1. PT Primatexco Indonesia merupakan suatu perusahaan tekstil yang memproduksi kain mori untuk
bahan baku batik. Pendirian perusahaan ini dilakukan setelah ada persetujuan dari Presiden
Republik Indonesia saat itu dengan No. B 28/Pres/2/71. Serta surat keputusan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 155/M/SKIV/71 tertanggal 2 april 1971. Nomer ijin usaha
tekstil PT Primatexco Indonesia yang pertama bernomor 596/DJAI/IUT-II/PMA/XII/1987 tanggal
5/12/1987 dan yang terakhir bernomor 53/T/Industri/1996 tanggal 03/09/1996.
2. Secara geografis PT Primatexco Indonesia terletak di jalan Jendral Urip Sumoharjo, Desa
Sambong, Kabupaten Batang, PT Primatexco Indonesia dibangun di atas tanah seluas ± 35 hektar.
Lahan yang dibangun sebagian besar dipergunakan untuk ruang produksi dan penunjang produksi,
kantor, fasilitas olahraga, ruang makan, tempat ibadah (masjid), koperasi, ruas jalan, gudang, dan
tempat parkir.
3. Karyawan tenaga kerja
No. Departemen/Bagian Jumlah (orang) Jumlah dalam persen (%)
1 Umum 70 3,68
2 Niaga 40 2,10
3 Spinning 531 27,90
4 Weaving 570 29,95
5 Finishing 271 14,24
6 Utility 89 4,68
7 Masa Percobaan 25 1,32
8 Magang 307 16,13
Total 1903 100
4. Pengupahan
a. Upah Harian
Upah yang perhitungannya dihitung harian akan tetapi tetap menerima dalam jangka waktu satu
bulan, upah harian diberikan kepada karyawan tetap harian.
b. Upah Bulanan
Upah yang perhitungannya dihitung bulanan, upah bulanan diberikan kepada karyawan tetap
bulanan.
Slides 6
1. Perencanaan produksi yang baik akan meminimalisasi proses produksi yang tidak efisien, serta
mengoptimalkan fasilitas yang ada akan dapat meningkatkan proses produksi secara
keseluruhan.
1) Menentukan jumlah produks.
2) Menentukan biaya produksi.
3) Menentukan ketersediaan bahan baku pembantu yang diperlukan.
4) Menentukan alat – alat produksi dan perlengkapan yang dibutuhkan.
5) Menentukan waktu dan pelaksanaan produksi dan jumlah karyawaan yang
dibutuhkan untuk kerja lembur.
6) Menentukan batas waktu produksi.
7) Menentukan kualitas dan kuantitas produksi.
Adapun tujuan dari perencanaan produksi secara terperinci adalah :
1) Mencapai produksi yang memiliki efisiensi yang tinggi.
2) Mengusahakan, mempertahankan pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada
untuk mempertimbangkan produk selanjutnya.
3) Menguasai pasar penjualan supaya mendapatkan keuntungan yang diinginkan oleh
perusahaan.
4) Menggunakan fasilitas sarana dan prasarana perusahaan dengan optimal.
Pengendalian yang baik diharapkan cost atau biaya produksi bisa diminimalisir sekecil mungkin.
Adapun kegiatan pengendalian produksi di Unit Finishing PT Primatexco Indonesia berupa
kegiatan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kualitas zat kimia yang dibeli yang ada oleh Bagian Laboratorium.
2. Pemeriksaan kain grey yang masuk ke dalam gudang grey merupakan pesanan dari luar
(work order). Cara pemeriksaan dengan menggunakan metode sampling kain dari
pemesan luar yang dilakukan dengan sistim acak yang dilakukan di gudang grey. Kain –
kain yang tidak sesuai dengan spesifikasi seperti tertera dalam perjanjian kesepakatan
dikembalikan kepada pemesan (out kain grey).
3. Pengendalian waktu produksi dan jalannya proses produksi oleh Bagian Quality Control
atau Re - Inspecting.
2. Pada Unit Finishing, kain grey mengalami proses sehingga menjadi kain putih yang siap dicelup
(ready for dyeing) dan siap dicap/batik (ready for printing). Pengerjaan proses kimia – fisika
terhadap kain grey tersebut berupa proses – proses:
Pembakaran bulu (singeing)
Penghilangan kanji (desizing)
Pemasakan (scouring)
Pengelantangan (bleaching)
Merserisasi (merserizing)
Pemutihan optikan dan penganjian
Penyempurnaan kalender (calendaring)
Penyempurnaan sanforisasi (sanforizing)
3. Pengendalian mutu (Quality Control) adalah suatu proses yang menjadikan entitas sebagai
peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi. PT Primatexco
Indonesia menerapkan pengendalian mutu terpadu menjadi tiga tahap yaitu sebelum produksi
(pada Bagian Gudang grey dan Bagian Preparation), ketika berlangsungnya produksi (setiap
bagian produksi), dan setelah selesai proses produksi (Bagian Making Up atau Re –Inspecting).
Slides 9
1. PT Primatexco Indonesia hanya menggunakan tenaga listrik yang berasal dari PLN, Daya listrik dari
PLN yang terpasang pada PT Primatexco Indonesia sebesar 33 kVA dan distribusi tenaga listrik
dari PLN berasal langsung dari kota semarang sehingga mengurangi resiko pemadaman listrik
daerah jika kota batang mengalami pemadaman listrik.
2. Pada saat ini PT Primatexco Indonesia menggunakan 2 jenis boiler dengan bahan bakar batu bara,
dan menggunakan Fuel Oil. Kebutuhan uap untuk keperluan/operasional pabrik rata – rata 15
ton/jam.
3. Untuk mendukung proses produksi di Unit Finishing PT Primatexco Indonesia menggunakan
pendingin jenis Heat Exchanger yang digunakan untuk mendinginkan atau menurunkan suhu dan
pada pengolahan air limbah berfungsi untuk menurunkan suhu polutan pada bak ekualisasi
sebelum masuk ke dalam bak aerasi. Heat exchanger terdapat rangkaian Air Conditioner yang
terdiri dari mesin chiller (refrigerator dan compressori), cooling tower, air washer, and supply fan.
4. Mesin compressor adalah salah satu alat penunjang produksi di Unit Finishing PT Primatexco
Indonesia, adapun fungsi dari compressor tersebut adalah untuk mensuplai tekanan angin yang
dihasilkan menuju ke mesin – mesin produksi antara lain berfungsi untuk menggerakan step – step
pada menara perble range, memberi tekanan pada rol mangel, dan lain sebagainya.
5. Sumber air yang digunakan di PT Primatexco Indonesia untuk proses produksi dan keperluan lain
didapat dari air Sungai Kali Sambong, PDAM, dan sumur artesis dengan izin penggunaan sumur
bor dari pemerintah daerah, pasokan dari ketiga sumber air tersebut diperoleh air sebesar ± 220
m3/jam sesuai dengan keadaan sumber air tersebut.
a. Secara periodik, dilakukan pengendalian mutu hasil pengolahan limbah oleh BPPI (Badan
Peneliti dan Pengembangan Industri). Dalam tabel 3.3 berikut ini disajikan baku mutu limbah
industry teksti menurut KEP51/MENLH/X/1995 dan limbah PT Primatexco Indonesia.
PT Primatexco
Parameter KEP51/MENLH/X/1995
Indonesia
BOD 60,0 mg/L 26,530 mg/L
COD 150,0 mg/L 46,100 mg/L
TSS 50,0 mg/L 32,00 mg/L
Fenol total 0,5 mg/L 0,029 mg/L
Cr total 1,0 mg/L 0,030 mg/L
Ammonia total 8,0 mg/L -