Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN KOAGULASI PADA PEMBUATAN

SERAT RAYON VISKOSA

diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pembuatan Serat

Disusun oleh:

Nama : 1. Ahmad Muhaemin (21420008)


2. Riyanti Apriyani (21420023)
3. Annisatul Isna (21420025)
4. Alya Jasmin Nurul Shadrina (21420027)
5. Muhammad Fatah Alfarouk (21420029)
6. Luthfiyah Nur Syifa (21420030)
7. Ika Dewi Kusumawati (21420032)
Kelompok :5
Grup : 2K1K2
Dosen : 1. Dr. Noerati, S.Teks.,M.T,

2. Khairul U., S.ST.,MT.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2022
I. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia tekstil juga mengalami perkembangan. Salah satu bahan yang
dioptimalkan sebagai bahan baku fesyen berkelanjutan ialah rayon viskosa. Tak pelak jika
pemain industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadikan rayon viskosa sebagai bahan
baku untuk barang yang diproduksi dan kesadaran akan kebutuhan produk yang
berkelanjutan juga semakin tinggi. Penerapan fesyen berkelanjutan semakin berkembang
seiring dengan gerakan dunia yang menuntut pelaku industri termasuk tekstil untuk lebih
ramah lingkungan. Selain itu, bahan baku fesyen berkelanjutan dapat membangkitkan
optimisme pasar terhadap industri TPT Indonesia.
Sekarang bahan ini bisa ditemukan di berbagai negara. Alat industri yang modern
mendorong banyak perusahaan untuk mampu membuatnya dalam kebutuhan lokal maupun
ekspor. Namun, rayon viskosa memiliki sejarah panjang. Bahan kain ini awalnya ditemukan
lalu dikembangan di benua Eropa. Penemunya bernama Hilaire de Chardonnet, warga
negara Perancis yang berprofesi sebagai seorang ilmuwan. Ia dilahirkan pada tahun 1839
dan meninggal pada 1942. Ia disebut dalam catatan sejarah sebagai manusia yang
menciptakan serat viskosa untuk pertama kali. Menyadari potensinya, Hilaire de Chardonnet
pun terus mengembangkannya agar bisa dijadikan kain yang mirip sutra. Hilaire de
Chardonnet terus melakukan penelitian dan perbaikan karena saat itu sutra merupakan
komoditi yang harganya sangat mahal. Tidak semua orang bisa membelinya. Namun,
penemuan Hilaire de Chardonnet akan rayon viskosa masih belum sempurna. Karena
bahan yang dihasilkan sangat mudah sekali terbakar. Hal ini tentu bermasalah jika dipakai
sebagai bahan pakaian.
Hingga pada 1982 ada sebuah perusahaan tekstil asal Jerman dan ilmuwan dari Inggris
mematenkan proses dari produksi Bahan Viskosa di tahun 1905. Ketiga ilmuwan tersebut
ialah Charles Frederick Cross, Clayton Baedle dan Edward John Baven. Sejak saat itulah
kain rayon viskosa mulai diperkenalkan ke pasar. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana cara atau proses dari pembuatan serat rayon viskosa. Sebelum mengetahui
bagaimana proses pembuatan serat rayon viskosa tersebut, berikut akan kami jabarkan
terlebih dahulu tentang apa itu serat dan rayon.

II. DASAR TEORI


2.1. Serat
Serat atau fiber adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen
yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering
dijumpai adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu Biologi baik
hewan maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh. Manusia menggunakan serat
dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia).

❖ Serat Alami
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami
dapat digolongkan ke dalam:
- Serat tumbuhan, biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan kadang -
kadang mengandung pula lignin. Contoh dari serat jenis ini yaitu katun dan kain
rami. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat
tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.
- Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.
- Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat hewan
yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat laba - laba (sutra) dan bulu domba
(wol).
- Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-
satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
❖ Serat Sintetis
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan petrokimia.
Namun demikian, ada pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti
rayon.
Serat mineral:
- Kaca serat / fiberglass, dibuat dari kuarsa,
- Serat logam dapat dibuat dari logam yang duktil seperti tembaga, emas, atau
perak.
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat melalui proses
kimia. Bahan yang umum digunakan untuk membuat serat polimer :

- Poliamida nilon,
- PET atau PBT poliester, digunakan untuk membuat botol plastik,
- Fenol-formaldehid (PF)
- Serat polivinyl alkohol (PVOH)
- Serat polivinyl khlorida (PVC)
- Poliolefin (PP dan PE)
- Polyetilena (PE),
- Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,
- Poliuretan.
2.2. Rayon

Rayon atau kain rayon adalah kain yang dibuat dari serat hasil regenerasi selulosa.
Serat yang dijadikan benang rayon berasal dari polimer organik, sehingga disebut serat
semisintesis karena tidak bisa digolongkan sebagai serat sintetis atau serat alami yang
sesungguhnya.
Dalam industri tekstil, kain rayon dikenal dengan nama rayon viskosa atau sutra
buatan. Kain ini biasanya terlihat berkilau dan tidak mudah kusut. Serat rayon memiliki
unsur kimia karbon, hidrogen, dan oksigen. Kain rayon digunakan secara luas dalam
industri garmen untuk bahan pakaian dan perlengkapan busana, seperti daster, jaket,
jas, pakaian dalam, syal, topi, dasi, kaus kaki, dan kain pelapis sepatu. Kain jenis ini juga
dipakai sebagai kain alas dan pelengkap perabot rumah tangga (sprai, selimut, tirai) dan
alat - alat kebutuhan industri (kain untuk perabot rumah sakit, benang ban), serta barang
kesehatan pribadi misalnya; pembalut wanita dan popok. Di Indonesia, kain rayon
merupakan bahan baku untuk industri kain dan baju batik.

❖ Rayon Viskosa
Pembuatan serat rayon viskosa ditemukan oleh C.F. Cross dan E.J. Bevan pada
tahun 1891, produksi rayon viskosa pertama oleh Courtaulds Ltd. yang berkembang
ke seluruh dunia. Rayon viskosa merupakan serat setengah sintesis yang bahan
bakunya adalah selulosa dari kayu dan disukai sebagai bahan baku sandang daerah
tropis karena dapat menyerap keringat yang cukup tinggi.
Proses yang digunakan menggunakan proses xantasi dimana pada proses ini
digunakan karbon disulfida untuk memisahkan selulosa dari lignin pada bahan kayu,
karena lignin adalah senyawa yang memiliki zat warna dan mengganggu proses pada
pembuatan pulp pada rayon sehingga harus dihilangkan.
Pada pembuatan serat rayon terjadi reaksi samping dari penambahan karbon
disulfida yang menyebabkan tidak bereaksinya dan terlarut dalam larutan koagulasi
pada proses pemilinan karena sisa dari belerang pada serat akan mengganggu
kekuatan ikatan pada selulosa, senyawa belerang yang terdapat pada serat bila
berinteraksi dengan oksigen dan kelembaban yang tinggi akan membentuk asam
sulfat yang akan merusak serat hidroselulosa dan oksiselulosa, lalu akan memutus
rantai karbon dari selulosa dan menutunkan kualitas dari kertas. (Hardjo Prawiro
b,1971, Pengaruh soda kostik terhadap serat rayon, ITB, Bandung)

III. SUMBER / BAHAN BAKU SERAT RAYON VISKOSA

Rayon viskosa dalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya sama
dengan serat selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih rendah karena
terjadinya degradasi rantai polimer selama pembuatan seratnya. Serat rayon viskosa
berasal dari polimer selulosa dengan derajat polimerisasi minimal 1000 yang diproses
regenerasi menjadi polimer dengan derajat polimerisasi sekitar 350. Bahan bakunya adalah
pulp kayu dan kapas linter dengan penambahan natrium hidroksida dan diubah menjadi
selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida diubah menjadi natrium selulosa xantat
dan selanjutnya dilarutkan di dalam larutan natrium hidroksida encer. Larutan ini kemudian
diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan basah menggunakan larutan asam.
Kekurangan dari serat rayon adalah kekuatan serat dalam keadaan basah lebih rendah dari
kekuatan pada keadaan kering, stabilitas dimensi dan tahan kusutnya pun rendah.
Sedangkan kelebihannya adalah daya serap airnya tinggi, sehingga nyaman dipakai dan
mudah untuk diwarnai.

Gambar 3.1 Struktur Molekul Serat Rayon Viskosa

❖ Struktur Fisika Serat Rayon Viskosa


Molekul selulosa tersusun dari rantai molekul anhidroglukosa yang panjangnya
bermacam - macam ukuran, dalam penyelidikan dengan sinar x dapat ditunjukan
bahwa kedudukan rantai - rantai molekul ini mempunyai 2 bentuk. Pada tempat-
tempat tertentu rantai - rantai molekul itu mempunyai susunan sejajar satu sama lain,
sehingga di antara gugus - gugus hidroksil bekerja ikatan hidrogen yang membentuk
kristal-kristal, yang disebut daerah kristalin. Kristalin - kristalin ini selanjutnya
bergabung membentuk fibril - fibril yang akhirnya membentuk serat. Struktur kristalin
pada selulosa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.2 Struktur Amorf dan Kristalin

Molekul selulosa tidak selalu tersusun sejajar terhadap sumbu serat, tetapi pada
tempat-tempat lain terdapat rantai - rantai molekul selulosa yang susunannya tidak
teratur dan tidak sejajar terhadap sumbu serat akan membentuk sisi dan memberikan
struktur yang kurang kompak sehingga pada daerah ini molekul air akan mudah
diserap. Pada daerah ini disebut daerah amorf.
❖ Sifat Kimia Serat Rayon Viskosa
1. Ketahanan terhadap Asam
Asam dapat merusak serat rayon viskosa karena terjadinya hidrolisa dan pemutusan
rantai molekul, sehingga kekuatannya terus turun. Pengaruh asam dingin dalam
waktu singkat pada konsentrasi rendah dan suhu rendah, tidak menimbulkan
kerusakan, asal setelah pengerjaan selesai segera dinetralkan. Tetapi pada suhu
tinggi akan merusak serat rayon viskosa.
2. Ketahanan Terhadap Alkali Kuat
Pengerjaan dengan alkali kuat akan menggembungkan rayon dan dapat
menurunkan kekuatannya.
3. Ketahanan Terhadap Alkali Lemah
Pada suhu rendah tidak menimbulkan pengaruh pada rayon viskosa, tetapi pada
suhu panas akan menurunkan kekuatannya perlahan-lahan.
4. Ketahanan Terhadap Oksidator
Oksidator yang berlebihan akan menyerang selulosa, sehingga terjadi oksiselulosa
dan kekuatannya turun.

❖ Sifat fisik rayon viskosa


1. Kekuatan dan mulur
Kekuatan serat rayon viskosa kira-kira 2,6 gram per denier dalam keadaan kering
dan kekuatan basahnya kira-kira 1,4 gram per denier. Mulurnya kira-kira 15% dalam
keadaan kering dan kira-ira 25% dalam keadaan basah.
2. Moisture
Moisture regain serat rayon viskosa dalam kondisi standar ialah 12-13%.
3. Elastisitas
Elastisitasnya jelek. Apabila dalam pertenunan benangnya mendapat suatu tarikan
mendadak kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi,
4. Berat jenis
Berat jenis rayon viskosa adalah 1,52.
5. Ketahanan Terhadap Sinar
Penyinaran akan mengakibatkan penurunan kekuatan rayon viskosa dengan
pengurangan yang lebih sedikit dari sutra dan lebih besar dari rayon asetat.
6. Ketahanan Terhadap Panas
Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemansan dalam waktu yang
lama mengakibatkan rayon berubah kekuningan.
7. Morfologi Serat
Serat rayon viskosa mempunyai penampang melintang yang bergerigi, sedangkan
penampang membujurnya seperti silinder bergaris.
Gambar 3.3 Penampang Melintang dan Membujur

IV. PEMBUATAN SERAT RAYON VISKOSA


❖ Alkalisasi
Pada proses pembuatan rayon viskosa, pertama tama bahan baku diolah sehingga
dijadikan berupa pulp melalui beberapa proses, kemuadian hasil pulp direndam
menggunakan NaOH (17-20%) dengan penambahan katalis MnSO4 untuk menghasilkan
slurry. Pada proses ini biasanya dikerjakan dengan mesin pulper. Adapun reaksi yang
didapatkan sebagai berikut:

(C6H10O5)n + nNaOH → (C6H9O4ONa)n + nH2O


(Selulosa) (Alkali Selulosa)
Perendaman ini juga bertujuan untuk memecah ikatan hidrogen antar molekul
selulosa, mengubah struktur kristalin selulosa, penggembungan selulosa, menghilangkan
kotoran, serta memisahkan dan melarutkan hemiselulosa dalam NaOH.

❖ Pemerasan (Pressing)

Pemerasan dilakukan untuk mengeluarkan kelebihan larutan NaOH dan


mengeluarkan selulosa rantai pendek yang larut.

❖ Pencabikan (Shredding)
Pencabikan bertujuan untuk memperluas permukaan alkali selulosa, sehingga
oksigen dapat mudah masuk kedalam molekul selulosa dengan mudah, dan untuk
meningkatkan kereaktifan terhadap CS2, pada proses ini dihasilkan serbuk alkali
selulosa atau dapat disebut dengn crumb.

❖ Pemeraman (Ageing)

Proses pemeraman berguna untuk menurunkan derajat polimerisasi (depolimerisasi)


alkali selulosa dari 1000-2000 menjadi 300-500, serta untuk menyeragamkan derajat
polimerisasinya agar diperoleh viskosa yang baik kekentalannya

❖ Xantasi
Pada proses ini terjadi reaksi esterifikasi gugus hidroksil dalam suasana basa,
interaksi antara alkali selulosa dengan CS2. Tujuannya adalah mengubah selulosa
menjadi selulosa xantat yang mudah dilarutkan, dan ketika selulosa xantat dilarutkan
akan diperoleh viskosa yang homogen. Pada saat xantasi terjadi pula reaksi samping
antara NaOH dan CS2 menjadi produk yang tidak diinginkan, sehingga kelebihan NaOH
harus benar-benar dihilangkan. Persamaan reaksi xantasi seperti dibawah ini.
(C6H9O4ONa)n + nCS2 → (C6H9O4-SC-SNa)n
(Alkali Selulosa) (Natrium selulosa xantat)

❖ Pelarutan (Dissolving)
Selulosa xantat yang didapatkan dari hasil produk proses sebelumnya, kemudian
dilarutkan menggunakan NaOH dengan konsentrasi 5% – 8% bersuhu 10˚C diiringi
dengan pengadukan. Hasil dari proses ini menjadikan selulosa xantat menjadi viskosa,
adapun reaksi yang terjadi seperti dibawah ini:
6NaOH + 3CS2 → Na2CO3 + 2Na2CS3 + 3H2O

❖ Pematangan (Ripening)
Proses pematangan atau ripening, yang bertujuan untuk menyempurnakan
pembentukan viskosa. Proses ini dilakukan dengan menyimpan larutan viskosa dalam
ruangan dingin dengan suhu 11-20˚C selama 9-25 jam. Kemudian larutan disaring
menggunakan filter untuk memisahkan kotoran dan partikel yang tidak larut selama
proses dan sebelum proses untuk menghilangkan zat yang dapat mengganggu proses
berikutnya. Dalam proses ini juga perlu dihilangkan gelembung-gelembung udara untuk
mencegah putusnya serat saat pemintalan akibat gelembung udara.

❖ Pemintalan (Spinning)
Pembuatan serat rayon menggunakan metode pemilinan basah; larutan viskosa
dialirkan melalui spineret ke dalam bak berputar yang berisi H2SO4 (untuk meregenerasi
viskosa menjadi selulosa dalam bentuk filamen serat), Na2SO4 (mempercepat koagulasi
viskosa dan melindungi filamen serat dari kerusakan oleh asam), dan seng sulfat
(menghambat proses regenerasi dengan membentuk lapisan kulit filamen serat yang
lebih stabil). Persamaan reaksi regenerasi viskosa menjadi selulosa seperti dibawah ini:
(C6H9O4-SC-SNa)n+H2O → (C6H10O5)+nCS2+Na2SO4

❖ Pencucian dan Penyempurnaan Serat

Serat rayon dicuci dengan Pencucian bebas asam (Acis free washing), Pencucian
pertama (first washing), Penghilangan belerang (desulfurizing) yang bertujuan untuk
menghilangkan kandungan belerang yang masih terbawa dalam serat, Pencucian kedua
(second washing) yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa proses penghilangan
belerang, Pengelantangan (bleaching) yang bertujuan untuk mendapatkan derajat putih
serat yang dikehendaki dan menghilangkan kotoran, Pencucian ketiga (third washing)
yang bertujuan untuk membersihkan serat dari sisa-sisa zat pengelantang, Pencucian
akhir (final washing) yang bertujuan untuk menyempurnakan proses pencucian ketiga,
Proses pelembutan (soft finish) yang bertujuan agar serat menjadi halus dan lembut.

V. PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN KOAGULASI


Dalam proses pembuatan serat rayon viskosa, proses regenerasi dan koagulasi sangat
ditentukan oleh komposisi larutan koagulasi. Proses regenerasi dan koagulasi ini akan
mempengaruhi besarnya penarikan serat. Maka dari itu komposisi larutan koagulasi akan
mempengaruhi derajat orientasi serat yang dihasilkan.

Koagulasi mempunyai pengaruh memperlambat regenerasi, apalagi bila terbentuk seng


selulosa xanthat. Karena koagulasi dan regenerasi bekerja dengan kecepatan yang
berbeda, maka dengan mengadakan perubahan pada komposisi larutan koagulasi akan
didapat juga modifikasi dari sifat-sifat serat yang dihasilkan. Proses yang dominan
ditentukan oleh konsentrasi asam dan garamnya. Dalam larutan koagulasi yang terdiri dari
Na2SO4 dan H2SO4 terjadi mekanisme “salting out” dan regenerasi. Dengan proses ini akan
dihasilkan filamen yang mempunyai kristalinitas dari sedang sampai tinggi, kekuatan dan
mulur sedang, dan penampang melintang bulat tanpa adanya skin. Dengan ditambahkannya
seng sulfat, maka terjadi juga mekanisme pembentukan senyawa pada proses
pembentukan filament ini. Viskosa dikoagulasikan oleh Zn dan dibantu oleh Na2SO4.
Sedangkan, pada waktu yang sama terjadi pula regenerasi.

Serat yang dihasilkan mempunyai kristalinitas rendah, penampang bergerigi, dan


mempunyai bagian-bagian kulit dan core. Semakin banyak sengsulfat yang ditambahkan,
bagian kulit menjadi lebih tebal dan seratnya akan lebih kuat. Kandungan Na2SO4 dalam
larutan koagulasi dapat mempengaruhi hasil serat yang didapatkan. Fungsi Na2SO4 adalah
sebagai koagulator, untuk pengerasan atau penggumpalan larutan viskosa. Dengan
memperbesar konsentrasi Na2SO4 pada larutan koagulasi akan mempercepat efek salting
out, tetapi hal tersebut akan memperlambat proses regenerasi larutan viskosa.

Pada keadaan ini molekul - molekul selulosa xanthat bersifat plastis sehingga pada saat
penarikan molekul selulosa xanthat terorientasi kearah sumbu serat. Akibatnya serat akan
lebih tahan terhadap proses penarikan sehingga kekuatan serat akan naik. Dengan
terjadinya penarikan, maka derajat orientasi molekul-molekul polimer dan kristalinitas
filament akan naik. Bila derajat orientasi molekul dan kristalinitasnya tinggi, maka struktur
seratnya lebih rata dan teratur, maka molekul-molekulnya akan saling bersatu menahan
ketika serat mengalami penarikan. Dengan naiknya derajat orientasi serat maka di dalam
serat terjadi proses-proses sebagai berikut:
1. Molekul - molekul serat tersusun sejajar atau hampir sejajar dengan sumbu serat
sehingga menjadi kristalin.
2. Molekul - molekul bergeser satu sama lain.
3. Sebagai akibat dari perbaikan susunan molekul yang lebih rapat memungkinkan lebih
banyak terjadi ikatan antar molekul.

Hal - hal tersebut di atas akan mengakibatkan perubahan sifat - sifat serat sebagai berikut
• Kekuatan tarik serat akan semakin tinggi
• Mulur serat pada saat putus rendah
• Daya serap uap air rendah- Afinitas pencelupan kecil

VI. APLIKASI RAYON VISKOSA


Dalam industri tekstil, rayon viskosa digunakan untuk bahan pakaian, perlengkapan
busana, dan tekstil rumah tangga, seperti:
- Daster - Topi
- Jaket - Dasi
- Jas - Kaus Kaki
- Pakaian Dalam - Kain Pelapis Sepatu.
- Syal - Kain Renda
- Kain Tirai - Seprai
- Selimut - Kain Penutup Kursi
- Taplak Meja

Dan pengaplikasian rayon viskosa dalam bidang non tekstil yaitu sebagai kain untuk perabot
rumah sakit, benang ban, serta barang kesehatan pribadi seperti pembalut dan popok.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Biantoro, R., & Purwita, C. A. (2019). Review: Pembuatan Serat Rayon. JURNAL
SELULOSA.
Kurniansyah, V. (n.d.). academia. Retrieved from
https://www.academia.edu/22547186/Serat_rayon_viskosa
Rina, A. (2021, september 22). Retrieved from adhiantirina.com:
https://www.adhiantirina.com/2021/09/rayon-viskosa.html
scribd. (2019). Retrieved from https://www.scribd.com/document/440532057/MAKALAH-
TPS-docx
Suliyanthini., D. (2016). ILMU TEKSTIL. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soeprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. (1973). Serat - Serat Tekstil. Institut
Teknologi Tekstil

Anda mungkin juga menyukai