KOMODITAS KARET
Disusun oleh:
Diyahwati
Andi Sukainah
Eka Putri
B. Relevansi
Untuk memperlajari materi komoditas karet tidak ada persyaratan khusus yang
harus dimiliki oleh peserta, Materi ini sangat relevan bagi siswa-siswi Sekolah
Menengah Kejuruan, karena diharapkan luaran SMK agribisnis pengolahan hasil
pertanian, sebagai lulusan siap pakai khususnya pada produksi pengolahan karet
C. Petunjuk Belajar
1. Modul bahan ajar calon guru ini terdiri dari kompetensi dasar pengolahan
hasil perkebunan karet.
2. Mulailah belajar dengan kompetensi dasar yang pertama dan seterusnya
3. Apabila telah selesai mempelajari uraian atau lembar informasi, lanjutkan
dengan lembar kerja/tugas
4. Setelah selesai belajar semua kompetensi dasar dalam satu semester kerjakan
lembar penilaian akhir semester.
5. Apabila anda merasa belum berhasil dan atau hasil penilaian akhir semester
masih kurang dari 70, pelajari kembali materi yang merasa masih kurang.
C. Pokok-Pokok Materi
1. Karet Dan Jenisnya
2. Pengolahan Karet
3. Mutu Karet
D. Uraian Materi
1. Karet Dan Jenisnya
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari daratan Amerika Selatan,
merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan
Indonesia. Di Indonesia tanaman karet merupakan salah satu hasil pertanian yang
menunjang perekonomian negara. (Safitri, 2005). Karet mempunyai arti penting dalam
aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu: salah satu komoditi
penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber
penghasilan bagi petani karet (Benidiktus S, 2010). Karet sebagai tanaman komoditi,
lapangan kerja, serta sumber penghasilan bagi petani di Indonesia sudah seharusnya
tanaman karet dikembangkan secara baik dan benar supaya memperoleh hasil yang
optimal.
Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor karet alam urutan ke 2
(dua) di dunia setelah Thailand. Dengan sisi luasan Indonesia menduduki areal karet
terluas di dunia, walaupun tingkat produktivitas karet Indonesia per satuan luas masih
dibawah tingkat produktivitas di negara lain (Thailand dan Malaysia). Namun peluang
ekspor karet alam Indonesia ke depan dapat menjadi negara pemasok karet utama
6 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL
mengingat 2 pemasok utama lainnya (Thailand dan Malaysia) sudah tidak mampu lagi
meningkatkan produksinya karena keterbatasan lahan pengembangan (Syahrendra, 2016).
Karet alam
Karet alam memiliki daya elastisitas yang baik, mudah pengolahannya, tidak mudah aus
(tidak mudah habis karena gesekan), dan tidak mudah panas. Sifatnya adalah memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap keretakan, tanpa hentakan yang berula-ulang, serta daya
lengket yang tinggi terhadap berbagai bahan. Contoh Karet alam antara lain, Ban pesawat
terbang dan ban mobil balap dibuat dari bahan baku utama karet alam murni.
Karet sintetis
Karet sintetis memiliki daya tahan terhadap suhu/panas, minyak, pengaruh udara, dan
kedap gas. Contoh karet sintetis antara lain, Pipa karet untuk minyak dan bensin, seal,
gasket. Karet CR mempunyai kelebihan tahan api, untuk pembuatan pipa karet,
pembungkus kabel, seal, gasket, sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan
untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis
tangki penyimpan minyak atau lemak.
Sumber: http://www.ternakku.net/2016/09/Agar-tanaman-karet-bergetah-banyak.html
Gambar 3. 1. Penyadapan Karet
2) Waktu penyadapan
Lateks dapat mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor. Turgor
adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada
Sumber: http://kebunkaretnunukan.blogspot.co.id/
Gambar 3. 2. Lateks Sadapan
Pengolahan lateks di tempat pengolahan atau pabrik, biasanya memiliki urutan kerja
tertentu untuk menghasilkan hasil olah lateks berupa lembaran (sheet). Proses pengolahan
lateks untuk menghasilkan sheet yang berkualitas dilaksanakan di pabrik pengolahan
dengan menggunakan peralatan yang lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar.
Tahapan pengolahan lateks tersebut meliputi:
2.Pengenceran lateks
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet
yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang terkandung dalam lateks
sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan
sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau 20% sesuai dengan kondisi dan peralatan
setempat.
3.Pembekuan lateks
http://kebunkaretnunukan.blogspot.co.id/
Gambar 3. 3. Pembekuan Lateks
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir butir karet yang
terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk
membuat koagulum ini lateks pelu dibubuhi obat pembeku (koagulan) seperti asam semut
atau asam cuka. Menurut penelitian, terjadinya poses koagulasi adalah karena terjadinya
penurunan pH. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. supaya
tidak terjadi pengumpalan, pH yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai 4,7.
Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau keseimbangan muatan listrik pada
permukaan pertikel pertikel karet, sehingga partikel partikel karet tersebut dapat
menggumpal menjadi satu. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhi asam semut 1%
atau asam cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan (Lukman. 1985).
Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10063/pembuatan-sit-angin
Gambar 3. 4. Pembuatan Lembaran Sheet
Koagulum harus diubah menjadi smoke sheet melalui proses penggilingan. Sebagian
besar air yang terkandung dalam koagulum dikeluarkan melalui proses ini. Hasil
pembekuan yang telah digiling menjadi lebih tipis dan permukaanya menjadi lebih kasar.
Dalam proses penggilingan kecepatan mesin giling juga harus diperhatikan, kecepatan
yang terlampau tinggi bisa merobek lembaran sheet.
5. Pengasapan
Menurut Agustono (2013), Pengasapan dapat membantu pengeringan dan
menghambat pertumbuhan spora-spora cendawan atau mikroorganisme lainnya. Selama
pengasapan suhu, ventilasi dan jumlah asap di atur dan dijaga. Lantai ruangan perlu
disemen dan dibuat miring. Agar air yang masih ada dalam sheet tidak mengumpul
diruangan maka perlu di buat parit pengairan keluar. Pada hari pertama biasanya banyak
sekali uap air sehingga perlu dikeluarkan secepatnya dari ruangan. Pentingnya pengaturan
ventilasi dan pengairan disebabkan karena tempat yang telalu lembab mudah menjadi
sarang bakteri, cendawan tau mikroorganisme lainnya.
Sumber: https://www.indorusbusiness.com/2018/02/17/produksi-dan-ekspor-karet-indonesia/
Gambar 3. 5. Pengasapan Sheet
2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.
3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 55-
60oC.
Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan warna.
Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar (umumnya menggunakan
kayu karet) yang masih basah. Pada hari kedua lembaran harus dibalik untuk melepaskan
lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar sisi lain lembaran bisa terkena asap
sehingga pengasapan merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah
panas guna memperoleh tingkat kematangan yang tepat.
6. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama saat disimpan
karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan dapat mencegah
tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk mengeringkan sheet supaya tida mudah
diserang mikroorganisme, untuk memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga
mutunya meningkat. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan
panas. Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk mendapatkan hasil
pengeringan yang baik.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan
dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa
di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran
yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara
dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi
bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).
3. Kelas Mutu
RSS 1
Kelas ini harus memenuhi persyaratan yaitu, lembaran yang dihasilkan harus benar-
benar kering, bersih, kuat, tidak ada cacat, tidak berkarat, tidak melepuh serta tidak ada
benda-benda pengotor. Jenis RSS 1 tidak boleh ada garis-garis pengaruh dari oksidasi,
lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum, pengasapan berlebihan, warna
terlalu tua serta terbakar. Bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuran
jarum pentul) masih diperkenankan, asalkan letaknya tersebar merata. Pembungkusan
harus baik agar tidak terkontaminasi jamur. Tetapi, bila sewaktu diterima terdapat jamur
pada pembungkusnya, masih dapat diizinkan asalkan tidak masuk ke dalam karetnya.
RSS 2
Kelas ini tidak terlalu banyak menuntut kriteria. Standar RSS 2 hasilnya harus
kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran.
Lembaran tidak diperkenankan terdapat noda atau garis akibat oksidasi, lembaran lembek,
suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna
terlalu tua serta terbakar. Lembaran kelas ini masih menerima gelembung udara serta
noda kulit pohon yang ukurannya agak besar (dua kali ukuran jarum pentul). Zat-zat damar
dan jamur pada pembungkus, kulit luar bandela atau pada lembaran di dalamnya masih
dapat ditorerir. Tetapi bila sudah melebihi 5% dari bandela, maka lembaran akan ditolak.
E. Rangkuman
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah tanaman perkebunan tahunan berupa
pohon batang lurus yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon
dewasa mencapai 15-25 meter. Batang Karet merupakan produk dari proses
penggumpalan getah tanaman karet (lateks), disadap pada tahun ke empat atau ke lima.
Produk dari penggumpalan lateks yaitu lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau
karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.
Lateks adalah getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada
bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks diperdagangkan sebagai bahan industri
dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersupensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Bagian-
bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar merata di
dalam air.
G.Tes Formatif
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang benar!
KBBI, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. cetakan ke-2. hlm.
304
Safitri C., 2005. Sistem Informasi Proses Pengelolaan Crumb Rubber di PTP
Nsantara_VI(Persero) Unit Usaha PLI.
Triwijoso dan Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai
Penelitian Teknologi Karet Bogor.
a. B
b. D
c. A
d. C
e. A
f. C
g. E
h. A
i. A