukar rata Bagus
......

Kelemahan zat warna asam:

Migrasi zat warna asam jelek karena ikatan yang terjadi antara serat dan zat warna
adalah ikatan ionic.
Untuk memperoleh hasil celup yang rata dapat dilakukan langkah langkah sebagai
berikut :
o Persiapan bahan harus sebaik mungkin
o Menambahkan pembasah
o Melakukan pengadukan diawal proses (10 menit) dengan baik
o Meratakan penyerapan sejak awal dengan menambahkan zat perata anionic atau
kationik.
o Memperlambat penyerapan zat warna dengan cara menambahkan elektrolit dan
mengatur penaikan suhu secara lambat/ bertahap.
Pengaturan pH
pH rendah mengakibatkan penyerapan tinggi, namun bila pH Terlalu rendah resiko
belang terhadap bahan akan tinggi karena penyerapan terlalu cepat., pH tinggi
mengakibatkan penyerapan kurang. Pencelupan dengan zat warna asam milling,
dilakukan pada suhu tinggi karena molekul zat warnanya besar.
Setelah Pencelupan dilakukan proses iring berfungsi untuk meningkatkan tahan luntur
zat warna . Mekanismenya :
o Memperbesar ukuran partikel zat warna yang sudah masuk kedalam serat
( digunakan pemfiksasi kationik ).
o Membentuk lapisan film dipermukaan serat sehingga dapat menutupi pori pori serat.
2.6 Mekanisme Pencelupan
2.7 Zat Pembantu
2.8 Faktor Yang Berpengaruh
III. Percobaan

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
Gelas ukur
Piala gelas
Pengaduk
Timbangan
Gunting
Pipet ukur
Mesin Pencelupan HT Dyeing
b. Bahan
Zat Warna Asam Super Milling Merah
Kain Poliamida (Nylon)
Zat pembasah
Asam Asetat
NaCl
3.2 Diagram Alir

Pembuatan larutan celup dan


persiapan bahan

Pencelupan

Pencucian

Pengeringan

Evaluasi: Ketuaan, Kerataan,


Tahan Luntur Warna
3.3 Skema Proses

3.4 Resep
a. Pencelupan zat warna asam super milling

Resep Pencelupan Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4

Zat warna Asam 2 2 2 2


Super Milling Merah
(%)

Asam asetat (ml/L) 2 2 2 2

NaCl (g/L) 20 20 20 20

Vlot 1:10 1:20 1:30 1:40

Suhu 1000C 1000C 1000C 1000C

Waktu (menit) 45 45 45 45

b. Cuci Sabun

Resep Cuci sabun Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4

Sabun (ml/L) 1 1 1 1

Suhu 800C 800C 800C 800C

Vlot 1:20 1:20 1:20 1:20

Waktu (menit) 10 10 10 10
3.5 Perhitungan Resep
a. Pencelupan zat warna Dispersi

Bahan Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4

Berat 3.98 gr 3.99 gr 4.86 gr 4.43 gr


bahan
Kebutuhan 3.98 x 10 = 39.8 3.99 x 20 = 79.8 4.86 x 30 = 145.8 4.43 x 40 = 177.2
Larutan ml ml ml ml

Zat warna 2 50 2 50 2 50 2 50
x 39.8 x x 3.99x x 4.86 x x 4.43 x
100 1 100 1 100 1 100 1
= 3,98 ml = 3.99 ml = 4.86 ml = 4.43 ml
NaCl 20 20 20 20
x 39.8 x 79.8 x 145.8 x 177.2
1000 1000 1000 1000
= 0.79 gr = 1.59 gr = 2.91 gr = 3.54 gr

Asam 2 2 2 2
x 39.8 x 79.8 x 145.8 x 177.2
Asetat 1000 1000 1000 1000
= 0.079 ml = 0.159 ml = 0.219 ml = 0.354 ml

b. Cuci Sabun

Bahan Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4

Berat 3.98 gr 3.99 gr 4.86 gr 4.43 gr


bahan
Kebutuhan 3.98 x 20 =79.6 3.99 x 20 = 79.8 4.86 x 20 = 97.2 ml 4.43 x 20 = 88.6 ml
Larutan ml ml
Sabun 1 1 1 1
x 79.6 = x 79.8 = x 97.2
= 0.0972 x 88.6 = 0.0886
1000 1000 1000 1000
0.0796 ml 0.0798 ml ml ml

3.6 Fungsi Zat


Zat warna asam type Super Milling berfungsi untuk memberikan warna pada kain poliamida
sehingga menjadi bermuatan positif.
Asam asetat 30% berfungsi untuk mendapatkan suasana asam.
Retarder anionik berfungsi untuk menghambat penyerapan zat warna asam dengan
memblokir kain nylon sehingga penyerapan kain nylon terhambat di awal proses
NaCl pada pH 4-5 berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna asam super milling
terhadap kain nylon.
Sabun untuk proses pencucian setelah proses pencelupan untuk menghilangkan zat warna
asam yang hanya menempel di permukaan serat.
3.7 Data Pengamatan
3.7.1 Ketuaan Warna
Tabel-1. Data Ketuaan warna
Variasi Vlot k/s
1:10 1,894674
1:20 2,224034
1:30 2,323245
1:40 3,063283

3.7.2 Kerataan Warna


Tabel-2. Data Kerataan warna
Variasi Vlot Standar Deviasi
1:10 0.373663
1:20 0.313648
1:30 0.226472
1:40 0.193253

3.7.3 Tahan Luntur Warna


3.7.3.1 Tahan luntur Warna terhadap Pencucian
Tabel-3. Data Tahan Luntur Warna terhadap Pencucian

Variasi Vlot Nilai


Kain Kain
kapas Poliester
1:10 5 5
1:20 5 5
1:30 5 5
1:40 5 5

3.7.3.2 Tahan luntur Warna terhadap Gosokan


Tabel-4. Data Tahan Luntur Warna terhadap Gosokan

Variasi Vlot Nilai penodaan kain kapas


Basah Kering
1:10 5 5
1:20 5 5
1:30 5 5
1:40 5 5
IV. Diskusi
V. Kesimpulan
Daftar pustaka

M.Ichwan, Rr Wiwiek. 2013. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 2. Bandung. Sekolah


Tinggi Teknologi Tekstil.
Dede Karyana, Elly K. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil. 2005.

Anda mungkin juga menyukai