Anda di halaman 1dari 5

Selulosa (C6H10O5)n

 Disusun oleh 1 jenis monomer (homopolisakarida), yaitu glukosa


 Ikatan yang terbentuk adalah ikatan glikosida beta (1-4)
 Terdiri dari rantai lurus dan tidak bercabang, struktur pita rata yang memungkinkan
adanya pengelompokan sangat rapat dan pembentukan hydrogen intermolekuler.
 Memiliki derajat polimerisasi 8000-15000, dengan panjang polimer 0,25-5 mikron
 Berat molekul selulosa 50000-2,5 juta, sama dengan kelipatan berat molekul glukosa
yang kelipatannya tergantung derajat polimerisasi selulosa.
 Unit pengulangan terkecil selulosa disebut cellobiosa yang terdiri dari 2 monomer
glukosa. Ikatan cellobiosa adalah glukopiranosa beta (1-4).

Biosintesis selulosa

 Bahan baku: uridin di-phosphate glucose (UDP-Glukosa) yang merupakan molekul


glukosa berenergi tinggi.
 Bahan baku tersebut didapat dari pemecahan sukrosa atau glukosa secara langsung,
terjadi di sitoplasma.
 Enzim yang berperan dalam biosintesis tersebut adalah sintase sukrase, heksokinase,
fosfoglukomutase, UDP-glukopirofosforilase.
 Enzim TCS mengkatalis reaksi pemutusan glukosa dari UDP-glukosa dan
penggabungan glukosa menjadi rantai selulosa yang tumbuh pada sisi luar membran
sel. Polimerisasi diikuti dengan pembentukan ikatan hydrogen.
 Skema: Glukosa -> selulosa -> mikrofibril -> makrofibril -> dinding sel

Pola susunan selulosa dalam dinding sel:

1 selulosa -> bergabung -> 1 misel (100 selulosa) -> bergabung -> 1 mikrofibril (20 misel) ->
bergabung -> 1 makrofibril (250 mikrofibril) -> bergabung -> 1 dinding sel (4000
makrofibril)

Sumber selulosa

 Serat rambut biji, ex: kapas, kapuk


 Serat batang, ex: jute, kenaf, dll.
 Serat daun, ex: pandan, palem, dll.
 Serat buah, ex: sabut kelapa
 Serat kayu, ex: trakeid, serabut

Tipe selulosa:

 Selulosa murni
 Selulosa alam
 Selulosa komersial/teknis (pulp)
 Selulosa laboratoris (holoselulosa, Cross-Bevan, alfa, beta, gama selulosa)

Selulosa murni

 Kadar alfa selulosa 97-99%


 Ex: serat kapas, rami, lenan
 Cara memperoleh:

1. Ekstraksi dengan pelarut organic


2. Perlakuan alkali encer
3. Perlakuan hipoklorit

Selulosa alam

 Kadar alfa selulosa 45-50%


 Ex: kayu
 Masih mengandung polisakarida lain (non-selulosa)

Selulosa komersial/teknis

 Kadar alfa selulosa 90-95%


 Pemisahan dilakukan secara komersial
 Rantai selulosa pendek

Selulosa laboratoris

 Memperoleh holoselulosa (SBE)


 Perlakuan klor, ekstraksi alcohol
 Perlakuan klor, ekstraksi alkali
 Perlakuan NaClO2 diasamkan

Selulosa Cross-Bevan

Alfa, beta, gamma selulosa

1. Holoselulosa + NaOH 17,5% -> alfa selulosa + larutan A


2. Larutan A + CH3COOH -> beta selulosa + larutan B
3. Larutan B + … -> gamma selulosa

Struktur fisik selulosa

 Panjang 500-1000 angstrom


 Memiliki 2 struktur dalam 1 rantai yang sama, yaitu kristalin dan amorf.
 Struktur amorf lebih banyak daripada struktur kristalin dan terdiri dari materi non-
selulosa juga (lignin dan hemiselulosa), serta umumnya ditemukan pada selulosa
muda pada umur 12 hari.

Struktur kristalin

1. Lurus
2. Kekuatan tarik maksimal 15 kali struktur amorf
3. Kaku
4. Sulit dihidrolisis

Struktur amorf
1. Keriting
2. Kekuatan tarik rendah
3. Lentur
4. Mudah dihidrolisis

Sifat Kimia Selulosa

 penting untuk diketahui sebab untuk membuat derivat/turunan selulosa


 mudah berubah karena pengaruh: panas, cahaya, udara, dan asam
 sifat kimia selulosa yang penting: struktur kimia molekul selulosa, panjang rantai
selulosa, berat molekul selulosa
 unit penyusun molekul selulosa: beta-D-glukosa / beta-D-glukopiranosa
 DP (derajat polimerisasi) -> panjang molekul selulosa -> jumlah molekul glukosa
yang membentuk molekul selulosa
 unit pengulangan terkecil selulosa : SELOBIOSA (2 glukosa)
 tiap unit glukosa dalam selulosa terdapat 3 gugus hidroksil / alkohol (-OH) -> gugus
hidroksil sekunder di C-2, C-3 -> gugus hidroksil primer di C-1 -> menyebabkan sifat
hidrofilik/higroskopis
 tiap unit glukosa dalam selulosa mengandung gugus karboksil (-COOH) yang
menyebabkan selulosa bereaksi asam

Ikatan Selulosa: ikatan hidrogen -> gaya tarik-menarik -OH atau -NH dan pasangan elektron
yang tidak terikat dari atom oksigen/nitrogen.

 intramolekuler: OH grup dalam 1 rantai selulosa yang sama (gugus hidroksil


sekunder)
 intermolekuler: OH grup ke rantai yang lain (gugus hidroksil primer)

Panjang rantai dan berat molekul

 memiliki hubungan yang berkorelasi positif


 DP = berat molekul selulosa / berat molekul glukosa
 berat molekul glukosa: 162
 DP: semakin panjang -> tahan panas, serangan biologi

Cara mengukur DP selulosa:

1. difraksi sinar X
2. viskositas
3. ultrasentrifugasi
4. penentuan gugus ujung/akhir

Ujung-ujung rantai selulosa:

 ujung non-pereduksi (alkoholik)


 ujung pereduksi (aldehid)

Degradasi Selulosa

1. pengurangan DP
2. meningkatnya daya reduksi dan timbulnya gugus reaktif -> -COOH (karboksil) -> -
CO- (karbonil)
3. penyebab degradasi: hidrolisis (asam), oksidasi, panas, mikrobiologi, mekanis

Cara menentukan tingkat degradasi:

1. pengukuran viskositas
2. pengukuran bilangan tembaga
3. pengukuran kelarutan dalam alkali

Bilangan tembaga: jumlah miligram Cu dari Cu(OH)2 yang direduksi menjadi CuO oleh 100
gram selulosa dengan medium alkalis

Kelarutan selulosa dalam alkali (NaOH 1%): kelarutan tinggi -> banyak terdegradasi;
kelarutan rendah -> belum terdegradasi

Hidrolisis asam selulosa dipengaruhi:

1. medium: jenis, konsentrasi, pH, kekuatan asam, suhu, tekanan


2. kondisi selulosa: keadaan fasa, struktur fisik, aksesibilitas, pengaruh konformasi,
struktur cincin dan substituen

MONOMER/POLIMER GULA PEREDUKSI: SELULOSA

Selulosa merupakan polimer karbohidrat atau polisakarida yang tersusun dari unit
anhidroglukopiranosa dengan rumus C6H10O5. Selulosa diikat oleh β-1,4 glikosidik
membentuk rantai polimer linier dengan struktur rantai yang seragam. Dua unit glukosa yang
berdekatan akan berikatan dengan cara melepaskan satu molekul air, yang terbentuk dari
gugus-gugus hidroksil pada atom karbon kesatu dan keempat. Posisi beta dari grup-OH pada
C1 akan berhubungan dengan unit glukosa lain pada C1 – C4 dari cincin piranosida,
membentuk unit selobiosa.
Selulosa yang merupakan bagian terbesar dari komponen lignoselulosa tanaman,
dapat dicirikan sebagai polimer linier dari unit D-glukosa yang berberat molekul tinggi.
Ikatan β-1,4 glikosidik yang kuat dari selulosa dapat membentuk kristal mikrofibril, yang
kemudian secara bersama-sama membentuk serat selulosa yang tidak larut. Sifat kimia dan
fisik dari selulosa menyebabkan selulosa berfungsi sebagai komponen struktural utama dalam
dinding sel tanaman. Struktur Selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Selulosa
Gugus-OH pada atom C1 berasal dari hidrat aldehida yang terbentuk\ pada saat
pembentukan cincin secara intramolekuler oleh ikatan hemiasetal. Hal ini
menyebabkan grup-OH pada ujung C1 memiliki sifat pereduksi. Gugus OH pada ujung
C4 dari selulosa merupakan gugus hidroksil alkohol, sehingga bersifat non-reduksi.
Terdapat dua macam ikatan hidrogen yang terdapat pada struktur selulosa, yaitu :
ikatan hidrogen intramolekular dan ikatan hidrogen intermolekular. Ikatan hidrogen yang
dibentuk dari O (6) pada satu residu glukosa dengan O (2)H pada glukosa di sebelahnya dan
juga dari O (3)H dengan oksigen O (5)H cincin, merupakan ikatan hidrogen intramolekul.
Ikatan hidrogen intermolekular terjadi akibat ikatan dari O (3”) pada satu rantai dengan O (6)
pada rantai disampingnya.
Ikatan hidrogen intramolekular mempertahankan kekakuan rantai selulosa, sedangkan
ikatan intermolekular menyebabkan rantai selulosa saling berikatan membentuk suatu
mikrofibril. Beberapa mikrofibril ini kemudian membentuk fibril dan akhirnya menjadi serat
selulosa. Struktur fibril dan kuatnya ikatan hidrogen, menyebabkan selulosa bersifat tidak
larut dalam berbagai pelarut. Bagian selulosa yang mudah dihidrolisis disebut bagian amorf
dari selulosa. Umumnya selulosa mengandung 15 % bagian amorf dan 85 % kristalin. Setelah
selulosa amorf dipisahkan, akan diperoleh partikel berbentuk batang dari selulosa kristalin.
Pengembangan polimer biasanya diikuti dengan pelarutan, tetapi banyak senyawa
yang mengembangkan selulosa tanpa menghasilkan pelarutan. Apabila selulosa mengembang
karena gaya pelarutan, maka gaya antar molekul menurun sehingga molekul akan lebih
mudah bereaksi. Selulosa yang telah kembang lebih rentan terhadap degradasi termal,
mungkin karena lebih mudahnya gerakan translasi dari segmen.
Cairan akan menginduksi selulosa untuk mengembang (swelling). Sejumlah cairan
dapat memasuki struktur selulosa secara sempurna dan sekaligus akan menyebabkan
pengembangan intrakristalin dan interkristalin. Pengembangan interkristalin terjadi bila
cairan tidak dapat memasuki daerahdaerah kristalin dan hanya menyebabkan
mengembangnya struktur interkristalin. Pengembangan struktur interkristalin terutama terjadi
akibat interaksi selulosa dengan air sehingga untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan
mengenai sifat air dan sifat kristalnya. Interaksi selulosa dengan air umumnya terjadi pada
daerah interkristalin atau permukaan kristalit.

Anda mungkin juga menyukai