Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN I

“Penyempurnaan Anti Mengkeret pada Kain Kapas Variasi Konsentrasi Resin dan
Suhu Curing”

Disusun Oleh:

Nabila Zalfa Fatihah 18020057


Nida Alya Nasywa 18020058
Nisa Ruffaidah 18020059
Nisrina Nursyifa Y 18020060

Grup : 3K3

Dosen : Sukirman, S.ST., MIL


Asisten dosen : Brilyan M.R.R.,SST.
Desiriana

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Untuk memberikan efek tahan mengkeret pada kain kapas dalam upaya
memperbaiki stablitas dimensinya.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh konsentrasi dari PVA dan suhu pemanasawetan pada kain
kapas, Rayon, T/C, T/R terhadap proses tahan mengkeret.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat yang digunakan pada penyempurnaan kreping ini adalah serat kapas, yang
merupakan serat selulosa. Serat selulosa bila dilihat dalam struktur secara kimia
memiliki kelarutan terhadap air karena memiliki gugusan hidroksil.
Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000.
Selulosa mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus sekunder.
Selulosa terdapat pada dinding primer dan dinding sekunder.
1) Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan mempunyai struktur
molekul seperti selulosa. Terutama terdiri dari susunan linier asam d-galakturonat
dalam garam-garam kalsium dan besi yang tidak larut. Selulosa pecah menjadi
glukosa, tetapi pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam poligalakturonat,
dan metil alkohol.
2) Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang tertinggal
di dalam lumen setelah selnya mati ketika buah membuka.
3) Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas mentah.
Lilin seluruhnya melelh pada dinding primer.
4) Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah, dan
kotoran-kotoran yang menempel pada serat. Abu tersebut mengandung
magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau klorida, dan garam-garam
karbonat yang merupakan bagian terbesar.
Serat kapas mempunyai karakter-karakter sebagai berikut :
1) Morfologi serat
a. Penampang Membujur
Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita terpilin. Terdiri dari
bagian-bagian :
• Dasar
Berbentuk kerucut yang selama masa pertumbuhan serat, tertanam di antara
sel-sel epidermis.
• Badan
Merupakan bagian utama serat kapas yang mempunyai diameter sama,
berdinding tebal, dan mempunyai lumen.
• Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mengecil, dengan sedikit
konvolusi dan juga memiliki lumen.

b. Penampang Melintang

• Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin, dan
protein, yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
• Dinding primer
Merupakan dinding sela yang asli yang mengandung selulosa, pektin,
protein, dan zat yang mengandung lilin. Selulosa ini berbentuk benang-
benang yang sangat halus ataau fibril yang susunannya membentuk spiral
dengan sudut 65-70O mengelilingi sumbu serat.
• Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer maupun sekunder.
• Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa yaitu fibril-fibril yang membentuk
spiral dengan sudut 20-30o mengelilingi sumbu serat.
• Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat yang bentuk dan ukurannya
berbeda untuk tiap serat. Lumen berisi zat-zat pada sisa protoplasma yang
sudah kering dengan komposisi terbesarnya adalah nitrogen.

2) Dimensi serat
a. Panjang
Perbandingan panjang dan diameter serat kapas pada umumnya bervariasi dari
1000:1 sampai 5000:1
b. Diameter
Diameter asli serat kapas yang masih hidup relatif konstan. Tetapi tebal
dinding sel sangat bervariasi dan hal ini menimbulkan variasi yang besar
dalam hal ukuran dan bentuk karakteristik irisan melintang.

3) Sifat Fisika
a. Warna
Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat menyebabkan warna
keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt mengakibatkan warna puih kebiru-biruan
yang tidak hilang dalam pemutihan.
b. Kekuatan
Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci
persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
c. Mulur
Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%
d. Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja.
e. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau perbandingan
kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
f. Moisture Regain (MR)
MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%
g. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56
h. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang tegak
lurus adalah 1,53

4) Sifat Kimia
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
• Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
• Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
• Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
• Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
• Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
• Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.

Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus
hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil dalam
molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah
menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam
serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat mudah dicelup.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan
dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa
menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan dengan
oksidasi karena terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama
dalam suhu diatas 1400 C. Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa
dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degradasi
cepat. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan
dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat.
Penampang melintang dari serat berbahan kapas ini yang merupakan salah satu
serat alam yang paling banyak digunakan, memiliki bentuk yang tidak beraturan
yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil
pencelupannya memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu
memberikan daya penutup kain yang lebih besar.

Gambar skema dari struktur molekul serat selulosa

Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan


pengulangan dari 𝛽-anhidroglukosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang memberikan sifat kelarutan didalam air. Meskipun demikian,
selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut didalam
air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang sangat besar,
juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang mempersukar
kelarutan selulosa didalam air.
Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari molekul
lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut membuat serat yang
mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat
tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air
terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah dicelup. Pereaksi-pereaksi
oksidasi, asam dan alkali kuat dengan disertai oksigen dari udara pada umumnya
akan menyerang bagian atom oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang
molekulnya lebih pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya.

2.2 Rayon
Rayon Viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya
sama dengan serat selulosa yang lain kecuali derajat polimerisasi lebih rendah karena
terjadinya degradasi rantaipolimer selama pembuatan seratnya. Bahan dasar dari
serat rayon viskosa adalah kayu yang dimurnikan dan denganm larutan NaOH
dirubah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida dirubah menjadi
natrium selulosa xantat dan selanjutnya dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida
encer. Larutan ini kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan
basah mempergunakan larutan asam.
Sifat fisika
• Kekuatan dan mulur
Kekuatan; kering : 2.6 gram / denier
basah : 1.4 gram / denier
• Mulur; kering : 15 %
basah : 25 %
• Moisture regain
Moisture regain dalam keadaan standar adalah 12 – 13 %.
• Elastisitas
Elastisitas jelek, apabila dalam pertenunan benangnya mendapat suatu tarikan
mendadak kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi,
akibatbya dalam pencelupan akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan
kelihatan garis – garis yang lebih berkilau.
• Berat jenis
Berat jenis serat rayon adalah 1.52.
• Sifat listrik
Dalam keadaan kering rayon merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air
yang diserat oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.
• Tahan sinar
Dalam penyinaran kekuatan berkurang lebih rendah bila dibanding sutera dan
lebih tinggi dibanding asetat.
• Tahan panas
Rayon tahan terhadap penyetrikaan tetapi pengerjaan panas dalam waktu lama
menyebabkan rayon menjadi kuning.
Sifat kimia
Rayon lebih cepat rusak oleh asam dibanding dengan kapas terutama dalam
keadaan panas. Rayon Viskosa tahan terhadap pelarut – pelarut untuk dry cleaning.

Sifat biologi
Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang kekuatannya serta warnanya.
Biasanya jamur tumbuh karena kanji yang menempel pada benang. Apabila kanjinya
telah dihilangkan kemungkinan diserang jamur berkurang.

2.3 Campuran Polister/Kapas (T/C)


Tujuan utama dari pencampuran serat poliester dan kapas adalah untuk
mendapatkan kain yang mutunya lebih baik dibandingkan dengan kain yang terbuat
dari masing – masing seratnya. Faktor yang merupakan suatu keuntungan dalam
pencampuran antar serat poliester dan kapas adalah sifat buruk dari poliester
merupakan sifat yang baik dari serat kapas, begitu pula sebaliknya. Sehingga dari
pencampuran kedua jenis serat ini, sifat – sifat yang kurang dari salah satu jenis serat
dapat diimbangi dengan sifat – sifat yang baik dari serat lain. Hal tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut.
Sifat – sifat Bahan Campuran Poliester – Kapas
Bahan – bahan yang terbuat dari serat poliester merupakan bahan yang memiliki
sifat – sifat yang baik seperti kekuatan tinggi, daya tahan abrasi yang baik, sifat cuci
pakai yang baik, dan lipatan yang lama. Sifat – sifat yang baik dari serat poliester
tersebut akan lebih baik lagi jika dicampur dengan serat selulosa pada kondisi
tertentu. Serat selulosa yang dicampur dengan serat poliester ini akan memberikan
bahan campuran dengan sifat yang baik, diantaranya : Rasa yang nyaman dalam
pemakaian.

2.4 Penyempurnaan Anti Mengkeret


Proses pembuatan kain menyebabkan ketegangan pada benang penyusunnya.
Tegangan tersebut tersimpan dalam kain menjadi energi potensial untuk menyusut
kembali ke ukuran semula. Akibatnya kain dapat menyusut setelah dicuci.
Penyempurnaan anti mengkeret dimaksudkan untuk mencegah bahan mengkeret
setelah pencucian sehingga bentuknya tidak berubah walaupun dicuci berkali-kali.
Proses ini dilakukan terutama untuk bahan selulosa sepert rayon dan kapas.
Penyempurnaan anti mengkeret dapat dilakukan secara mekanik dan kimia. Untuk
kain kapas, umumnya penyempurnaan dilakukan dengan cara mekanik.
Untuk cara mekanik dilakukan dengan cara sanforized. Proses sanforis
didasarkan pada sifat pergerakan molekul-molekul dalam kondisi pemanasan
dengan uap. Selain itu, proses penguluran atau penyuapan kain yang berlebih juga
membantu proses pemengkeretan secara lebih cepat. Gerakan silinder untuk
melewatkan uap panas, yang lebih cepat dibanding kecepatan penarikan
menyebabkan terjadinya penguluran kain (kain masuk ke mesin sanforis tanpa
tegangan). Uap menggerakan molekul serat dan memekarkan serat sehingga
tegangan yang tersimpan dalam serat, benang, atau kain tersebut hilang. Kain
memang menjadi lebih pendek dan sempit, namun dalam pemakaian tidak akan
mengkeret lagi.
Untuk cara kimia digunakan dengan penambahan zat kimia pada kain. Yang
ditambahkan adalah PVAC atau Polivinil asetat sebagai zat pemberi efek anti
mengkeret pada kain. Dalam air, serat rayon akan menggelembung, sehingga perlu
dikerjakan dengan resin yang berguna untuk mencegah penggelembungan serat.
Cara lain adalah dengan mengerjakan bahan dalam larutan formaldehid lalu
dikeringkan dan dikondensasi pada suhu 150oC selama 3 menit. Resin tersebut akan
melapisi dan mengikat anyaman tenun atau jeratan rajut dan menjadi penjaga
stabilitas dimensi kain sehingga kain tidak mudah susut saat pencucian. Tetapi
pengerjaan dengan formaldehid kurang ramah lingkungan, maka dapat
menggunakan asam-asam karboksil.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
- Piala gelas
- Pengaduk
- Timbangan digital
- Bak padding
- Mesin padder
- Mesin stenter
- Penggaris
3.2 Bahan
- Kain Kapas
- Resin anti mengkeret (Polivinil asetat)
- Resin anti kusut
- Katalis
- Na2CO3
- Air

IV. DIAGRAM ALIR

Persiapan larutan dan kain yang akan


digunakan

Proses padding WPU 60%

Proses pengeringan 100oC dalam 3 menit

Proses curing 140-160oC dalam 5 menit

Proses pencucian

Evaluasi

V. SKEMA PROSES
VI. RESEP
4.1. Resep Penyempurnaan Anti Mengkeret
Resin anti mengkeret (PVA) : 10-30-50 g/l
Resin anti kusut : 20 g/l
Katalis : 15 g/l
Kebutuhan Larutan : 200 ml
4.2. Resep Pencucian
Teepol : 2 g/l
Na2CO3 : 1 g/l
Suhu : 70oC
Waktu : 30 menit

VII. PERHITUNGAN RESEP


Variasi :
- Konsentrasi resin : 10-30-50 g/l
- Suhu curing : 140-160oC
7.1. Perhitungan Resep Penyempurnaan Anti Mengkeret
Kain 1 Kain 2 Kain 3
Kebutuhan larutan 200 ml 200 ml 200 ml
Resin anti = 10 g/l = 30 g/l = 50 g/l
mengkeret (PVA) 10 30 50
= × 200 ml = × 200 ml = × 200 ml
1000 1000 1000

= 2 gram = 6 gram = 10 gram


Resin anti kusut = 20 g/l = 20 g/l = 20 g/l
20 20 20
= × 200 = × 200 = × 200
1000 1000 1000

= 4 gram = 4 gram = 4 gram


Katalis = 15 g/l = 15 g/l = 15 g/l
15 15 15
= × 200 = × 200 = × 200
1000 1000 1000

= 3 gram = 3 gram = 3 gram


Air = 200 ml-2-4-3 = 200 ml-6-4-3 = 200 ml-10-4-3
= 191 ml = 187 ml = 183 ml
* Masing-masing resep kain 1, 2, dan 3 dibuat dua kali untuk analisa variasi suhu curing
pada 140 oC dan 160 oC
7.2. Perhitungan Resep Pencucian
Kebutuhan air = 200 ml
2
Teepol = 1000 × 200 = 0,4 gram
1
Na2CO3 = 1000 × 200 = 0,2 gram

Air = 200 – 0,4 – 0,2 = 199,4 ml

VIII. FUNGSI ZAT


PVAC : Sebagai zat anti mengkeret untuk mencegah terjadinya
penggelembungan serat kapas dan memberikan sifat permanen.
Resin anti kusut : Untuk mengurangi kekusutan pada kain kapas.
Katalis : Untuk menambah derajat reaksi atau membantu mempercepat reaksi.
Na2CO3 : Untuk memberi suasana alkali pada proses pencucian agar semakin
maksimal.
Teepol : Untuk menghilangkan sisa zat yang menempel dipermukaan serat
pada proses pencucian.

IX. DATA HASIL PERCOBAAN


Tabel 9.1. Tabel Data Hasil Percobaan dan Hasil Perhitungan Percobaan
PANJANG PANJANG
VARIASI AWAL AKHIR SELISIH MENGKRET%
Curing PVAc Lusi Pakan
(°C) (g/L) (cm) (cm) Lusi Pakan Lusi Pakan Lusi Pakan
10 9,4 10 0,6 0 6,383 0
140 30 10 10 9,4 10 0,6 0 6,383 0
50 9,4 10 0,6 0 6,383 0
RATA-RATA 6,383 0

10 9,5 10 0,5 0 5,263 0


160 30 10 10 9,5 10 0,5 0 5,263 0
50 10 10 0 0 0 0
RATA-RATA 3,509 0

BLANKO 10 10 9,3 9,9 0,7 0,1 7,527 1,01


Perhitungan mengkeret
𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒘𝒂𝒍−𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓
%mengkeret = x 100%
𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓

- Mengkeret pada Curing 140°C (pada setiap variasi konsentrasi resin 10, 30
dan 50 g/L memiliki perubahan panjang yang sama)
10−9,4
%mengkeret lusi = 𝑥 100 %
9,4
0,6
= 9,4 𝑥 100% = 6,383%
10−10
%mengkeret pakan = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%

- Mengkeret pada Curing 160°C


o Konsentrasi 10 dan 30 g/L
10−9,5
%mengkeret lusi = 𝑥 100 %
9,5
0,5
= 9,5 𝑥 100% = 5,263%
10−10
%mengkeret pakan = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%

o Konsentrasi 50 g/L
10−10
%mengkeret lusi = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%
10−10
%mengkeret pakan = 𝑥 100 %
10
0
= 10 𝑥 100% = 0%

- Mengkeret pada kain blanko


10−9,3
%mengkeret lusi = 𝑥 100 %
9,3
0,7
= 𝑥 100% = 7,5269%
9,3
10−9,9
%mengkeret pakan = 𝑥 100 %
9,9
0,1
= 9,9 𝑥 100% = 1,0101%
X. DISKUSI
Penyempurnaan tahan mengkeret untuk membuat kain mempunyai daya mengkeret
yang sekecil mungkin, sehingga bentuk yang diberikan pada kain tersebut tidak berubah
walaupun dilakukan pencucian berulang-ulang. Proses penyempurnaan tahan mengkeret
dilakukan menggunakan PVAC yang akan berpolimerisasi dengan serat. Makastruktur
molekul serat semakin rapat dan tetalnya pun semakin rapat. Setelah dilakukan
penyempurnaan tahan mengkeret ini, diharapkan kain menjadi lebih stabil stabilitas
dimensinya.
Pada serat kapas, adanya gugus-gugus hidroksil pada struktur molekul dari serat
pada waktu pencucian menyebabkan terjadinya penarikan air sehingga diameter seratnya
menjadi besar, akibatnya terjadi pemengkeretan kearah panjang serat. Untuk mencegah
terjadinya hal tersebut gugus-gugus hidroksil pada serat perlu dihilangkan yaitu dengan
penyempurnaan anti mengkeret secara kimia. Penyempurnaan dilakukan dengan
menggunakan PVAC yang akan berpolimerisasi dengan serat sehingga terbentuk
jembatan metilen dan eter. Polimerisasi ini terjadi ketika proses pemanasawetan atau
curing pada suhu tinggi.
Pada praktikum kali ini dilakukan dua variabel variasi yaitu konsentrasi PVAC
sebagai resin anti kusut yang digunakan (10, 30, 50 g/L) serta variasi suhu curing yaitu
140°C dan 160°C. Dari tabel hasil pengamatan terlihat bahwa semakin besar konsentrasi
yang digunakan pada suhu curing 140°C, panjang akhir pada bagian pakan kain tidak
menunjukkan perubahan. Namun dapat dilihat dibagian lusi terjadi perubahan panjang
yang mengkeret, dengan nilai mengkeret 6,383%. Pengaruh dari konsentrasi pada curing
140°C tidak memberikan perubahan hasil yang signifikan artinya bahwa konsentrasi
yang digunakan dengan besaran 10 g/L sudah maksimum dilakukan untuk suhu curing
140°C. Ini dikarenakan setelah dilakukan penambahan konsentrasi resin yaitu 30 g/L dan
50 g/L, panjang kain bagian lusi dan pakan tidak berubah seiring dengan bertambahnya
variasi dari resin anti mengkeret.
Setelah dilakukan variasi lain dengan suhu curing yang dinaikkan menjadi 160°C,
dengan konsentrasi PVAC yang masih sama, yaitu digunakan 10, 30, dan 50 g/L. Pada
suhu 160°C dengan konsentrasi PVAC 10 dan 30 g/L, hasilnya menunjukkan perubahan
panjang pada bagian lusi menunjukkan adanya mengkeret kain dengan selisih 0,5 cm dan
besar nilai mengkeret sebesar 5,2631 %. Dan pada bagian pakan tidak terlihat perubahan
panjang, menandakan tidak ada mengkeret pada bagian ini. Konsentrasi dinaikan hingga
50g/L dengan suhu curing yang sama 160°C, tidak terdapat mengkeret pada kain
dikarenakan tidak adanya perubahan panjang yang terjadi pada kain. Artinya, polimer
dengan konsentrasi resin anti mengkeret sebanyak 50 g/L telah berpolimerisasi
maksimum pada suhu curing paling tinggi 160oC, yang menyebabkan strukturnya
menjadi lebih terisi dengan adanya ikatan silang pada bagian amorf, sehingga kain lebih
tahan mengkeret ketika diberikan gaya tekuk dan tekanan dari luar.

7 6,3829 6,3829 6,3829

6 5,2632 5,2632
5
% Mengkeret

3 Curing 140°C

2 Curing 160°C

1
0
0
10 30 50
konsentrasi resin tahan mengkeret (g/L)

Grafik 10.1. Perbandingan Nilai Mengkeret dari Variasi Curing 140 oC dan 160 oC

Dapat dilihat dari grafik dan tabel data perhitungan, faktor yang sangat berperngaruh
timbulnya efek anti mengkeret pada kain adalah suhu curing. Jika dibandingkan pada
suhu maksimum 140 oC terjadi perubahan panjang dan nilai mengkeret yang lebih besar
dibanding pada 160oC yang juga mengalami mengkeret, hanya saja dengan nilai
mengkeret yang lebih kecil. Selain itu faktor lainnya adalah pengaruh konsentrasi resin
anti mengkeret yang efeknya hanya terlihat signifikan dari setiap penggunaannya,
terutama pada suhu 160 oC dimana semakin besar resin anti kusut yang digunakan maka
semakin berkurang pula perubahan panjang atau mengkeret yang terjadi pada kain.
Jika dibandingkan kembali dengan nilai mengkeret blanko yaitu kain tanpa resin
yang pada lusi dan pakannya terjadi mengkeret, penggunaan resin terbukti berfungsi
dengan nilai mengkeret yang semakin kecil setiap pemakaiannya. Dan kain dengan resin
lebih sedikit mengkeret nya dan lebih baik disbanding kain blanko. Nilai paling maksimal
didapatkan dimana tidak terjadi mengkeret pada kain, yaitu pada variasi curing 160 oC
dan penggunaan konsentrasi variasi resin tahan mengkeret PVAc 50 g/L
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum ini diketahui bahwa hal yang berpengaruh pada proses penyempurnaan
tahan mengkeret yaitu konsentrasi dan suhu curing, namun semakin besar konsentrasi
yang digunakan, maka suhu yang digunakan pun harus semakin besar, tujuannya agar
proses polimeriasi menjadi maksimum. Dalam hal ini hasil tahan mengkeret paling baik
pada suhu 160°C dengan konsentrasi PVAC 50g/L.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arifin, dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung: Institut Teknologi
Tekstil
Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. 2005. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Ichwan, Muhammad, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

https://borosh.blogspot.com/2014/02/p-e-n-y-e-m-p-u-r-n-a-n-k-h-u-s-u-s.html

https://www.scribd.com/document/402622005/Anti-Mengkeret

https://teddypram.wordpress.com/2010/04/11/dekomposisi-
kain/#:~:text=Dengan%20rumus%20%3A%20Mengkeret%20benang%20(%20M,Pk)%2F%20Pb%20
x%20100%25.

Anda mungkin juga menyukai