“Penyempurnaan Anti Mengkeret pada Kain Kapas Variasi Konsentrasi Resin dan
Suhu Curing”
Disusun Oleh:
Grup : 3K3
b. Penampang Melintang
• Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin, dan
protein, yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
• Dinding primer
Merupakan dinding sela yang asli yang mengandung selulosa, pektin,
protein, dan zat yang mengandung lilin. Selulosa ini berbentuk benang-
benang yang sangat halus ataau fibril yang susunannya membentuk spiral
dengan sudut 65-70O mengelilingi sumbu serat.
• Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer maupun sekunder.
• Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa yaitu fibril-fibril yang membentuk
spiral dengan sudut 20-30o mengelilingi sumbu serat.
• Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat yang bentuk dan ukurannya
berbeda untuk tiap serat. Lumen berisi zat-zat pada sisa protoplasma yang
sudah kering dengan komposisi terbesarnya adalah nitrogen.
2) Dimensi serat
a. Panjang
Perbandingan panjang dan diameter serat kapas pada umumnya bervariasi dari
1000:1 sampai 5000:1
b. Diameter
Diameter asli serat kapas yang masih hidup relatif konstan. Tetapi tebal
dinding sel sangat bervariasi dan hal ini menimbulkan variasi yang besar
dalam hal ukuran dan bentuk karakteristik irisan melintang.
3) Sifat Fisika
a. Warna
Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat menyebabkan warna
keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt mengakibatkan warna puih kebiru-biruan
yang tidak hilang dalam pemutihan.
b. Kekuatan
Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci
persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
c. Mulur
Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%
d. Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja.
e. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau perbandingan
kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
f. Moisture Regain (MR)
MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%
g. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56
h. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang tegak
lurus adalah 1,53
4) Sifat Kimia
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
• Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
• Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
• Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
• Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
• Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
• Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus
hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil dalam
molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah
menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam
serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan
dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa
menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan dengan
oksidasi karena terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama
dalam suhu diatas 1400 C. Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa
dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degradasi
cepat. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan
dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat.
Penampang melintang dari serat berbahan kapas ini yang merupakan salah satu
serat alam yang paling banyak digunakan, memiliki bentuk yang tidak beraturan
yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil
pencelupannya memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu
memberikan daya penutup kain yang lebih besar.
2.2 Rayon
Rayon Viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya
sama dengan serat selulosa yang lain kecuali derajat polimerisasi lebih rendah karena
terjadinya degradasi rantaipolimer selama pembuatan seratnya. Bahan dasar dari
serat rayon viskosa adalah kayu yang dimurnikan dan denganm larutan NaOH
dirubah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida dirubah menjadi
natrium selulosa xantat dan selanjutnya dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida
encer. Larutan ini kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan
basah mempergunakan larutan asam.
Sifat fisika
• Kekuatan dan mulur
Kekuatan; kering : 2.6 gram / denier
basah : 1.4 gram / denier
• Mulur; kering : 15 %
basah : 25 %
• Moisture regain
Moisture regain dalam keadaan standar adalah 12 – 13 %.
• Elastisitas
Elastisitas jelek, apabila dalam pertenunan benangnya mendapat suatu tarikan
mendadak kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi,
akibatbya dalam pencelupan akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan
kelihatan garis – garis yang lebih berkilau.
• Berat jenis
Berat jenis serat rayon adalah 1.52.
• Sifat listrik
Dalam keadaan kering rayon merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air
yang diserat oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.
• Tahan sinar
Dalam penyinaran kekuatan berkurang lebih rendah bila dibanding sutera dan
lebih tinggi dibanding asetat.
• Tahan panas
Rayon tahan terhadap penyetrikaan tetapi pengerjaan panas dalam waktu lama
menyebabkan rayon menjadi kuning.
Sifat kimia
Rayon lebih cepat rusak oleh asam dibanding dengan kapas terutama dalam
keadaan panas. Rayon Viskosa tahan terhadap pelarut – pelarut untuk dry cleaning.
Sifat biologi
Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang kekuatannya serta warnanya.
Biasanya jamur tumbuh karena kanji yang menempel pada benang. Apabila kanjinya
telah dihilangkan kemungkinan diserang jamur berkurang.
Proses pencucian
Evaluasi
V. SKEMA PROSES
VI. RESEP
4.1. Resep Penyempurnaan Anti Mengkeret
Resin anti mengkeret (PVA) : 10-30-50 g/l
Resin anti kusut : 20 g/l
Katalis : 15 g/l
Kebutuhan Larutan : 200 ml
4.2. Resep Pencucian
Teepol : 2 g/l
Na2CO3 : 1 g/l
Suhu : 70oC
Waktu : 30 menit
- Mengkeret pada Curing 140°C (pada setiap variasi konsentrasi resin 10, 30
dan 50 g/L memiliki perubahan panjang yang sama)
10−9,4
%mengkeret lusi = 𝑥 100 %
9,4
0,6
= 9,4 𝑥 100% = 6,383%
10−10
%mengkeret pakan = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%
o Konsentrasi 50 g/L
10−10
%mengkeret lusi = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%
10−10
%mengkeret pakan = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%
6 5,2632 5,2632
5
% Mengkeret
3 Curing 140°C
2 Curing 160°C
1
0
0
10 30 50
konsentrasi resin tahan mengkeret (g/L)
Grafik 10.1. Perbandingan Nilai Mengkeret dari Variasi Curing 140 oC dan 160 oC
Dapat dilihat dari grafik dan tabel data perhitungan, faktor yang sangat berperngaruh
timbulnya efek anti mengkeret pada kain adalah suhu curing. Jika dibandingkan pada
suhu maksimum 140 oC terjadi perubahan panjang dan nilai mengkeret yang lebih besar
dibanding pada 160oC yang juga mengalami mengkeret, hanya saja dengan nilai
mengkeret yang lebih kecil. Selain itu faktor lainnya adalah pengaruh konsentrasi resin
anti mengkeret yang efeknya hanya terlihat signifikan dari setiap penggunaannya,
terutama pada suhu 160 oC dimana semakin besar resin anti kusut yang digunakan maka
semakin berkurang pula perubahan panjang atau mengkeret yang terjadi pada kain.
Jika dibandingkan kembali dengan nilai mengkeret blanko yaitu kain tanpa resin
yang pada lusi dan pakannya terjadi mengkeret, penggunaan resin terbukti berfungsi
dengan nilai mengkeret yang semakin kecil setiap pemakaiannya. Dan kain dengan resin
lebih sedikit mengkeret nya dan lebih baik disbanding kain blanko. Nilai paling maksimal
didapatkan dimana tidak terjadi mengkeret pada kain, yaitu pada variasi curing 160 oC
dan penggunaan konsentrasi variasi resin tahan mengkeret PVAc 50 g/L
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum ini diketahui bahwa hal yang berpengaruh pada proses penyempurnaan
tahan mengkeret yaitu konsentrasi dan suhu curing, namun semakin besar konsentrasi
yang digunakan, maka suhu yang digunakan pun harus semakin besar, tujuannya agar
proses polimeriasi menjadi maksimum. Dalam hal ini hasil tahan mengkeret paling baik
pada suhu 160°C dengan konsentrasi PVAC 50g/L.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arifin, dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung: Institut Teknologi
Tekstil
Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. 2005. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Ichwan, Muhammad, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
https://borosh.blogspot.com/2014/02/p-e-n-y-e-m-p-u-r-n-a-n-k-h-u-s-u-s.html
https://www.scribd.com/document/402622005/Anti-Mengkeret
https://teddypram.wordpress.com/2010/04/11/dekomposisi-
kain/#:~:text=Dengan%20rumus%20%3A%20Mengkeret%20benang%20(%20M,Pk)%2F%20Pb%20
x%20100%25.