1.2 Tujuan
Mendapatkan hasil optimum dari proses pencapan rintang (resist) putih pada
kain selulosa (kapas) diatas zat warna reaktif vinil sulfon dengan variasi metode
dan waktu fiksasi
III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1) Gelas beker 1) Kain kapas
2) Pipet tetes 2) Zat warna reaktif
3) Batang pengaduk 3) Zat higroskopik (Urea)
4) Screen datar 4) Zat anti reduksi
5) Rakel 5) Na2CO3
6) Neraca analitik 6) Zat perintang
7) Stenter 7) Pengental alginat
8) Gelas kecil 8) Air
9) Ember kecil
3.2
3.3
Diagram Alir
Resep
3.3.1 Resep Pasta Rintang Putih
Zat Perintang
Balance
1.5.4 Pencucian
1) Pencucian pertama dilakukan menggunakan air dingin untuk
memberikan kesempatan lapisan pasta cap (terutama pengental) untuk
mengembang
2) Pencucian panas kemudian dingin
3) Selanjutnya dilakukan cuci sabun. Pada tahap ini sisa-sisa zat warna
yang terhidrolisa bersama sisa zat pembantu akan keluar dari dalam
serat dan terdispersi dalam larutan sabun
4) Tahap pencucian yang terakahir adalah membilas kain
5) Keringkan kain.
6) Lakukan evaluasi hasil
4.4 Handling
Variasi metode dan waktu fiksasi Rangking
Baking (180oC, 4 menit) 3
Baking (180oC, 6 menit) 4
Steaming 20 menit 1
Steaming 25 menit 2
V. Pembahasan
Seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori diatas bahwa pencapan rintang
ini merupakan pencapan dengan menggunakan zat perintang yang berfungsi untuk
merintangi zat warna pada warna dasar kain agar tidak masuk kedala serat yang
ada motifnya. Zat perintang digunakan pada motif yang ada di kain agar warnanya
lebih cerah diatas warna dasar yang tua. Warna dasar yang digunakan adalah zat
warna reaktif yang tidak tahan terhadap zat perintang (RRA), seperti vinil sulfon.
Ikatan rangkap yang ada pada vinil sulfon akan diputuskan leh zat perintang
sehingga zat warna tidak akan masuk kedaam serat.
Pada proses pencapan hasil ketuaan warna yang didapatkan yaitu
memperlihatkan warna yang lebih tua pada kain dengan metode fiksasi steaming
daripada fiksasi baking, hal ini terjadi karena pada saat steaming suhu yang
diberikan tidak lebih dari 100oC saja, dan pada saat proses steaming fiksasi zat
warna berjalan baik dan proses pemutusan ikatan rangkap pada struktur senyawa
vinil sulfon berjalan dengan baik. Sehingga pada proses steaming memberikan
warna yang tua, dan lebih tua dengan penambahan waktu steaming, waktu
steaming 25 menit lebih tua dari waktu stemaing 20 menit. Sedangkan pada
fiksasi baking, suhu yang diberikan yaitu 180oC. Suhu ini terlalu tinggi untuk serat
kapas, karena pada suhu 140oC serat kapas akan mengalami kerusakan
okiselulosa. Sehingga karena hal tersebutlah kemugkinan warna yang dihasilkan
lebih muda dibandingkan dengan proses fiksasi steaming. Semakin lama waktu
baking yang diberikan maka kemungkinan semakin banyak kerusakan
oksiselulosa yang terjadi, oleh karena itu maka warna yang dihasilkannya pun
akan semakin muda.
Kerataan kain hasil pencapan tergantung pada pasta cap yang dibuat, dan
pada pencapan rintang ini terjadi beberapa ketidak rataan dengan memberikan
bayangan motif pada warna dasar. Hal ini terjadi, karena pada saat melakukan
pencapan blok, dilakukan saat kain dengan pasta rintang belum kering sempurna,
memungkinkan pasta rintang tergeser dan motifnya menjadi belobor, sehingga
terbawa atau menempel pada kasa kosong kemudian tercapkan pada kain
selanjutnya, motif yang menempel pada kasa tersebut berupa zat perintang,
sehingga pada saat dicapkan pada kain berikutnya pasta blok yang berisi zat
warna reakif vinil sulfon akan terintangi membentuk bentuk motif dari kasa
kosong tersebut, sehingga terjadi seperti bayangan. Ditambah lagi pasta cap
rintang yang dilakukan yaitu berupa pasta rintang putih atau tanpa penabahan zat
warna, dan saat fiksasi hasil warna motifnya akan berwarna putih atau berwarna
asli dari kain selulosa (kapas) tersebut. Selain itu saat dilakukan pencapan ke kain
berikutnya tidak mengikuti motif yang telah tertempel dahulu dari kain
sebelumnya, hal tersebutlah yang menjadikan hasil pencapan tidak rata dengan
adanya bentuk bayangan motif pada kain dasarnya.
Ketajaman motif yang dihasilkan dari pencapan ini menunjukkan nilai yang
sangat baik untuk semua kain, yaitu dengan nilai ketajama motif 100% semua,
menandakan motif yang tajam. Selain itu tidak terjadi belobor pada motif kain,
mengartikan motif tersebut sangatah baik.
Hasil handling dengan proses steaming lebih baik dibandingkan dengan
proses baking, karena pada proses steaming kain digulung dan terfiksasi dengan
uap panasnya dengan kata lain panas yang diberikan tidak langsung berikatan
dengan kain, sehingga hasilnya pun lebih halus, sedangkan saat baking panas yang
diberikan berikatan langsung dengan kain seingga secara handlingnya pun lebih
kasar. Dari semua proses fiksasi, setiap penambahan lama waktu, handlingnya
semakin kasar. Ini terjadi karena pada waktu fiksasi yang lebih lama panas yang
diterima lebih lama terjadi dan kemungkinan lebih banyak zat yang menempel
karena panas tersebut pada kain, sehingga hasilnya lebih lama waktu proses, lebih
kasar handlingnya.
VI. Simpulan
Setelah dilakukan praktkum didapatkan data sebagai berikut :
1) Hasil ketuaan warna yang paling tua yaitu pada kain dengan metode fiksasi
steaming selama 25 menit
2) Hasil kerataan warna yang paling baik yaitu pada kain dengan metode
fiksasi steaming selama 25 menit
3) Hasil ketajaman motif memperlihatkan nilai yang baik terhadap semua kain
4) Hasil handling yang paling lembut yaitu pada kain dengan metode fiksasi
steaming selama 20 menit
LAMPIRAN
I. Perhitungan Resep
I.1 Pasta Rintang Putih
50
Zat perintang (RRA) = x 50 = 2,5 gram
1000
700
Pengental (Alginat 4%) = x 50 = 35 gram
1000
250
Balance = x 50 = 12,5 gram
1000