Biosintesis selulosa
1 selulosa -> bergabung -> 1 misel (100 selulosa) -> bergabung -> 1 mikrofibril (20 misel) ->
bergabung -> 1 makrofibril (250 mikrofibril) -> bergabung -> 1 dinding sel (4000
makrofibril)
Sumber selulosa
Tipe selulosa:
Selulosa murni
Selulosa alam
Selulosa komersial/teknis (pulp)
Selulosa laboratoris (holoselulosa, Cross-Bevan, alfa, beta, gama selulosa)
Selulosa murni
Selulosa alam
Selulosa komersial/teknis
Selulosa laboratoris
Selulosa Cross-Bevan
Struktur kristalin
1. Lurus
2. Kekuatan tarik maksimal 15 kali struktur amorf
3. Kaku
4. Sulit dihidrolisis
Struktur amorf
1. Keriting
2. Kekuatan tarik rendah
3. Lentur
4. Mudah dihidrolisis
Ikatan Selulosa: ikatan hidrogen -> gaya tarik-menarik -OH atau -NH dan pasangan elektron
yang tidak terikat dari atom oksigen/nitrogen.
1. difraksi sinar X
2. viskositas
3. ultrasentrifugasi
4. penentuan gugus ujung/akhir
Degradasi Selulosa
1. pengurangan DP
2. meningkatnya daya reduksi dan timbulnya gugus reaktif -> -COOH (karboksil) -> -
CO- (karbonil)
3. penyebab degradasi: hidrolisis (asam), oksidasi, panas, mikrobiologi, mekanis
1. pengukuran viskositas
2. pengukuran bilangan tembaga
3. pengukuran kelarutan dalam alkali
Bilangan tembaga: jumlah miligram Cu dari Cu(OH)2 yang direduksi menjadi CuO oleh 100
gram selulosa dengan medium alkalis
Kelarutan selulosa dalam alkali (NaOH 1%): kelarutan tinggi -> banyak terdegradasi;
kelarutan rendah -> belum terdegradasi
Selulosa merupakan polimer karbohidrat atau polisakarida yang tersusun dari unit
anhidroglukopiranosa dengan rumus C6H10O5. Selulosa diikat oleh β-1,4 glikosidik
membentuk rantai polimer linier dengan struktur rantai yang seragam. Dua unit glukosa yang
berdekatan akan berikatan dengan cara melepaskan satu molekul air, yang terbentuk dari
gugus-gugus hidroksil pada atom karbon kesatu dan keempat. Posisi beta dari grup-OH pada
C1 akan berhubungan dengan unit glukosa lain pada C1 – C4 dari cincin piranosida,
membentuk unit selobiosa.
Selulosa yang merupakan bagian terbesar dari komponen lignoselulosa tanaman,
dapat dicirikan sebagai polimer linier dari unit D-glukosa yang berberat molekul tinggi.
Ikatan β-1,4 glikosidik yang kuat dari selulosa dapat membentuk kristal mikrofibril, yang
kemudian secara bersama-sama membentuk serat selulosa yang tidak larut. Sifat kimia dan
fisik dari selulosa menyebabkan selulosa berfungsi sebagai komponen struktural utama dalam
dinding sel tanaman. Struktur Selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Selulosa
Gugus-OH pada atom C1 berasal dari hidrat aldehida yang terbentuk\ pada saat
pembentukan cincin secara intramolekuler oleh ikatan hemiasetal. Hal ini
menyebabkan grup-OH pada ujung C1 memiliki sifat pereduksi. Gugus OH pada ujung
C4 dari selulosa merupakan gugus hidroksil alkohol, sehingga bersifat non-reduksi.
Terdapat dua macam ikatan hidrogen yang terdapat pada struktur selulosa, yaitu :
ikatan hidrogen intramolekular dan ikatan hidrogen intermolekular. Ikatan hidrogen yang
dibentuk dari O (6) pada satu residu glukosa dengan O (2)H pada glukosa di sebelahnya dan
juga dari O (3)H dengan oksigen O (5)H cincin, merupakan ikatan hidrogen intramolekul.
Ikatan hidrogen intermolekular terjadi akibat ikatan dari O (3”) pada satu rantai dengan O (6)
pada rantai disampingnya.
Ikatan hidrogen intramolekular mempertahankan kekakuan rantai selulosa, sedangkan
ikatan intermolekular menyebabkan rantai selulosa saling berikatan membentuk suatu
mikrofibril. Beberapa mikrofibril ini kemudian membentuk fibril dan akhirnya menjadi serat
selulosa. Struktur fibril dan kuatnya ikatan hidrogen, menyebabkan selulosa bersifat tidak
larut dalam berbagai pelarut. Bagian selulosa yang mudah dihidrolisis disebut bagian amorf
dari selulosa. Umumnya selulosa mengandung 15 % bagian amorf dan 85 % kristalin. Setelah
selulosa amorf dipisahkan, akan diperoleh partikel berbentuk batang dari selulosa kristalin.
Pengembangan polimer biasanya diikuti dengan pelarutan, tetapi banyak senyawa
yang mengembangkan selulosa tanpa menghasilkan pelarutan. Apabila selulosa mengembang
karena gaya pelarutan, maka gaya antar molekul menurun sehingga molekul akan lebih
mudah bereaksi. Selulosa yang telah kembang lebih rentan terhadap degradasi termal,
mungkin karena lebih mudahnya gerakan translasi dari segmen.
Cairan akan menginduksi selulosa untuk mengembang (swelling). Sejumlah cairan
dapat memasuki struktur selulosa secara sempurna dan sekaligus akan menyebabkan
pengembangan intrakristalin dan interkristalin. Pengembangan interkristalin terjadi bila
cairan tidak dapat memasuki daerahdaerah kristalin dan hanya menyebabkan
mengembangnya struktur interkristalin. Pengembangan struktur interkristalin terutama terjadi
akibat interaksi selulosa dengan air sehingga untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan
mengenai sifat air dan sifat kristalnya. Interaksi selulosa dengan air umumnya terjadi pada
daerah interkristalin atau permukaan kristalit.