Anda di halaman 1dari 24

MATERI PPG DALAM JABATAN/MODUL 3

KOMODITAS KARET

Disusun oleh:
Diyahwati
Andi Sukainah
Eka Putri

KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL | DAFTAR ISI i


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................I


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................2
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................3
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................5
A. RASIONAL DAN DESKRIPSI SINGKAT ...............................................................................5
B. RELEVANSI ..........................................................................................................................5
C. PETUNJUK BELAJAR ..........................................................................................................5
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: KARET .................................................................................6
A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ..................................................................................6
B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ...........................................................................6
C. Pokok-Pokok Materi ..............................................................................................................6
D. Uraian Materi.........................................................................................................................6
E. Rangkuman ......................................................................................................................... 16
F. Tugas .................................................................................................................................. 18
G.Tes Formatif ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 21
KUNCI JAWABAN ................................................................................................................... 22

KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL | i


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1. Penyadapan Karet.......................................................................................... 9


Gambar 3. 2. Lateks Sadapan ........................................................................................... 10
Gambar 3. 3. Pembekuan Lateks ....................................................................................... 11
Gambar 3. 4. Pembuatan Lembaran Sheet ........................................................................ 12
Gambar 3. 5. Pengasapan Sheet ....................................................................................... 12

KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL | 2


DAFTAR TABEL

3 DAFTAR TABEL | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


DAFTAR ISTILAH

crumb rubber : karet remah


Kadar air : Sejumlah air yang terkandung dalam bahan dan dinyatakan
dengan persen
Kadar Karet Kering : Kandungan padatan karet per satuan berat yang dihitung dalam
satuan persen (%)
Koagulasi : Proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan
kimia
Lateks : getah yang dikeluarkan oleh pohon karet
Mikroba : Mikroorganisme yang bisa berupa bakteri, kapang, maupun jamur
Pengasapan : Metode pengawetan dengan menggunakan asap sebagai media
pengawet
Pengeringan : Teknik pengurangan kadar air dari suatu bahan
Ribbed Smoked Sheet: merupakan salah satu jenis produk karet olahan dari getah
tanaman karet Hevea brasiliensis yang di peroleh secara
perkebunan maupun perorangan melalui proses secara mekanis
dan kimiawi
Sheet : Lembaran-lembaran karet

4 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


PENDAHULUAN

A. Rasional Dan Deskripsi Singkat


Modul ini berisikan tentang materi pengolahan hasil perkebunan karet, yang terdiri
dari penyadapan sampai pada pengolahan lateks menjadi sheet.

B. Relevansi
Untuk memperlajari materi komoditas karet tidak ada persyaratan khusus yang
harus dimiliki oleh peserta, Materi ini sangat relevan bagi siswa-siswi Sekolah
Menengah Kejuruan, karena diharapkan luaran SMK agribisnis pengolahan hasil
pertanian, sebagai lulusan siap pakai khususnya pada produksi pengolahan karet

C. Petunjuk Belajar
1. Modul bahan ajar calon guru ini terdiri dari kompetensi dasar pengolahan
hasil perkebunan karet.
2. Mulailah belajar dengan kompetensi dasar yang pertama dan seterusnya
3. Apabila telah selesai mempelajari uraian atau lembar informasi, lanjutkan
dengan lembar kerja/tugas
4. Setelah selesai belajar semua kompetensi dasar dalam satu semester kerjakan
lembar penilaian akhir semester.
5. Apabila anda merasa belum berhasil dan atau hasil penilaian akhir semester
masih kurang dari 70, pelajari kembali materi yang merasa masih kurang.

5 PENDAHULUAN | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


Kegiatan Pembelajaran 3: KARET

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Capaian pembelajaran pada mata kegiatan komoditas herbal adalah:
1. Calon guru mampu menjelaskan pengertian karet dan kjenis-jenis karet
2. Calon guru mampu melakukan pengolahan karet
3. Calon guru menjelaskan standar mutu karet

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menjelaskan pengertian pengertian karet dan kjenis-jenis karet
2. Menerapkan pengolahan karet
3. Menjelaskan mutu karet

C. Pokok-Pokok Materi
1. Karet Dan Jenisnya
2. Pengolahan Karet
3. Mutu Karet

D. Uraian Materi
1. Karet Dan Jenisnya
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari daratan Amerika Selatan,
merupakan salah satu komoditi pertanian penting di lingkungan Internasional dan
Indonesia. Di Indonesia tanaman karet merupakan salah satu hasil pertanian yang
menunjang perekonomian negara. (Safitri, 2005). Karet mempunyai arti penting dalam
aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu: salah satu komoditi
penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber
penghasilan bagi petani karet (Benidiktus S, 2010). Karet sebagai tanaman komoditi,
lapangan kerja, serta sumber penghasilan bagi petani di Indonesia sudah seharusnya
tanaman karet dikembangkan secara baik dan benar supaya memperoleh hasil yang
optimal.
Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor karet alam urutan ke 2
(dua) di dunia setelah Thailand. Dengan sisi luasan Indonesia menduduki areal karet
terluas di dunia, walaupun tingkat produktivitas karet Indonesia per satuan luas masih
dibawah tingkat produktivitas di negara lain (Thailand dan Malaysia). Namun peluang
ekspor karet alam Indonesia ke depan dapat menjadi negara pemasok karet utama
6 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL
mengingat 2 pemasok utama lainnya (Thailand dan Malaysia) sudah tidak mampu lagi
meningkatkan produksinya karena keterbatasan lahan pengembangan (Syahrendra, 2016).

1.1. Definisi Karet


Tanaman karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus
yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25
meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi
diatas. Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah
di Indonesia (Richa, 2015). Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah
tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke empat atau ke lima.
Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet
(sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku
industri karet.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal
sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat
juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan
untuk menciptakan karet adalah pohon karet Havea Brasiliensis. Ini dilakukan dengan cara
melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang memberikan banyak
latex lagi. (Syahrendra, 2016).
Lateks adalah getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada
bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea
brasiliensis, diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentuk karet sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam suatu media
yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut
tidak larut sempurna, melainkan terpencar merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini
sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999)
Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya putih susu
sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77
% serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 %
protein, 1-2% asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe.
Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene (C5H8)n dengan
rumus kimia1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata
dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai
lonjong (Triwijoso,1995).

7 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


1.2. Jenis-Jenis Karet
Karet dibedakan menjadi dua macam yaitu Karet Alam dan Karet Sintetik. Secara
kimiawi karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil
penggumpalan makromolekul poliisoprena (C5H8)n Sedangkan karet sintetis adalah karet
yang terbuat dari bahan baku yang berasal dari minyak batu bara, minyak, gas alam, dan
acetylene. Jenis-jenis karet sintesis yaitu:
a) NBR (Nytrile Butadiene Rubber) memiliki ketahanan yang tinggi terhadap minyak,
digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran,
seal, gaskot.
b) CR (Chloroprene Rubber)
CR memiliki ciri tahan terhadap nyala api, digunakan sebagai bahan pipa karet,
pembungkus kabel, seal, gaskot, dan sabuk pengangkut.
c) IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
IIR memiliki ciri kedap terhadap air, digunakan untuk bahan ban bermotor,
pembalut kawat listrik, pelapis bagian dalam tangki, serta penyimpan lemak dan
minyak.

Karet alam
Karet alam memiliki daya elastisitas yang baik, mudah pengolahannya, tidak mudah aus
(tidak mudah habis karena gesekan), dan tidak mudah panas. Sifatnya adalah memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap keretakan, tanpa hentakan yang berula-ulang, serta daya
lengket yang tinggi terhadap berbagai bahan. Contoh Karet alam antara lain, Ban pesawat
terbang dan ban mobil balap dibuat dari bahan baku utama karet alam murni.

Karet sintetis
Karet sintetis memiliki daya tahan terhadap suhu/panas, minyak, pengaruh udara, dan
kedap gas. Contoh karet sintetis antara lain, Pipa karet untuk minyak dan bensin, seal,
gasket. Karet CR mempunyai kelebihan tahan api, untuk pembuatan pipa karet,
pembungkus kabel, seal, gasket, sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan
untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis
tangki penyimpan minyak atau lemak.

8 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


2. Pengolahan Karet
2.1. Penyadapan

Sumber: http://www.ternakku.net/2016/09/Agar-tanaman-karet-bergetah-banyak.html
Gambar 3. 1. Penyadapan Karet

Pengolahan karet diawali dengan melakukan penyadapan di perkebunan


karet, karena menjadi penentu naik atau turunya produksi lateks. Pada proses sadap karet
ada beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatiakan oleh para penyadap anata lain
(Syahrendra, 2016):
1) Kedalaman irisan sadap
Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat
penyadapan maka tebalnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah bekas pembuluh lateks
yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak bekas pembuluh lateks yang
terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari pada lapisan cambium memiliki pembuluh
lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan sedalam mungkin,
tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambiumnya.
Kedalaman irisan yang dinjurkan adalah 1 -1,5 mm dari lapisan kambium. Jika
dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya
berpengaruh pada produksi lateks. Pada sadapan berat atau sadapan mati, kedalaman
sadap harus kurang dari 1 mm sisa kulit. Penyadapan yang terlalu dangkal menyebabkan
berkurangnya berkas pembuluh lateks yang terpotong, terutama bagian dalam yang
merupakan bagian yang paling banyak mengandung pembuluh lateks. Dengan
berkurangnya pembuluh lateks yang teriris maka jumlah lateks yang keluar semakin sedikit.

2) Waktu penyadapan
Lateks dapat mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor. Turgor
adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada

9 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan meperbanyak lateks
yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu, penyadap dianjurkan dimulai saat turgor
masih tinggi, yaitu saat sebelum terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun
atau pada saat matahari belum tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari
antara pukul 05.00 – 06.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dimulai antara pukul
08.00 – 10.00.

3) Pemulihan kulit bidang sadap


Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam penentuan
rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan pemulihan
kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan berpengaruh pada produksi ataupun
kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan
memenuhi syarat maka kulit akan pulih selama enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan
bisa disadap kembali Sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan setelah delapan
tahun untuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan untuk disadap
kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm.

2.2. Pengolahan Lateks Sadapan

Sumber: http://kebunkaretnunukan.blogspot.co.id/
Gambar 3. 2. Lateks Sadapan

Pengolahan lateks di tempat pengolahan atau pabrik, biasanya memiliki urutan kerja
tertentu untuk menghasilkan hasil olah lateks berupa lembaran (sheet). Proses pengolahan
lateks untuk menghasilkan sheet yang berkualitas dilaksanakan di pabrik pengolahan
dengan menggunakan peralatan yang lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar.
Tahapan pengolahan lateks tersebut meliputi:

10 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


1.Penerimaan lateks
Lateks hasil penyadapan yang diterima di pabrik dimasukan ke dalam bak penerimaan
harus disaring terlebih dahulu menggunakan saringan ukuran 40-60 mesh, untuk mencegah
aliran lateks yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lainnya.

2.Pengenceran lateks
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet
yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang terkandung dalam lateks
sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan
sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau 20% sesuai dengan kondisi dan peralatan
setempat.

3.Pembekuan lateks

http://kebunkaretnunukan.blogspot.co.id/
Gambar 3. 3. Pembekuan Lateks

Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir butir karet yang
terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk
membuat koagulum ini lateks pelu dibubuhi obat pembeku (koagulan) seperti asam semut
atau asam cuka. Menurut penelitian, terjadinya poses koagulasi adalah karena terjadinya
penurunan pH. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. supaya
tidak terjadi pengumpalan, pH yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai 4,7.
Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau keseimbangan muatan listrik pada
permukaan pertikel pertikel karet, sehingga partikel partikel karet tersebut dapat
menggumpal menjadi satu. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhi asam semut 1%
atau asam cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan (Lukman. 1985).

11 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


4.Penggilingan

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10063/pembuatan-sit-angin
Gambar 3. 4. Pembuatan Lembaran Sheet

Koagulum harus diubah menjadi smoke sheet melalui proses penggilingan. Sebagian
besar air yang terkandung dalam koagulum dikeluarkan melalui proses ini. Hasil
pembekuan yang telah digiling menjadi lebih tipis dan permukaanya menjadi lebih kasar.
Dalam proses penggilingan kecepatan mesin giling juga harus diperhatikan, kecepatan
yang terlampau tinggi bisa merobek lembaran sheet.

5. Pengasapan
Menurut Agustono (2013), Pengasapan dapat membantu pengeringan dan
menghambat pertumbuhan spora-spora cendawan atau mikroorganisme lainnya. Selama
pengasapan suhu, ventilasi dan jumlah asap di atur dan dijaga. Lantai ruangan perlu
disemen dan dibuat miring. Agar air yang masih ada dalam sheet tidak mengumpul
diruangan maka perlu di buat parit pengairan keluar. Pada hari pertama biasanya banyak
sekali uap air sehingga perlu dikeluarkan secepatnya dari ruangan. Pentingnya pengaturan
ventilasi dan pengairan disebabkan karena tempat yang telalu lembab mudah menjadi
sarang bakteri, cendawan tau mikroorganisme lainnya.

Sumber: https://www.indorusbusiness.com/2018/02/17/produksi-dan-ekspor-karet-indonesia/
Gambar 3. 5. Pengasapan Sheet

12 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


Proses pengeringan atau pengasapan dilakukan selama 5-6 hari terganutng dengan
ketebalan sheet. Lembaran sheet yang tebal membutuhkan waktu pengeringan yang lebih
lama, semakin tipis lembaran sheet nya semakin cepat proses pengeringannya. Suhu yang
digunakan di dalam kamar asap adalah sebagai berikut :
1. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 oC.

2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.
3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 55-
60oC.
Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan warna.
Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar (umumnya menggunakan
kayu karet) yang masih basah. Pada hari kedua lembaran harus dibalik untuk melepaskan
lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar sisi lain lembaran bisa terkena asap
sehingga pengasapan merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah
panas guna memperoleh tingkat kematangan yang tepat.

6. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama saat disimpan
karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan dapat mencegah
tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk mengeringkan sheet supaya tida mudah
diserang mikroorganisme, untuk memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga
mutunya meningkat. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan
panas. Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk mendapatkan hasil
pengeringan yang baik.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan
dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa
di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran
yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara
dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi
bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).

7. Sortasi dan Pembungkusan


Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan beberapa
macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara visual dan organoleptik
adalah sebagai berikut (Djumarti, 2011):
1) jumlah kapang

13 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


2) keseragaman warna
3) noda oleh benda asing (kebersihan)
4) gelembung udara
5) kekeringan
6) berat antara 1-1,5 kg per lembar
7) tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm.
Lembaran yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan
dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna,
kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard
yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum lembaran diklasifikasikan dalam mutu
RSS 1 (Ribbed Smoked Sheet), RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting
merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung
udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting. Kegiatan sortasi ini biasanya
dilakukan di atas meja sortasi kaca berwarna putih susu (Setyamidjaja, 1993).

3. Kelas Mutu
RSS 1
Kelas ini harus memenuhi persyaratan yaitu, lembaran yang dihasilkan harus benar-
benar kering, bersih, kuat, tidak ada cacat, tidak berkarat, tidak melepuh serta tidak ada
benda-benda pengotor. Jenis RSS 1 tidak boleh ada garis-garis pengaruh dari oksidasi,
lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum, pengasapan berlebihan, warna
terlalu tua serta terbakar. Bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuran
jarum pentul) masih diperkenankan, asalkan letaknya tersebar merata. Pembungkusan
harus baik agar tidak terkontaminasi jamur. Tetapi, bila sewaktu diterima terdapat jamur
pada pembungkusnya, masih dapat diizinkan asalkan tidak masuk ke dalam karetnya.
RSS 2
Kelas ini tidak terlalu banyak menuntut kriteria. Standar RSS 2 hasilnya harus
kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran.
Lembaran tidak diperkenankan terdapat noda atau garis akibat oksidasi, lembaran lembek,
suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna
terlalu tua serta terbakar. Lembaran kelas ini masih menerima gelembung udara serta
noda kulit pohon yang ukurannya agak besar (dua kali ukuran jarum pentul). Zat-zat damar
dan jamur pada pembungkus, kulit luar bandela atau pada lembaran di dalamnya masih
dapat ditorerir. Tetapi bila sudah melebihi 5% dari bandela, maka lembaran akan ditolak.

14 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


RSS 3
Standar karet RSS 3 harus kering, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak
terdapat kotoran. Bila terdapat cacat warna, gelembung udara besar (tiga kali ukuran jarum
pentul), ataupun noda-noda dari kulit tanaman karet, masih ditorerir. Namun, tidak diterima
jika terdapat noda atau garis akibat oksidasi, lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu
tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar.
Jamur yang terdapat pada pembungkus kulit luar bandela serta menempel pada lembaran
tidak menjadi masalah, asalkan jumlahnya tidak melebihi 10% dari bandela dimana contoh
diambil.
RSS 4
Standar karet RSS 4 harus kering, kuat, tidak cacat, tidak melepuh serta tidak
terdapat pasir atau kotoran luar. Yang diperkenankan adalah bila terdapat gelembung
udara kecil-kecil sebesar 4 kali ukuran jarum pentul, karet agak rekat atau terdapat kotoran
kulit pohon asal tidak banyak. Mengizinkan adanya nodanoda asalkan jernih. Lembaran
lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi dan karet terbakar tidak bisa diterima. Bahan
damar atau jamur kering pada pembungkus kulit bagian luar bandela serta pada lembaran,
asalkan tidak melebihi 20% dari keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS 4.
RSS 5
Karet yang dihasilkan harus kokoh, tidak terdapat kotoran atau benda asing, kecuali
yang diperkenankan. Dibanding dengan kelas RSS yang lain RSS 5 adalah yang terendah
standarnya. Bintik-bintik, gelembung kecil, noda kulit pohon yang besar, karet agak rekat,
kelebihan asap dan sedikit belum kering masih termasuk dalam batas toleransi. Bahan
damar atau jamur kering pada pembungkus kulit bagian luar bandela serta pada lembaran,
asalkan tidak melebihi 30% dari keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS 5.
Pengeringan pada suhu tinggi dan bekas terbakar tidak diperkenankan untuk jenis kelas ini.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lembaran


Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lembaran antara lain :
1. Lateks yang berasal dari tumbuhan muda, pada umumnya menghasilkan karet lembaran
yang lekat atau lengkat, lembek serta mudah mengalami pemuluran saat digantung
dalam kamar asap. Kemudian, lateks yang berasal dari tanaman yang sudah lama tidak
disadap, menghasilkan karet lembaran yang mudah sobek/rapuh. Oleh sebab itu,
manajemen penyadapan yang baik perlu dilakukan agar lateks kebun yang disadap
sesuai dengan kriteria bahan baku pembuatan lembaran.

15 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


2. Kebersihan lateks mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus senantiasa dijaga
agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan standard. Terutama untuk peralatan
penyadapan termasuk pisau sadap, talang lateks, mangkuk, ember pengumpul dan alur
sadap sendiri, harus bebas dari kotoran serta slab sisa penyadapan sebelumnya.
3. Untuk tangki penerima yang jauh dari pabrik hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan
seperti amoniak. Penambahan antikoagulan diusahakan tidak melebihi batas yang
ditetapkan untuk mencegah pemakaian asam semut yang terlalu banyak pada proses
pembekuan. Pada saat pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta panas
berlebih untuk menghindai prakoagulasi serta pembentukan gelembung.
4. Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih atau terlalu
banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit untuk digiling, sedangkan
jika pemberian kurang maka koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer
(tidak menggumpal). Dalam proses penggumpalan, larutan asam dimasukkan perlahan-
lahan secara merata, kemudian diaduk perlahan hingga homogen (seragam).
5. Penggilingan lembaran dilakukan untuk memisahkan sebagian besar air yang terkandung
dalam gumpalan. Dengan penggilingan permukaan lembaran akan menjadi semakin
besar, sehingga akan mempercepat pengeringan. Kecepatan giling serta jarak antar
celah dapat memengaruhi hasil gilingan lembaran. Lembaran yang mudah sobek dapat
disebabkan karena kecepatan maju yang tidak tepat atau perbedaan celah antara dua
celah yang berurutan terlalu besar.

E. Rangkuman
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah tanaman perkebunan tahunan berupa
pohon batang lurus yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon
dewasa mencapai 15-25 meter. Batang Karet merupakan produk dari proses
penggumpalan getah tanaman karet (lateks), disadap pada tahun ke empat atau ke lima.
Produk dari penggumpalan lateks yaitu lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau
karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.
Lateks adalah getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada
bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks diperdagangkan sebagai bahan industri
dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersupensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Bagian-
bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar merata di
dalam air.

16 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


Karet dibedakan menjadi dua macam yaitu karet alam dan karet sintetik. karet alam
adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil penggumpalan
makromolekul poliisoprena (C5H8)n. Karet sintetis adalah karet yang terbuat dari bahan
baku yang berasal dari minyak batu bara, minyak, gas alam, dan acetylene.
Jenis-jenis karet sintesis yaitu: (1) NBR (Nytrile Butadiene Rubber) memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap minyak, digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk
bensin dan minyak, membran, seal, gaskot; (2) CR (Chloroprene Rubber) memiliki ciri
tahan terhadap nyala api, digunakan sebagai bahan pipa karet, pembungkus kabel, seal,
gaskot, dan sabuk pengangkut; (3) IIR (Isobutene Isoprene Rubber), memiliki ciri kedap
terhadap air, digunakan untuk bahan ban bermotor, pembalut kawat listrik, pelapis bagian
dalam tangki, serta penyimpan lemak dan minyak.
Karet alam memiliki daya elastisitas yang baik, mudah pengolahannya, tidak mudah
aus (tidak mudah habis karena gesekan), dan tidak mudah panas. Sifatnya adalah memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap keretakan, tanpa hentakan yang berula-ulang, serta daya
lengket yang tinggi terhadap berbagai bahan. Contoh Karet alam antara lain, Ban pesawat
terbang dan ban mobil balap dibuat dari bahan baku utama karet alam murni.
Karet sintetis memiliki daya tahan terhadap suhu/panas, minyak, pengaruh udara,
dan kedap gas. Contoh karet sintetis antara lain, Pipa karet untuk minyak dan bensin, seal,
gasket. Karet CR mempunyai kelebihan tahan api, untuk pembuatan pipa karet,
pembungkus kabel, seal, gasket, sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan
untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis
tangki penyimpan minyak atau lemak.
Pengolahan karet diawali dengan melakukan (1) Penyadapan (Kedalaman irisan
sadap, waktu penyadapan, pemulihan kulit bidang sadap) di perkebunan karet, karena
menjadi penentu naik atau turunya produksi lateks; (2) Pengolahan Lateks. Pengolahan
latek meliputi beberapa proses (penerimaan lateks, pengenceran lateks, pembekuan lateks,
penggilingan, pengasapan,pengeringan, sotasi dan pembungkusan).
Mutu karet terdiri dari beberapa standar yaitu, (1) RSS 1 (lembaran yang dihasilkan
harus benar-benar kering, bersih, kuat, tidak ada cacat, tidak berkarat, tidak melepuh serta
tidak ada benda-benda pengotor); (2) RSS 2 (Kelas ini tidak terlalu banyak menuntut harus
kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran); RSS 3
(harus kering, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran); (2) RSS
4 (kering, kuat, tidak cacat, tidak melepuh serta tidak terdapat pasir atau kotoran luar); (3)
RSS 5 (Karet yang dihasilkan harus kokoh, tidak terdapat kotoran atau benda asing, kecuali
yang diperkenankan).
17 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL
F. Tugas

Coba amati lembaran-lembaran sheet dari penjemuran, kemudian lakukan


sortasi berdasarkan standar mutu karet!

G.Tes Formatif

1. Jelaskan perbedaan jenis karet alam dan karet sintetis!


2. Sebutkan jenis-jenis karet sintetis dan kegunaannya!
3. Apa yang menjadi dasar penentuan mutu RSS secara visual dan organoleptik?
4. Hal-hal apa yang harus diketahui dan diperhatiakan oleh para penyadap?
5. Faktor-faktor apa yang harus diperhatikan dalam pengolahan lembaran !

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang benar!

1. Karet merupakan produk yang diperoleh dari proses....


a. Penggumpalan crumb rubber
b. Penggumpalan getah karet
c. Penggumpalan lembaran karet
d. Penggumpalan bongkahan karet
e. Penggumpalan remah karet
2. Kandungan dalam karet Karet adalah....
a. 90-95 % karet murni, 10 % protein, 0 % gula
b. 90-95 % karet murni, 2-10 % protein, 2 % gula
c. 95-99 % karet murni, 2-3 % protein 0,2 % gula
d. 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 0,2 % gula
e. 95-99 % karet murni, 10 % protein, 0 % gula
3. Kedalaman irisan sadap yang dinjurkan adalah....
a. 1-1,5 mm dari lapisan cambium
b. 1-1,8 mm dari lapisan cambium
18 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL
c. 1-2 mm dari lapisan cambium
d. 1-2,5 mm dari lapisan cambium
e. 1-1,2 mm dari lapisan cambium
4. Penyadapan hendaknya dilakukan pada waktu....
a. Pagi hari, pada saat diperlukan
b. Pagi hari antara pukul 06.00 – 07.00 pagi
c. Pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00 pagi
d. Pagi hari antara pukul 05.30 – 06.30 pagi
e. Sore hari, pada saat diperlukan
5. Jenis-jenis karet sintetis yaitu....
a. NBR
b. RC
c. IRI
d. BRA
e. RII
6. Lateks diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentuk....
a. Karet sheet, crepe, koloid
b. Karet sheet, koloid, remah
c. Karet sheet, crepe, lateks pekat
d. Karet sheet, arkir, koloid
e. Karet sheet, arkir, lateks pekat
7. Jenis karet IIR memiliki ciri-ciri sebagai berikut....
a. Penyimpan lemak dan minyak, mudah mekar
b. Pelapis bagian dalam tangki, mudah mekar
c. Pembalut kawat listrik, kedap air, roll belt
d. Bahan ban motor, bahan ban pesawat, roll belt
e. Kedap air, bahan ban bermotor, pembalut kawat listrik
8. Berikut adalah ciri-ciri karet alam....
a. Elastis, ban mobil balap, mudah diolah
b. Daya lengket tinggi, mudah mekar, sukar diolah
c. Digunakan ban pesawat, ban mobil balap, sukar diolah
d. Daya lengket tinggi, tahan, sukar diolah
e. Digunakan ban pesawat, ban motor, mudah diolah
9. Tujuan dari pengasapan lembaran-lembaran karet adalah....
a. Mengeringkan sheet dan membunuh mikroorganisma
19 Kegiatan Pembelajaran 3: KARET | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL
b. Melembutkan sheet dan membunuh spora
c. Meningkatkan elastisitas sheet dan membunuh spora
d. Mengeringkan sheet dan meningkatan daya lengket
e. Melembutkan sheet dan meningkatan daya lengket
10. Lembaran karet tipis, permukaan kasar dan sebagian air hilang/dikeluarkan
diperoleh dari proses....
a. Pengasapan
b. Pengenceran lateks
c. Pengeringan
d. Penggumpalan
e. Penggilingan

20 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


DAFTAR PUSTAKA

KBBI, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. cetakan ke-2. hlm.
304

Lukman. 1985. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet. Medan : BPP.

Safitri C., 2005. Sistem Informasi Proses Pengelolaan Crumb Rubber di PTP
Nsantara_VI(Persero) Unit Usaha PLI.

Setyamidjaja, D., 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.

Sihotang B.2010. tanaman karet. http://www.ideelok.com.


Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan
Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triwijoso dan Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai
Penelitian Teknologi Karet Bogor.

21 DAFTAR PUSTAKA | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL


KUNCI JAWABAN
Kegiatan Belajar 3. Karet

a. B

b. D

c. A

d. C

e. A

f. C

g. E

h. A

i. A

22 | KOMODITAS PERKEBUNAN DAN HERBAL

Anda mungkin juga menyukai