oleh
ANITA PRAHASTI
NPM 18020016
2019
I. Judul
1. Penetapan kadar Ca secara kompleksometri
2. Penetapan kadar Fe secara spektrofotometri
3. Penetapan kadar Ca secara Gravimetri
4. Spektrofotometri zat warna
II. Tujuan
1. Dapat menentukan konsentrasi Fe secara spektrofotometri.
2. Dapat menentukan kada Ca secara kompleksometri.
3. Dapat menentukan kadar Ca secara gravimetri.
4. Dapat menentukan konsentrasi zat warna secara spektrofotometri.
BAB I
Teori Dasar
1.1. Spektrofotometri
Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu.
Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang
diberikan. Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan
jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi
dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Keenan 1992).
Bila cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang, melewati suatu
larutan kimia yang berwarna dan tembus cahaya bagi panjang-panjang gelombang tertentu
tetapi menyerap panjang-panjang gelombang lain, larutan itu akan tampak berwarna bagi
pengamat, karena hanya gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata. Panjang-panjang
gelombang itulah yang menentukan warna larutan.
Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya terlihat atau sinar tampak.
Biasanya cahaya yang terlihat merupakan campuran dari senyawa yang mempunyai berbagai
panjang gelombang, mulai dari 400 nm hingga 760 nm, seperti pelangi di langit.
Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas I0 dilewatkan melalui medium yang
panjangnya b dan mengandung atom-atom pada tingkat energi dasar dengan konsentrasi c,
maka radiasinya akan diserap sebagian dan intensitas radiasinya akan berkurang menjadi I
sehingga berlaku persamaan:
I = I0 ek.b.c …….(1)
Atau
k
a = = koefisien serapan (serapan molar)
2,303
k = tetapan perbandingan
It/ Io = transmitansi (T)
Persamaan (2) dikenal sebagai hukum Lambert-Beer, yang digunakan sebagai dasar
analisis kuantitatif dalam spektrofotometri sinar tampak. Dari persamaan (1) di atas
ditunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya
konsentrasi larutan ini sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam suatu cuplikan,
sehingga dengan meletakkan absorbansi sebagai titik ordinat dengan konsentrasi larutan
standar sebagai absis, akan diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini disebut sebagai kurva
kalibrasi (kurva standar). Dengan menginterpolasikan absorbansi larutan cuplikan pada kurva
kalibrasi tersebut, maka akan didapat konsentrasi larutan cuplikan.
Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi larutan
standar terhadap absorbansi berbentuk garis lurus. Menginterpolasikan absorbansi dari
larutan cuplikan ke dalam kurva kalibrasi tersebut akan diperoleh konsentrasi larutan
cuplikan.
1.2.Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap
(berat konstan) nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan
dari sejumlah bahan yang dianalisis.Bagian terbesar dari analisis gravimetri menyangkut
perubahan unsur atau gugus dari unsur atau senyawa yang dianalisis menjadi senyawa
lain yang murni dan mantap (stabil) sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur
atau gugus yang dianalisis dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya.
Pemisahan unsur murni yang terdapat dalam senyawa berlangsung melalui beberapa
tahap atau metode, antara lain :
1. Pengendapan
2. Penguapan
3. Pengendapan melalui listrik
4. Serta cara-cara fisis lainnya.
Kelebihan gravimetri dari cara volumetri adalah bahwa penyusun yang dicari
dapat diketahui pengotornya, sehingga bila diperlukan dapat dilakukan pembentukan.
Dan kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dalam analisis kuantitatif selalu memfokuskan pada jumlah atau kuantitas dari
sejumlah sampel, pengukuran sampel dapat dilakukan dengan menghitung konsentrasi
atau menhitung volumenya. Gravimetri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah
sampel melalui perhitungan berat zat. Sehingga dalam gravimetri produk halus selalu
dalam bentuk padatan.(solid).
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh agar cara gravimetrik dapat berhasil ,
yaitu proses pemisahan harus sempurnya mungkin hingga kualitas analit yang tidak
mengendap secara analitik tidak ditemukan. Dan yang kedua adalah zat yang ditimbang
harus mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mempunyai demikian.
(Underwood.1996:315)
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus
senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan
berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis;
atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang
terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan
(Khopkar,1999)
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai
berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan
zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau
dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari
faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan
semua (Rivai,1994).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti
aA + rR AaRr
1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun
enapan mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut
dapat ditambahkan pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga
serendah mungkin selama tahap awal-awal pengendapan
2. Pencucian
3. Pencernaan
4. Pengendapan kembali
Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan
dianalisa. Hasil reaksi ini dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu
endapan yang terbentuk dari bahan yang diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil
yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara evolusi dan cara
pengendapan (Harjadi, 1993).
1.3. Kompleksometri
EDTA akan membentuk kompleks yang stabil dengan semua logamkecuali logam
alkali seperti natrium dan kalium. Logam alkali tanah sepertikalsium dan magnesium
membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTApada pH rendah, karena titrasi
logam-logam ini dengan EDTA dilakukan padalarutan buffer ammonia pH 10.
Persamaan reaksi umum pada titrasikompleksometri adalah:
Untuk mendeteksi titik akhir titrasi digunakan zat warna. Indikator zatwarna
ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan
membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah logam kecil.
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain:
1. Mureksida garam monium dari asam purpurat dan anionnya mempunyai
struktur marupakan indikator ion logam pertama yang digunakan dalam titrasi
EDTA, berwarna ungu kemerahan pH 9 sampai pH 11 dan biru di atas pH 11.
2. Biru Tua Solokrom atau Kalkon Nama lain hitam eriokrom RC mempunyai 2
atom hidrogen fenolat yang dapat terionisasi secara bertahap dengan pK
masing-masing 7,4 dan 13,5, pada titrasi kalsium secara kompleksometri
dengan adanya magnesium ini harus dilakukan pada pH kira-kira 12,3.
Perubahan warnanya dari merah jambu menjadi biru murni.
3. Kalmagit Indikator ini mempunyai perubahan warna yang sama seperti hitam
solokrom, tetapi warnanya agak lebih jelas dan tajam. Larutan indikator ini
stabil hampir tanpa batas waktu.
4. Kalsikrom mempunyai struktur lingkaran dan sangat selektif untuk kalsium.
Zat ini sebenarnya tidak begitu sesuai sebagai indikator EDTA.
5. Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T) Indikator ini peka terhadap perubahan
kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan
kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH
12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
6. Jingga xilenol Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan
merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah,
karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
Titrasi subtitusi Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga
ionlogam tersebut membentuk komples dengan dinatrium edetat lebih stabil dari pada
logam lain seperti magnesium dan kalsium. Kalsium, timbal dan raksa dapat
ditetapkan dengan cara ini dengan indikator hitam eriokrom dengan hasil yang
memuaskan.
Titrasi tidak langsung Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menetukan
kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagi contoh
barbiturate etidat bereaksi dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat
diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan bas sebagai ion kompleks. Setelah
pengendapan dengan kelebihan Hg(II), kompleks dipindahkan dengan cara
penyaringan dan dilarutkan kembali dalam larutan baku EDTA berlebihan.
BAB 2
Metode Praktikum
2.1.2. Bahan
1. NaOH
2. KCN 5%
3. Indikator moreksid
4. Larutan standar Fe
5. Larutan contoh Fe
6. Larutan KCNS
7. Larutan HNO3
8. AgNO3 0,1 N
9. Sampel CaCO3
10. HNO3 4 N
11. HCl 4 N
12. NH4OH 2 N
13. (NH4)2C2O4
14. Indikator MM
15. Contoh uji zat warna
16. Air suling
Titrasi hingga titik akhir tepat Tambahkan 2 mL NaOH 4N, KCN 5%,
berwarna ungu. dan sedikit indikator moreksid.
Tambahkan air
suling hingga
garis tera
Homogenkan
Pada panjang
gelombang maksimum,
catat nilai absorbansi
larutan sampel Fe.A dan
larutan sampel Fe.B
→ 50 mL air
Timbang kertas Pipet 10 mL larutan suling, panaskan
saring yang sudah CaCO3 ke dalam gelas dengan suhu 90°C
dioven selama 1 ukur selama 1 jam
jam
Ukur dengan
spektrofotometer nilai A dan
% T pada panjang
gelombang maksimum
BAB 3
4.1. Hasil
4.1.1. Penetapan Kadar Ca secara Kompleksometri
Titrasi 1 Titrasi 2
Titik akhir : 18 mL Titik akhir : 31 mL
Titik awal : 12 mL Titik awa : 25 mL
6 mL 6 mL
mL = 6 + 6
2
= 6 mL
Kadar Ca = mL x N EDTA x BE Ca x P
= 6 x 0,01 x 20 x 400
= 480 mg/L
= 0,48 g/L
𝐴𝑟 𝐶𝑎
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑙2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 = × 100
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑙2
40
0,4324 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 111
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 = × 100
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 = 1,55%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑙2 = × 100
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑎𝐶𝑙2
0,4324 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑙2 = × 100
10 𝑚𝐿
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑙2 = 4,324%
A) Larutan Fe Sampel A
𝑦 = 0,0758𝑥 + 0,1787
1,264 = 0,0758𝑥 + 0,1787
0,0758𝑥 = 1,0853
𝑥 = 14,3179 𝑝𝑝𝑚
B) Larutan Fe Sampel B
𝑦 = 0,0758𝑥 + 0,1787
1,560 = 0,0758𝑥 + 0,1787
0,0758𝑥 = 1,3813
𝑥 = 18,2229 𝑝𝑝𝑚
4.1.4. Spektrofotometri Zat Warna
400 nm 0.345
0.3335 = 0.0171x
x = 19.5029 ppm
4.2. Pembahasan
4.2.1. Penetapan Kadar Fe Secara Spektrofotometer
Pada praktikum yang telah dilakukan, fungsi dari penambahan KCNS disini yaitu
untuk menjadikan suatu senyawa kompleks pada ion Fe2+ yang nantinya akan
mengalami panjang gelombang tertentu sedangkan HNO3 berfungsi untuk
mempercepat oksidasi (oksidator). Pada saat pengenceran, larutan Fe2+ ditambahkan
larutan HNO3 terlebih dahulu agar larutan Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+, selanjutnya
ditambahkan KCNS agar terbentuk larutan kompleks yang berwarna. Panjang
gelombang maksimum yang didapat adalah 480nm. Hal ini dapat dilihat dari nilai %T
yang menunjukkan angka terendah. Seperti telah diketahui dari persamaan Lambert-
Beer, semakin besar intensitas yang diserap maka semakin besar juga panjang
gelombang yang dihasilkan.
Dalam percobaan ini digunakan analisis gravimetri kandungan suatu unsur atau
ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisa dengan cara gravimetri dengan merobah
unsur atau ion tersebut kedalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan
penambahan pereaksi pengendap.
Kesimpulan
1. Pada praktikum penetapan kadar Ca secara kompleksometri didapat hasil 0,48 g/l
2. Pada praktikum penetapan kadar Ca secara gravimetri didapat hasil :
a. Kadar Ca sebesar 1,55%
b. Kadar CaCl2 sebesar 4,324%
3. Pada praktikum penetapan kadar Fe secara spektrofotometri didapat hasil konsentrasi
larutan sampel A sebesar 14.3179 ppm dan konsentrasi larutan Fe sampel B sebesar
18.2229 ppm.
4. Pada praktikum spektrofotometri zat warna didapat hasil konsentrasi zat warna
sebesar 19.5029 ppm.
Daftar Pustaka