Disusun oleh
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Lapora Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “SELEKSI DAN UJI
KEMAMPUAN BAKTERI PENGHASIL SELULASE DARI BEBERAPA SAMPEL
RAYAP DI PT. PETROSIDA GRESIK, JAWA TIMUR”. Tujuan dari praktek kerja lapangan
ini adalah mengaplikasikan ilmu di perkuliahan dan mengetahui gambaran pekerjaan di dunia
nyata, khususnya di jenjang S1 yang wajib diambil oleh mahasiswa jurusan Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjadjaran. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Orang tua dan segenap keluarga yang penuh kasih dan cinta memberi semangat moril
dan materiil
2. Bapak Heri Hendro Satriyo, sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan
ilmu dan bimbingannya saat kami melakukan praktek kerja lapangan di PT Petrosida
Gresik, Jawa Timur.
3. Bapak Kharis Haryono, sebagai Kepala Laboratorium Mikrobiologi, Departemen
Litbang dan LH, PT Petrosida Gresik, Jawa Timur atas bantuan yang diberikan
sehingga kami dapat lancer menjalankan praktek kerja lapangan ini.
4. Semua staff Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Litbang dan LH PT. Petrosida
Gresik, Jawa Timur atas ilmu yang diberikan sehingga kami dapat lancar
menjalankan praktik kerja lapangan ini.
5. Semua teman-teman PKL yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Demikian laporan yang dapat disampaikan, semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam laporan ini, maka dari itu
sangat dibutuhkan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB V PENUTUP..................................................................................................................................... 42
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 42
5.2 Saran .......................................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 43
LAMPIRAN............................................................................................................................................... 44
Lampiran 1. Formulir Biodata Peserta PKL ..................................................................................... 44
Lampiran 2. Dokumentasi.................................................................................................................... 45
3.1 Hasil screening dari 33 isolat yang menghasilkan zona bening .............................................. 45
3.2 Hasil fermentasi selulase pada media padat yang membentuk lendir ................................... 45
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram alir proses pengambilan sampel dan isolasi bakteri
vi
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
Mengetahui,
Manager Departemen SDM dan Umum
Sugianto Soegiri
TP. 85063
vii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Mengetahui,
Kepala Departemen Dosen Koordinator PKL
viii
BAB I PENDAHULUAN
1
dilakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif pada isolate yang berpotensi menghasilkan
selulase. Dalam hal ini, perlu adanya sebuah metode pembelajaran bagi mahasiswa sebagai
upaya peningkatan kualitas SDM yang lebih baik. Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran menetapkan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan sebagai mata kuliah
wajib bagi mahasiswa Program Studi Sarjana.
2
Tujuan khusus dalam pelaksaan praktik kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat:
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini telah dilaksanakan, selama periode 10 Juli
2018-10 Agustus 2018. Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini telah dilaksanakan di
Laboratorium Mikrobiologi PT Petrosida Gresik, Jawa Timur.
1. Penentuan dan pembagian tema bahasan yang akan menjadi pokok kegiatan
dalam praktik kerja lapang di PT Petrosida Gresik
2. Pengenalan profil perusahaan PT Condong Garut, Jawa Barat.
3. Melakukan bimbingan bersama pembimbing lapangan terkait tema bahasan yang
menjadi pokok kegiatan dalam praktik kerja lapangan.
4. Melakukan studi literatur.
5. Pengenalan beberapa plant yang ada di PT Petrosida.
6. Melakukan penelitian seleksi bakteri dari rayap.
7. Menguji kemampuan bakteri penghasil selulase dari rayap.
8. Mengidentifikasi bakteri penghasil selulase dari rayap.
9. Melakukan pengolahan data.
3
10. Melakukan konsultasi dengan pembimbing lapangan terkait dengan pengerjaan
laporan.
11. Evaluasi dan pemaparan laporan praktik kerja lapang kepada perusahaan PT
Petrosida Gresik.
4
BAB II
PT Petrosida Gresik memiliki kantor pusat yang terletak di jalan Jalan KIG Raya Utara
Kavling O No. 5 Gresik, Jawa Timur, Indonesia, 61151 PO. BOX 136. Adapun beberapa pabrik
yang dimiliki PT Petrosida Gresik, yaitu:
1) Pabrik Gresik
Jalan Jenderal Akhmad Yani
Gresik, Jawa Timur, Indonesia, 61118
PO. BOX 136
2) Pabrik Sumedang
Jalan Raya Cijelag
Cikamurang Blok Supang
Desa Cibuluh – Kec. Ujungjaya
Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
4) Pabrik Tongas
Jalan Raya Lumbang Km 3
Desa Wringinanom,
Kec. Tongas Probolinggo,
Jawa Timur, Indonesia
5) Pabrik Medan
Jalan Pelita Raya No. 60-F
KIM Star, Kec. Tanjung Morawa,
Kab. Deli Serdang Medan,
Sumatera Utara, Indonesia
6
2.3 Visi dan Misi PT Petrosida Gresik
2.3.1 Visi
2.3.1 Misi
7
Upaya peningkatan kualitas SDM, PT PETROSIDA GRESIK terus melakukan kegiatan
pelatihan serta kompetensi dalam bekerja serta pemberian penghargaan kepada karyawan yang
berprestasi. PT PETROSIDA GRESIK memiliki AMM (Area marketing Manager) di hampir
seluruh wilayah Indonesia, yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, NTT, NTB, & Sulawesi.
Serta di dukung penuh oleh petugas SW (Spot Worker) yang terdapat di semua wilayah. Petugas
SW (Spot Worker) PT PETROSIDA GRESIK aktif melakukan kegiatan sosialisasi kepada petani
dan kios binaan sekaligus melakukan demplot percontohan secara langsung . Petugas SW siap
melakukan pendampingan budidaya dan mendukung kegiatan pemerintah guna mensukseskan
program swasembada pangan di Indonesia. Adapun jumlah karyawan, sebagai berikut:
1. Area Marketing Manager : 18 orang
2. Koordinator : 25 orang
3. Spot Worker : 86 orang
4. Administrasi Pupuk : 19 orang
5. SW Petrofish : 16 orang
6. SW produk bio : 6 orang
8
utama membawahi tiga direktorat, yaitu Direktorat Keuangan, Direktorat Pemasaran, dan
Direktorat Teknik dan Produksi yangmana masing-masing direktorat dipimpin oleh seorang
Direktur. Terdapat satu departemen yang garis koordinasinya langsung dibawah Direktur Utama,
yakni Departemen Audit Internal. Salah satu tugas Departemen Audit Internal adalah
melaksanakan training, seminar, dan lokakarya bidang audit dan bidang yang terkait. Proses
produksi di lapangan akan dijalankan oleh staf dan operator yang telah ditempatkan pada tiap-
tiap unit produksi di PT Petrosida Gresik, baik di pabrik utama maupun pabrik bio center.
Struktur organisasi PT Petrosida Gresik dapat dilihat pada Gambar 2.2.
9
2.6 Produk PT Petrosida Gresik
PT Petrosida Gresik memproduksi produk-produk pertanian yang berkualitas yang
mampu memberikan kemanfaatan kepada semua konsumen di seluruh Indonesia. PT Petrosida
Gresik dapat bersaing dengan perusahaan asing guna mensukseskan program pasar bebas MEA.
Berikut merupakan produk-produk dari PT Petrosida Gresik:
1. Insektisida
10
Gambar.. Produk Herbisida PT Petrosida Gresik
(Dept. SDM PT Petrosida Gresik, 2018)
Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan tanaman
pengganggu (gulma) dalam suatu perkebunan. Berikut produk herbisida PT Petrosida:
Tabel… Produk-produk Herbisida PT Petosida Gresik
Nama Produk Bahan Aktif Formulasi*
Dior 166 IPA Glifosat/ SL
Sidatop 166 IPA Glifosat/ SL
Voting 166 IPA Glifosat/ SL
Zig-Zag 166 IPA Glifosat/ SL
Sidalaris 240 IPA Glifosat/ SL
Away 250 IPA Glifosat/ SL
Galak 250 IPA Glifosat/ SL
Laris 250 IPA Glifosat/ SL
Safa 250 IPA Glifosat/ SL
Pangkas 400 IPA Glifosat/ SL
Bush Up 400 IPA Glifosat/ SL
Amara 490 IPA Glifosat/ SL
Brown Up 490 IPA Glifosat/ SL
Meto 490 IPA Glifosat/ SL
Nio 490 IPA Glifosat/ SL
Sida Uo 490 IPA Glifosat/ SL
Seetop 525 IPA Glifosat/ SL
Sidaxone 276 Paraquat SL
Sidaron 500 Diuron SC
Sidaron 80 Diuron WP
Minda 720 2-4 D DMA (Demetil Amina) SL
Sidamin 865 2-4 D DMA (Demetil Amina) SL
Damin 875 2-4 D DMA (Demetil Amina) SL
Thiosida 6 Tiobenkarb GR
11
Amegras 500 Ametrin SC
Amegras 80 Ametrin WP
Medally 20 Metil metsulfuron WG
Zeram 250 Oxyflourfen EC
Jotos 490 Triklopir EC
*SL=Soluble liquid, GR=Granule, SC=Suspension concentrate
3. Fungisida
12
Gambar.. Produk ZPT PT Petrosida Gresik
(Dept. SDM PT Petrosida Gresik, 2018)
ZPT yang diproduksi oleh PT Petrosida menggunakan bahan aktif Etephon. Produk yang
dihasilkan adalah Guela 480 SL. Berikut produk ZPT PT Petrosida:
Tabel… Produk-produk ZPT PT Petosida Gresik
5. Produk Kimia
13
Petrocoat-06 (fertilizer dye untuk urea berwarna pink), dan Petrocoat 07 (fertilizer dye untuk
ZA/pupuk berwarna orange). Berikut produk kimia PT Petrosida:
Tabel… Produk-produk Kimia PT Petosida Gresik
Jenis Produk Nama Produk
Anti Caking Petrocoat 01
Coatil oil Water base Petrocoat 02
Oil base Sidacoat 05
Anti Foam Petrocoat 03
Fertilizer dye untuk urea (pink) Petrocoat 06
Fertilizer dye untuk ZA (orange) Petrocoat 07
7. Pupuk Hayati
14
Gambar.. Produk Pupuk Hayati PT Petrosida Gresik
(Dept. SDM PT Petrosida Gresik, 2018)
Produk hayati PT Petrosida adalah berupa pupuk perlakuan benih (seed treatment
biofertilizer) yangmana mengandung bakteri yang dapat mendorong pertumbuhan dan
meningkatkan kebutuhan nurtrisi tanaman. Pupuk hayati yang diproduksi PT Petrosida
adalah pupuk Petrhikaphos untuk benih kedelai dan pupuk Potensida untuk benih padi.
Berikut produk hayati dan inovasi PT Petrosida:
Tabel… Produk-produk Hayati dan Inovasi PT Petosida Gresik
Jenis Pupuk Nama Produk
Pupuk NPK NPK Tiara
NPK Petrophonk
NPK Sidaphonk
Pupuk daun Nutri-comp
Pupuk Organik Sidanik
Petroganik
Insektiseda Biologi Biokaosida SP
Pupuk Hayati Bactenik
Petrobiofertil
Seedtreatment Potensida
Seedtreatment Petrikaphos
Pupuk Cair Sidagreen
Pupuk Organik Cair POC TOP
15
Gambar.. Produk Perikanan dan Peternakan PT Petrosida Gresik
(Dept. SDM PT Petrosida Gresik, 2018)
Produk untuk perikanan yang diproduksi PT Petrosida adalah berupa probiotik Petrofish
(untuk ikan dan udang) dan pakan ikan Biofisher. Produk peternakan yang diproduksi PT
Petrosida adalah Petrobiofeed (probiotik untuk ternak ruminansia) dan Petrochick (probiotik
untuk unggas). Berikut produk peternakan dan perikanan PT Petrosida:
Tabel… Produk-produk peternakan dan perikanan PT Petosida Gresik
Jenis Produk Nama Produk
Probiotik Petrofish
Perikanan
Pakan ikan Biofisher
Petrobiofeed
Peternakan
Petrochick
9. Produk Pangan
16
(Dept. SDM PT Petrosida Gresik, 2018)
Produk pangan yang diproduksi oleh PT Petrosida adalah beras Fitrice dengan indeks
glikemik rendah, yakni ±43.
17
3. Fertilizeer dye : 5.400ton/tahun
4. Anti Caking : 5.400ton/tahun
Biopestisida : 700ton/tahun
Pupuk Cair : 500ton/tahun
Pupuk Organik : 13.500ton/tahun
Produk Enzim : 200ton/tahun
(Sumber. Dept. SDM PT. Petrosida Gresik, 2018)
PT Petrosida Gresik mengikuti standar ISO yang di lakukan dengan sistematis guna
menjamin sistem kerja yang sistematik dan mutu produk yang berkualitas, sehingga produk yang
dipasarakan oleh PT Petrosida Gresik memiliki kualitas yang bisa bersaing dengan produk lain
dipasaran. PT Petrosida Gresik memiliki laboratorium kimia untuk penelitian bahan-bahan kimia
dan laboratorium mikrobiologi untuk penelitian produk-produk berbasis hayati untuk
mendukung kegiatan pengembangan perusahaan. Pada tahun 2014 PT Petrosida Gresik telah
mengembangkan unit baru yakni produk enzim yang bergerak di bidang produksi kulit dan
kertas.
18
Program K3 terus dikembangkan untuk melindungi dan memberi rasa aman kepada seluruh
karyawan dan semua stakeholder.
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Enzim
Enzim merupakan suatu katalis biologi. Dewasa ini, enzim yang sesuai, ditambah dengan
kondisi reaksi yang tidak menyebabkan denaturasi, cukup untuk reaksi enzimatik Enzim diduga
menyesuaikan diri di sekitar substrat (molekul yang akan didegradasi) untuk membentuk suatu
ikatan kompleks enzim-substrat. Ikatan-ikatan substrat dapat menjadi tegang karena gaya tarik
antar substrat dan enzim. Ikatan yang tegang tersebut memiliki energi yang tinggi dan lebih
mudah terpatahkan, oleh karena itu reaksi yang diinginkan berlangsung lebih mudah dan
menghasilkan suatu ikatan kompleks enzim-produk (Fessenden dan Fessenden, 1986) dalam
(Widyapratami, 2011). Aktivitas enzim bergantung pada konsentrasi enzim dan keadaan reaksi
seperti pH dan suhu (Wibraham & Michael, 1992: 247), dalam (Nurkhotimah, 2017).
3.2 Enzim Selulase
Enzim yang digunakan dalam penelitian ini adalah enzim selulase. Selulase merupakan suatu
kompleks multienzim yang bekerja bersama-sama menghidrolisis selulosa menjadi glukosa.
Menurut Richana (2002) dalam (Widyapratami, 2011), enzim selulase dapat merombak bahan
berlignoselulosa berupa jerami atau sampah organik menjadi kompos, atau menghidrolisis
selulosa menjadi glukosa.
Selulase merupakan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme di luar sel. Produksi enzim
dalam mikroorganisme dapat dikontrol untuk meningkatkan produktivitas enzim oleh
mikroorganisme tersebut. Selulase yang dihasilkan bergantung pada hubungan kompleks yang
melibatkan berbagai variasi faktor antara lain; ukuran inokulum, pH, rasio C-N, suhu, aditif
medium, waktu pertumbuhan dan sebagainya. (Maratun Sholihati, Baharuddin, & T, 2015)
Struktur amorf selulosa bersifat larut dalam air sedangkan bagian kristal bersifat tidak larut
dalam air sehingga resisten terhadap degradasi secara kimia maupun biologis. Akibatnya,
selulosa menjadi sulit dihidrolisis. Molekul selulosa sangat stabil dan memiliki waktu paruh 5-8
juta tahun untuk pemutusan ikatan β-glikosidiknya pada suhu 25°C. Beberapa hal yang dapat
menghambat degradasi selulosa adalah tingkat kristalisasi, lignifikasi dan struktur kapiler
selulosa terhadap enzim selulolitik dan senyawa hidrolitik lainnya.
Kerja enzim dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, inhibitor, suhu dan
pH. Pengaruh suhu dan pH selalu dijadikan parameter yang sangat penting dalam menentukan
20
aktivitas enzim selulase, semakin tinggi pH dan suhu maka aktivitas enzimnya semakin
meningkat mencapai titik optimum dan akan kembali turun jika enzim mengalami denaturasi.
(Maratun Sholihati et al., 2015)
3.3 Pemanfaatan Enzim Selulase
Selulase dapat diaplikasikan untuk memperhalus bubur kertas pada industri kertas, menjaga
warna kain agar tetap cemerlang pada industri tekstil, meningkatkan kualitas pada industri
pangan, sebagai dekomposer bahan-bahan organik, meningkatkan nutrisi pakan ternak, berperan
penting dalam biokonversi selulosa menjadi berbagai komoditas senyawa kimia dan dapat
mengurangi dampak negatif dari polusi limbah terhadap lingkungan (Hartanti, 2010) dalam
(Rahayu, A et al., 2014)
Tipe enzim selulase adalah biokatalis yang selektifitasnya sangat tinggi terhadap substrat
(spesifik produk dan spesifik substrat). Enzim selulase memiliki aplikasi yang sangat banyak
dalam dunia industri, yaitu digunakan sebagai biopolishing kain untuk meningkatkan kelembutan
dan kecerahannya, pada pakan ternak digunakan untuk meningkatkan kualitas gizi dan
pencernaan hewan, meningkatkan produksi etanol dan enzim selulase digunakan dalam
pembuatan kertas baru dari kertas bekas. (Maratun Sholihati et al., 2015)
3.4 Mikroba Penghasil Enzim Selulase
Secara umum ada 4 kelompok pembagian mikroorganisme berdasarkan suhu lingkungan
tempatnya hidup yaitu psikorofil, mesofil, termofil dan hipertermofil. Psikrofil adalah kelompok
mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0oC-25oC. Mesofil adalah kelompok mikroba yang pada
umumnya mempunyai suhu berkisar antara 20oC-50oC. Mikroba termofil umumnya mempunyai
membran sel yang mengandung lipida jenuh sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat
memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi di dalam DNA-
nya yang mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga DNA tetap
stabil pada suhu tinggi. Kelompok mikroba ini suhunya berkisar antara 45oC-80oC dan
hipertermofil yaitu mikroba yang bertahan pada kisaran antara suhu 80oC-100 oC (Sianturi,
2008) dalam (Maratun Sholihati et al., 2015)
Enzim pada umumnya selain dapat diperoleh dari mikroorganisme juga dapat diproduksi dari
tanaman dan hewan, tetapi mikroorganisme yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan
tanaman dan hewan karena pertumbuhannya cepat, dapat tumbuh pada substrat yang murah,
lebih mudah ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan kondisi pertumbuhan dan rekayasa
21
genetik serta mampu menghasilkan enzim yang ekstrim. Mikroorganisme yang unggul
merupakan salah satu faktor penting dalam usaha produksi enzim baik yang berupa bakteri atau
kapang.
Mikroorganisme biasa berasal dari air, tanah dan udara yang memberikan kontribusi besar
bagi manusia terutama dalam hal produk pangan dan obat-obatan. Produk tersebut dihasilkan
oleh bioteknologi industri yang banyak memanfaatkan enzim sebagai katalis dalam suatu reaksi
kimia dalam pembentukan produk tanpa ikut bereaksi di dalamnya. Salah satu enzim yang
digunakan adalah enzim selulase yang dihasilkan dari bakteri Bacillus subtilis. Produksi selulase
secara komersial biasanya menggunakan kapang atau bakteri. Kapang yang bisa menghasilkan
selulase adalah Aspergillus niger dan Trichoderma viride sedangkan bakteri yang bisa
menghasilkan enzim selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas dan Bacillus (Gunam dkk.,
2011) dalam (Maratun Sholihati et al., 2015)
22
BAB IV
Praktek Kerja Lapangan (PKL) terhitung dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2018 sampai
dengan tanggal 10 Agustus 2018. Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi di bawah wewenang Departemen Litbang dan LH di PT Petrosida Gresik Jalan
KIG Raya Utara Kav O Nomor 5, Manyar, Gresik, Jawa Timur 61151.
a. Penelitian
Melakukan penelitian langsung terkait dengan penyeleksian dan uji kemampuan
bakteri penghasil selulase dari beberapa sampel rayap di PT Petrosida Gresik.
c. Dokumentasi
Mengumpulkan data sebagai penunjang kelengkapan yang berhubungan dengan tugas
PKL.
d. Studi literature
Mengumpulkan referensi data dari beberapa sumber, seperti jurnal dan buku yang
berhubungan dengan pembahasan tugas PKL.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan berdasar pada jadwal yang
dibuat dalam jangka waktu satu bulan terhitung dari tanggal 10 Juli 2018 sampai dengan 10
Agustus 2018 dengan kegiatan seperti yang ada pada lampiran ke 2.
23
4.4 Pengambilan Sampel dan Isolasi Bakteri
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel yang berasal dari rayap. Sampel
rayap yang digunakan adalah gut (pencernaan) dari tubuh rayap imago/dewasa, sekitar habitat
rayap, sarang rayap, dan gut (pencernaan) dari tubuh rayap kecil rayap kecil. Isolasi bakteri
penghasil selulase dari berbagai sampel rayap dilakukan untuk mendapat kandidat bakteri
selulolitik yang mengandung karakteristik enzim selulase. Isolasi bakteri tersebut dilakukan
dengan mengambil 1 gram sampel kemudian dihaluskan dan di isolasi dengan menggunakan
media Basal Salt Media + Carboxy Methyl Cellulose + Antifungi (BSM+CMC+Antifungi)
ditambah dengan kertas saring jenis Whatman no.1 dengan ukuran 6x1 cm yang memiliki berat
0,05 gram dan diinkubasi selama 10 hari. Peran kertas saring adalah sebagai substrat enzim
selulase, dengan habisnya kertas yang terdegradasi menunjukkan bahwa adanya potensi bakteri
penghasil selulase. (Gupta, Samant, & Sahu, 2012). Larutan sampel rayap dalam media CMC
yang telah diinkubasi selama 10 hari selanjutnya, selanjutnya dilakukan plating dengan metode
Total Plate Count (TPC) dengan serial dilutin (pengenceran berseri) higga 108 dalam media agar
BSM-CMC-CR. Media tersenut mengandung : NaNO3 0,6 gram, KH2PO4 0,3 gram, KCl 0,15
gram, MgSO4 0,15 gram, Congo Red 0,04%, CMC 1,5 gram, Agar 4,5 gram. Setelah sampel
bakteri dikultur, kemudian sampel diinkubasi selama 24 – 48 jam pada suhu ruang. (Seprianto,
2017). Isolasi bakteri selulolitik dari sampel rayap tersebut bertujuan untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh biakkan murni yang
potensial menghasilkan enzim selulase dengan melakukan pengujian kualitatif yaitu dengan
menghitung persentase penghasilan selulase dengan cara meegukur diameter zona bening dan
pengujian secara kuantitatif dengan mengetahui aktivitas enzim dari isolat terpilih nantinya akan
dikembangkan ketahap produksi dalam skala yang lebih besar. Berikut dilampirkan diagram alir
proses pengambilan sampel dan isolasi bakteri:
24
Sampel rayap sebanyak 1 gram dihaluskan dengan
blender
Gambar 3.1. Diagram alir proses pengambilan sampel dan isolasi bakteri
25
4.5 Proses Seleksi Bakteri
Berdasarkan hasil isolasi bakteri, didapatkan 33 isolat bakteri yang mampu tumbuh pada
media BSM CMC. Isolat tersebut kemudian diseleksi dan dipilih 12 isolat yang mampu
menghasilkan zona paling tinggi. Jumlah 12 isolat tersebut distreak titik dengan media BSM-
CMC-CR yang akan diuji kualitatif dengan menggunakan perhitungan persentase penghasil
selulase. Hasil perhitungan persentase penghasil selulase diambil 6 nilai yang terbaik untuk diuji
kuantitatif, yaitu uji aktivitas enzim. Berikut dilampirkan diagram penyeleksian bakteri:
Discreening
26
r1−r2
𝑍= x 100%
r1
dengan keterangan:
27
4.7 Pengukuran OD Bakteri
Peremajaan dari 6 isolat penghasil persentase selulase tertinggi diambil 2 ose dan
dimasukkan ke dalam media Nutrient Broth (NB), kemudian diinkubasi di dalam shaking
incubator dengan kecepatan agitasi 150 rpm pada suhu 37oC dengan variasi waktu 8 jam, 24
jam, 32 jam, dan 48 jam. Setelah diinkubasi sesuai dengan variasi waktu tersebut, kultur diambil
1 ml dan dimasukkan ke dalam kuvet untuk di uji optical density (OD) menggunakan
spektrometri pada panjang gelombang 620 λm. Pengujian OD dilakukan untuk menghitung
jumlah pertumbuhan sel dari masing-masing bakteri yang tumbuh. (Rahayu, A et al., 2014).
Berikut diagram alir perhitungan OD :
hasil
28
berubah warna menjadi merah kecokelatan. Larutan tersebut ditambah 1ml larutan KNa-tartat
dan didinginkan, lalu ditambah aquabides hingga volume mencapai 10ml lalu di homogenkan,
dan di ukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 λm. Hasil dari standar glukosa
pada penelitian ini adalah R2 0,975. Berikut dilampirkan diagram alir pembuatan larutan glukosa:
dihomogenkan
hasil
29
Pengujian aktivitas enzim dimulai dengan menginokulasikan satu ose bakteri murni ke
dalam 20ml media NB ke diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil inokulasi diambil 1
ml dari media dan dimasukkan dalam 20ml media CMC Broth 1%. Inkubasi pada shaker 120
rpm pada suhu 37oC selama 8 jam, 24 jam, 32 jam, dan 48 jam. Setelah di inkubasi, dipanen
dengan diambil 1,5ml lalu disentrifuse pada 10.000 rpm selama 10 menit dengan suhu 4oC,
setelah itu diambil 1 ml crude enzim dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Bahan CMC 1%
sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang sudah di tambahkan buffer sitrat
dengan pH 4,8. Inkubasi pada suhu 55oC selama 15 menit. Tambahkan 1ml DNS dan didihkan
selama 5 menit pada suhu 100oC, lalu ditambahkan KNa-tartat dan didinginkan.Tambahkan
aquabides sampai volumenya mencapai 10ml lalu dihomogenkan. Lakukan pengujian
spektrofotometri dengan panjang gelombang 540 λm. Media yang digunakan adalah media NB
yang memiliki kandungan pepton 1,5 gram, yeast extract 0,6 gram, beef 0,3 gram, NaCl 1,5 gram
yang dilarutkan dalam 300ml air demin. Tahap selanjutnya, dibuat larutan kontrol yang terbuat
dari 1ml CMC 1% dan diinkubasi pada suhu 55oC selama 15 menit. Tambahkan 1ml reagen
DNS dan diidihkan selama 5 menit pada suhu 100oC, lalu ditambahkan KNa-tartat 1ml, dan
didinginkan. Aquabides sebanyak 7ml ditambahkan ke dalam KNa-tartat lalu homogenkan.
Tahapan selanjutnya diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada λ 540
nm (Lazuardi, 2018)
Aktivitas selulase didapat berdasarkan pengukuran gula reduksi yang terbentuk.
Konsentrasi gula reduksi dapat dihitung menggunakan rumus:
Konsentrasi gula reduksi = (Absorbansi Sampel-Absorbansi Blanko) - (Absorbansi Kontrol-
Absorbansi Blanko). Aktivitas selulase dalam satuan (U/mL) dapat dicari dengan persamaan
aktivitas selulase. Penentuan nilai aktivitas selulase dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝑈 µ𝑔 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 1000
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑙𝑎𝑠𝑒 ( )=
𝑚𝐿 V x BM glukosa x t
dengan:
Faktor pengenceran : faktor pengenceran enzim
V : volume enzim (1ml)
t : waktu inkubasi 5 menit
BM glukosa : berat molekul glukosa (180,2 dalton)
Berikut dilampirkan diagram alir pengujian aktivitas enzim selulase:
30
diambil satu ose bakteri murni
diambil 1,5ml hasil panen 8 jam, 24 jam, 32 jam, dan 48 jam disentrifuse
pada 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC
lanjutan
31
lanjutan
dihomogenkan
32
4.8 Pengamatan Morfologi Bakteri
Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop pada koloni bakteri dengan media CMC
padat. Parameter yang diamati pada pengamatan morfologi adalah pengamatan pewarnaan gram
dan pengamatan koloni. Pewarnaan gram mengamati dengan ciri-ciri jenis gram dan bentuk
bakteri. Prosedur yang digunakan adalah isolat bakteri diambil 1 ose dan digores-goreskan pada
permukaan preparat steril kemudian dilakukan fiksasi. 1 tetes kristal violet ditambahkan ke
permukaan preparat yang terdapat lapisan bakteri tersebut dan didiamkan selama 1 menit.
Setelah 1 menit, preparat dibilas dengan air sampai zat warna luntur. Setelah kering, 1 tetes
larutan lugol ditambahkan ke permukaan preparat dan didiamkan selama 1 menit. Setelah 1
menit, preparat dibilas dengan air. Setelah kering, 1 tetes fuchsin alkali ditambahkan ke
permukaan preparat dan didiamkan selama 1menit. Preparat dicuci dengan air dan dikeringkan.
preparat ditambahkan immersion oil. Preparat diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 1000x. Pengamatan koloni mengamati ciri-ciri yang meliputi warna, bentuk, tekstur,
permukaan, dan koloni tunggal. Berikut dilampirkan diagram alir pengamatan morfologi bakteri:
r1−r2
𝑍= x 100%
r1
dengan keterangan:
34
Perbandingan Penghasil Selulase tiap Isolat
70.00%
60.00%
Penghasil Selulase (%) 50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
T T2 T3 T5 T6 T7 T11 S4 S5 I1 16 I14
Isolat
Diambil 6 koloni terbaik penghasil selulase, yaitu S4, S5, T, T2, T7, dan T11. Berdasarkan diagram
tersebut, menerangkan bahwa kode isolat S5 memiliki persentase penghasil selulase tertinggi,
yaitu 65,38%.
35
4.000
3.500
3.000
2.500 Isolat T7
OD Isolat
Isolat S4
2.000
Isolat T
1.500 Isolat T2
Isolat S5
1.000
Isolat T11
0.500
0.000
0 10 20 30 40 50 60
Variasi Waktu (Jam)
Uji Aktivitas
1.2000
1.0000
0.8000
Aktivitas Unit/mL
Isolat T
Isolat S5
0.6000
Isolat T7
Isolat T2
0.4000
Isolat T11
0.2000 Isolat S4
0.0000
0 10 20 30 40 50 60
Variasi Waktu (Jam)
Hasil uji aktivitas di dapatkan nilai tertinggi ada pada isolate T11 pada waktu ke 48 jam
dengan nilai 1,0820 Unit/mL.
Pewarnaan gram merupakan langkah awal untuk identifikasi bakteri. Pada pewarnaan
gram bertujuan untuk mengetahui sifat gram serta morfologi dari bakteri yang diidentifikasi.
Bakteri akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Pada pewarnaan gram, hasil yang didapat akan ditentukan dari komposisi dinding sel
pada bakteri. Pada pewarnaan gram, reagen yang digunakan terdiri 4 jenis, yaitu kristal violet,
iodin, alkohol dan fuchsin alkali. Pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding
sel bakteri, sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dalam permeabilitas zat warna dan
penambahan larutan pencuci. Dinding sel bakteri gram positif terdiri dari lapisan peptidoglikan
37
yang tebal sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mempunyai kandungan lipid yang tebal.
Ketika ditambahkan pewarnaan kristal violet maka dinding sel bakteri gram positif maupun gram
negatif akan menyerap zat warna tersebut namun ketika diberi alkohol, kristal violet pada gram
negatif akan luntur disebabkan struktur dinding selnya yang sebagian besar tersusun oleh lipid,
sehingga ketika diberi fuchsin alkali (zat warna kedua) dinding sel bakteri gram negatif akan
menyerapnya kembali sehingga hasil pewarnaan bakteri gram negatif akan berwarna merah,
sedangkan bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu walaupun diberi zat warna kedua,
karena dinding selnya tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang tebal sehingga tidak dapat dicuci
oleh alkohol. (Raifah Mahmudah, Maswati Baharuddin, 2016). Dilampirkan hasil pewarnaan
gram dari 6 isolat terbaik penghasil selulase, sebagai berikut:
Gram
T11 Batang
Negatif
Gram
T2 Coccus
Negatif
38
Gram
S5 Coccus
Negatif
Gram
T7 Coccus
Negatif
Gram
S4 Coccus
Negatif
Gram
T Coccus
Positif
39
Berdasarkan hasil pewarnaan gram diketahui bahwa, terdapat 5 jenis bakteri yang
merupakan bakteri gram negatif dan 1 jenis bakteri yang merupakan gram positif. Berdasarkan
hasil pengamatan pewarnaan gram, 5 bakteri yang berbentuk coccus dan 1 bakteri berbentuk
basil/batang. Selain pengamatan gram juga dilakakukan pengamatan morfologi koloni seperti
warna, bentuk, tekstur permukaan dari koloni tunggal bakteri tersebut. Berikut hasil pengamatan
morfologi koloni dari 6 jenis bakteri terbaik penghasil selulase :
Pengamatan Koloni
No Kode
Warn Permukaa Koloni Gambar
. Isolat Bentuk Tekstur
a n Tunggal
Di
Irregula tengah
1 T11 Keruh Berlendir Elevansi
r Ada
Zona
Tidak
2 T2 Keruh Regular Berlendir Elevansi Ada
Zona
Tidak
3 S5 Keruh Regular Berlendir Elevansi Ada
Zona
40
Di
Irregula tengah
4 T7 Keruh Berlendir Elevansi
r Ada
Zona
Irregula Tidak
5 S4 Keruh Berlendir Elevansi
r ada Zona
Di
Irregula tengah
6 T Keruh Berlendir Elevansi
r Ada
Zona
41
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Praktik kerja lapangan ini dilakukan penelitian penyeleksian dan uji kemampuan bakteri
penghasil selulase dari beberapa sampel rayap. Penyeleksian dilakukan dengan uji kualitatif dan
uji kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan dengan mengukur zona bening pada media BSM-CMC-
CR. Hasil dari pengukuran zona bening didapatkan 12 koloni bakteri terbaik penghasil selulase
dengan parameter memiliki zona bening yang luas dan besar. Hasil dari pengukuran uji kualitatif
tersebut didapatkan hasil tertinggi penghasil selulase ada di isolat yang memiliki kode S 5 atau
yang berasal dari serbuk rayap.
Pengujian kuantitatif dilakukan dengan perhitungan optical density (OD) untuk
mengetahui pertumbuhan sel bakteri dan dilakukan pengujian aktivitas enzim selulase. Hasil dari
perhitungan OD, didapatkan nilai absorbansi 3,369 pada jam ke 48 dengan kode isolat S5. Hasil
uji aktivitas didapatkan nilai tertinggi ada pada isolat T11 pada waktu ke 48 jam dengan nilai
1,0820 Unit/mL. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa inkubasi
selama 48 jam merupakan waktu terbaik bagi isolat untuk mencapai titik maksimum
memproduksi selulase.
Penelitian ini mengamati morfologi bakteri pada 6 isolat terbaik penghasil selulase
dengan pewarnaan gram dan pengamatan koloni. Pengamatan gram menghasilkan kode isolate
T, T2, T7, S4, dan S5 berbentuk coccus, sedangkan kode isolate T11 berbentuk batang.
Pengamatan koloni menghasilkan 6 isolat terbaik penghasil selulase bertekstur berlendir dan
memiliki permukaan yang berelevansi.
6.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil fermentasi selulase yang lebih baik, dilakukan pembuatan
kurva aktivitas enzim dan kurva pertumbuhan setiap 6 jam sekali dalam waktu 96 jam agar
diketahui secara spesifik tahapan pertumbuhan dan aktivitas bakteri penghasil selulase tersebut.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ariffin, H., Abdullah, N., Umi Kalsom, M. S., Shirai, Y., & Hassan, M. . (2006). Production and
characterization of cellulase by Bacillus pumilus EB3. International Journal of Engineering
and Technology, 3(1), 47–53. Retrieved from http://www.ijet.feiic.org/journals/J-2006-
V1005.pdf
Gupta, P., Samant, K., & Sahu, A. (2012). Isolation of cellulose-degrading bacteria and
determination of their cellulolytic potential. International Journal of Microbiology, 2012.
https://doi.org/10.1155/2012/578925
Lazuardi, K. (2018). AKTIVITAS ENZYM SELULASE YANG DIHASILKAN OLEH
BAKTERI Serratia Marcescens PADA SUBSTRAT JERAMI. Jurnal Biologi, 7(1), 35–42.
Maratun Sholihati, A., Baharuddin, M., & T. (2015). PRODUKSI DAN UJI AKTIVITAS
ENZIM SELULASE DARI BAKTERI Bacillus subtilis, 78–90.
Nurkhotimah. (2017). PENGARUH SUHU DAN pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
FOSFATASE BAKTERI TERMOFILIK SUNGAI GENDOL PASCA. Jurnal Prodi
Biologi, 6(8), 465–471.
Purwadaria, T., Marbun, P., Sinurat, A., & Ketaren, P. (2003). Perbandingan Aktivitas Enzim
Selulase dari Bakteri dan Kapang Hasil Isolasi dari Rayap. Jitv, 8(4), 213–219.
Rahayu, A, G., Yahyani, Y., & Puspita, F. (2014). Uji Aktivitas Selulolitik dari Tiga isolat
bakteri bacillus sp. Galur Lokal Riau. JOM FMIPA Unri, 1(2), 319–327.
Raifah Mahmudah, Maswati Baharuddin, & S. (2016). IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI
TERMOFILIK DARI SUMBER AIR PANAS LEJJA, KABUPATEN SOPPENG, 4, 31–
42.
Seprianto. (2017). Isolasi dan penapisan bakteri selulolitik dari berbagai jenis tanah sebagai
penghasil enzim selulase. IJOBB, 1 Nomor 2.
Widyapratami, H. (2011). Pemanfaatan enzim ..., Hermawati Widyapratami, FT UI, 2011.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 2. Dokumentasi
3.2 Hasil fermentasi selulase pada media padat yang membentuk lendir
45
46
47