SISTEM PERUSAHAAN
Bab ini berisikan mengenai sistem perusahaan yang mencakup data umum
perusahaan, struktur organisasi, sistem perancangan produk, produk dan proses
produksi, serta hal-hal lain yang bersangkutan dengan sistem perusahaan.
II-1
Bab II Sistem Perusahaan II-2
Menghentikan sebagian kegiatan produksi weaving dan menjual mesin tenun yang sudah tidak efisien.
1998
Memodifikasi mesin tenun yang ada dan menambah mesin baru untuk menghasilkan produk yang lebih
Sekarang bervariasi dan mengikuti perkebangan trend.
kode kain AY-XXX. Gambar kain gabungan polyster viscose dengan rayon dapat
dilihat pada Gambar 2.3 berikut.
Manajer Pabrik
Kepala Seksi Manajer Plant Manajer Produksi Manajer Personalia Manajer Keuangan
Manajer PPIC
Marketing Engineering Weaving dan Umum dan Akuntansi
mereka buat dan pembeli bisa memesan corak yang berbeda dari yang ditawakan selama
masih dalam batas kemampuan mesin di pabrik. Terkadang pula pelanggan sudah
memiliki corak sendiri dan dibawa ke PT Tarumatex untuk melakukan pemesanan.
Untuk warna pada kain yang diproduksi, PT Tarumatex mengikuti permintaan
pelanggan. Jika pembeli menginginkan warna maka dalam proses pemberian warna ini
PT Tarumatex bekerja sama dengan PT X.
Sistem perancangan produk di PT Tarumatex berdasarkan pada lingkungan
manufaktur yaitu make to order, yaitu jenis lingkungan manufaktur yang baru memulai
proses produksinya jika sudah menerima order. Akan tetapi, didapati juga kondisi
dimana pembeli mampu melakukan request jenis tenunan dan paduan benang tertentu
sehingga termasuk juga dalam lingkungan manufaktur engineering to order. Pembeli
biasanya sudah mengetahui jenis kain apa yang diinginkan dan memesan dalam jumlah
besar. Setelah melakukan proses pemesanan, bagian marketing dan pembeli melakukan
perjanjian mengenai tenggat waktu dan harga. Pembeli yang sudah biasa memesan di
PT Tarumatex biasanya sudah dibuatkan pola khusus oleh bagian produksi. Sedangkan
pembeli yang baru (belum memesan sebelumnya) biasanya memesan pola yang sudah
ada atau dapat meminta jenis pola yang baru. Informasi pada sub bab ini didapatkan dari
hasil wawancara dengan Pak Albert dari bagian produksi dengan periode pengamatan 1
jam. Sistem seperti ini bisa menjadi faktor pembeda PT Tarumatex dengan perusahaan
lain karena kain yang dihasilkan dapat diusahkan sesuai dengan keinginan konsumen.
Jenis kain AY-XXX sendiri merupakan jenis kain yang paling umum digunakan, untuk
kode kain AY-XXX perusahaan tidak perlu lagi melakukan perancangan produk karena
setiap kode kain sudah dengan spesifikasinya masing-masing. Sebagai contoh
perancangan produk untuk kain AY-XXX adalah jenis tenunanya yang berprinsip 2-1,
yaitu tenunan naik 2 dan turun 1 helai benang.
dan dapat bekerja dengan baik. Lingkungan kerja itu sendiri terdiri atas temperatur,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, warna dan bau-bauan.
a. Temperatur
Temperatur merupakan faktor penting untuk meningkatkan performansi
dari operator.Temperatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan semangat
kerja menurun, sedangkan temperatur yang terlalu panas, dapat mengakibatkan
timbulnya kelelahan yang lebih cepat dan dalam bekerja cenderung membuat
banyak kesalahan. Berikut ini tabel untuk nilai ambang batas tekanan
panas/iklim kerja berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja
NAB (˚C ISBB)
Alokasi Waktu Kerja dan Beban Kerja
Istirahat Sangat
Ringan Sedang Berat
Berat
75-100% 31,0 28,0 * *
50-75% 31,0 29,0 27,5 *
25-50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0-25% 32,5 31,5 30,0 30,0
(*) Tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis
Nilai rata-rata dari hasil pengamatan di PT Tarumatex yang di lakukan pada pagi
(08.30) dan sore hari (15.30) untuk setiap stasiun kerjanya pada 5 titik berbeda dapat
dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Temperatur
No. Stasiun Kerja Temperatur (˚C)
1 Warping 29,4
2 Sizing 30,3
3 Drawing In 30,2
4 Rewinding 30,2
5 Tenun 27,9
6 Inspeksi 28,3
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dan dengan alokasi waktu kerja dan
istirahat 75%-100% serta beban kerja yang ringan untuk stasiun kerja nomor 1-5 dan
sedang untuk stasiun kerja nomor 6, dapat disimpulkan temperatur pada setiap stasiun
kerja di PT Tarumatex sudah sesuai dengan standar.
b. Sirkulasi Udara
Ventilasi merupakan bagian penunjang pada bangunan yang berfungsi
sebagai sirkulasi udara tempat bertukarnya udara bersih dan udara kotor. Udara
di dalam ruangan harus senantiasa bergerak supaya terjadi perpindahan panas
yang terus menerus sehingga ruangan kerja pun tidak akan terlalu panas.
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan di PT Tarumatex cukup tinggi karena alat-alat yang digunakan
bekerja dengan suara yang cukup keras. Pekerja di PT Tarumatex dilengkapi
dengan alat bantu pelindung telinga untuk mengurangi kebisingan yang masuk
ke telinga. Tabel nilai ambang batas kebisingan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 70 Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Durasi Pajanan
Satuan Level Kebisingan (dBA)
Kebisingan per Hari
24 80
16 82
8 85
Jam
4 88
2 91
1 94
30 97
15 100
7,5 103
Menit
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
Detik 1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Nilai rata-rata dari hasil pengamatan di PT Tarumatex yang di lakukan
pada pagi (08.30) dan sore hari (15.30) untuk setiap stasiun kerjanya pada 5 titik
berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7 Hasil Pengamatan Intensitas Cahaya
No
Stasiun Kerja Tingkat Kebisingan (dBA)
.
1 Warping 78,3
2 Sizing 76,5
3 Drawing In 74,4
4 Rewinding 81,1
5 Tenun 97,1
6 Inspeksi 71,5
Berdasarkan hasil pengamatan dengan 8 jam kerja, dapat disimpulkan
tingkat kebisingan di PT Tarumatex sudah sesuai dengan standar kecuali pada
stasiun kerja tenun dengan nilai 97,1 dBA yang melebihi standar maka dari itu
operator difasilitasi dengan earplug.
e. Getaran
Mesin-mesin yang ada di PT Tarumatex termasuk mesin-mesin yang
cukup besar. Akan tetapi, beberapa mesin tidak menimbulkan getaran. Gataran
kecil hanya timbul akibat dari proses operasi pada mesin sizing.
f. Warna
Warna dapat mempengaruhi psikologis operator. Pemilihan warna yang
tepat dapat membantu psikologis operator dalam melakukan pekerjaan. PT
Tarumatex memanfaatkan warna biru untuk meningkatkan performansi
pekerjanya dan memberikan kesan tenang serta bersih.
g. Bau-bauan
Bau-bauan tidak sedap dapat membuat operator merasa tidak nyaman
dan terganggu. Pada PT Tarumatex, bau-bauan yang tidak sedap cukup
mengganggu karena ditimbulkan dari tumpukan benang dan kain yang selain
menimbulkan bau juga membuat serbuk kain berterbangan dan mengganggu
indra penciuman. Menghadapi hal ini PT Tarumatex menghimbau dan
memfasilitasi pekerjanya dengan masker.
PT Tarumatex merupakan perusahaan yang bekerja secara 24 jam
dengan 3 shift sebagai berikut:
Shift 1 = 07.00-15.00
Shift 2 = 15.00-23.00
Shift 3 = 23.00-07.00
Shift diatas memiliki jam kerja 8 jam. Sudah sesuai dengan jam kerja yang
seharusnya dengan waktu isitrahan 30 menit setiap operator dan dilakukan bergantian.
Penerapan K3 di PT Tarumatex adalah pekerja dilengkapi dengan masker dan earplug.
Masker sangat penting untuk semua stasiun kerja karena banyak serbuk benang yang
berterbangan di dalam lingkungan pabrik. Earplug digunakan di stasiun kerja tenun
karena suara mesin yang sangan bising. Namun sayang sekali banyak pekerja yang
kurang sadar dengan pentingnya penggunaan masker dan earplug selama bekerja. PT
Tarumatex juga dilengkapi dengan assembly point dan alat pemadam untuk keadaan
darurat.
Input :
Bahan baku berupa
cons (gulungan
benang)
Benang Lusi
Benang Pakan
Warping
Warping
Sizing
Ada benang
lebih?
Ya
Ada pola kain?
Tidak
Rewinding Tidak
Ya Drawing in
Sizing
A Tenun
Tidak
Folding
Ya
Drawing in
End
Kanji Benang
100' Diwarping
O-1
0% Ms. Warping
87,49' Dikanji
O-3
0% Ms. Sizing
30240' Ditenun
O-4
0% Ms. Tenun
60' Diperiksa
I-1
0% Meja Periksa
10' Dilipat
O-5
0% Ms. Folding
Ringkasan
Proses Jumlah Waktu (menit)
4 30437,49
1 60
1 -
0 -
TOTAL 508,29 jam
Gambar 2.11 OPC AY-XXX
PT Tarumatex belum memiliki waktu baku untuk setiap prosesnya. Untuk
menentukan waktu produksinya, PT Tarumatex melakukan perhitungan pada tiap
prosesnya.
Asumsi:
1. Benang yang akan di weaving sebanyak 6000 helai menjadi 10 beam. Kapasitas
maksimal 1 beam adalah 700 helai benang.
4000
=
400
= 1 0 menit
Waktu pengerjaan10 beam=10 menit × 10
¿ 100 menit
b. Stasiun Kerja Sizing
panjang benang
Waktu proses sizing =
kecepatan mesin
4000
=
45,72
= 87,49 menit
Estimasi waktu untuk inspeksi adalah 60 menit, folding 10 menit dan tenun 3
minggu. Didapati total waktu produksi 21,17 hari.
Berdasarkan pada hasil pengamatan disini kita dapat melihat permasalah idle
time yang cukup lama dari stasiun kerja tenun karena waktunya yang sangat lama. Pada
stasiun kerja sizing juga didapati masalah keamanan yang kurang baik karena mesin
sizing memiliki suhu cukup tinggi tetapi operator dapat berlalu lalang dengan bebas.
Didapati juga beberapa pekerja yang tidak mematuhi peraturan menggunakan earplug
dan masker pada wilayah tenun. Frekuensi kecelakaan dalam 1 tahun yaitu 0-3 kejadian,
seringkali operator terpeleset dan pernah terjadi juga operator tertimpa beam. PT
Tarumatex juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan.
2.5 SISTEM PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI
Pada sub bab ini berisikan tentang sistem perencanaan dan pengendalian
produksi di PT Tarumatex. Informasi pada sub bab ini didapatkan dari hasil wawancara
dengan Pak Albert dari bagian produksi dan Pak Ari dari bagian PPIC (Planning
Product Inventory Control). Dengan periode pengamatan 3 jam.
kode kain AY-XXX, kode kain ini cukup umum digunakan di pasaran karena kode kain
ini biasanya digunakan untuk pakaian seragam maka dilakukan sistem persediaan
membeli benang dengan kode TR-2X terlebih dahulu baru kemudian melakukan
penawaran di pasaran atau dibeli oleh langganan jenis kain ini.
Pada sub bab ini ditemukan permasalahan bahwa perusahaan tidak
menggunakan metode tertentu untuk melakukan perencanaan persediaan dan pembelian
bahan baku. Terkadang terjadi keterlambatan penyerahan kain kepada pelanggan akibat
dari keterlambatan supplier.
Setiap jenis cacat memiliki cara penanganan yang berbeda-beda. Beberapa jenis
cacat dapat langsung diperbaiki oleh operator QC. Cara perhitungan cacat dengan poin
menggunakan rumus sebagai berikut.
Poin =
∑ jenis cacat × 10
panjang kain yang diperiksa (meter )
Poin tersebut nantinya masuk kedalam klasifikasi grade kain yang dapat dilihat
pada Tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.9 Grade Kain
Grade Poin
A 0 - 0,6
B 0,61-1
C 1,01 - 2
BS 2,01 - ke atas
Permasalahan yang didapat adalah masih didapati kain yang tingkat
kecacatannya mencapai grade diatas B. Ada banyak jenis cacat yang terjadi, sehingga
perlu dicari perlebih dahulu prioritas perbaikan cacat dengan frekuensi paling banyak.
Data cacat untuk kain AY-XXX selama 3 minggu dengan produksi 5000 meter setiap
mesinnya dimulai dari 7 Juli 2019. Data berikut merupakan rangkuman keseluruhan
cacat yang terjadi pada proses di 5 mesin tenun dari 127 unit mesin yang ada. Dapat
dilihat pada Tabel 2.10 berikut.
Tabel 2.10 Data Cacat
Poi Grad
Nama Jumlah Cacat
n e
Mesi
BT BB DPK LP PK L L PK CLO PK JD R
n
N C S K P R S N L K
85 11 36 45 44 43 43 45 46 46 41
A 100 1,36 C
0
50 10 19 32 25 23 21 23 25 22 22
B 92 0,87 B
2
10 14 55 53 48 50 45 46 49 52 56
C 110 1,63 C
3 9
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-24
90 11 45 57 40 51 55 48 42 53 49
D 103 1,5 C
7
89 12 46 60 43 42 47 41 45 43 42
E 116 1,48 C
8
Skala = 1 : 10000
Satuan = cm
Gambar 2.12 Layout Fasilitas
Untuk range harga adalah Rp. 12.000- Rp. 15.000/yard. Sedangan untuk jenis
kain dengan motif dan warna diberikan range harga Rp. 22.000- Rp.
27.000/yard karena untuk proses pemberian warna PT Tarumatex bekerjasama
dengan pihak luar.
2.10 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Berikut ini proses manajemen sumber daya manusia di PT Tarumatex. Informasi
ini didapat dari hasil wawancara dengan Pak Hari dari bagian HRD dengan durasi
pengamatan 2 jam.
1. Perekrutan
Perekrutan dilakukan apabila terdapat jabatan yang kosong karena PT
Tarumatex menggunakan sistem kontrak sehingga setiap setahun sekali terdapat
reshuffle pegawai dan hanya mempertahankan performansi pekerja yang sangat
baik untuk melakukan perpanjangan kontrak. Proses perekrutan di PT
Tarumatex hanya diumumkan oleh bagian HRD kepada karyawan di perusahaan
dengan tujuan apabila ada saudara atau keluarga dari karyawan yang
membutuhkan pekerjaan dapat diutamakan. Jika dalam jangka waktu 1-2 bulan
jumlah pelamar belum memenuhi kebutuhan maka akan diumumkan secara luas
dengan minimal pendidikan SMA dan usia minimal 30 tahun untuk operator
dibagian pabrik.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan di PT Tarumatex diperuntukan bagi karyawan baru
sekaligus magang dan belajar dengan lama prosesnya 1-6 bulan. Umumnya
pelamar pekerjaan bisa langsung menyesuaikan pada bulan ke-2 magang dan
akan langsung dilakukan kontrak dengan PT Tarumatex.
3. Kesejahteraan Karyawan
Untuk sistem kesejahteraan karyawan, karywan diberi fasilitas kesehatan berupa
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. Fasilitas BPJS
ini mulai diberikan jika karyawan sudah bekerja lebih dari 3 bulan.
4. Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) jarang sekali terjadi karena sistem kontrak
yang digunakan oleh PT Tarumatex. Sehingga yang dilakukan oleh PT
Tarumatex adalah pemutusan kontrak ketika kontrak sudah mencapai batas
waktu sesuai kesepakatan. Biasanya pegawai dengan performansi kurang baik
akan diputus kontraknya sesuai perjanjian awal dan jika performansinya bagus
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-28
maka kontrak tersebut akan diperpanjang sampai batas waktu yang disepakati
kemudian.
5. Pengaturan Waktu Kerja
PT Tarumatex merupakan perusahaan yang bekerja secara 24 jam dengan 3 shift
sebagai berikut:
Shift 1 = 07.00-15.00
Shift 2 = 15.00-23.00
Shift 3 = 23.00-07.00
Dengan waktu istirahat 30 menit dilakukan oleh karyawan bagian produksi
secara rolling.
6. Sistem Perupahan
Sistem perupahan di PT Tarumatex berdasarkan pada UMR kota Bandung untuk
karyawan pabrik. Akan tetapi, nominal pastinya tidak dapat disebutkan.
Permasalahan yang ditemukan pada sub bab ini adalah, karena tidak adanya
sistem informasi yang terbaru maka sistem pengumpulan data perusahaan terutama data
cacat kain belum cukup baik. Dengan sistem shift maka data cacat setiap shiftnya pun
dipegang oleh orang yang berbeda. Walaupun menggunakan 1 komputer yang sama
untuk input data, akan tetapi letak penyimpanan datanya masih berantakan sesuai
keinginan penanggung jawab input data di shift tersebut.