Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH METODE DAN WAKTU FIKSASI PADA PROSES

PENCAPAN RINTANG (RESIST) PUTIH PADA KAIN SELULOSA


(KAPAS) DIATAS WARNA DASAR ZAT WARNA REAKTIF VINIL
SULFON
LAPORAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Pencapan 2
Oleh :
Kelompok 5
2K3
Lina Melinda (17020049)
Nanda Mutiara S (17020062)
Noval Ardianto B (17020064)
Panji Wijaya (17020066)

Dosen : Sukirman, S.S T., MIL


Asisten Dosen : Drs. Solehudin
Brilyan M. R. R., S.ST

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2020
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Melakukan proses pencapan rintang (resist) putih pada kain selulosa (kapas)
diatas zat warna reaktif vinil sulfon

1.2 Tujuan
Mendapatkan hasil optimum dari proses pencapan rintang (resist) putih pada
kain selulosa (kapas) diatas zat warna reaktif vinil sulfon dengan variasi metode
dan waktu fiksasi

II. Teori Dasar


Pencapan rintang adalah pencapan tidak langsung, artinya kain dicap dahulu
dengan warna motif, dimana pastanya telah ditambahkan zat perintang, kain yang
telah dicap itu dicelup padding atau dicap blok warna dasar dengan zat warna
yang tidak tahan zat perintang. Setelah proses pengeringan dan fiksasi, maka
warna dasar itu tidak akan mewarnai motif, sehingga didapat hasil pencapan yang
cerah diatas warna dasar yang tua.

2.1 Kain Kapas


Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan
yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat
kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium.
Species yang berkembang menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium
hirstum, yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau kapas Amerika. Serat
kapas merupakan sumber bahan baku utama pembuat kain katun termasuk kain
rajut bahan pembuat kaos murah.

2.1.1 Struktur Kimia Serat Kapas


Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsip memiliki struktur kimia
yang sama. Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang
menunjukan bahwa selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa.
Subsequent tersebut menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-
glukopironase dan berikatan bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4
atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya menyerupai selobiosa
(disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).

2.1.2 Sifat Fisika Serat Kapas


 Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya
terdapat bermacam-macam warna putih. Pengaruh mikroorganisme menyebabkan
warna kapas menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek, warna kapas
menjadi sangat gelap abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti
akan berwarna kekuningan. Warna kapas merupakan salah satu faktor penentu
grade.
 Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah
96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound
per inci2. Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya menurundalam keadaan
basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.
 Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa
alam, kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol
yang mempunyai mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4–13%
bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7%.
 Moisture Regain (MR)
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi
dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat
kapas pada kondisi standar berkisar antara 7-8,5 %

2.1.3 Sifat Kimia Serat Kapas


Serat kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kimia
kapas sama dengan sifat kimia selulosa. Serat kapas umumnya tahan terhadap
kondisi penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa
zat pengoksidasi dan penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat
penurunan kekuatan.
Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksiselulosa biasanya
terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan
lembab atau pemanasan yang lama suhu diatas 140oC.

2.2 Zat Warna Reaktif


Zat warna reaktif berdasarkan kereaktifannya dibagi dua golongan, yaitu :
1) Zat warna reaktif panas, zat warna ini memiliki kereaktifan yang tinggi bila
dikerjakan dalam suhu tinggi.
2) Zat warna reaktif dingin, zat warna yang memiliki kereaktifan yang sangat
tinggi dan dapat dikerjakan dalam suhu dingin atau suhu kamar.
Berdasarkan struktur kimianya dibagi dalam beberapa jenis, yaitu monochloro
triazin (MCT), dichloro triazin (DCT), vinil sulfon (VS) dan lain-lain. zat warna
reaktif MCT tahan terhadap zat perintang seperti stanoklorida, amonium klorida,
Reaktif Resist Agent (RRA), sehingga dapat digunakan untuk warna motif pada
pencapan rintang, sedangkan jenis VS tidak tahan terhadap zat perintang dan zat
warna ini biasanya digunakan untuk warna dasar.
2.3 Zat Perintang
Zat perintang adalah zat yang ditambahkan pada warna motif, berfungsi
untuk merintangi (menetralisir) pewarna warna dasar pada waktu pencelupan
padding atau cap blok warna dasar keseluruh permukaan kain, sehingga warna
dasar itu tidak mempengaruhi atau menodai warna motif. Zat perintang yang
digunakan tergantung dari zat warna yang digunakan, biasanya stanoklorida,
amonium korida, Reaktif Resist Agent (RRA) dan lain-lain. Zat perintang bekerja
pada waktu proses pengukusan.

III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1) Gelas beker 1) Kain kapas
2) Pipet tetes 2) Zat warna reaktif
3) Batang pengaduk 3) Zat higroskopik (Urea)
4) Screen datar 4) Zat anti reduksi
5) Rakel 5) Na2CO3
6) Neraca analitik 6) Zat perintang
7) Stenter 7) Pengental alginat
8) Gelas kecil 8) Air
9) Ember kecil
3.2

3.3
Diagram Alir

Resep
3.3.1 Resep Pasta Rintang Putih
Zat Perintang

Balance

3.3.2 Resep Pasta Blok

Zat anti reduksi


Na2CO3
= 50 gram
Pengental (Alginat 4%) = 700 gram
=x
1000 gram

Zat warna reaktif (VS) = 20 gram


Urea = 100 gram
= 10 gram
= 20 gram
Pengental (Alginat 4%) = 700 gram
Balance =x
1000 gram
c
h
,u
p
lo
y
r
)
6
0
it(
k e
m
5
2
n
s
O
g
a
v
P
b
D
1
C
S
d
W
E
4
8
F
B
3.4 Fungsi Zat
Zat perintang : merintangi pewarna warna dasar
Zat warna reaktif (VS) : memberikan warna dasar pada serat kapas
Urea : zat higroskopis, mengatur kelembaban pasta cap
Zat anti reduksi : untuk mencegah terjadinya hidrolisa zat warna
reaktif
Na2CO3 : pemberi suasana alkali, untuk membantu
terjadinya reaksi zat warna reaktif
Pengental (Alginat 4%) : melekatkan zat warna kedalam serat

3.5 Cara Kerja


3.5.1 Pembuatan Pengental (Alginat)
1) Kebutuhan alginat ditimbang dan dimasukan ke dalam ember kecil.
2) Ditambahkan air dan diaduk dengan mixer sampai mengental.

1.5.2 Pembuatan Pasta Cap


1) Zat warna, pengental dan zat pembantu lainnya dimasukkan dalam
gelas plastik
2) Diaduk sampai tercampur homogen.

1.5.3 Proses Pencapan


1) Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan rata pada meja cap
2) Screen motif diletakan tepat berada pada bahan yang akan dicap
3) Pasta cap rintang putih diletakkan pada bagian pinggir screen (tidak
mengenai motif)
4) Perakelan dilakukan sebanyak 1 kali secara merata, dengan tekanan
Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke
bawah agar dapat mendorong zat masuk ke motif
5) Screen kemudian dilepaskan
6) Dilakukan proses pengeringan pada mesin stenter pada suhu 100C
selama 2 menit
7) Dilakukan perakelan untuk screen kosong tanpa motif pasta blok
(warna dasar). Screen diletakkan diatas kain yang telah dilakukan
pencapan rintang
8) Perakelan dilakukan kembali sebanyak 1 kali
9) Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada kain hingga sedikit mengering
10) Lakukan baking pada suhu 180oC selama 4 menit dan 6 menit, serta
steaming dengan variasi waktu selama 20 menit dan 25 menit

1.5.4 Pencucian
1) Pencucian pertama dilakukan menggunakan air dingin untuk
memberikan kesempatan lapisan pasta cap (terutama pengental) untuk
mengembang
2) Pencucian panas kemudian dingin
3) Selanjutnya dilakukan cuci sabun. Pada tahap ini sisa-sisa zat warna
yang terhidrolisa bersama sisa zat pembantu akan keluar dari dalam
serat dan terdispersi dalam larutan sabun
4) Tahap pencucian yang terakahir adalah membilas kain
5) Keringkan kain.
6) Lakukan evaluasi hasil

IV. Data Pengamatan


4.1 Ketuaan Warna
Variasi metode dan waktu fiksasi Rangking
Baking (180oC, 4 menit) 3
Baking (180oC, 6 menit) 4
Steaming 20 menit 2
Steaming 25 menit 1

4.2 Kerataan Warna


Variasi metode dan waktu fiksasi Rangking
Baking (180oC, 4 menit) 4
Baking (180oC, 6 menit) 2
Steaming 20 menit 3
Steaming 25 menit 1

4.3 Ketajaman Motif


Variasi metode dan waktu fiksasi x
Nilai Ketajaman Motif ( x 100 % )
20
Baking (180oC, 4 menit) 100%
Baking (180oC, 6 menit) 100%
Steaming 20 menit 100%
Steaming 25 menit 100%

4.4 Handling
Variasi metode dan waktu fiksasi Rangking
Baking (180oC, 4 menit) 3
Baking (180oC, 6 menit) 4
Steaming 20 menit 1
Steaming 25 menit 2

V. Pembahasan
Seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori diatas bahwa pencapan rintang
ini merupakan pencapan dengan menggunakan zat perintang yang berfungsi untuk
merintangi zat warna pada warna dasar kain agar tidak masuk kedala serat yang
ada motifnya. Zat perintang digunakan pada motif yang ada di kain agar warnanya
lebih cerah diatas warna dasar yang tua. Warna dasar yang digunakan adalah zat
warna reaktif yang tidak tahan terhadap zat perintang (RRA), seperti vinil sulfon.
Ikatan rangkap yang ada pada vinil sulfon akan diputuskan leh zat perintang
sehingga zat warna tidak akan masuk kedaam serat.
Pada proses pencapan hasil ketuaan warna yang didapatkan yaitu
memperlihatkan warna yang lebih tua pada kain dengan metode fiksasi steaming
daripada fiksasi baking, hal ini terjadi karena pada saat steaming suhu yang
diberikan tidak lebih dari 100oC saja, dan pada saat proses steaming fiksasi zat
warna berjalan baik dan proses pemutusan ikatan rangkap pada struktur senyawa
vinil sulfon berjalan dengan baik. Sehingga pada proses steaming memberikan
warna yang tua, dan lebih tua dengan penambahan waktu steaming, waktu
steaming 25 menit lebih tua dari waktu stemaing 20 menit. Sedangkan pada
fiksasi baking, suhu yang diberikan yaitu 180oC. Suhu ini terlalu tinggi untuk serat
kapas, karena pada suhu 140oC serat kapas akan mengalami kerusakan
okiselulosa. Sehingga karena hal tersebutlah kemugkinan warna yang dihasilkan
lebih muda dibandingkan dengan proses fiksasi steaming. Semakin lama waktu
baking yang diberikan maka kemungkinan semakin banyak kerusakan
oksiselulosa yang terjadi, oleh karena itu maka warna yang dihasilkannya pun
akan semakin muda.
Kerataan kain hasil pencapan tergantung pada pasta cap yang dibuat, dan
pada pencapan rintang ini terjadi beberapa ketidak rataan dengan memberikan
bayangan motif pada warna dasar. Hal ini terjadi, karena pada saat melakukan
pencapan blok, dilakukan saat kain dengan pasta rintang belum kering sempurna,
memungkinkan pasta rintang tergeser dan motifnya menjadi belobor, sehingga
terbawa atau menempel pada kasa kosong kemudian tercapkan pada kain
selanjutnya, motif yang menempel pada kasa tersebut berupa zat perintang,
sehingga pada saat dicapkan pada kain berikutnya pasta blok yang berisi zat
warna reakif vinil sulfon akan terintangi membentuk bentuk motif dari kasa
kosong tersebut, sehingga terjadi seperti bayangan. Ditambah lagi pasta cap
rintang yang dilakukan yaitu berupa pasta rintang putih atau tanpa penabahan zat
warna, dan saat fiksasi hasil warna motifnya akan berwarna putih atau berwarna
asli dari kain selulosa (kapas) tersebut. Selain itu saat dilakukan pencapan ke kain
berikutnya tidak mengikuti motif yang telah tertempel dahulu dari kain
sebelumnya, hal tersebutlah yang menjadikan hasil pencapan tidak rata dengan
adanya bentuk bayangan motif pada kain dasarnya.
Ketajaman motif yang dihasilkan dari pencapan ini menunjukkan nilai yang
sangat baik untuk semua kain, yaitu dengan nilai ketajama motif 100% semua,
menandakan motif yang tajam. Selain itu tidak terjadi belobor pada motif kain,
mengartikan motif tersebut sangatah baik.
Hasil handling dengan proses steaming lebih baik dibandingkan dengan
proses baking, karena pada proses steaming kain digulung dan terfiksasi dengan
uap panasnya dengan kata lain panas yang diberikan tidak langsung berikatan
dengan kain, sehingga hasilnya pun lebih halus, sedangkan saat baking panas yang
diberikan berikatan langsung dengan kain seingga secara handlingnya pun lebih
kasar. Dari semua proses fiksasi, setiap penambahan lama waktu, handlingnya
semakin kasar. Ini terjadi karena pada waktu fiksasi yang lebih lama panas yang
diterima lebih lama terjadi dan kemungkinan lebih banyak zat yang menempel
karena panas tersebut pada kain, sehingga hasilnya lebih lama waktu proses, lebih
kasar handlingnya.

VI. Simpulan
Setelah dilakukan praktkum didapatkan data sebagai berikut :
1) Hasil ketuaan warna yang paling tua yaitu pada kain dengan metode fiksasi
steaming selama 25 menit
2) Hasil kerataan warna yang paling baik yaitu pada kain dengan metode
fiksasi steaming selama 25 menit
3) Hasil ketajaman motif memperlihatkan nilai yang baik terhadap semua kain
4) Hasil handling yang paling lembut yaitu pada kain dengan metode fiksasi
steaming selama 20 menit
LAMPIRAN

I. Perhitungan Resep
I.1 Pasta Rintang Putih
50
Zat perintang (RRA) = x 50 = 2,5 gram
1000
700
Pengental (Alginat 4%) = x 50 = 35 gram
1000
250
Balance = x 50 = 12,5 gram
1000

I.2 Pata Blok


20
Zat warna reaktif (VS) = x 50 = 1 gram
1000
100
Urea = x 50 = 5 gram
1000
10
Zat anti reduksi = x 50 = 0,5 gram
1000
20
Na2CO3 = x 50 = 1 gram
1000
700
Pengental (Alginat 4%) = x 50 = 35 gram
1000
150
Balance = x 50 = 7,5 gram
1000
II. Kain Hasil Pencapan
2.1 Waktu Baking (180oC, 4 menit)
2.2 Waktu Baking (180oC, 6 menit)
2.3 Waktu Steaming 20 menit
2.4 Waktu Steaming 25 menit
DAFTAR PUSTAKA

Syafi’i, Imam. 2016. Serat Kapas. Tersedia : http://www.imamsyafii.id/2012/


11/mengenal-serat-kapas.html [Daring]. (01 Maret 2020).
Anonim. 2010. Diktat Praktikum Teknologi Pencapan 2. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai