Anda di halaman 1dari 14

DESAIN PERCOBAAN

GRUP : 2K1
KELOMPOK 5

ARDINUS SITOHANG (18020006)


AZKIA AULIA NURANI ABDI (18020020)
BELLA HASNA SYAH S (18020022)

DOSEN : IKA NATALIA M.,S.ST., M.T.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


JANUARI 2019
1.1 Maksud dan Tujuan
Membuat zat warna alam dari ekstrak bunga rosela dan diaplikasikan pada kain sutera
dengan cara pencelupan dengan variasi suhu.
Menentukan titik optimum

1.2 Hipotesis
Berdasarkan literature, ekstraksi bunga rosela dapat digunakan sebagai zat warna untuk
tekstil khususnya pada kain sutera dan pada praktikum kali ini variasi yang digunakan ialah
suhu. Sehingga pada proses pencelupan dengan suhu semakin tinggi tingkat kerataan warna
pada kain semakin baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Yang Berkaitan
1.1 Zat Warna
Zat warna adalah hal yang paling penting untuk proses pada tekstil khususnya pada
proses pencapan dan pencelupan, dan penggunaan zat warna alam banyak digunakan pada
awalnya. Akan tetapi, karena terbatasnya jumlah dan sifat dari zat warna alam tersebut maka
banyak orang yang menggunakan zat warna sintetik untuk meminimalisir kekurangan yang
terdapat pada zat warna alam.
Zat warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara tradisional zat warna alami diperolah dengan
ekstraksi atau perebusan tanaman yang ada disekitarnya. Bagian-bagian tanaman yang dapat
dipergunakan untuk zat warna alami adalah kulit, ranting, daun, akar, bunga, biji atau getah.
(Fitrihana, 2007).
Zat warna antosianin yaitu pigmen tanaman yang dapat memberikan warna merah,
biru, atau keunguan. Antosianin termasuk komponen flavonoid, yaitu turunan polifenol pada
tumbuhan yang mempunyai kemampuan antioksidan dan antikanker. (Anonim, 2010)
Antosianin dapat larut dalam aquadest, etanol, aseton, dan n-hexana. Pigmen
antosianin berubah warna akibat perubahan pH solvent. Dalam pH asam antosianin
kebanyakan berwarna merah, sedang dalam suasana alkali berubah menjadi biru.
(Widjarnako, 1991)
Khlorofil (chlorophil) adalah zat pembawa warna hijau pada tumbuh-tumbuhan.
Khlorofil termasuk zat makanan yang sudah ribuan tahun akrab dengan sel-sel tubuh
manusia. Zat hijau/hijau kebiruan ini merupakan sel hidup pertama yang tumbuh di atas muka
bumi dalam bentuk lumut. (Anonim, 2010)
Secara umum zat warna alam terbentuk dari kombinasi tiga unsur, yakni : karbon,
hidrogen dan oksigen. Ada beberapa zat warna yang mengandung unsur lain, seperti nitrogen
pada indi-gotin dan magnesium pada klorofil. Jaringan tanaman, seperti : bunga, batang atau
kulit, biji atau bunga dan kayu mempunyai warna-warna karakteristik yang disebut pigmen
dalam ilmu tetumbuhan (Botani). (Sulistiyani,2015)
Pada umumnya zat warna alam dibuat dari ekstraksi tumbuhan maupun buatan. Berikut
adalah syarat-syarat zat warna :
(1) Mudah larut dalam zat pelarutnya (umumnya air)
(2) Mudah masuk kedalam bahan
(3) Stabil berada di dalam bahan
(4) Mempunyai gugus penimbul warna (chromofor), misalnya: Azo (N=N), Nitrozo (No),
Nitro (No2), antrakwinon (=O)
(5) Mempunyai gugus afinitas terhadap serat tekstil(auxsochrom), misalnya:
pengikat------amino (NH), hidroksil(OH) (Widihastuti,2014)

1.2 Rosella (Hibiscus sabdarifa linn)

 Kingdom : Plantae(tumbuhan)
 Subkingdom : Tracheobionta(berpembuluh)
 Superdivisio : Spermatophyta(menghasilkanbiji)
 Divisio : Magnoliophyta(berbunga)
 Kelas : Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
 Sub-kelas : Dilleniidae
 Ordo : Malvales
 Familia : Malvaceae(sukukapas-kapasan)
 Genus : Hibiscus
 Spesies : Hibiscus sabdariffa L (Comojime, 2008).
Rosella mempunyai nama ilmiah “Hibiscus sabdarifa linn” merupakan anggota famili
Malvaceae. Rosella dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman
ini mempunyai habitat asli di daerah terbentang dari India hingga Malaysia. Saat ini
rosella telah tersebar luas di seluruh daerah tropis maupun sub trobis. Rosella memiliki
nama berbeda-beda di setiap negara.
Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5 – 3 meter.
Batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat
telur, pertulangannya menjari, ujung tumpul namun bergerigi, pangkal berlekuk, panjang
daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun bulat berwarna hijau.(Anonim , 2009)
Bagian bunga yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna adalah kelopaknya.
Kandungan penting yang terdapat dalam kelopak bunga rosella adalah pigmen antosianin
yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai anti oksidan. Flavonoid rosella terdiri
dari flavonols dan pigmen antosianin. Pigmen antosianin ini membentuk warna ungu
kemerahan di kelopak bunga rosella. Antosianin diyakini sebagai antioksidan yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif. (Mardiah et al,2009).
Komponen senyawa aktif dan struktur
Bunga rosela terdiri dari beberapa komponen pembentuk, dalam bidang tekstil
khususnya pencapan dan pencelupan, bunga rosela dapat dipakai sebagai zat warna
organic dan struktur pembentuk warna dari bunga rosela yaitu struktur antosianin.
Antosianin merupakan salah satu pewarna alami karena merupakan zat berwarna
merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan
(Hidayat dan Saati, 2006). Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki
kemampuan sebagai antioksidan. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada
bentuk glikosidanya (Santoso, 2006). Zat pewarna alami antosianin tergolong kedalam
turunan benzopiran. Struktur utama turunan benzopiran ditandai dengan adanya cincin
aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk
cincin (Moss, 2002).
Antosianin adalah zat warna yang bersifat polar dan akan larut pada pelarut polar
(Samsudin dan Khoirudin, 2011). Antosianin lebih larut dalam air daripada dalam pelarut
non polar dan karakteristik ini membantu proses ekstraksi dan pemisahan (Xavieret al.,
2008).
2. Pencelupan
2.1 Pencelupan
Menurut teori pencelupan perpindahan zat warna dari larutan ke dalam serat terjadi
secara bertahap yaitu:
1. Zat warna absorbsi pada permukaan serat
2. Difusi dari permukaan serat ke dalam serat
3. Pengikatan zat warna di dalam serat
Jumlah zat warna yang dapat diikat oleh serat dibatasi oleh banyaknya tempat-tempat
yang dapat diisi oleh zat warna. Sebelum zat warna mencapai tempat-tempat di dalam
serat, maka zat warna harus mampu berpenetrasi pada serat. (Hadiyat,1987)
Mekanisme Pencelupan
Pada proses pencelupan, biasanya terjadi tiga peristiwa penting yaitu:
(1) Migrasi : proses pelarutan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna
tersebut bergerak menempel pada bahan. Semakin tinggi suhu larutan zat warna,
maka akan semakin cepat gerakan molekul zat warna.
(2) Adsorpsi : proses pendorongan zat warna agar dapat terserap menempel pada
bahan. Pada peristiwa ini molekul zat warna telah memiliki tenaga yang cukup
besar untuk dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari permukaan serat.
(3) Difusi dan Fiksasi : merupakan bagian terpenting dalam proses pencelupan, yaitu
masuknya zat warna dari permukaan bahan kedalam bahan. Pada peristiwa difusi
ini biasanya digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan kecepatan celup.
Setelah difusi kemudian terjadi fiksasi. (Widihastuti,2014)

2.2 Mordan
i. Mordan
Penggunaan pewarna alam untuk tekstil memerlukan mordan. Mordan berfungsi
sebagai pembangkit warna dan sebagai penguat warna agar tahan luntur. Menurut
Rasyid Djufri dalam Choiriyah (2008 : 22) pencelupan dengan mordan dapat
dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
a) Mordan pendahulu (pre mordanting), pencelupan bahan yang dilakukan
dengan mencelup bahan dengan senyawa logam terlebih dahulu kemudian
setelah di cuci bersih bahan dicelup dengan zat warna,
b) Mordan simultan (metachrom, monochrom), pencelupan bahan yang dilakukan
dengan larutan celup harus terdiri dari zat warna dan zat mordan,
c) Mordan akhir (post mordanting), pencelupan bahan dalam larutan zat warna
terlebih dahulu kemudian setelah zat warna terserap semula kedalam bahan
dilanjutkan dengan pengerjaan mordan dengansenyawa logam.
(Sulistiyani,2015)
ii. Mordanting
Mordanting adalah bagian dari proses pewarnaan dengan zat warna alam karena
akan menentukan berhasil tidaknya proses pewarnaan. Proses mordanting harus
dilakukan secara akurt dan hati-hati supaya dihasilkan warna yang stabil. Proses
mordanting juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam
terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman
warna yang baik. Mordanting dibutuhkan untuk menghasilkan warna yang
permanen. Sebagian besar pewarnaan dengan zat warna alam akan mudah luntur
sehingga diperlukan proses terlebih dahulu dengan mordating. Garam logam akan
mengikat secara kimia zat pembawa warna yang ada pada zat warna alam lebih
mudah larut dan mudah bereaksi dengan kain. (Sulistiyani,2015)
2.3 Sifat Sutera
i. Sutera (sifat, struktur, dll)
Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut :
Firbrovin (serat) 76%
Serisin (perekat) 22%
Lilin 1,5%
Garam-garam mineral 0,5%
Fibroid adalah protein yang tidak larut di dalam alkali lemah dan sabun. Protein
terdapat dalam zat-zat hidup dan mungkin merupakan bagian yang terpenting. Protein
merupakan molekul rantai yang dibentuk oleh gabungan asam asam amino membentuk
rantai Polipeptida. Hidrolisa polipeptida akan menghasilkan satuan-satuan asam amino.
Asam amino adalah suatu senyawa yang mempunyai gugus gugus asam maupun basa
yang terikat pada atom karbon yang sama dan mempunyai rumus NH2CHRCOOH.
Perbedaan antara bermacam-macam protein ditimbulkan oleh variasi gugus samping R
yang terikat pada rantai utamanya. Telah dikenal lebih dari 20 asam amino dengan
gugus samping yang berbeda-beda sehingga memungkinkan banyak sekali variasi
susunan polipeptida. Fibroin tersusun oleh asam-asam amino sebagai berikut : glisin
alanin serinetyrosine asam-asam amino yang lain.
ii. Sifat Kimia
1) Serat sutera bersifat amfoter dan menyerap asam dan basa dari larutan encer
2) Serat sutera punya titik isoelektris 3,6
3) Serat sutera tidak mudah diserang oleh larutan asam encer hangat tetapi larut
dan rusak di dalam asam kuat
4) Dibanding dengan wol maka sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali
meskipun dalam konsentrasi rendah pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran
kekuatan
5) Sutra tahan terhadap semua pelarut organik tetapi larut di dalam kupro
amonium hidroksida dan kuprietilena diamin
6) Sutera kurang tahan terhadap zat zat oksidator dan sinar matahari dibanding
serat selulosa atau serat buatan tetapi lebih tahan terhadap serangan biologi
dibanding dengan serat serat alam yang lain
iii. Sifat Fisika
1) Dalam keadaan kering kekuatan serat Sutera 4 sampai 4,5 gram per denier
umur 20 sampai 25% dan dalam keadaan basah kekuatannya 3,5 sampai 4,0
gram per denier dengan Mulur 25 sampai 30%
2) Serat Sutera dapat kembali ke panjang semula setelah molor 4% Tetapi kalau
mulutnya lebih dari 4% pemulihannya lambat dan tidak kembali ke panjang
semula
3) Moisture regain Sutera mentah 11% Tetapi setelah dihilangkan serisinnya
menjadi 10%
4) Sifat khusus dari sutera adalah bunyi s c r o o p (gemerisik) yang timbul
apabila serat saling bergesekan
5) Berat jenis Sutera mentah 1,33 dan Sutera yang telah dihilangkan serisinnya
berat jenisnya 1,25 (Mulyana,1984)
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


NO
PENGUJIAN ALAT
.
1. Neraca
2. Bejana
1. Ekstrasi
3. Kompor Gas
4. Saringan
1. Bejana
2. Neraca Analitik
2. Pencelupan Pendahuluan 3. Pengaduk
4. Kompor Gas
5. Oven
3. Pembuatan Zat Warna Bubuk 1. Spray Dryer
2. Labu ukur
3. Tabung Cuvet
4. Spektrofotometri Zat Warna 4. Neraca Analitik
5. Spektrofotometer
6. Botol Semprot
1. Bejana
2. Kompor Gas
3. Pengaduk
5. Aplikasi Pencelupan pada Kain sutera 4. Termometer
5. Stopwatch
6. Gunting
7. Neraca
1. Launderometer/Lini Test
2. Gray Scale dan Staining Scale
6. Evaluasi Kain
3. Meja yang dilengkapi Lampu
4. Crockmeter

NO PENGUJIAN BAHAN
.
1. Bunga rosela
1. Ekstrasi
2. Air
1. Kain Contoh Uji :sutera
2. Pencelupan Pendahuluan
2. Ekstrak Zat Warna bunga rosela
3. Pembuatan Zat Warna Larutan 1. Filtrat
2. Aquades
4. Spektrofotometri Zat Warna
3. Zat warna larutan
1. Kain Sutera
2. NaCl
5. Aplikasi Pencelupan pada Kain nylon 3. CH3COOH 30%
4. Zat Warna Ekstrak bunga rosela

a. Uj Tahan Cuci
1. Larutan sabun netral 150 ml
2. Asam Asetat 0,014 %
3. Kain 4 cm x 10 cm diletakkan
diantara dua kain putih (kapas
dan sutera) dengan ukuran yang
6. Evaluasi Kain sama lalu jahit bagian lebar kain
b. Uji Tahan Gosok
1. Air suling
2. Kain kapas 5cm x 5cm
( basah dan kering)
3. Kain contoh uji dengan
ukuran 4 cm x 20 cm.

3.2 Resep
ZAT WARNA% =18,56%
Asam asetat 30% = 2-3 tetes (pH 5)
NaCl = 20 g/l
Suhu = suhu kamar, 60oC, 80oC
Waktu = 30 menit
Vlot = 1 : 20
3.3 Diagram
a. Pembuatan zat warna
Persiapkan alat dan
bahan

Homogenkan filtrat

Panaskan

Saring

Masukkan dalam spray dryer

b. Aplikasi pencelupan pada kain sutera


Persiapkan alat dan
bahan

Pembuatan larutan pencelupan (sesuai


variasi dan resep)

Mordanting

Pencucian
Pengeringan

c. Evaluasi tahan gosok (kering)


Letakkan contoh uji
diatas alat

Proses penggosokan

Evaluasi

d. Evaluasi tahan gosok (basah)


Letakkan contoh uji
diatas alat (kain kapas
dalam keadaan basah)

Proses penggosokan

Evaluasi

e. Evaluasi tahan luntur warna terhadap pencucian


Potong Kain (4x10 cm)
Persiapan larutan

Proses
pencucian(40’)

Pencucian (bilas)

Keringkan

Evaluasi

3.4 Skema Proses


a. Suhu kamar
( oC)

25oC

Waktu (menit)
30’

b. Suhu 60oC
( oC)
60 oC

Waktu (menit)
30’
c. Suhu 80oC
( oC)

80 oC

Waktu (menit)
30’

Anda mungkin juga menyukai