Anda di halaman 1dari 6

Metode Perancangan Produk

Metode Perancangan Produk 


Metode perancangan produk adalah tiap – tiap prosedur,teknik, dan alat bantu tertentu yang
mempresentasikan sejumlah aktivitas tertentu yang digunakan oleh perancang dalam proses total
perancangan. Terdapat dua metode perancangan produk yaitu metode kreatif dan metode rasional.

1. Metode Kreatif
Metode perancangan ini bertujuan untuk membantu menstimulasi pemikiran kreatif dengan cara
meningkatkan produksi gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreatifitas atau dengan cara
memperluas area pencarian solusi. Metode kreatif ini terdiri dari brainstorming dan sinektik.

Brainstorming
Braistorming bertujuan untuk menstimulasikan sekelompok orang untuk menghasilkan sejumlah besar
gagasan dengan cepat. Orang yang terlibat sebaiknya tidak homogen dan mengenal persoalan. Aturan
dalam brainstorming :
1. Kelompok harus bersifat non – harikal.
2. Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilator.
3. kelompok diharapkan menghasilkan sebanyak – banyaknya jumlah gagasan.
4. Tidak dibenarkan memberikan kritik terhadap setiap gagasan.
5. Gagasan yang kelihatan “aneh“ tetap diterima.
6. Usahakan semua gagasan dinyatakan secara singkat dan jelas.
7. Suasana brainstorming berlangsung harus relax dan bebas.
8. Kegiatan sebaiknya berlangsung dalam waktu tidak lebih dari 20 – 30 menit.

Aktivitas dalam brainstorming yaitu:


1. Membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan.
2. Menginfomasikan aturan – aturan dalam brainstorming.
3. Pemimpin kelompok melontarkan pertanyaan permasalahan awal.
4. Masing – masing anggota di beri waktu tenang beberapa menit untuk menggali gagasan.
5. Setiap anggota diminta menulis gagasannya pada kartu sendiri.
6. Antar anggota kelompok saling bertukar kartu satu sama lain.
7. Berikan waktu istirahat sejenak agar masing – masing anggota memiliki kesempatan untuk berefleksi
dan mencari gagasan – gagasan baru yang mengacu pada gagasan rekannya kemudian dituliskan dalam
kartu yang baru.
8. Kumpulkan kartu – kartu dan setelah periode tertentu dilakukan revisi.

Sinektik
Sinektik bertujuan untuk mengarahkan aktivitas spontan pemikiran ke arah eksplorasi dan tranformasi
masalah-masalah perancangan. Sinektik adalah suatu aktivitas kelompok yang mencoba
membangun,terhadap permaslahan perancangan. Pada pelaksanaan sinektik tidak diperkenankan
adanya kritik dan di hasilkan ssatu solusi tumggal. Ciri utama dari sinektik adalah membangkitkan
analogi, terdiri dari:
1. Analogi Langsung.
2. Analogi Personal.
3. Analogi simbolik.
4. Analogi Fantasi.

Metode pelaksanaan sinektik:


1. Membentuk kelompok yang terdiri dari anggota yang selektif.
2. melatih para anggota kelompok dalam menggunakan analogi untuk membangkitkan aktivitas spontan
otak/ pikiran terhadap permasalahan.
3. Memaparkan masalah perancangan kepada kelompok sama seperti yang dinyatakan oleh klien atau
manajemen perusahaan.
4. Menggunakan analogi – analogi untuk mencari solusi.
2. Metode Rasional
Metode rasional menekankan pada pendekatan sistematik pada peranacangan. Metode ini memiliki
kesamaan tujuan dengan metode kreatif, misalnya dalam memperluas ruang pencarian untuk
memperoleh solusi-solusi yang potensial dan mengupayakan kerja tim dan dalam hal pengambilan
keputusan secara kelompok. Banyak perancang beranggapan bahwa metode rasional ini merupakan
hambatan terhadap kreativitas. Hal ini merupakan pandangan yang keliru terhadap tujuan perancangan
yang sistematik, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perancangan dan produk akhir.

Salah satu metode yang paling sederhana dari metode rasional adalah checklist (daftar periksa).
Checklist dapat mengeksternalisasikan apa yang harus kita lakukan sehingga kita tidak perlu menyimpan
semua hal dalam kepala kita, namun kita tidak kehilangan sesuatu. Checklist juga dapat
mengoptimalisasikan proses dan memungkinkan adanya team work dan partisipasi kelompok yang lebih
luas serta memungkinkan adanya pembagian tugas. Dalam konsep perancangan, checklist dapat berupa
suatu daftar kriteria dan standar yang harus dipenuhi oleh rancangan akhir.

Selain checklist juga terdapat beberapa metode perancangan rasional lainnya, yaitu metode
perancangan menurut Nigel Cross. Metode ini mencakup keseluruhan aspek perancangan proses yang
dimulai dari pengklarifikasian masalah sampai kepada rincian perancangan. Langkah-langkah metode
perancangan rasional ini terdiri atas tujuh tahap.

Modal perancangan tersebut mengintegrasikan aspek-aspek prosedur perancangan dengan aspek-aspek


struktural perancangan. Aspek-aspek prosedur perancangan direpresentasikan oleh ketujuh metode
perancangan tersebut sedangkan aspek-aspek struktural perancangan direpresentasikan oleh anak
panah yang menunjukkan hubungan komutaif (timbal balik) antar masalah dengan solusinya serta
hubungan hirarkial antara problem/sub problem dan antara solusi/sub solusi. Atribut-atribut produk baru
yang disusun perancang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang meliputi kebutuhan fisiologis,
kebutuhan sosial, kebutuhan psikologi dan kebutuhan teknis.

Langkah-langkah Perancangan Produk menurut Nigel Cross adalah 


1 Klarifikasi tujuan(clarifying object) Objectives Trees Untuk mengklarifikasi tujuan-tujuan dari sub
perancangan serta hubungannya satu sama lain.
2 Penetapan fungsi (Establishing Function) Function Analysis (Analisis Fungsional) Untuk menetukan
fungsi-fungsi yang diperlukan dan batas-batas sistem rancangan produk baru.
3 Menyusun Kebutuhan (Setting Requirement) Performances Spesification Untuk membuat spesifikasi
kinerja yang aktual dari suatu solusi rancangan yang diperlukan.
4 Penentuan karakteristik (Determining Characteristics) Quality Function Deployment Untuk menetapkan
target yang akan dicapai oleh karakteristik teknik produk sehingga dapat mewujudkan kebutuhan
konsumen.
5 Penentuan alternatif (Generating Alternatives) Morphological Chart Untuk menetapkan serangkaian
alternatif solusi perancangan yang lengkap untuk suatu produk dan memperluas pencariab solusi yang
potensial.
6 Evaluasi Alternatif (Evaluating Alternatives) Weighted Objectives(Beban Objektif) Untuk
membandingkan nilai utilitas dari proposal alternatif rancangan berdasarkan performansi dan
pembobotan yang berbeda.
7 Komunikasi (Improving Details) Value Engineering (Rekayasa nilai) Untuk meningkatkan dan
mempertahankan nilai dari suatu produk kepada pembeli dan disisi lain mengurangi biaya bagi produsen.

Mind Map 
Mind map adalah bentuk penulisan catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bisa dikerjakan
oleh satu orang atau sebuah tim yang terdiri atas beberapa orang. Mind mapping atau peta pikiran adalah
metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja
otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi
dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang
berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon

Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan
semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar akan semakin
mudah.

Bisa disimpulkan cara kerja peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral / tengah dan
memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari
hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus diarahkan
pada apakah tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang dipelajari,
pengembangan dari setiap poin penting tersebut dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara
ini maka bisa mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan area mana saja yang
masih belum dikuasai dengan baik.

Beberapa hal penting dalam membuat peta pikiran ada dibawah ini, yaitu:
1. Pastikan tema utama terletak ditengah-tengah
Contohnya, apabila sedang mempelajari pelajaran sejarah kemerdekaan Indonesia, maka tema
utamanya adalah Sejarah Indonesia.
2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama.
Dari tema utama “Sejarah Indonesia”, maka tema-tema turunan dapat terdiri dari : periode,wilayah,
bentuk perjuangan ,dll.
3. Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau symbol.
Dari setiap tema turunan tertama akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka
langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Gunakan garis,
warna, panah atau cabang da bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan diantara tema-
tema turunan tersebut.
Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang kita baca. Selain itu Peta
Pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai dengan selera kita, akan jauh
lebih bermakna dan menarik dibandingkan Peta Pikiran yang miskin warna”.
4. Gunakan huruf besar
Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di peta pikiran. Selain
itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar
dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya
menjelaskan poin kunci.
5. Gunakan peta pikiran di kertas polos dan hilangkan proses edit.
Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah
tergoda untuk memodifikasi Peta Pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila kita terlalu dini
melakukan modifikasi pada Peta Pikiran, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga
menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari.
6. Sisakan ruangan untuk penambahan tema
Peta pikiran yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi
berulang kali selama beberapa waktu. Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita
akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu
sisakan ruang di kertas Peta Pikiran untuk penambahan tema.

Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif 


Kebanyakan manajer karena pendidikan, latihan dan pengalaman mereka dalam perusahaan, sangat
pandai memecahkan persoalan secara analitis, yakni mencari jawaban yang tak dapat dibantah lagi
dengan deduksi yang logis atau berdasarkan fakta yang telah diketahui sebelumnya. Perhatikan sebentar
teka-teki berikut ini
Seorang laki-laki mengatakan kepada saudara, bahwa saudara laki-lakinya sama banyak dengan
saudara perempuan, saudara perempuannya menyatakan kepada saudara, bahwa ia mempunyai
saudara laki-laki dua kali sebanyak saudara perempuan. Pertanyaannya adalah berapakah jumlah anak
dalam keluarga tersebut? Maka jawabannya adalah tujuh, empat laki-laki dan tiga perempuan, dapat
dicari dengan deduksi yang logis atau dengan menghitung fakta petunjuk yang terdapat dalam teka-teki
itu. Jawaban juga hanya satu dan memberikan kepuasan bagi ahli pikir analitis. Ia merasa bahagia dapat
menemukan jawaban yang tepat.
Perhatikan jenis persoalan lain, bagaimana kita dapat membujuk supaya orang mau mempergunakan
hari liburnya untuk bertamasya ke Inggris ? Dalam hal ini jawabannya tidak hanya satu. Jawaban yang
mungkin banyak sekali dan diperlukan imajinasi atau khayalan untuk memperoleh lebih banyak jawaban.
Jelaslah bahwa jenis persoalan ini berbeda dengan terdahulu, memerlukan imajinasi dan dorongan untuk
menemukan jawabannya. Untuk membedakannya dengan persoalan yang terdahulu, sebutkan persoalan
itu persoalan kreatif.

Jadi ada dua jenis persoalan yang harus kita hadapi dengan dua jenis berpikir, analitis dan kreatif:
1. Analitis
Bagi berpikir analitis berlaku peraturan yang memungkinkan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban
tunggal atau yang dapat diramalkan sebelumnya. Sebaliknya berpikir kreatif memerlukan imajinasi dan
memberikan lebih daripada satu jawaban. Dalam kebanyakan teknik modern timbul semboyan yang
menarik (jargon) atau istilah khas yang menjadi bahasa golongan tertentu. Begitu pula tidak terkecuali
berpikir kreatif yang memiliki empat kata khas.
Berpikir analitis desebut juga berpikir konvergen atau vertikal. Sebutan konvergen adalah pantas karena
pikiran yang memecahkan persoalan menuju ke satu jawaban vertikal karena cara berpikir adalah sempit
dan memeriksa kea rah jawaban tertentu.
2. Kreatif
Sebaiknya berpikir kreatif dinamakan berpikir divergen atau lateral. Disini terdapat banyak jawaban yang
mungkin mengenai persoalan. Dan pikiran didorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide
untuk memecahkan persoalan. Dalam praktek cara berpikir analitis dan kreatif kedua-duanya diperlukan
dalam industri apabila harus dipecahkan dua jenis persosalan.

Hambatan terhadap Berpikir Kreatif


Orang bisnis rata-rata adalah ahli pikir analitis yang cakap. Sekolah, universitas, atau pendidikan dan
latihan keahlian, kehidupan dalam industri atau perdagangan, semuanya memberikan kepadanya
peraturan-peraturan untuk memcahkan persoalan. Sayangnya peraturan-peraturan ini merupakan
hambatan dan para menejer bekerja dengan kakinya dekat kepada rem sehingga mereka harus siap
menginjaknya. Hambatan tersebut mungkin disadari mungkin tidak, yakni ia mungkin menyadarinya dan
berusaha menghindarinya, atau mungkin ia mungkin tidak mengetahuinya adanya hambatan tersebut.
Sebagaimana kita telah melihatnya, berpikir kreatif tidak memiliki peraturan atau hambatan dan manusia
analitis harus benar-benar untuk menginsafi peraturan atau hambatan tersebut. Diperlihatkan juga bahwa
kesadaran akan adanya hambatan mengurangi besarnya hambatan itu dan meningkatkan kreatifitas.
1. Hambatan yang dibuat sendiri
Sebagai contoh, perhatikan hal berikut ini dan berilah cepat jawabannya 1+1=2 ahli pikir analisis
menjawab ‘2’. Jika ia seorang pengusaha juga maka mungkin ditambahkannya dan apakah persoalan
berikutnya? ayo, jangan membuang waktu saja. Dalam melihat contoh, dan khususnya bisa diperlukan
pembahasan, ingatlah bahwa tanda itu mempunyai arti tertentu. Dengan perkataan, tanda-tanda itu
diucapkan “satu ditambah satu sama dengan” dan ucapan ini memberikan kepada tanda-tanda suatu
status matematis sehingga tanda tersebut mempunyai arti yang sempit dan khusus. Dan lagi tanda “+”
dan “=” kurang penting dari pada kedua angka “1”. Hal ini memang benar dalam hubungan matematis,
tetapi siapa yang bilang bahwa hal itu harus diartikan secara matematis ? kalimat pertama dalam bab ini
tidak mengatakan demikian. Hal yang penting disini ialah bahwa interprestsi itu tergantung pada
pandangan orang yang melihatnya, dan tidak kepada maksud pembuat contoh.

2. Hambatan Tidak Berusaha Menentang Kenyataan


Kemauan untuk mencoba, membawa kita pada hambatan yang kedua, tidak berusaha menentang
kenyataan. Terlalu sering kita menerima apa yang kita lihat tanpa berusaha memeriksa apakah benar
cara kita memeriksa apakah benar cara kita melihatnya atau tanpa mempersoalkan mengapa demikian.
Jika kita lebih sering mempergunakan “enam pelayan yang setia” dari kipling. Maka kita akan
memperoleh lebih banyak jawaban kreatif mengenai persoalan.
Tidak berani menentang kenyataan digambarkan dalam kriteria mengenai pribahasa kuno “ saudara tidak
dapat membuat dompet sutera dari teling babi”. Dua orang ahli riset kimia mempunyai atasan yang
cerewet yang selalu mempergunakan pribaha tersebut. Mereka berusaha membuktikan bahwa atasannya
salah dan membeli 100 pasang telinga babi di tempat penyembelihan. Telinga itu diolahnya secara kimia
dan disarikannya menjadi benang sutera yang kemudian dibuatnya menjadi dompet sutera. Surat
keterangan mengenai asal barang itu khusus dompet dinyatakan dibuat dari telinga babi asli.
Tahap Berpikir Kreatif
Para ahli kedokteran sampai saat ini belum mengetahui dengan jelas cara pikiran itu bekerja, misalnya
bagaimana cara pikiran dapat mengingat kembali kegiatan yang telah lama terlupakan. Namun demikian
ada beberapa fakta yang diketahui dan kita mungkin menetapkan dua persyaratan bagi berpikir kreatif,
yakni waktu dan pengetahuan.
Dalam abad sekarang ini, kita biasa berpikir dengan rumus kecepatan elektronis atau ribuan mil per detik.
Kecepatan saraf sangat rendah dibandingkan dengan order yang berkecepatan 150 feet per detik. Maka
sebab itu bagi kreativitas diperlukan waktu; untung sekali bahwa otak itu dipadatkan menjadi volume
yang sekecil itu.

Syarat yang kedua ialah pengetahuan. Pengetahuan dapat dikatakan informasi mengenai suatu subyek
yang diserap oleh otak dan menunggu untuk dipergunakan atau di “bisosiasi”. Perlu ditekankan bahwa
kreativitas, dalam arti yang dipergunakan disini, tidaklah berarti penemuan fakta baru dan tidak dikenal
sebelumnya. Semua informasi telah diketahui, tetapi konsep baru ditemukan dengan menggabungkan
fakta yang telah diketahui dan yang sebelumnya tidak saling berhubungan. Aspek yang sangat penting
dan menarik dari jenis kreativitas ini ialah bahwa bahan untuk tindakan kreatif ini terdapat disekitar kita
yang dapat masuk ke otak semua orang. Pikiran kreatif menggabungkan dua pasang fakta yang
kelihatannya tidak saling berhubungan dan menciptakan suatu situasi yang baru sama sekali. Dua
ditambah dua menurut pikiran kreatif, sebenarnya dapat juga sama dengan lima.
Bulan dan pasang surut air laut yang merupakan contoh yang sangat khusus. Semua faktanya sudah
lama diketahui sebelum seseorang “menemukan” hubungannya. Penemuan penisilin oleh Fleming
merupakan contoh serupa itu. Fleming bertekun selama 16 tahun.
Manusia kreatif mencari dengan aktif hubungan-hubungan yang aneh. Mereka memeras otak dan
memusatkan pikiran serta usaha kreatif mereka dan mengerahkan segala kemampuannya untuk
menemukan suatu hal yang baru.
Pada berpikir kreatif terdapat lima tahap, dan semuanya harus dipraktekkan dengan kesadaran untuk
memperoleh hasil yang paling baik. Lima tahap adalah :
1. Persiapan
2. Usaha
3. Inkubasi
4. Pengertian
5. Evaluasi
Dalam menentukan lima tahap tersebut, diandaikan bahwa orang yang melalui tahap itu harus
berkeinginan menciptakan sesuatu. Ia dapat berkeinginan memecahkan suatu persoalan khusus atau
dapat saja ia ingin mengetahui sesuatu yang tidak dimengertinya. Jadi kreativitas dimulai dengan suatu
keinginan atau sesuatu motivasi. Ada orang yang tidak memiliki motivasi dan karena itu proses berpikir
tidak akan timbul pada mereka
.
1. Persiapan
Persiapan adalah tahap mendapatkan fakta mengenai sesuatu persoalan khusus dan menentukannya
dengan teliti. Persiapan mungkin memerlukan fakta lebih lanjut yang dapat memperlengkapi bahan untuk
mengerjakan empat tahap berikutnya.
2. Usaha
Disinilah tahap menerapkan berpikir divergen. Perlu usaha yang sadar untuk memisahkan produksi ide
dari evaluasi ide, dan harus diikuti ketentuan menunda penilaian. Penilaian atau evaluasi dilakukan pada
tahap kelima, terakhir dari proses. Dalam proses kedua ini diproduksi dan dicatat sejumlah banyak ide.
Banyak diantara ide itu kelihatan aneh atau tidak berhubungan dengan persoalan. Hal ini bukanlah suatu
kerugian, walaupun tidak menyenangkan bagi orang analitis yang tidak melihat keuntungannya.
Sebenarnya produksi ide yang aneh, yang menimbulkan suasana humor dalam tahap ini, dapat disusul
suatu arus ide yang paling berguna.
Mungkin juga kita terbentur pada banyak frustasi dalam tahap usaha ini. Hal ini dapat disamakan dengan
memasuki suatu kamar, melihat seorang teman dan tidak berhasil mengingat namanya. Kita mengalami
frustasi dan menghindari berbicara dengan dia. Dalam hal ini kita tidak dapat memperkenalkan dia
kepada orang lain. Tak berapa lama kemudian kita ingat akan namanya dan dapat bertukar pikiran
dengan dia yang ternyata sangat berguna. Serupa itu pula halnya dalam tahap usaha, biasanya masa
frustasi diikuti oleh masa yang produktif untuk menciptakan ide.
3. Inkubasi
Dalam tahap ini kita meninggalkan persoalan dan memikirkan hal-hal lain. Pada hakekatnya, persoalan
ditekan ke bawah sadar yang terus bergulat dengannya, sedangkan kesadaran kita mengerjakan hal-hal
lain. Tahap usaha berlangsung terus dan ada kemungkinan yang lebih besar untuk berbisosiasi, sebab
dalam tingkat bawah sadar hambatan berkurang. Suatu peribahasa umum “Bawalah tidur persoalan itu”.
Setelah bangun pagi hari, seringkali kita dapat menemukan jawaban terhadap persoalan yang pada sore
hari sebelumnya kelihatan tidak mungkin dipecahkan. Dalam sumbangsaran, inkubasi terjadi dengan
secara sadar membaca daftar ide, seraya semua anggota kelompok diam. Hal ini selalu menghasilkan
suatu arus ide baru. Para peserta dapat juga mengambil jalan lain dengan membaca daftar ide untuk
merangsang timbulnya ide berikutnya.
4. Pengertian
Ini kadang-kadang dikenal sebagai tahap “Aha” atau “Eureka” dari berpikir kreatif. Ciri khas dari tahap ini
ialah adanya sinar penerangan atau fajar yang mendadak yang menginsyafkan orang akan ditemukannya
jawaban. Selain itu, tahap ini biasanya disertai suatu perasaan lega, atau hilangnya tekanan.
5. Evaluasi
Dalam tahap ini, ide yang diciptakan dalam tahap-tahap sebelumnya diperiksa dengan kritis dan
disisihkan kalau tak berguna, tidak sesuai, diluar hokum, tidak susila atau bahkan terlalu mahal biayanya.
Semua pengalaman dan penilaian sangat diperlukan. Tahap itu kadang-kadang dikenal dengan nama
tahap verifikasi.
Pada pembahasan ini berjudul “Tahap Berpikir Kreatif”, dua diantara lima tahap yang diuraikan diatas
bersifat analitis. tahap pertama atau persiapan dan tahap terakhir atau evaluasi. Terdapat tiga tahap
utama : usaha, inkubasi, dan pengertian merupakan tahap yang benar-benar kreaif dalam arti yang
dipergunakan dalam tahap utama ini, yang seluruhnya berhubungan dengan produksi ide. Ide yang aneh
diterima, tujuannya ialah kwantitas, bukan kwalitas. Banyak humor yang menyenangkan, khususnya
dalam produksi ide yang aneh, dapat diterima dan harus didorong. Dalam tahap evaluasi semua hokum
berpikir analitis diterapkan pada daftar ide, dan beberapa yang terpilih.

Empat Pedoman Pokok Berpikir


Dalam tiga tahap ini berlaku empat pedoman, yakni :
1. Menunda penilaian
2. Bebas bergerak
3. Kwantitas
4. Pembuahan bersilang (pembuahan melalui penggabungan)

Menunda Penilaian mengharuskan tidak diadakannya kritik terhadap idenya atau ide orang lain.
Pedomannya ialah tertawa dan bukan menertawakan ide atau orang lain. Penilaian baru diadakan pada
tahap kelima, evaluasi. Bebas Bergerak menyuruh peserta supaya bermimpi atau berkhayal dan siap
untuk memproduksi ide yang aneh. Jangan sampai ada ide yang dirintangi dan semua ide harus diterima,
betapapun ganjilnya.
Kwantitas memerlukan jumlah ide yang banyak sekali. Dalam suatu pertemuan sumbangsaran angka
rata-rata umum adalah 100 ide dalam 20 menit. Pembuahan Bersilang dapat diterapkan apabila
beberapa orang mempraktekkan berpikir kreatif dalam kelompok. Ide seorang anggota dikembangkan
oleh anggota lain dalam kelompok itu. Empat pedoman tersebut diatas perlu diikuti dalam berpikir kreatif
dan khususnya dalam pertemuan sumbangsaran. Pemimpin pertemuan semacam itu harus ikhlas
melaksanakannya, terutama dalil Menunda Penilaian.

Anda mungkin juga menyukai