Anda di halaman 1dari 31

by:

Marlina 1610121220011

Miftahul Jannah 1610121220013

Program Studi Pendidikan Fisika


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kita
limpahkan kepada junjungan Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW yang kita tunggu-
tunggu syafaatnya nanti di hari akhir. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Misbah,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah Fisika Sekolah Menengah II yang
telah memberikan banyak ilmu dan pengarahan.
Akhir kata kami mohon maaf apabila ada banyak kesalahan pada penulisan
kata-kata serta kalimat. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran untuk lebih
membangun dan menambah ilmu. Selanjutnya kami berharap dari makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Banjarmasin, Juni 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I ANALISIS MATERI GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA…. 1
A. KOMPETENSI INTI.......................................................................... 1
B. KOMPETENSI DASAR..................................................................... 1
C. INDIKATOR PENCAPAIAN............................................................ 1
BAB II MATERI PEMBELAJARAN........................................................... 3
A. MATERI ESENSIAL.......................................................................... 3
B. PETA KONSEP................................................................................... 5
C. MATERI AJAR……………………………………………………... 7
D. SOAL MISKONSEPSI……………………………………………... 18
E. CONTOH SOAL…………………………………………................. 20
F. LEMBAR KERJA SISWA…………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28

iii
BAB I
ANALISIS MATERI AJAR GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA

A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
3.9 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi.
4.9 Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan atau cahaya beserta
presentasi hasil percobaan dan makna fisisnya misalnya sonometer dan
difraksi.
C. INDIKATOR PENCAPAIAN
3.9.1 Menjelaskan karakteristik dan sifat gelombang bunyi serta
mengklasifikasikan bunyi berdasarkan frekuensinya.
3.9.2 Menganalisis cepat rambat gelombang bunyi pada berbagai zat (padat, cair
dan gas).

1
3.9.3 Menjelaskan efek doppler untuk gelombang bunyi pada dawai dan pipa
organa.
3.9.4 Menganalisis karakteristik gelombang cahaya.
3.9.5 Menganalisis peristiwa difraksi dan interferensui cahaya serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.9.6 Menganalisis pemanfaatan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam
teknologi.
3.9.4 Menganalisis besaran-besaran gelombang bunyi pada dawai dan pipa
organa
4.9.1 Melakukan percobaan tentang pola difraksi dan interferensi gelombang
cahaya.
4.9.2 Menganalisis data hasil percobaan pola difraksi dan interferensi
gelombang cahaya.
4.9.3 Menyimpulkan data hasil percobaan pola difraksi dan interferensi
gelombang cahaya.
4.9.4 Mempresentasikan hasil percobaan pola difraksi dan interferensi
gelombang cahaya.

2
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN

A. MATERI ESENSIAL
- Konsep
1. Cepat rambat bunyi di udara sebanding dengan panjang gelombang
dan frekuensi bunyi di udara.
𝑣 = 𝜆𝑓
2. Cepat rambar bunyi dalam gas sebanding dengan akar tetapan laplace
yang dikali tetapan umum gas dan suhu mutlak dan berbanding
terbalik dengan akar massa molekul gas

𝑅𝑇
𝑣 = √𝛾
𝑀

3. Cepat rambat bunyi dalam zat padat sebanding dengan akar modulus
elastisitas bahan dan berbanding terbalik dengan akar massa jenis
bahan.

𝐸
𝑣=√
𝜌

- Prinsip
1. Prinsip Huygens
“Tiap bagian celah berlaku sebagai sebuah sumber gelombang”
- Hukum
1. Hukum Mersenne
“Tinggi rendahnya nada suatu senar sebanding dengan akar
tegangannya, berbanding terbalik dengan panjang senar,b erbanding
terbalik dengan akar massa jenis senar dan berbanding terbalik
dengan akar luas penampang senar”

1 𝐹
𝑓= √
2𝐿 𝜌𝐴

2. Hukum Malus

3
“Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem polaroid mencapai
maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar (𝜃 =
0𝑜 𝑎𝑡𝑎𝑢 180𝑜 ) dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi
saling tegak lurus (𝜃 = 90𝑜 )
1
𝐼2 = 𝐼1 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
2

4
B. PETA KONSEP

5
B. PETA KONSEP

6
C. MATERI AJAR GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA

A. GELOMBANG BUNYI
1. Karakteristik Gelombang bunyi
a. Penyebab timbulnya bunyi
Bunyi disebabkan oleh adanya benda yang bergetar. Jika berteriak sambil
memegang tenggorokan, maka anda akan merasakan tenggorokan bergetar.
Ketika senar gitar dipetik maka senar bergetar dan kita dapat mendengar
bunyi.
b. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal
Ketika diafragma pengeras suara bergerak radial ke luar, ia membuat suatu
rapatan. Ketika diafragma bergerak radial ke dalam, ia membuat
renggangan. Rapatan dan renggangan pada slinki ditunjukkan untuk
perbandingan.
c. Bunyi tidak bisa merambat melalui ruang hampa
Gelombang bunyi merambat dalam bentuk rapatan dan renggangan
sehingga bunyi dapat merambat melalui zat padat, cair dan gas. Para
astronaut di Bulan tidak dapat saling berbicara secara langsung walaupun
jarak mereka sangat dekat. Untuk berkomunikasi mereka menggunakan alat
komunikasi melalui gelombang radio (termasuk spektrum gelombang
elektromagnetik)
2. Mengukur Cepat Rambat Bunyi
Hasil bagi antara jarak yang ditempuh, 𝑠, dengan selang waktu, 𝑡, didefinisikan
sebagai cepat rambar bunyi, 𝑣,
𝑠
𝑣=
𝑡
Adapun cepat rambat bunyi di udara adalah
𝑣 = 𝜆𝑓
Cepat rambat bunyi dalam gas adalah

𝑅𝑇
𝑣 = √𝛾
𝑀

Cepat rambat bunyi dalam zat padat adalah

7
𝐸
𝑣=√
𝜌

3. Mendengar dan Melihat Gelombang Bunyi


a. Klasifikasi gelombang Bunyi
Bunyi yang frekuensinya terletak dalam daerah 20 – 20.000 Hz disebut
Audiosonik. Bunyi yang memiliki frekuensi lebih rendah dari 20 Hz disebut
infrasonik sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi lebih tinggi dari
20.000 z disebut ultrasonik.
b. Melihat bunyi
Peralatan yang digunakan untuk melihat bunyi adalah osiloskop yang
dilengkapi dengan sebuah mikrofon.
c. Tinggi nada dan kuat bunyi
Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh frekuensi. Semakin tinggi frekuensi,
semakin tinggi nadanya dan semakin rendah frekuensi maka semakin
rendah nadanya. Secara umum perempuan menghasilkan bunyi dengan nada
yang lebih tinggi daripada laki-laki. Kuat atau lemahnya bunyi ditentukan
oleh amplitudo gelombang. Semakin besar amplitudo, semakin kuat
bunyinya dan semakin kecil amplitudo maka semakin lemah bunyinya.
4. Gejala-gejala Gelombang bunyi
a. Pemantulan Gelombang Bunyi
Pemantulan bunyi juga memenuhi Hukum Pemantulan yaitu sudut datang
sama dengan sudut pantul. Pemantulan bunyi dalam ruang tertutup dapat
menimbulkan gaung atau kerdam, yaitu sebagian bunyi pantul bersamaan
dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Untuk
menghindari terjadinya gaung, dinding dalam bioskop, studio radio atau
televisi, studio rekaman dan gedung konser musik dilapisi oleh zat peredam
suara atau zat kedap suara. Zat kedap suara yang biasanya digunakan adalah
kain wol, kapas, karton, gelas, karet, atau besi. Banyak gedung konser
musik memiliki panel-panel peredam suara pada dinding dan langit-langit
untuk mengurangi gaung. Ruang besar yang tidak menimbulkan efek gaung
disebut ruang yang memiliki akustik baik.
b. Pembiasan gelombang bunyi

8
Mengapa pada malam hari bunyi petir terdengar lebih keras daripada siang
hari? Pada siang hari, udara pada lapisan atas lebih dingin daripada lapisan
bawah. Cepat rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu
panas. Dengan demikian, kecepatan bunyi pada lapisan udara atas lebih
kecil daripada kecepatan bunyi pada lapisan udara bawah. Hal ini berarti
medium pada lapisan atas lebih rapat daripada medium pada lapisan bawah.
Jadi, pada siang hari, bunyi petir yang merambat dari lapisan udara atas
(medium lebih rapat) menuju ke lapisan udara bawah (medium kurang
rapat) akan dibiaskan menjauhi garis normal.
c. Difraksi Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi sangat mudah mengalami difraksi. Itulah sebabnya kita
dapat mendengar suara mesin mobil sebelum tikungan jalan walaupun kita
belum melihat mobil tersebut karena terhalang oleh bangunan tinggi di
pinggir tikungan. Mengapa gelombang bunyi mudah mengalami difraksi?
Gelombang bunyi di udara memiliki panjang gelombang dalam rentang
beberapa sentimeter samoai dengan beberapa meter (bandingkan dengan
gelombang cahaya yang panjang gelombangnya berkisar 500 nm).
d. Interferensi Gelombang Bunyi
Interferensi bunyi memerlukan dua sumber bunyi koheren. Dua pengeras
suara yang dihubungkan pada sebuah generator sinyal (alat pembangkit
frekuensi radio) dapat berfungsi sebagai dua sumber bunyi koheren. Ketika
anda berjalan sejajar dengan meja pada jarak kira-kira 3 m, pada posisi
tertentu anda mendengar bunyi paling lemah, sedangkan pada posisi lain
anda justru mendengar bunyi paling kuat. Peristiwa ini disebabkan oleh
terjadinya interferensi bunyi.
Formulasi Interferensi Gelombang Bunyi
Bunyi kuat terjadi ketika superposisi kedua gelombang bunyi menghasilkan
interferensi konstruktif yaitu jika kedua gelombang bertemu sefase atau
memiliki beda lintasan yang merupakan kelipatan bualt dari panjang
gelombang bunyi sebagai berikut
∆𝑠 = |𝑆1 𝑃 − 𝑆2 𝑃| = 𝑛𝜆

9
Bunyi lemah terjadi ketika superposisi kedua gelombang bunyi
menghasilkan interferensi destruktif yaitu jika kedua gelombang yang
bertemu tidak sefase atau memiliki beda lintasan sebagai berikut:
1
Δ𝑠 = |𝑆1 𝐿 − 𝑆2 𝐿| = (𝑛 − )𝜆
2
e. Efek Doppler
Secara umum, efek doppler dialami ketika ada suatu gerak relatif antara
sumber bunyi dan pengamat. Ketika sumber bunyi dan pengamat bergerak
saling mendekat, pengamat mendengar frekuensi bunyi yang lebih tinggi
daripada frekuensi bunyi yang dipancarkan sumber tanpa adanya gerak
relatif. Ketika sumber bunyi dan pengamat bergerak saling menjauh,
pengamat mendengar frekuensi bunyi yang lebih rendah daripada frekuensi
sumber bunyi tanpa adanya gerak relatif. Jika cepat rambat bunyi di udara
adalah 𝑣, kecepatan pendengar (pengamat) dan kecepatan sumber bunyi
terhadap tanah, masing-masing adalah 𝑣𝑝 dan 𝑣𝑠 , frekuensi yang
dipancarkan sumber bunyi adalah 𝑓𝑠 sehingga frekuensi yang didengar oleh
pendengar (pengamat) adalah sebagai berikut.
𝑣 ± 𝑣𝑝
𝑓𝑝 = 𝑓
𝑣 ± 𝑣𝑠 𝑠
f. Pelayangan Gelombang
Garpu tala memiliki sifat menghasilkan bunyi dengan frekuensi
tunggal ketika digetarkan. Pada gambar 1. menunjukkan gelombang bunyi
yang dihasilkan oleh dua garpu tala yang diletakkan sejajar. Kedua garpu
tala dalam gambar adalah identik dan menghasilkan nada dengan frekuensi
440 Hz. Salah satu garpu tala ditempeli dengan segumpal kecil dempul
sehingga frekuensinya berkurang menjadi 438 Hz. Ketika kedua garpu tala
digetarkan serentak, kuat bunyi yang dihasilkan naik dan turun secara
periodik, kemudian kuat, kemudian lemah, dst. Variasi kuat-lemahnya bunyi
secara periodik disebut layangan dan dihasilkan oleh superposisi dari dua
gelombang bunyi dengan frekuensi sedikit berbeda. Ampitudo hasil
superposisi mempunyai nilai maksimum dan minimum yang berulang
secara periodik pula. Peristiwa inilah yang disebut pelayangan bunyi. Satu

10
layangan didefinisikan sebagai gejala dua bunyi keras atau dua bunyi lemah
yang terjadi secara berurutan.
Frekuensi layangan adalah banyak layangan yang terjadi dalam satu
sekon.
𝑓𝐿 = 𝑓1 − 𝑓2
5. Gelombang Stasioner pada Alat Penghasil Bunyi
a. Gelombang Stasioner Transversal pada Senar
Gelombang stasioner transversal pada tali, senar atau dawai yang terdiri atas
sejumlah perut dan simpul telah dilakukan pada percobaan Melde. Cepat
𝐹
rambat gelombang transversal dalam senar diberikan oleh 𝑣 = √𝜇. Dengan

demikian, kita dapat menyatakan persamaan :

1 𝐹
𝑓1 = √
2𝐿 𝜌𝐴

Frekuensi-frekuensi 𝑓1 , 𝑓2 , 𝑓3 , dan seterusnya disebut frekuensi alami atau


frekuensi resonansi. Secara umum, frekuensi-frekuensi alami senar
dinyatakan dengan persamaan berikut.

𝑛𝑣 𝑛 𝐹
𝑓𝑛 = 𝑛𝑓1 = = √
2𝐿 2𝐿 𝜌𝐴

Dengan n = 1, 2, 3, ...
b. Gelombang Transversalm pada Pipa Organa
Pipa organa adalah alat yang menggunakan kolom udara sebagai sumber
bunyi. Pada pipa organa (gambar 2), aliran udara diarahkan ke tepi bagian
yang tebuka (titik A). Gerakan udara di dekat tepi A menimbulkan getaran
dalam kolom udara sehingga dihasilkan gelombang stasioner dalam pipa.
Frekuensi alami pipa organa bergantung pada panjang pipa dan keadaan
ujung pipa organa, yaitu tebuka dan tertutup.
1. Formulasi frekuensi alami pipa organa terbuka
Frekuensi nada dasar :
𝑣 𝑣
𝑓1 = =
𝜆1 2𝐿
Frekuensi nada atas pertama :

11
𝑣 𝑣 𝑣
𝑓2 = = = 2 ( ) = 2𝑓1
𝜆2 𝐿 2𝐿
Persamaan frekuensi untuk pipa organa terbuka sama dengan persamaan
frekuensi untuk tali yang terikat kedua ujungnya. Oleh karena itu,
persamaan umum frekuensi alami atau frekuensi resonansi pipa organa
harus sama dengan persamaan umum tali yang terikat kedua ujungnya
yaitu:
𝑛𝑣
𝑓𝑛 = 𝑛𝑓1 =
2𝐿
2. Formulasi frekuensi alami pipa organa tertutup
Frekuensi nada dasar adalah:
𝑣 𝑣
𝑓1 = =
𝜆1 4𝐿
Frekuensi nada atas pertama adalah:
𝑣 3𝑣
𝑓3 = = = 3𝑓1
𝜆3 4𝐿
Secara umum, frekuensi-frekuensi alami pipa organa tertutup
dinyatakan:
𝑛𝑣
𝑓𝑛 = 𝑛𝑓1 =
4𝐿
6. Taraf Intensitas dan Aplikasi Bunyi
Gelombang memindahkan energi dari satu tempat ke tempat lain, energi
dipindahkan dalam bentuk energi getaran dari satu pertikel ke partikel lain
dalam medium. Energi gelombang dapat dinyatakan:
1
𝐸 = 𝑚𝜔2 𝑦 2 = 2𝜋 2 𝑚𝑓 2 𝑦 2
2
a. Intensitas gelombang
Didefinisikan sebagai daya gelombang yang dipindahkan melalui bidang
seluas satu satuan yang tegak lurus pada arah cepat rambat gelombang.
𝑃
𝐼=
𝐴
Dengan:
𝑊
𝐼 = Intensitas gelombang (𝑚2 )

𝑃 = daya (W) dan


𝐴 = luas bidang (𝑚2 )

12
Jika suatu gelombang memancar dari sumber gelombang ke segala arah,
gelombang tersebut merupakan gelombang tiga dimensi. Contohnya adalah
gelombang bunyi yang memancar di udara, gelombang gempa bumi, dan
gelombang cahaya. Jika medium yang dilalui gelombang tiga dimensi
adalah isotropik (sama dalam segala arah), muka gelombang yang
dipancarkan berbentuk bola. Muka gelombang bola yang dipancarkan dari
sumber semakin meluas dengan radius r yang semakin membesar karena
luas permukaan bola dengan radius r adalah 4𝜋𝑟 2. Energi adalah kekal
sehingga jika luas A bertambah, amplitudo y harus berkurang. Jadi, untuk
jarak yang berbeda dari sumber 𝑟1 dan 𝑟2 persamaannya adalah sebagai
berikut.
𝑦2 𝑟1
=
𝑦1 𝑟2
Intensitas gelombang mengecil dengan bertambahnya jarak dari sumber.
Oleh karena itu, semakin jauh anda dari sumber bunyi, semakin kecil suara
bunyi yang terdengar. Jika daya keluaran dijaga tetap, intensitas pada 𝑟1
dan 𝑟2 adalah:
𝐼2 𝑟1 2
=
𝐼2 𝑟2 2
b. Taraf Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi dibawah 10−12 𝑊/𝑚2 tidak terdengar, sedangkan diatas 1
𝑊/𝑚2 akan terasa sakit ditelinga. Intensitas bunyi terkecil yang masih
didengar oleh telinga manusia adalah 10−12 𝑊/𝑚2 disebut intensitas
ambang pendengaran. Intensitas bunyi terbesar yang masih dapat didengar
oleh telinga manusia tanpa rasa sakit yaitu 1 𝑊/𝑚2 disebut intensitas
ambang perasaan.
Kuat bunyi yang diukur oleh detektor bunyi tidak dinyatakan dalam satuan
𝑊/𝑚2 , tetapi dalam desibel (dB). Satuan desibel adalah satuan bel (suatu
satuan yang dinamakan untuk menghargai penemu telepon, Alexander
Graham Bell). Besaran itu disebut Taraf Intensitas Bunyi atau Intensitas
Relatif, yang secara sistematis dinyatakan sbb.
𝐼
𝑇𝐼 = 10 log
𝐼0

13
B. GELOMBANG CAHAYA
Cahaya adalah rambatan dari getaran medan listrik dan medan magnetik
yang saling tegak lurus, keduanya saling tegak lurus dengan arah rambat cahaya.
Cahaya termasuk gekombang elektromagnetik. Getaran medan listrik dan medan
magnet dapat merambat, baik ada medium ataupun tidak sehingga cahaya sebagai
gelombang elektromagnetik dapat merambat tanpa memerlukan medium. Sebagai
gelombang , cahaya mengalami gejala dispersi, pemantulan, pembiasan, difraksi,
interferensi, polarisasi dan efek Doppler.
1. Polarisasi cahaya
Gelombang cahaya termasuk gelombang transversal sehingga mengalami
polarisasi linear yaitu getaran dari gelombang selalu terjadi dalam satu arah
saya( arah polarisasi). Gelombang cahaya memiliki arah getaran medan listrik
dan medan magnetik yang saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap
arah rambat gelombang cahaya. Kuat medan listrik jauh lebih besar dari pada
kuat medan magnetik (E = cB). Ada empat cara menghilangkan dan
memindahkan arah getar :
a. Polarisasi dengan penyerapan selektif adalah teknik berdasarkan penyerapan
arah getar.
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya
tak terpolarisasi (cahaya alami) dan analisator berfungsi untuk mengurangi
intensitas cahaya terpolarisasi.
Berdasarkan persamaan hukum Malus
1
I2=I1 cos2 θ = 2 I0 cos2 θ

Dapat diperoleh hasil sebagai berikut “

Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem polaroid mencapai


maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar (θ=0ᵒ atau 180ᵒ)
dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus (
θ=90ᵒ)

b. Polarisasi dengan pemantulan, jika seberkas menuju kebidang batas antara


dua medium , sebagian cahaya akan dipantulkan yaitu ;
1. Cahaya pantul tak terpolarisasi

14
2. Cahaya pantul terpolarisasi sebagian
3. Cahaya pantul terpolarisasi sempurna.
a. Polarisasi cahaya oleh pemantulan pada sudut brewster
b. Cahaya pantul dipolarisasi sempurna dalam arah sejajar bidang
pantul. Cahaya bias terpolarisasi sebagian, membuat sudut 90ᵒ
terhadap cahaya pantul. Dengan menggunakan persamaan n1 sin θ1 =
n2 sin θ2 dan θ1= θB akan diperoleh persamaan berikut

𝑛
Tan θB =𝑛2 (Hukum Brewster)
1

c. Polaroid dengan pembiasan ganda


d. Polarisasi dengan hamburan adalah penyerapan dan pemancaran
kembali cahaya oleh partikel-partikel. Hamburan dapat menyebabkan
cahaya matahari tak terpolarisasi menjadi cahaya terpolarisasi
sebagian atau terpolarisasi sempurna.
Dalam peristiwa langit biru, dapat disimpulkan bahwa untuk
intensitas cahaya datang tertentu, intensitas cahaya yang
dihamburkan bertambah dengan bertambahnya frekuensi. Cahaya
biru memiliki frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi merah
sehingga cahaya biru dihamburkan lebih banyak dari pada cahaya
merah.
2. Difraksi dan interferensi cahaya
a. Difraksi cahaya
1. Difraksi celah tunggal
Cahaya yang melalui celah tunggal mengalami pelenturan atau difraksi.
Hasil percobaan difraksi dapat dilihat pada gambar 9.36
(a) Jika cahaya melalui celah tanpa difraksi, hanya daerah pada layar
yang langsung berhadapan dengan celah yang diterangi.
(b) Difraksi menyebabkan cahaya melentur disekitar pinggiran celah,
membentuk suatu pola pita-pita terang dan gelap secara bergantian
pada layar.
b. Interferensi cahaya

15
Dengan menggunakan sebuah baskom kita dapat melihat bagaimana
interferensi antara dua gelombang permukaan air. Interferensi menghasilkan
pola-pola bervariasi yang dapat dilihat dengan jelas. Untuk dapat dengan
mudah mengamati interferensi syarat utama adalah kedua sumber gelombang
harus koheren artinya kedua gelombang selalu memiliki beda fase tetap (
tidak harus nol ) dan kedua gelombang harus memiliki amplitudo yang
hampr sama.
Ada tiga cara menghasilkan pasangan sumber cahaya
1. Sinari dua(atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari
celah tunggal.
2. Dapatkan sumber-sumber koheren maya dari sebuah sumber cahaya
dengan pemantulan
3. Gunakan sinar laser sebagai penghasil cahaya koheren.
a. Interferensi celah tunggal
Pita-pita terang dan gelap bergantian dengan jarak pisah yang
seragam atau yang disebut interferensi young.
a) Analisis kuantitatif inteferensi celah ganda young
Cahaya datang pada layar pertama yang diberi celah S0 menuju ke
layar kedua yang diberi celah S1 dan S2. Gelombang S1 dan S2
berasal dari satu sumber cahaya S0 sehingga kedua celah tersebut
berlaku sebagai pasangan sumber cahaya koheren.
Interferensi maksimum ( konstruktif) adalah Pita terang(garis terang)
terjadi jika cahaya dari kedua celah dan terjadi jika kedua gelombang
yang berpadu memiliki fase sama Dan interferensi minimum
(destruktif) adalah pita terang (garis gelap) terjadi jika cahaya dari
kedua celah dan terjadi jika kedua gelombang berlawanan fase.
b. Interferensi pada lapisan tipis
Syarat agar pada suatu lapisan tipis terjadi
Interferensi konstruktif
1
ΔS = 2t = mχ’+2 χ’
1
ΔS = 2t = (m+2) χ’dengan m = 0 , 1 ,2, 3

4. Kisi Difraksi

16
Thomas Young dengan menggunakan percobaan celah ganda telah dapat
mengukur panjang geombang cahaya. Untuk mengukur panjang
gelombang dengan lebih teliti harus digunakan penghalang yang
memiliki sejumlah besar celah-celah sejajar , celah ini disebut kisi
difraksi. Kisi difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk
menganalisis sumber-sumber cahaya. celah diantara goresan-goresan
bersifat transparan terhadap cahaya dan bertindak sebagai celah-celah
yang terpisah. Sebuah kisi dapat memiliki ribuan garis atau goresan
persentimeter. Untuk menentukan jarak antarcelah atau tetapan kisi maka
harus terdapat N garis persatuan panjang tetapan kisi . d adalah
kebalikan dari N

1
𝑑= 𝑁

Suatu gelombang cahaya datang dari kiri berarah normal(tegak lurus )


terhadap bidang kisi. Pola intensitas cahaya yang dibentuk pada layar
adalah hasil dari efek gabungan interferensi dan difraksi. Sesuai dengan
teori Huygens , tiap celah bertindak sebagai suatu sumber gelombang dan
semua gelombang berawal pada tiap celah dalam fase sama.
Pada kisi difraksi tidak ada persamaan untuk garis gelap ( kisi minimum)
spektrum yang dihasilkan jika sinar putih ditujukan pada kisi. Jika sinar
putih ditujukan pada kisi, akan terjadi penguraian warna oleh kisi akibat
panjnag gelombang tiap-tiap komponen warna tidak sama. Spektrum
orde pertama akan terdiri atas enam garis, demikian juga dengan
spektrum orde lainnya .

17
E. SOAL MISKONSEPSI

1. Untuk suhu yang sama, cepat rambat bunyi dalam gas karbon dioksida lebih besar
daripada oksigen.
Jawab:
Salah, karbon dioksida memiliki nomor massa sebesar 44 dan oksigen memiliki
𝑅𝑇
nomor massa sebesar 32. Dari persamaan 𝑣 = √𝛾 , maka yang memiliki cepat
𝑀

1
rambat bunyi paling besar adalah dalam oksigen karena 𝑣 ~ 𝑀

2. Ketika anda berbincang-bincang di lantai dua pada siang hari tidak terdengar jelas
dibandingkan berbincang-bincang di lantai satu pada malam hari.
Jawab:
Benar, karena pada siang hari di lantai 2 suhu udara lebih dingin daripada di lantai
1, sehingga medium lantai 2 lebih rapat daripada lantai 1 yang menyebabkan bunyi
merambat menjahui garis normal. Sedangkan saat malam hari suhu di lantai 2 lebih
tinggi dan di lantai 1 suhunya lebih rendah, sehingga medium lantai 1 lebih rapat
daripada lantai 2 yang menyebabkan bunyi merambat mendekati garis normal.
3. Memetik senar gitar yang bawah suaranya lebih nyaring daripada ketika memetik
senar yang atas.
Jawab:
Benar, karena senar gitar yang paling bawah memiliki luas penampang lebih kecil
sehingga bunyinya lebih nyaring. Sesuai dengan Hukum Mersenne yaitu 𝑓 =
1 𝐹 1
√ , 𝑓~ 𝐴
2𝐿 𝜌𝐴

4. Saat kisi disinari cahaya putih, pusatnya tampak putih tetapi pada spektrum orde
lainnya tampak berbagai garis warna.
Jawab:
Benar, karena cahaya putih adalah cahaya polikromatik yaitu gabungan beberapa
warna. Sehingga ketika cahaya putih dikenakan pada kisi akan terbentuk garis-garis
warna.
5. Terjadinya polarisasi cahaya membuktikan bahwa cahaya adalah gelombang
transversal.
Jawab:

18
Benar, karena yang hanya bisa terpolarisasi adalah gelombang transversal.
6. Langit di bulan terlihat oleh astrounot berwarna biru.
Jawab :
Tidak, karena di bulan tidak ada atmosfer sehingga cahaya yang ada tidak
dihamburkan. Sedangkan di bumi memiliki atmosfer yang membuat adanya
hamburan cahaya yang datang. Cahaya biru memiliki frekuensi yang lebih rendah
sehingga cahaya biru lebih banyak dihamburkan.
7. Jika tidak terjadi difraksi, tidaklah mungkin bagi kita untuk melihat pola gelap
terang interferensi dalam percobaan Young.
Jawab:
Benar. Pada percobaan Young, pola interferensi yang dihasilkan celah ganda terlalu
menyebar dan kurang tajam. Tapi jika dihalangi oleh kisi yang banyak celah
dengan lebar sama maka diperoleh pola terang gelap yang lebih tajam.

19
D. CONTOH SOAL

8. Sebuah garpu tala digetarkan di atas tabung gelas resonansi berisi air yang
mempunyai luas penampang 10 𝑐𝑚2. Ketika tinggi air mencapai 0,2 𝑚 pada gelas
terjadi resonansi pertama. Jika sejumlah 400 𝑐𝑚3 air dibuang, terjadi resonansi
kedua. Kelajuan bunyi di udara 300 𝑚⁄𝑠. Frekuensi garpu tala yang dipakai
adalah..
Penyelesaian:
Diketahui:
𝐴 = 10 𝑐𝑚2
𝑉 = 400 𝑐𝑚3
𝑣 = 300 𝑚⁄𝑠
Ditanya : 𝑓...?
Jawab :
3𝜆 𝜆 𝜆
∆𝑙 = 𝑙2 − 𝑙1 = − =
4 4 2
Agar dari resonansi pertama terjadi resonansi kedua, 400 𝑐𝑚3 air dibuang. Luas
penampang tabung 10 𝑐𝑚2 sehingga panjang kolom udara bertambah.
400 𝑐𝑚3
Δ𝑙 = = 40 𝑐𝑚
10 𝑐𝑚2
𝜆
Dengan demikian diperoleh persamaan Δ𝑙 = 2 = 40 𝑐𝑚, 𝜆 = 80 𝑐𝑚 = 0,8 𝑚.
𝑣 300𝑚⁄𝑠
Kelajuan bunyi 𝑣 = 300 𝑚⁄𝑠 sehingga dari 𝑣 = 𝜆𝑓 diperoleh 𝑓 = 𝜆 = =
0,8 𝑚

375 𝐻𝑧.
Frekuensi garpu tala yang dipakai adalah 375 𝐻𝑧
2. Kereta api bergerak melewati stasiun Padalarang dengan kecepatan 20 𝑚⁄𝑠
sambil membunyikan sirene dengan frekuensi 2.000 𝐻𝑧. Jika cepat rambat bunyi
di udara 340 𝑚⁄𝑠, berapa frekuensi bunyi yang didengar oleh pengamat yang
diam di stasiun, jika kereta:
a. Mendekati stasiun;
b. Menjauhi stasiun.
Penyelesaian:
Diketahui:

20
𝑣𝑠 = 20 𝑚⁄𝑠
𝑓𝑠 = 2.000 𝐻𝑧
𝑣 = 2.000 𝐻𝑧
𝑣𝑝 = 0
Ditanya :
a. 𝑓𝑝 (kereta mendekati stasiun)
b. 𝑓𝑝 (kereta menjauhi stasiun)
Jawab :

a. Untuk kasus kereta mendekati stasiun, arah positif dari 𝑣𝑝 dan 𝑣𝑠 adalah arah
dari S ke Pyaitu ke kanan (lihat gambar)
𝑣𝑠 = +20 𝑚⁄𝑠 karena searah dengan arah S ke P
𝑣𝑝 = 0 karena pendengar diam
Frekuensi yang didengan pengamat, dihitung dengan persamaan:
𝑣 − 𝑣𝑝 340 − 0 340
𝑓𝑝 = 𝑓𝑠 = (2.000) = (2.000) = 2.125 𝐻𝑧
𝑣 − 𝑣𝑠 340 − (+20) 320
b. Untuk kasus kereta menjauhi stasiun, arah positif dari 𝑣𝑝 dan 𝑣𝑠 adalah arah
dari S ke P, yaitu ke kiri (lihat gambar)
𝑣𝑠 = −20 𝑚⁄𝑠 karena 𝑣𝑠 berlawanan arah dengan arah S ke P
Frekuensi pengamat:
𝑣 − 𝑣𝑝 340 − 0 340
𝑓𝑝 = 𝑓𝑠 = (2.000) = (2.000) = 1.889 𝐻𝑧
𝑣 − 𝑣𝑠 340 − (−20) 360
3. Celah tunggal selebar 0,10 𝑚𝑚 disinari berkas cahaya dengan 𝜆 = 6.000 Å. Pola
difraksi yang terjadi ditangkap oleh layar pada jarak 40 𝑐𝑚 dari celah. Tentukan
jarak antara pita gelap ketiga dengan titik tengah terang pusat.
Jawab:
Lebar celah =𝑑 = 0,10 𝑚𝑚
Pita gelap ketiga berarti 𝑛 = 3

21
𝜆 = 6.000 Å = 6.000 × 10−7 𝑚𝑚
𝐿 = 40 𝑐𝑚 = 400 𝑚𝑚
Hitung dahulu sudut simpang 𝜃 dengan
persamaan:
𝑑 sin 𝜃 = 𝑛𝜆
(0,10) sin 𝜃 = 3(6.000 × 10−7 )
18.000 × 10−7
sin 𝜃 = = 0,018
0,10
Sekarang perhatikan segitiga siku-siku SOP. Dalam segitiga ini 𝑦 jauh lebih kecil
daripada 𝐿 sehingga sudut 𝜃 adalah sudut yang kecil. Untuk sudut yang kecil kita
dapat melakukan pendekatan sin 𝜃 ≈ tan 𝜃
𝑦
sin 𝜃 ≈ tan 𝜃 =
𝐿
𝑦
0,018 =
400
𝑦 = 0,018 (400 𝑚𝑚) = 7,2 𝑚𝑚
Jadi, jarak pita gelap ketiga dari titik tengah terang pusat adalah 7,2 𝑚𝑚
4. Seberkas cahaya monokromatik dengan panjang gelombang 600 𝑛𝑚 (1 𝑛𝑚 =
10−9 𝑚) menyinari tegak lurus suatu kisi yang terdiri atas 200 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠⁄𝑚𝑚.
Tentukan:
a. Sudut deviasi orde kedua,
b. Orde maksimum yang mungkin terlihat pada layar.
Jawab:
𝜆 = 600 𝑛𝑚 = 600 × 10−9 𝑚 = 6 × 10−7 𝑚
𝑁 = 200 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠⁄𝑚𝑚
a. Hitung dahulu tetapan kisi, 𝑑, dengan persamaan
1 1
𝑑= = 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠⁄𝑚𝑚 = 5 × 10−3 𝑚𝑚 = 5 × 10−6 𝑚
𝑁 200
Hitung sudut deviasi orde kedua (𝑛 = 2) dengan persamaan
𝑑 sin 𝜃𝑛 = 𝑛𝜆
𝑑 sin 𝜃2 = 2𝜆
2𝜆
sin 𝜃2 =
𝑑

22
2(6 × 10−7 𝑚)
sin 𝜃2 = = 0,24
5 × 10−6 𝑚
𝜃2 = 13,9𝑜
b. Gunakan kembali persamaan
𝑑 sin 𝜃𝑛 = 𝑛𝜆
𝑛𝜆
sin 𝜃𝑛 =
𝑑
𝑛(6 × 10−7 𝑚)
sin 𝜃𝑛 = = 0,12𝑛 ≤ 1
5 × 10−6 𝑚
1
𝑛≤
0,12
𝑛 ≤ 8,3
Nilai maksimum fungsi sinus adalah satu sehingga kita peroleh orde maksimum
𝑛 yang mungkin terlihat pada layar, yaitu 8

23
Kelompok :
______________________________________________________________
Nama :
______________________________________________________________

A. Kompetensi Inti
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
4.10 Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan atau cahaya beserta
presentasi hasil percobaan dan makna fisisnya misalnya sonometer dan
difraksi.
C. Indikator
4.10.1 Melakukan percobaan tentang pola difraksi dan interferensi gelombang
cahaya.
4.10.2 Menganalisis data hasil percobaan pola difraksi dan interferensi
gelombang cahaya.
4.10.3 Menyimpulkan data hasil percobaan pola difraksi dan interferensi
gelombang cahaya.
4.10.4 Mempresentasikan hasil percobaan pola difraksi dan interferensi
gelombang cahaya.
D. Tujuan Percobaan
1. Menyelidiki terjadinya difraksi dan interferensi cahaya.
2. Menentukan panjang gelombang cahaya lampu.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya difraksi dan interferensi cahaya?
2. Berapa panjang gelombang cahaya lampu?
E. Rumusan Hipotesis

24
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
F. Identifikasi Variabel
Variabel Manipulasi :
__________________________________________________
Variabel Respon :
__________________________________________________
Variabel Kontrol :
__________________________________________________
G. Alat dan Bahan
1. Kotak cahaya 3 buah
2. Rel optik 1 buah
3. Dudukan optik 1 buah
4. Layar 1 buah
5. Mistar 1 buah
6. Power supply 1 buah
7. Kisi difraksi 1 buah
8. Filter merah 1 buah
9. Filter hijau 1 buah
10. Kabel penghubung 2 buah
H. Langkah Kerja
1. Susun peralatan seperti pada gambar disamping.
2. Atur jarak lampu dan lensahingga pada layar terjadi bayangan tajam dari
filamen lampu yang dipandangi filter merah, sebelum kisi dipasang.
Usahakan agar filamen lampu vertikal.
3. Pasang kisi difraksi, dan amati yang terjadi pada layar agar tampak spektrum
yang tajam dengan menggeser kedudukan layer
4. Ukur jarak kisi ke layar 𝑙 = (1,00 ± 0,05)10−2 𝑚
5. Ukur jarak terang pusat dan terang berikutnya yang persis warna lampunya
(𝑦 = ⋯ 𝑚)

25
6. Ulangi kegiatan tersebut untuk orde ke 𝑘 = 2, 3. Tanpa memadamkan
lampu, menggeser layar secara perlahan mendekati kisi dan mengamati
bayangan yang terjadi.
7. Hitung panjang gelombang cahaya lampu.
8. Ulangi kembali langkah diatas dengan menggunakan filter hijau jika
mungkin.
9. Bandingkan panjang gelombang merah dengan panjang gelombang cahaya
biru.
10. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

I. Rancangan Percobaan

Gambar 1. Rancangan percobaan Difraksi gelombang cahaya


J. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan
𝑑=⋯ 𝑙=⋯ 𝑉=⋯ 𝑓𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 = ⋯
Filter Orde (𝑘) 𝑦
Merah 1 ...
2 ...
Hijau 1 ...
2 ...

K. Pembahasan
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________

26
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
L. Kesimpulan
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung: ITB.

Satriawan, Mirza. 2007. Fisika Dasar. Bandung: ITB.

Kanginan, Marthen. 2016. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI Edisi Revisi. Jakarta:
Erlangga.

28

Anda mungkin juga menyukai