STUDI KASUS
III-1
Bab III Studi Kasus III-2
komputer yang sama untuk input data, akan tetapi letak penyimpanan datanya masih
berantakan sesuai keinginan penanggung jawab input data di shift tersebut.
b. Goetch dan Davis (1995) kualitas adalah suatu keadaan kondisi dinamis
yang berkaitan dengna produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.
c. Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia
(SNI 19-8402-1991), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk
atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang
dinyatakan secara tegas maupun tersamar.
2. Pengendalian Kualitas (Quality Control)
Pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin agar kegiatan produksi dan proses produksi yang dilaksanakan telah sesuai
dengan apa yang telah direncankan sebelumnya, ketika tidak sesuai dengan perancangan
maka akan dilakukan pengkoreksian hingga apa yang telah direncanakan tercapai
(Sofjan Assauri:1998). Pengendalian kualitas merupakan aktivitas manajemen untuk
menjaga dan mengarahkan kualitas produk (jasa) perusahaan dapat dipertahankan
sebagaimana yang direncanakan (Ahyari:2002).
Tujuan dari pengendalian kualitas itu sendiri dilakukan agar dapat
mengendalikan kualitas produk maupun jasa yang dapat memuaskan konsumen. Suatu
produk yang memiliki kualitas tinggi akan mendapat tempat tersendiri pada diri
konsumen. Pengendalian dari proses produksi suatu produk maupun jasa apabila sudah
tepat dengan spesifikasi akan dengan sendirinya mendapatkan kualitas yang tinggi.
Berikut ini beberapa tujuan dari pengendalian kualitas menurut para ahli:
a. Menurut Montgomery, D.C (1990) tujuan utama pengendalian kualitas
adalah pengurangan variabilitas produk. Rancangan percobaan dapat digunakan
dalam hubungannya dengan pengendalian proses statistik untuk meminimumkan
variabilitas proses.
b. Menurut Ahyari (1990) tujuan utama dari pengendalian kualitas adalah :
Terdapat peningkatan keputusan konsumen
Proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya yang serendah
mungkin
Seleksi sesuai dengan waktu yang telah dilaksanakan
Kepuasan pada konsumen akan diraih ketika barang yang telah dibeli oleh
mereka memiliki nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Produk (barang dan/atau
jasa) yang diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan
3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO). Menurut (Heizer dan Render, 2005), Six
Sigma merupakan sebuah program yang dirancang guna mengurangi cacat untuk
membantu mengurangi biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kepuasan
pelanggan. Singkatnya, Six Sigma merupakan metodologi pemecahan masalah yang
menggunakan asset manusia, data, pengukuran, dan statistik untuk menghilangkan cacat
disertakan dengan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Menurut Shaffie dkk (2012) terdapat lima fase dalam melakukan pemecahan
masalah dengan metode Six Sigma yang sering dikenal dengan DMAIC.
a. Define :Mendefinisikan pernyataan masalah, tujuan.
b. Measure :Mengukur kinerja proses saat ini dan mengumpulkan
data
yang diperlukan.
c. Analyze :Menganalisis akar penyebab masalah.
d. Improve :Meningkatkan proses untuk menghilangkan kesalahan
dan
ketidakstabilan.
e. Control :Mengontrol kinerja dari proses, memastikan bahwa
perbaikan berkelanjutan.
Berikut merupakan hasil dari tujuan Six Sigma menurut Shaffie dkk (2012):
a. Mengurangi biaya dari operasional dan risiko
Tingkatkan efisiensi dan prediktabilitas
Mengurangi biaya yang terkait dengan kualitas yang buruk
b. Meningkatkan tingkat pendapatan
c. Meningkatkan layanan untuk konsumen.
Brue (2002), mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan Six Sigma di dalam perusahaan meliputi:
a. Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan Six Sigma,
memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen dan
cabang-cabang perusahaan.
b. Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek
Six Sigma. Mereka merupakan pendukung utama yang berjuang demi
terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan berbagai rintangan/hambatan
baik yang bersifat fungsional, finansial, ataupun pribadi agar black belts
berfungsi sebagaimana mestinya.
c. Master Black Belt
Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat dan pemandu. Master
black belt adalah orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan taktik Six
Sigma, dan merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga.
d. Black Belts
Dipandang sebagai tulang punggung budaya dan pusat keberhasilan Six Sigma,
mengingat mereka adalah orang-orang yang memimpin proyek perbaikan kinerja
perusahaan; dilatih untuk menemukan masalah, penyebab beserta
penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke dalam tindakan; wajib memilah-
milah data, opini dengan fakta, dan secara kuantitatif menunjukkan faktor-faktor
potensial yang menimbulkan masalah produktivitas serta profitabilitas;
bertanggung jawab mewujudnyatakan Six Sigma.
e. Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya. Pada
umumnya green belts bertugas: secara paruh waktu di bidang yang terbatas;
mengaplikasikan alat-alat Six Sigma untuk menguji dan menyelesaikan
problema-problema kronis; mengumpulkan/ menganalisis data, dan
melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan budaya Six Sigma dari atas
ke bawah.
4. Keunggulan Penerapan Metode Six Sigma
Seperti yang sudah diketahui, secara keseluruhan metode Six Sigma memiliki
tujuan untuk memperbaiki kulaitas dengan tingkat yang cukup detail. Keunggulan dari
metode ini seperti yang dijabarkan bahwa Six Sigma sebagai program kualitas juga
sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang
berfokus pada proses dan pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat
dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan
menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum.
Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang
bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya. Biasanya Six Sigma
membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande, Peter. 2000):
a. Pengurangan biaya
b. Perbaikan produktivitas
c. Pengurangan waktu siklus
d. Pengurangan cacat
e. Pengembangan produk/jasa
5. Keunggulan Metode Six Sigma Dibandingkan dengan Metode Lainnya
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah:
b. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six
Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan
strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi
motivasi atas usaha.
c. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur
disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen,
keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan
sebagainya.
d. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat
dimonitor dan direspon balik dengan cepat.
e. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja
sigma akan berubah.
ranking yang tertinggi hingga yang terendah. Data ranking yang tertinggi inilah
yang menjadi prioritas utama untuk dilakukannya perbaikan. Contoh diagram
pareto dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.
8. Tree Diagram
Tree diagram adalah teknik untuk memetakan lengkap jalur dan tugas-tugas
yang perlu dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama dan tujuan sub terkait.
Diagram ini mengungkapkan secara sederhana besarnya masalah dan membantu untuk
sampai pada metode-metode yang harus dikejar untuk mencapai hasil. Biasanya
dilengkapi dengan usulan perbaikan yang bisa dan tidak bisa diimplementasikan di
perusahaan. Contoh dari tree diagram dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut.
START
Identifikasi masalah di PT
Tarumatex dengan kode kain
AY-XXX
Menentukan fokus
permasalahan
Define
Measure
Analyze
Improve
Control
Output :
Usulan Perbaikan
END
c. Nilai Sigma
Nilai sigma merupakan nilai yang harus dicapai untuk kualitas terbaik yaitu
sebesar 3.4 DPMO. Angka tersebut berarti hanya terjadi 3.4 cacat dari satu
juta kesempatan dengan nilai sigma sebesar 6 sigma. Nilai sigma tersebut
dapat dilihat pada tabel khusus untuk konversi nilai DPMO ke nilai sigma.
Hasil-hasil nilai sigma yang telah diperoleh dari perhitungan akan digunakan
untuk ketahap selanjutnya yaitu tahap analyze guna untuk mengetahui
apakah sudah memenuhi karakter Six Sigma atau belum.
6. Analyze
Pada tahap ini dilakukan analisis penyebab cacat yang paling kritis untuk kain
AY-XXX yang didapat dari diagram pareto. Untuk menentukan akar
permasalahan biasanya dimanfaatkan fishbone yang berdasarkan pada 5M (Man,
Machine, Method, Material, Money).
a. Man
Mencari tahu apakah tingkat kelelahan operator mampu mempengaruhi
kualitas dari kain AY-XXX kemudian mencari lagi alasan mengapa operator
mengalami kelelahan, apakah karean jam istirahat yang kurang atau lain
sebagainya.
b. Machine
Mencari tahu faktor penyebab cacat dari performansi mesin, apakah mesin
butuh di service dengan lebih rutin ataukah memang perlu ada perlakuan
khusus untuk menghindari cacat.
c. Methode
Mencari tahu apakah ada metode yang salah sehingga menyebabkan kain
AY-XXX mengalami cacat-cacat tertentu, seperti misalnya seharusnya
pengecekan cacat dilakukan mulai dari proses warping sampai dengan folding
atau lain sebagainya.
d. Material
Mencari tahu apa mungkin bahan baku (TR-XX) yang digunakan kurang
sesuai untuk daya tarik di mesin tenun sehingga terjadi kemungkinan putus
benang.
Dengan fishbone ini dapat ditemukan akar permasalahan dan cara melakukan
perbaikannya. Contoh fishbone dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut.
7. Improve
Tahap pengembangan (improve) merupakan tahap yang dilakukan untuk
mencari solusi dari permasalahan yang telah ditemukan dari diagram fishbone. Solusi
yang digunakan diharapkan mampu mengubah kualitas produk dan kinerja perusahaan.
Tahap ini melakukan perbaikan sesuai dengan analisis dari faktor 5M (Man, Material,
Machine, Method, Money). Tahap ini membuat usulan perbaikan berdasarkan sumber
penyebab cacat.
8. Control
Tahap Pengendalian merupakan fase untuk mengendalikan kinerja proses dan
menjamin cacat tidak akan muncul kembali. Pada tahap ini biasanya diiringi dengan
perhitungan nilai sigma untuk menjamin bahwa perubahan yang dilakukan berpengaruh
pada peningkatan kualitas yang diinginkan perusahaan. Pada tahapan control ini
didukung dengan alat diagram kontrol atau (control chart). Fungsi umum diagram
control yaitu :
a. Meyakinkan kestabilan pada sebuah proses
b. Mengetahui perubahan yang terjadi
c. Membantu mengurangi variabilitas
Contoh penggunaan control chart dapat menggunakan check sheet. Jenis control
chart ini mudah diterapkan dan mudah digunakan oleh lapisan perusahaan. Control di
PT Tarumatex dilakukan oleh supervisor setiap shift-nya.