Anda di halaman 1dari 29

BAB II

SISTEM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan mengenai sistem perusahaan yang mencakup data umum
perusahaan, struktur organisasi, sistem perancangan produk, produk dan proses
produksi, serta hal-hal lain yang bersangkutan dengan sistem perusahaan.

2.1 DATA UMUM PERUSAHAAN


Berisikan nama perusahaan, alamat perusahaan, sejarah singkat, visi misi
perusahaan, produk yang dihasilkan dan produk yang diamati.

2.1.1 Nama, Alamat dan Bidang Usaha


Berikut ini merupakan beberapa data perusahaan.
Nama Perusahaan : PT Tarumatex
Alamat : Jalan Jendral A. Yani 806, Bandung
Telepon : 022-7203581
Email : trmxbdg@bdg.centrin.net.id
Bidang Usaha : Industri tekstil
Logo Perusahaan :

Gambar 2.1 Logo Perusahaan

2.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan


PT Tarumatex didirikan pada 15 Oktober 1968 dan berlokasi di Jl. Ahmad Yani
no. 806, Bandung. Menempati tanah seluas 16 ha dan memproduksi bahan sandang
berupa kain tenun yang dimulai pada tahun 1971. Berikut ini sejarah singkat PT
Tarumatex dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

II-1
Bab II Sistem Perusahaan II-2

PT Tarumatex mulai didirikan.


1968

PT Tarumatex mulai memproduksi bahan sandang berupa kain tenun.


1971

Mendirikan unit dyeing/finishing/printing.


1977

Mendirikan unit spinning.


1980

Memisahkan unit spinning (pemintalan) menjadi unit yang berdiri sendiri.


1982

Menghentikan kegiatan produksi unit dyeing/finishing/printing.


1997

Menghentikan sebagian kegiatan produksi weaving dan menjual mesin tenun yang sudah tidak efisien.
1998

Memodifikasi mesin tenun yang ada dan menambah mesin baru untuk menghasilkan produk yang lebih
Sekarang bervariasi dan mengikuti perkebangan trend.

Gambar 2.2 Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan


Visi PT Tarumatex yaitu, “menjadi perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan
sandang nasional dengan produk kain grey berkualitas dan berdaya cipta tinggi”. Misi
nya yaitu, “membantu pemerintah dalam swasembada sandang dengan menghasilkan
produk kain grey yang dibutuhkan oleh masyarakat serta memberikan manfaat bagi
stakeholder”. Kain grey yang dimaksud disini adalah kain setengah jadi yang belum
diberi warna. PT Tarumatex tidak mencantumkan tujuan perusahaan.

2.1.4 Produk yang Dihasilkan


Kain yang dihasilkan oleh PT Tarumatex merupakan kain setengah jadi. Kain
setengah jadi ini terdiri atas beberapa bahan dasar, yaitu polyster, katun dan rayon. PT
Tarumatex memproduksi kain setengah jadi yang merupakan kombinasi dari ketiga
bahan dasar tersebut. Kain-kain yang dihasilkan ini pun memiliki jenis yang lebih
spesifik berdasarkan pada diameter benang, corak tenunan yang diinginkan dan
kerapatan kain.

2.1.5 Produk yang Diamati


Dari banyak produk setengah jadi yang dihasilkan PT Tarumatex, yang akan
diamati adalah gabungan kain polyster dengan rayon dengan kode benang TR-2X dan

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-3

kode kain AY-XXX. Gambar kain gabungan polyster viscose dengan rayon dapat
dilihat pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Kain AY-XXX


Produk kain ini pada umumnya digunakan sebagai seragam kantor. 30% order
yang masuk ke PT Tarumatex diketahui fungsinya sedangkan 70%-nya tidak diketahui
fungsi dari kain. Pembeli hanya membeli kain setengah jadi tanpa menjelaskan fungsi,
biasanya untuk dijual kembali dan lain sebagainya.

2.2 STRUKTUR ORGANISASI


Struktur organisasi ini berisikan mengenai jenis dan bagan organisasi serta job
description PT Tarumatex.

2.2.1 Jenis dan Bagan Organisasi


Jenis organisasi pada PT Tarumatex adalah fungsional, karena karyawan-
karyawan yang memiliki keterampilan dan tugas yang sama dikumpulkan dalam satu
unit kerja sehingga performansi kerja setiap karyawan terus meningkat dan terfokus
pada satu permasalahan pada unit kerja tersebut. Sebagai contoh manager marketing
membawahi kepala seksi dan supervisor follow up, artinya orang-orang yang berada di
bawah manager marketing adalah mereka yang menguasai tentang marketing. Gambar
bagan organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-4

Manajer Pabrik

Kepala Seksi Manajer Plant Manajer Produksi Manajer Personalia Manajer Keuangan
Manajer PPIC
Marketing Engineering Weaving dan Umum dan Akuntansi

Administrasi Kepala Seksi Kepala Seksi QA Kasie Keuangan,


Marketing Departemen dan QC Akuntansi, Kasir/
Weaving Sekertaris

Pengawas Diesel Supervisor Gudang/ Pengawas Supervisor


dan Boiler Pengawas Produksi Pengawas QC
PPIC Personalia dan Keuangan dan
Umum Akuntansi

Operator Administrasi PPIC

Gambar 2.4 Bagan Organisasi PT Tarumatex

2.2.2 Job Description


Berikut ini merupakan beberapa jabatan dan tugas dari bagan organisasi PT
Tarumatex.
1. Manajer Pabrik
a. Memimpin, mengkoordinir serta mengawasi Kepala Departemen.
b. Mengawasi agar penggunaan sumberdaya manusia, bahan baku, bahan
pembantu dan lain-lain dipergunakan secara paling efisien.
c. Bekerja sama dengan Manajer Keuangan dan Administrasi dalam membuat
rancangan personalia yang dibutuhkan.
d. Meneliti cara-cara baru dalam pembuatan produk yang dapat menghasilkan
mutu yang lebih baik.
2. Kasie Marketing
a. Mencari order penjualan kain komersil atau makloon (jasa) tenun.
b. Mengatur order ke bagian produksi, PPMC/Gudang.
c. Follow up order meliputi kualitas produk, efisiensi, dan delivery.
d. Monitoring stock bahan baku benang di gudang dan harga pasaran benang
(tren pasar lokal).
3. Administrasi Marketing
a. Membuat kontrak penjualan kain.
b. Membuat kontrak makloon kain grey.
c. Membuat order pengiriman (DO = Delivery Order) kain, benang dan waste.
d. Melaksanakan follow up proses produksi kain grey.
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-5

e. Membuat laporan penjualan.


f. Membuat album motif-motif kain grey yang di produksi.
g. Membantu membuat kalkulasi harga kain grey.
h. Merapihkan semua arsip-arsip.
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang mungkin diberikan oleh atasan.
4. Manager Plant Engineering
a. Memimpin, mengkoordinir serta mengawasi bagian-bagian yang berada
dibawah pengawasannya dalam melaksanakan reparasi dan pemeliharaan
mesin-mesin Diesel, instalasi listrik, instalasi telepon, mesin Boiler,
separator, compressor, perpipaan (piping), kendaraan dan peralatan pabrik
lainnya,
b. Mengawasi pemakaian spare parts, pelumas, bahan bakar, membuat rencana
pembelian bulanan dan tahunan.
5. Pengawas Diesel dan Boiler
a. Memeriksa langsung operasi dari genset, boiler, motor pompa air, separator
yang ada berjalan normal.
b. Menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk menjalankan
mesin-mesin.
c. Memeriksa dan memperbaiki genset dan boiler saat adanya kerusakan.
d. Mengatur dan mengawasi cara kerja bawahan dan ikut serta dalam
pelaksanaan kerja.
e. Mengawasi pemakaian atau penggunaan bahan bakar, spare parts, dan air
yang berhubungan dengan mesin.
f. Perbaikan dan pemeliharaan diesel dan boiler per minggu.
g. Mencatat pemakaian jam kerja genset dan boiler.
h. Mengawasi suplai dan pemekaian air dan uap.
i. Membuat catatan reparasi, pemeliharaan dan pemakaian spare parts dan
bahan bahan dalam kartu untuk setiap mesin untuk membantu dalam analisa
kondisi mesin dan pemeliharaannya.
j. Memberikan training dan membantu menangani hal hal yang tidak dapat
diatasi oleh bawahannya mengenai teknik dan metode perbaikan atau
perawatan.
6. Manager Produksi Weaving
a. Merencanakan jadwal produksi harian.
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-6

b. Mengontrol stock benang dan menyetujui bon permintaan benang/bahan


pembantu/spare part yang diperlukan.
c. Memperhatikan keseimbangan produksi antara satu bagian produksi dengan
bagian lainnya yang berada dibawah pengawasannya.
7. Kepala Seksi Departemen Weaving
Membantu kepala departemen weaving mengontrol jadwal produksi yang
telah dibuat oleh kepala departemen weaving sendiri.
8. Pengawas Produksi (Weaving dan Persiapan)
a. Mengkoordinir serta mengawasi penyediaan beam warping dan beam tenun.
b. Mengkoordinir serta mengawasi persediaan karyawan, tenaga dan mesin
mesin di unit-unit yang berada dibawah pengawasannya dalam rangka
mencapai target produksi.
c. Melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan dan direencanakan oleh
kepala departemen produksi baik lisan maupun tertulis di log book.
d. Mengatur penempatan karyawan di masing masing unit sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah keryawan yang hadir.
e. Mengecek tentang keadaan mesin yang kosong, rusak, tidak jalan atau
produksinya kurang.
f. Memantau kegiatan para pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
g. Memberikan pengarahan, latihan, bimbingan dan pengetahuan yang
berhubungan dengan tugasnya.
h. Memeriksa laporan kwalitet kain tiap mesin.
i. Mengawasi agar pertukaran shift dan serah terima pemindahan tugas dapat
berjalan dengan baik.
9. Kepala Seksi QA (Quality Assurance) & QC (Quality Control)
a. Melakukan kontrol terhadap kualitas hasil seluruh tahap proses produksi.
b. Melakukan audit proses.
c. Memberi masukan kepada bagian produksi tentang kualitas produk yang
dihasilkan pada tiap tahap proses.
d. Memeriksa kelangkapan dan kesesuaian dokumen yang menjadi ketentuan
dalam prosedur yang tertulis.
10. Pengawas QC
a. Melakukan kontrol atas pelaksanaan pekerjaan yang terjadi pada unit yang
berada dibawah pengawasannya.
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-7

b. Mengawasi absensi dan tata tertib kerja para karyawan.


c. Bertanggung jawab dalam menentukan kualitas benang.
d. Menerima laporan dari bawahan mengenai keadaan kain dan langsung
diperiksa dan membuat laporan ke bagian weaving.
e. Menandatangani kain, bila kain tersebut rudak dan harus dipotong.
f. Mengkoreksi jika bawahan membuat kesalahan pada waktu bekerja.
g. Memperhatikan keseimbangan antara unit produksi weaving dengan unit
yang berbeda.
h. Mengawasi agar pertukaran shift dan serah terima pemindahan berjalan
dengan baik.
i. Membuat complain kedatangan barang dan NCR.
j. Memeriksa dan membuat laporan mengenai kain percobaan sesuai
permintaan PPIC.
11. Manager PPIC (Planning Product Inventory Control)
a. Dibawah bimbingan manager pabrik merencanakan target produksi yang
sesuai dengan target penjualan dari bagian marketing.
b. Memonitori pelaksanaan produksi agar sesuai dengan yang ditentukan
dalam jadwal.
c. Menyampaikan rencana kebutuhan bahan baku benang tersebut kepada
bagian pembelian setelah disetujui oleh Manajer Pabrik.
12. Supervisor Departemen PPIC
a. Merencanakan target produksi yang sesuai dengan target penjualan.
b. Mengadakan koordinasi perencanaan produksi dengan bagian weaving dan
marketing agar terdapat keseimbangan dan kelancaran produksi.
c. Membuat jadwal produksi.
13. Administrasi PPIC
a. Membuat laporan bulanan persediaan bahan baku benang, bahan bakar dan
bahan kanji.
b. Membuat laporan bulanan stock kain grey
c. Membuat laporan bulanan mengenai kualitas kain grey.
d. Menghitung produksi kain.
14. Manajer Personalia & Umum
a. Merumuskan dan menyusun rencana tahunan (budget) bidang personalia
dan umum untuk memperoleh persetujuan pimpinan.
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-8

b. Mengawasi penyimpanan data-data perusahaan.


c. Menangani masalah-masalah mengenai hubungan perburuhan.
d. Mengikuti perkembangan peraturan pemerintahan di bidang kepegawaian.
15. Pengawas Personalia dan Umum
a. Melakukan mutasi karyawan sesuai kebutuhan.
b. Membuat laporan ke BPJS ketenagakerjaan & asuransi kesehatan setiap
bulan.
c. Memeriksa data lembur dan absensi bulanan di komputer absensi untuk
penentuan gaji.
d. Mengatur pelaksanaan kebersihan agar hasil kerja dapat maksimal.
e. Mengatur pembelian solar/bensin untuk kendaraan dan Diesel.
16. Manajer Keuangan dan Akuntansi
a. Mengkoordinir, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pembukuan umum, payroll karyawan, pembuatan laporan-laporan keuangan
dan kegiatan transaksi keuangan lainnya.
b. Meminta data dan laporan-laporan dari Bagian/Seksi yang dibawahinya dan
diperiksa kebenarannya.
c. Mengawasi semua transaksi keuangan.
17. Kepala Seksi Keuangan, Akuntansi, Kasir/Sekertaris
a. Menyiapkan dan melaksanakan pembayaran upah/gaji kepada karyawan
sesuai dengan wewenang yang ada.
b. Membuat dan menyampaikan laporan serta penyetoran pajak seperti: PPh,
PPN, dll.
c. Melaporkan dan membahas hambatan-hambatan yang terjadi kepada
Pimpinan bila tidak dapat diatasi sendiri.
18. Supervisor Keuangan dan Akuntansi
Mencatat dan memeriksa pembelian/penerimaan bahan baku benang,
membuat daftar pembelian bahan baku benang dan administrasi utang benang.

2.3 SISTEM PERANCANGAN PRODUK


Sistem perancangan produk bermula dari segi desain PT Tarumatex membuat
dua jenis desain, yaitu desain umum yang mengikuti tren pasar dan desain khusus yang
artinya pembeli dapat memesan jenis desain yang diinginkan dan nantinya akan
dibuatkan pola. PT Tarumatex pada awalnya akan memperlihatkan corak yang biasanya
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-9

mereka buat dan pembeli bisa memesan corak yang berbeda dari yang ditawakan selama
masih dalam batas kemampuan mesin di pabrik. Terkadang pula pelanggan sudah
memiliki corak sendiri dan dibawa ke PT Tarumatex untuk melakukan pemesanan.
Untuk warna pada kain yang diproduksi, PT Tarumatex mengikuti permintaan
pelanggan. Jika pembeli menginginkan warna maka dalam proses pemberian warna ini
PT Tarumatex bekerja sama dengan PT X.
Sistem perancangan produk di PT Tarumatex berdasarkan pada lingkungan
manufaktur yaitu make to order, yaitu jenis lingkungan manufaktur yang baru memulai
proses produksinya jika sudah menerima order. Akan tetapi, didapati juga kondisi
dimana pembeli mampu melakukan request jenis tenunan dan paduan benang tertentu
sehingga termasuk juga dalam lingkungan manufaktur engineering to order. Pembeli
biasanya sudah mengetahui jenis kain apa yang diinginkan dan memesan dalam jumlah
besar. Setelah melakukan proses pemesanan, bagian marketing dan pembeli melakukan
perjanjian mengenai tenggat waktu dan harga. Pembeli yang sudah biasa memesan di
PT Tarumatex biasanya sudah dibuatkan pola khusus oleh bagian produksi. Sedangkan
pembeli yang baru (belum memesan sebelumnya) biasanya memesan pola yang sudah
ada atau dapat meminta jenis pola yang baru. Informasi pada sub bab ini didapatkan dari
hasil wawancara dengan Pak Albert dari bagian produksi dengan periode pengamatan 1
jam. Sistem seperti ini bisa menjadi faktor pembeda PT Tarumatex dengan perusahaan
lain karena kain yang dihasilkan dapat diusahkan sesuai dengan keinginan konsumen.
Jenis kain AY-XXX sendiri merupakan jenis kain yang paling umum digunakan, untuk
kode kain AY-XXX perusahaan tidak perlu lagi melakukan perancangan produk karena
setiap kode kain sudah dengan spesifikasinya masing-masing. Sebagai contoh
perancangan produk untuk kain AY-XXX adalah jenis tenunanya yang berprinsip 2-1,
yaitu tenunan naik 2 dan turun 1 helai benang.

2.4 SISTEM KERJA


Sistem kerja berisi aspek-aspek sistem kerja, waktu baku dalam pembuatan
produk dan aliran proses produksi pada PT Tarumatex. Informasi pada sub bab ini
didapatkan dari hasil pengamatan pabrik yang dilakukan dengan durasi pengamatan 5
jam atas izin Pak Albert dari bagian produksi.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-10

2.4.1 Aspek-aspek Sistem Kerja


Berisikan mengenai aspek antropometri yaitu ilmu yang mempelajari tentang
pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus dari tubuh manusia.
Berisikan pula biomekanika yang menurut Caffin dan Anderson (1984), occupational
biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja dan peralatannya,
lingkungan kerja dan lain-lain untuk meningkatkan performansi dan minimasi
kemungkinan cidera. Terdapat pula aspek lingkungan kerja, fisiologi kerja dan
penerapan K3 di PT Tarumatex.
1. Antropometri, Biomekanika, dan Lingkungan Kerja
Aspek-aspek sistem kerja berisikan mengenai pengamatan stasiun kerja
berdasarkan antropometri dan biomekanika. Data aspek-aspek sistem kerja dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Aspek-aspek Sistem Kerja
Stasiun
Antropometri Biomekanika
Kerja
Posisi kerja operator berdiri dan
mengamati proses warping. Untuk
Postur tubuh pekerja berdiri. Proses
memulai proses, operator harus
pengangkutan dilakukan untuk
menunduk karena letak tombol berada
Warping memasang gulungan benang pada
dibawah. Untuk memasang gulungan
mesin. Terkadang dengan batuan
benang yang posisinya di atas,
kursi.
digunakan bantuan kursi, jarak mesin
warping terjangkau operator.
Proses pengangkatan beam
Posisi kerja operator berdiri dan menggunakan alat bantu berupa
Sizing mengamati. Tombol terletak dibawah katrol, posisi operator mendorong
pandnagan sehingga perlu menunduk. beam ke katrol dan berdiri untuk
mengamati.
Lorong antar mesin cukup sempit. Postur tubuh operator duduk dan
Rewindin
Stasiun kerja sesuai dengan jangkauan agak membungkuk. Tidak
g
operator dan kursi sesuai. dilakukan pengangkatan.
Postur tubuh operator duduk dan
Drawing Meja kerja sesuai dengan jangkauan
agak membungkuk. Tidak
in operator dan kursi sesuai.
dilakukan pengangkatan.
Operator berdiri dan mengamati. Posisi
Postur tubuh pekerja berdiri. Tidak
Tenun tombol dibawah pandangan sehingga
dilakukan pengangkatan.
perlu menunduk.
Meja kerja sesuai dengan jangkauan Postur tubuh operator duduk dan
Inspeksi
operator dan kursi sesuai. tegak.
Bagian selanjutnya yang harus diamati adalah kondisi lingkungan kerja. Kondisi
pada lingkungan kerja sangat berpengaruh pada performansi pekerja karena itu
lingkungan kerja dibuat semaksimal mungkin agar membuat pekerja merasa nyaman

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-11

dan dapat bekerja dengan baik. Lingkungan kerja itu sendiri terdiri atas temperatur,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, warna dan bau-bauan.
a. Temperatur
Temperatur merupakan faktor penting untuk meningkatkan performansi
dari operator.Temperatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan semangat
kerja menurun, sedangkan temperatur yang terlalu panas, dapat mengakibatkan
timbulnya kelelahan yang lebih cepat dan dalam bekerja cenderung membuat
banyak kesalahan. Berikut ini tabel untuk nilai ambang batas tekanan
panas/iklim kerja berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja
NAB (˚C ISBB)
Alokasi Waktu Kerja dan Beban Kerja
Istirahat Sangat
Ringan Sedang Berat
Berat
75-100% 31,0 28,0 * *
50-75% 31,0 29,0 27,5 *
25-50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0-25% 32,5 31,5 30,0 30,0
(*) Tidak diperbolehkan karena alasan dampak fisiologis
Nilai rata-rata dari hasil pengamatan di PT Tarumatex yang di lakukan pada pagi
(08.30) dan sore hari (15.30) untuk setiap stasiun kerjanya pada 5 titik berbeda dapat
dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Temperatur
No. Stasiun Kerja Temperatur (˚C)
1 Warping 29,4
2 Sizing 30,3
3 Drawing In 30,2
4 Rewinding 30,2
5 Tenun 27,9
6 Inspeksi 28,3
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dan dengan alokasi waktu kerja dan
istirahat 75%-100% serta beban kerja yang ringan untuk stasiun kerja nomor 1-5 dan
sedang untuk stasiun kerja nomor 6, dapat disimpulkan temperatur pada setiap stasiun
kerja di PT Tarumatex sudah sesuai dengan standar.
b. Sirkulasi Udara
Ventilasi merupakan bagian penunjang pada bangunan yang berfungsi
sebagai sirkulasi udara tempat bertukarnya udara bersih dan udara kotor. Udara
di dalam ruangan harus senantiasa bergerak supaya terjadi perpindahan panas
yang terus menerus sehingga ruangan kerja pun tidak akan terlalu panas.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-12

Ventilasi di PT Tarumatex memanfaatkan exhaust fan. Pemanfaatan exhaust fan


mampu memasukan udara segar kedalam ruangan pabrik dan mengeluarkan
kontaminan.
c. Pencahayaan
Tingkat pencahayaan sangat dibutuhkan pada lingkungan kerja.
Pencahayaan yang baik dapat membantu operator dalam mengurangi tingkat
kesalahan yang disebabkan oleh manusia atau human error. Selain itu juga
pencahayaan yang baik dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan operator
terutama pada mata. Pencahayaan pada PT Tarumatex selain dengan lampu pada
wilayah pabrik juga dilengkapi dengan lampu meja pada stasiun kerja yang
membutuhkan ketelitian lebih (inspeksi). Standar pencahayaan secara SNI
(Standar Nasional Indonesia) untuk industri dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Standar Pencahayaan Secara SNI
Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (Lux)
Industri (Umum) :
Gudang 100
Pekerjaan kasar 100-200
Pekerjaan menengah 200-500
Pekerjaan halus 500-1000
Pekerjaan amat halus 1000-2000
Pemeriksaan warna 750
Nilai rata-rata dari hasil pengamatan di PT Tarumatex yang di lakukan
pada pagi (08.30) dan sore hari (15.30) untuk setiap stasiun kerjanya pada 5 titik
berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 Hasil Pengamatan Intensitas Cahaya
No
Stasiun Kerja Tingkat Pencahayaan (Lux)
.
1 Warping 238,8
2 Sizing 161,6
3 Drawing In 184,7
4 Rewinding 97
5 Tenun 27,7
6 Inspeksi 66,3
Berdasarkan hasil pengamatan dengan fungsi ruangan untuk pekerjaan
kasar karena operator juga harus memindahkan beam, dan pemeriksaan warna
untuk stasiun kerja inspeksi, dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya di
bagian produksi secara keseluruhan masih belum memenuhi standar.
d. Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999
menyebutkan bahwa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-13

yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan di PT Tarumatex cukup tinggi karena alat-alat yang digunakan
bekerja dengan suara yang cukup keras. Pekerja di PT Tarumatex dilengkapi
dengan alat bantu pelindung telinga untuk mengurangi kebisingan yang masuk
ke telinga. Tabel nilai ambang batas kebisingan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 70 Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Durasi Pajanan
Satuan Level Kebisingan (dBA)
Kebisingan per Hari
24 80
16 82
8 85
Jam
4 88
2 91
1 94
30 97
15 100
7,5 103
Menit
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
Detik 1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Nilai rata-rata dari hasil pengamatan di PT Tarumatex yang di lakukan
pada pagi (08.30) dan sore hari (15.30) untuk setiap stasiun kerjanya pada 5 titik
berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7 Hasil Pengamatan Intensitas Cahaya
No
Stasiun Kerja Tingkat Kebisingan (dBA)
.
1 Warping 78,3
2 Sizing 76,5
3 Drawing In 74,4
4 Rewinding 81,1
5 Tenun 97,1
6 Inspeksi 71,5
Berdasarkan hasil pengamatan dengan 8 jam kerja, dapat disimpulkan
tingkat kebisingan di PT Tarumatex sudah sesuai dengan standar kecuali pada

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-14

stasiun kerja tenun dengan nilai 97,1 dBA yang melebihi standar maka dari itu
operator difasilitasi dengan earplug.

e. Getaran
Mesin-mesin yang ada di PT Tarumatex termasuk mesin-mesin yang
cukup besar. Akan tetapi, beberapa mesin tidak menimbulkan getaran. Gataran
kecil hanya timbul akibat dari proses operasi pada mesin sizing.
f. Warna
Warna dapat mempengaruhi psikologis operator. Pemilihan warna yang
tepat dapat membantu psikologis operator dalam melakukan pekerjaan. PT
Tarumatex memanfaatkan warna biru untuk meningkatkan performansi
pekerjanya dan memberikan kesan tenang serta bersih.
g. Bau-bauan
Bau-bauan tidak sedap dapat membuat operator merasa tidak nyaman
dan terganggu. Pada PT Tarumatex, bau-bauan yang tidak sedap cukup
mengganggu karena ditimbulkan dari tumpukan benang dan kain yang selain
menimbulkan bau juga membuat serbuk kain berterbangan dan mengganggu
indra penciuman. Menghadapi hal ini PT Tarumatex menghimbau dan
memfasilitasi pekerjanya dengan masker.
PT Tarumatex merupakan perusahaan yang bekerja secara 24 jam
dengan 3 shift sebagai berikut:
Shift 1 = 07.00-15.00
Shift 2 = 15.00-23.00
Shift 3 = 23.00-07.00
Shift diatas memiliki jam kerja 8 jam. Sudah sesuai dengan jam kerja yang
seharusnya dengan waktu isitrahan 30 menit setiap operator dan dilakukan bergantian.
Penerapan K3 di PT Tarumatex adalah pekerja dilengkapi dengan masker dan earplug.
Masker sangat penting untuk semua stasiun kerja karena banyak serbuk benang yang
berterbangan di dalam lingkungan pabrik. Earplug digunakan di stasiun kerja tenun
karena suara mesin yang sangan bising. Namun sayang sekali banyak pekerja yang
kurang sadar dengan pentingnya penggunaan masker dan earplug selama bekerja. PT

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-15

Tarumatex juga dilengkapi dengan assembly point dan alat pemadam untuk keadaan
darurat.

2.4.2 Aliran Proses Produksi


Urutan proses berisikan tentang urutan proses pembuatan kain setengah jadi
mulai dari ketika benang datang dari supplier. Urutan proses dapat dilihat pada Gambar
2.3 Urutan Proses Produksi Kain Setengah Jadi.
Start

Input :
Bahan baku berupa
cons (gulungan
benang)

Benang Lusi

Benang Pakan

Warping
Warping

Sizing

Ada benang
lebih?
Ya
Ada pola kain?

Tidak

Rewinding Tidak

Ya Drawing in

Sizing
A Tenun

Ada pola kain? Inspeksi

Tidak
Folding

Ya
Drawing in
End

Gambar 2.3 Urutan Proses Produksi Kain Setengah Jadi


Berikut ini penjelasan proses produksi benang secara keseluruhan dan lebih
rinci. Pada awalnya PT Tarumatex menerima bahan baku berupa gulungan benang
(cons) dengan berat ± 2,5 kg. Terdapat dua macam gulungan benang yang di PT
Tarumatex, yaitu benang lusi dan benang pakan. Benang lusi adalah benang dengan
arah vertikal sedangkan benang pakan adalah benang dengan arah horizontal. Secara
bahan baku, kedua jenis benang ini pada dasarnya adalah gulungan benang yang sama,
yang membedakan adalah arah ketika dilakukan proses tenun. Setelah itu PT Tarumatex

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-16

merubah gulungan benang (cons) tersebut kedalam gulungan-gulungan benang besar


(beam). Proses merubah cons menjadi beam disebut dengan warping. Gambar proses
warping dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Proses Warping


Setelah proses warping, dilakukan proses sizing, proses ini adalah proses
pemberian kanji pada helaian benang agar ketika benang ditenun mampu menahan
gesekan dan tidak putus. Hasil akhir dari proses sizing dibuat dalam bentuk beam
(gulungan kain) besar. Gambar proses sizing dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Proses Sizing


Biasanya terjadi kondisi dimana 1 gulung benang seberat 2,5 kg tidak digunakan
sepenuhnya sehingga menghasilkan sisa. Maka dilakukan proses rewinding yaitu
menyambung ulang benang-benang yang sisa sehingga dapat digunakan kembali.
Gambar proses rewinding dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-17

Gambar 2.6 Proses Rewinding


Proses selanjutnya, apabila PT Tarumatex akan membuat kain yang sudah
memiliki pola maka dapat langsung ke proses tenun. Gambar proses tenun dapat dilihat
pada Gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Proses Tenun


Jika pola yang diinginkan belum tersedia maka harus melalui proses drawing in.
Proses drawing in adalah proses pembuatan pola baru untuk kain. Gambar proses
drawing in dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 Proses Drawing In


Setelah proses drawing in maka PT Tarumatex memiliki pola kain sesuai
keinginan konsumen. Setelah kain di tenun dilakukan inspeksi. Gambar proses inspeksi
dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-18

Gambar 2.9 Proses Inspeksi


Setelah kain melalui proses inspeksi maka selanjutnya kain dilipat untuk dikirim
ke konsumen. Berikut ini OPC (Operation Process Chart) untuk kode kain AY-XXX
dapat dilihat pada Gambar 2.11.

PETA PROSES OPERASI


Nama Objek : Kain AY-XXX
Nomor Peta : 01
Dipetakan Oleh : Tanfidia Eka K.
Tanggal Dipetakan : 16 Juli 2019

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-19

Kanji Benang

100' Diwarping
O-1

0% Ms. Warping

87,49' Dikanji
O-3

0% Ms. Sizing

30240' Ditenun
O-4

0% Ms. Tenun

60' Diperiksa
I-1
0% Meja Periksa

10' Dilipat
O-5
0% Ms. Folding

Ringkasan
Proses Jumlah Waktu (menit)
4 30437,49
1 60
1 -

0 -
TOTAL 508,29 jam
Gambar 2.11 OPC AY-XXX
PT Tarumatex belum memiliki waktu baku untuk setiap prosesnya. Untuk
menentukan waktu produksinya, PT Tarumatex melakukan perhitungan pada tiap
prosesnya.
Asumsi:
1. Benang yang akan di weaving sebanyak 6000 helai menjadi 10 beam. Kapasitas
maksimal 1 beam adalah 700 helai benang.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-20

2. Panjang benang 4000 meter.


3. Kecepatan mesin warping 400 meter/menit.
4. Kecepatan mesin sizing 50 yard/menit atau 45,72 meter/menit.
5. Kecepatan mesin tenun 550 rpm.
6. Tidak ada kelonggaran.
7. Density (tingkat kerapatan benang) = 50.
8. Hanya menggunakan 1 mesin.
9. 1 hari menghasilkan 1 rol kain dengan panjang 300 meter.
Berikut ini rumus-rumus setiap prosesnya:
a. Stasiun Kerja Warping
panjang benang
 Waktu pengerjaan 1 beam =
kecepatan mesin

4000
=
400
= 1 0 menit
 Waktu pengerjaan10 beam=10 menit × 10
¿ 100 menit
b. Stasiun Kerja Sizing
panjang benang
Waktu proses sizing =
kecepatan mesin
4000
=
45,72
= 87,49 menit
Estimasi waktu untuk inspeksi adalah 60 menit, folding 10 menit dan tenun 3
minggu. Didapati total waktu produksi 21,17 hari.
Berdasarkan pada hasil pengamatan disini kita dapat melihat permasalah idle
time yang cukup lama dari stasiun kerja tenun karena waktunya yang sangat lama. Pada
stasiun kerja sizing juga didapati masalah keamanan yang kurang baik karena mesin
sizing memiliki suhu cukup tinggi tetapi operator dapat berlalu lalang dengan bebas.
Didapati juga beberapa pekerja yang tidak mematuhi peraturan menggunakan earplug
dan masker pada wilayah tenun. Frekuensi kecelakaan dalam 1 tahun yaitu 0-3 kejadian,
seringkali operator terpeleset dan pernah terjadi juga operator tertimpa beam. PT
Tarumatex juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan.
2.5 SISTEM PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-21

Pada sub bab ini berisikan tentang sistem perencanaan dan pengendalian
produksi di PT Tarumatex. Informasi pada sub bab ini didapatkan dari hasil wawancara
dengan Pak Albert dari bagian produksi dan Pak Ari dari bagian PPIC (Planning
Product Inventory Control). Dengan periode pengamatan 3 jam.

2.5.1 Perencanaan Produksi


Perusahaan dengan jumlah pesanan yang banyak harus memiliki sistem
perencanaan produksi yang baik agar dapat memenuhi permintaan tepat waktu. PT
Tarumatex merupakan perusahaan dengan sistem produksi make to order sehingga
perlu melakukan perencanaan produksi sesuai dengan waktu tenggat yang sudah
disepakati dengan konsumen. Proses penjadwalannya dengan cara backward atau
penjadwalan mundur karena melihat pada waktu tenggatnya.
PT Tarumatex memanfaatkan sistem FIFO (First in First Out) sehingga pesanan
yang dikerjakan terlebih dahulu adalah yang pertama masuk ke bagian produksi. Akan
tetapi jika terjadi kondisi tertentu, PT Tarumatex juga dapat mendahulukan produksi
dengan waktu tenggat terdekat. Proses produksinya mengutamakan pesanan yang
pertama masuk dan bagian produksi akan membuat secara sekaligus apabila kain yang
diinginkan dari pemesan yang berbeda adalah jenis kain yang sama untuk menekan
ongkos produksi. Pesanan yang masuk diterima oleh bagian PPIC, kemudian bagian
PPIC akan melakukan pembelian bahan baku berupa benang. Setelah itu bagian PPIC
memberikan data pesanan kepada bagian produksi. Sebagai contoh untuk kode kain
AY-XXX, karena kode kain ini cukup populer, maka kode kain ini biasanya diutamakan
karena produksinya sekaligus dengan order lainnya.

2.5.2 Sistem Persediaan


PT Tarumatex memiliki sistem persediaan bahan baku untuk kode kain tertentu
yang pasti akan digunakan dan pasti akan dibeli. Banyak kode kain yang disimpan oleh
PT Tarumatex yang nantinya bisa dibeli oleh langganan atau PT Tarumatex memang
menawarkan stock jenis kain yang akan dibuat pada konsumen. Untuk kode kain
lainnya PT Tarumatex membeli sesuai pesanan yang masuk. Selang waktu pemesanan
tergantung pada jenis benang yang diinginkan konsumen. Karena ada supplier dari Solo
maka butuh waktu 2 minggu-1 bulan sampai pesanan diterima. Jika benang berasal dari
supplier dari Bandung maka bisa langsung dikirim di hari yang sama sehingga tenggat
waktu tergantung pada negoisasi bagian marketing dengan pembeli. Sebagai contoh
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-22

kode kain AY-XXX, kode kain ini cukup umum digunakan di pasaran karena kode kain
ini biasanya digunakan untuk pakaian seragam maka dilakukan sistem persediaan
membeli benang dengan kode TR-2X terlebih dahulu baru kemudian melakukan
penawaran di pasaran atau dibeli oleh langganan jenis kain ini.
Pada sub bab ini ditemukan permasalahan bahwa perusahaan tidak
menggunakan metode tertentu untuk melakukan perencanaan persediaan dan pembelian
bahan baku. Terkadang terjadi keterlambatan penyerahan kain kepada pelanggan akibat
dari keterlambatan supplier.

2.6 SISTEM PEMERIKSAAN KUALITAS


Ketika bahan baku berupa benang datang, pengujian pertama kali
dilakukan oleh bagian Quality Control (QC) jika ditemukan cacat berupa gulungan
benang yang tergores, diameter benang tidak sesuai dan kekuatan benang yang tidak
sesuai spesifikasi maka dilaporkan ke bagian PPIC untuk dibicarakan dengan supplier.
Terdapat alat khusus untuk menghitung diameter benang dan uji kekuatan tegangan
benang. Untuk pemeriksaan berang yang tergores hanya dilakukan secara visual ketika
benang dalam kondisi masih di gulung sedangkan untuk uji diameter diambil sampel
setiap gulungannya dan untuk uji tegangan dilakukan secara keseluruhan benang.
Setelah benang diserahkan kepada bagian produksi, operator mesin memeriksa ulang
selama proses produksi secara visual saja dan jika ditemukan kecatatan benang maka
dilaporkan ke bagian QC. Sistem pemeriksaan produk jadi dilakukan lagi oleh bagian
QC dengan menggunakan poin dengan 100% pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan per-
rol untuk setiap stasiun kerja inspeksi dengan kapasitas 1 rolnya sepanjang 300 meter.
Informasi pada sub bab ini didapatkan dari hasil wawancara dan pengamatan dengan
Pak Albert dari bagian produksi dengan durasi waktu 3 jam. Jenis-jenis cacat dapat
dilihat pada Tabel 2.8 berikut.
Tabel 2.8 Jenis-jenis Cacat
No. Kode Jenis Cacat No. Kode Jenis Cacat
1 BB Bar tebal 9 MBT Mekanikal bar tipis
2 BSB Benang sambung 10 OT Over twist
3 BT Bar tipis 11 PKN Pakan kendor kanan
4 BTT Bar tak teranyam 12 PKR Pakan kendor kiri
5 CLOS Closet 13 PKS Pakan kurang satu
6 CR Caact rampung 14 PL Pakan loncat
7 DL Dobel lusi 15 PTR Pakan tidak rata
8 DMC Dobel mesin 16 RD Rusak dobby
Tabel 2.8 Jenis-jenis Cacat (Lajutan)
No. Kode Jenis Cacat No. Kode Jenis Cacat

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-23

17 DPKN Dobel pakan 30 RK Rusak Kamran


18 JDL Jendil-jendil 31 RKJ Rusak kanjian
19 KK Kanjian kasar 32 RL Rusak leno
20 KO Kena oli 33 RRT Rusak ring temple
21 LC Lusi carang 34 RW Rawing
22 LK Lusi kendor 35 SB Sobek bolong
23 LKC Lusi keceng 36 SC Sisir carang
24 LKS Lusi kurang 1/putus jalan terus 37 SCK Salah cucuk
25 LL Lusi loncat 38 SMG Salah masuk gun
26 LP Lusi putus 39 SMS Salah masuk sisir
27 LPC Lusi pecah 40 SP Salah pakan
28 MB Muka balik 41 SS Salah salur
29 MBB Mekanikal bar tebal

Setiap jenis cacat memiliki cara penanganan yang berbeda-beda. Beberapa jenis
cacat dapat langsung diperbaiki oleh operator QC. Cara perhitungan cacat dengan poin
menggunakan rumus sebagai berikut.

Poin =
∑ jenis cacat × 10
panjang kain yang diperiksa (meter )
Poin tersebut nantinya masuk kedalam klasifikasi grade kain yang dapat dilihat
pada Tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.9 Grade Kain
Grade Poin
A 0 - 0,6
B 0,61-1
C 1,01 - 2
BS 2,01 - ke atas
Permasalahan yang didapat adalah masih didapati kain yang tingkat
kecacatannya mencapai grade diatas B. Ada banyak jenis cacat yang terjadi, sehingga
perlu dicari perlebih dahulu prioritas perbaikan cacat dengan frekuensi paling banyak.
Data cacat untuk kain AY-XXX selama 3 minggu dengan produksi 5000 meter setiap
mesinnya dimulai dari 7 Juli 2019. Data berikut merupakan rangkuman keseluruhan
cacat yang terjadi pada proses di 5 mesin tenun dari 127 unit mesin yang ada. Dapat
dilihat pada Tabel 2.10 berikut.
Tabel 2.10 Data Cacat
Poi Grad
Nama Jumlah Cacat
n e
Mesi
BT BB DPK LP PK L L PK CLO PK JD R
n
N C S K P R S N L K
85 11 36 45 44 43 43 45 46 46 41
A 100 1,36 C
0
50 10 19 32 25 23 21 23 25 22 22
B 92 0,87 B
2
10 14 55 53 48 50 45 46 49 52 56
C 110 1,63 C
3 9
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-24

90 11 45 57 40 51 55 48 42 53 49
D 103 1,5 C
7
89 12 46 60 43 42 47 41 45 43 42
E 116 1,48 C
8

2.7 TATA LETAK FASILITAS


Sub bab ini berisikan mengenai tata letak fasilitas dari PT Tarumatex. Informasi
pada sub bab ini didapatkan dari hasil wawancara dan melihat dokumen dengan Pak
Budi dari bagian Umum dengan durasi waktu 2 jam.

2.7.1 Layout Fasilitas


Alur bahan baku untuk produksi AY-XXX dan lokasi bagian produksi dapat
dilihat pada Gambar 2.12 berikut.

Gudang kain dan


benang

Gudang kain, benang, waste

Skala = 1 : 10000
Satuan = cm
Gambar 2.12 Layout Fasilitas

2.7.2 Jenis Layout


Terdapat 4 jenis layout yang umumnya digunakan pada sebuah perusahaan.
Product layout, yaitu jenis penyusunan fasilitas pabrik berdasarkan pada aliran dari
produk tersebut, PT Tarumatex menggunakan jenis layout ini karena menghasilkan
produk dalam jumlah besar atau secara massal. Pt Tarumatex juga mengadaptasi tipe
layout lain yaitu process layout dengan menyusun mesin berdasarkan karakteristik
mesin dan peralatan yang sama ditempatkan pada satu departemen tertentu. Ada pula
fixed position layout dan group technology.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-25

2.7.3 Material Handling


Material handling yang digunakan di PT Tarumatex adalah 2 unit forklift
dengan kapasitas 2,5 ton dan 3 ton, 3 hand pallet serta ratusan pallet yang digunakan
sebagai alas bahan baku. Untuk pengangkatan bahan baku berupa gulungan benang
pada proses warping masih dilakukan oleh operator, pada proses sizing memanfaatkan
katrol untuk mengangkut beam dan untuk memindahkan beam dari stasiun kerja
dimanfaatkan hand pallet. Pemindahan beam dari stasiun kerja warping dan dari bagian
produksi ke inspeksi dimanfaatkan beam truck. Setelah proses sizing, pemindahan beam
memanfaatkan takel (istilah pabrik) yaitu semacam katrol dengan jalur yang terletak
dibagian atap pabrik sehingga operator hanya perlu mendorong beam. Permasalahan di
layout yaitu ruangan untuk tenun bersebelahan dengan proses sizing, drawing in serta
rewinding dan hanya dibatasi dengan pintu kedap suara, sehingga apabila pintu tidak
ditutup dengan benar maka suara dari proses tenun tersedengan ke stasiun kerja lainnya.

2.8 SISTEM LOGISTIK


Informasi pada sub bab ini didapatkan dari Pak Albert dari bagian produksi
dengan cara wawancara dengan durasi pengamatan 30 menit. Inbound logistic adalah
proses penerimaan barang dari supplier kepada PT Tarumatex. PT Tarumatex sendiri
memiliki 4 supplier yaitu perusahaan A, B, C dan D. Keempat supplier ini ada yang
berlokasi di Kota Bandung dan ada pula yang berlokasi di luar Bandung seperti Solo
dan lainnya. Pemilihan lokasi supplier ini dikarenakan ada beberapa bahan benang yang
memang hanya bisa didapatka di kota-kota diluar Bandung.
Secara outbound logistic yaitu sistem pendistribusian dari PT Tarumatex kepada
pelanggan. Sistem distribusi outbound ini terkadang barang pesanan pelanggan
dijemput dan terkadang pula diantar oleh PT Tarumatex yang difasilitasi dengan armada
pengiriman dari PT Tarumatex, pemilihan sistem ini dilakukan untuk menjamin kualitas
kain yang sampai kepada konsumen dan karena konsumen masih di sekitar Jawa Barat
sehingga tidak memerlukan biaya terlalu besar untuk distribusi.

2.9 MANAJEMEN PEMASARAN


Manajemen pemasaran berisikan mengenai strategi pemasaran dan taktik
pemasaran yang dilakukan oleh PT Tarumatex. Informasi ini didapatkan dari hasil
wawancara dengan pak Ari dari bagian PPIC dengan durasi 2 jam.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-26

2.9.1 Strategi Pemasaran


Target pelanggan PT Tarumatex 30%-nya adalah perusahaan-perusahaan besar
yang memproduksi garmen karena PT Tarumatex menghasilkan kain setengah jadi yang
umumnya dijadikan bahan dasar pakaian. 70% pelanggan dari PT Tarumatex adalah
trader (membeli tapi tujuan penggunaan kainnya tidak diketahui perusahaan). Untuk
proses penawaran stock, PT Tarumatex menyasar pelanggan tetap dan perusahaan
garmen. Keunggulan dari PT Tarumatex adalah perusahaan ini sudah berdiri cukup
lama sehingga sudah dikenal dan dipercaya konsumen, perusahaan ini juga terkenal
dengan produksi tipe polirayon dengan motif.

2.9.2 Taktik Pemasaran


Berikut ini merupakan taktik pemasaran dari segi product, place, promotion dan
price.
1. Product
Bagian produksi melakukan proses produksi jika sudah ada pesanan yang masuk
ke bagian PPIC. Banyak jenis kain setengah jadi yang diproduksi oleh PT
Tarumatex, pada dasarnya adalah kain jenis katun, rayon dan polyster. Akan
tetapi dilakukan variasi pada bahan dasar ini yaitu menggabungan setiap
bahannya. Misal, kain dengan kode TR-2X adalah gabungan polyster viscose
dan rayon. PT Tarumatex juga menyediakan setiap jenisnya dengan density yang
berbeda-beda, dimana density adalah jenis-jenis kerapatan kainnya. Adapula
jenis tenunnya yang berbagi macam.
2. Place
PT Tarumatex berlokasi di Jalan Jendral A. Yani 806, Bandung. Lokasi ini
berada di tengah kota dan cukup mudah ditemukan karena berdekatan dengan
berbagai landmark.
3. Promotion
Promosi yang dilakukan oleh PT Tarumatex dilakukan oleh bagian marketing
dengan mengunjungi target pembeli kemudian menawarkan persediaan benang
yang ada dan menawarkan jenis tenunan yang bisa dilakukan dengan custom.
Umumnya pembeli sudah langganan sehingga proses promosi tidak terlalu luas.
Seringkali pembeli yang datang pun mendapat informasi dari mulut ke mulut.
4. Price

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-27

Untuk range harga adalah Rp. 12.000- Rp. 15.000/yard. Sedangan untuk jenis
kain dengan motif dan warna diberikan range harga Rp. 22.000- Rp.
27.000/yard karena untuk proses pemberian warna PT Tarumatex bekerjasama
dengan pihak luar.
2.10 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Berikut ini proses manajemen sumber daya manusia di PT Tarumatex. Informasi
ini didapat dari hasil wawancara dengan Pak Hari dari bagian HRD dengan durasi
pengamatan 2 jam.
1. Perekrutan
Perekrutan dilakukan apabila terdapat jabatan yang kosong karena PT
Tarumatex menggunakan sistem kontrak sehingga setiap setahun sekali terdapat
reshuffle pegawai dan hanya mempertahankan performansi pekerja yang sangat
baik untuk melakukan perpanjangan kontrak. Proses perekrutan di PT
Tarumatex hanya diumumkan oleh bagian HRD kepada karyawan di perusahaan
dengan tujuan apabila ada saudara atau keluarga dari karyawan yang
membutuhkan pekerjaan dapat diutamakan. Jika dalam jangka waktu 1-2 bulan
jumlah pelamar belum memenuhi kebutuhan maka akan diumumkan secara luas
dengan minimal pendidikan SMA dan usia minimal 30 tahun untuk operator
dibagian pabrik.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan di PT Tarumatex diperuntukan bagi karyawan baru
sekaligus magang dan belajar dengan lama prosesnya 1-6 bulan. Umumnya
pelamar pekerjaan bisa langsung menyesuaikan pada bulan ke-2 magang dan
akan langsung dilakukan kontrak dengan PT Tarumatex.
3. Kesejahteraan Karyawan
Untuk sistem kesejahteraan karyawan, karywan diberi fasilitas kesehatan berupa
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. Fasilitas BPJS
ini mulai diberikan jika karyawan sudah bekerja lebih dari 3 bulan.
4. Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) jarang sekali terjadi karena sistem kontrak
yang digunakan oleh PT Tarumatex. Sehingga yang dilakukan oleh PT
Tarumatex adalah pemutusan kontrak ketika kontrak sudah mencapai batas
waktu sesuai kesepakatan. Biasanya pegawai dengan performansi kurang baik
akan diputus kontraknya sesuai perjanjian awal dan jika performansinya bagus
Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022
Bab II Sistem Perusahaan II-28

maka kontrak tersebut akan diperpanjang sampai batas waktu yang disepakati
kemudian.
5. Pengaturan Waktu Kerja
PT Tarumatex merupakan perusahaan yang bekerja secara 24 jam dengan 3 shift
sebagai berikut:
Shift 1 = 07.00-15.00
Shift 2 = 15.00-23.00
Shift 3 = 23.00-07.00
Dengan waktu istirahat 30 menit dilakukan oleh karyawan bagian produksi
secara rolling.
6. Sistem Perupahan
Sistem perupahan di PT Tarumatex berdasarkan pada UMR kota Bandung untuk
karyawan pabrik. Akan tetapi, nominal pastinya tidak dapat disebutkan.

2.11 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Sub bab ini berisikan mengenai sistem informasi yang digunakan di PT
Tarumatex. Informasi ini didapat dari hasil wawancara dengan Pak Albert dari bagian
produksi dengan durasi wawancara 2 jam.
Software merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk membantu proses
bisnis dalam meningkatkan prduktivitasnya. Perusahaan pada umumnya memiliki
sistem terintegrasi untuk melakukan perencanaan sumber daya yang disebut dengan
Enterprise Resurce Planning (ERP). Kemudian ada juga Transaction Processing
System (TPS), yaitu sistem informasi manajemen yang berfungsi untuk mencatat,
mengumpulkan, menyimpan dan mengolah semua data transaksi bisnis yang dilakukan
perusahaan dan juga banyak lagi sistem informasi yang berguna untuk mempermudah
tugas perusahaan.
PT Tarumatex termasuk perusahaan tekstil yang sudah cukup lama berdiri.
Namun, sistem informasi yang digunakan disini belum berbasis software apapun. Untuk
melakukan input data PT Tarumatex memanfaatkan excel sederhana.
Sistem informasi dengan pola uraian SIPOC (Supplier, Input, Process, Output,
Customer) yang terfokus pada bagian produksi dapat dilihat pada Tabel 2.11 berikut.
Tabel 2.11 SIPOC Bagian Produksi
Supplier Input Process Output Customer
PT A, PT Gulungan Benang di inspeksi terlebih Kain grey 30% perusahaan
B, PT C benang dahulu kemudian diserahan ke (kain garmen dan 70%

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022


Bab II Sistem Perusahaan II-29

bagian produksi untuk setengah jadi trader (tidak


dan PT D dijadikan kain grey sesuai yang belum diketahui tujuan
pesanan. diberi warna) pembelian kainnya)

Permasalahan yang ditemukan pada sub bab ini adalah, karena tidak adanya
sistem informasi yang terbaru maka sistem pengumpulan data perusahaan terutama data
cacat kain belum cukup baik. Dengan sistem shift maka data cacat setiap shiftnya pun
dipegang oleh orang yang berbeda. Walaupun menggunakan 1 komputer yang sama
untuk input data, akan tetapi letak penyimpanan datanya masih berantakan sesuai
keinginan penanggung jawab input data di shift tersebut.

Laporan Kerja Praktek Tanfidia Eka Khofani / 13-2016-022

Anda mungkin juga menyukai