Anda di halaman 1dari 31

HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Oleh :
Nama/NIM : Ariel Ferdiansyah
Fakultas/Jurusan : FMIPA/KIMIA
Kelompok : 8
Asisten : Khaulah Al Mujaddidah
Tanggal Praktikum/Jam :

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum ohm merupakan penulisan hubungan antara kuat arus listrik dan
tegangan secara matematis. Rangkaian listrik kuat arus dapat membentuk
rangkaian seri maupun rangkaian paralel. Sebuah rangkaian dikenal dengan arus
listrik (I), tegangan (V), dan hambatan (R). Hukum ohm menjelaskan bahwa besar
arus yang mengalir melalui sebuah penghantar atau konduktor akan berbanding
lurus dengan beda potensial atau tegangan, serta berbanding terbalik dengan
hambatannya. Hukum ohm merupakan hukum dasar pada rangkaian listrik,
penggunaannya tidak hanya membantu kita dalam menghitung, tapi juga dapat
memperkecil arus listrik, memperkecil tegangan pada rangkaian dan juga
memperoleh nilai resistansi atau hambatan yang diperlukan (Saefullah, 2018).
Rangkaian listrik adalah sebuah rangakaian dengan lintasan yang dilalui dari
sumber daya dan kembali lagi. Menyusun rangkaian seri atau parallel dapat
dipelajari dalam hokum ohm. Pengukuran arus listrik dalam rangkaian seri atau
parallel dilengkapi dengan amperemeter. Pengukuran tegangan atau beda
potensial dapat diukur menggunakan voltmeter. Rangkaian listrik harus memiliki
sebuaah hambatan. Rangkaian seri seluruh komponennya disusun secara
berurutan, sedangkan rangkaian paralel seluruh komponennya atau beban
listriknya dirangkai secara berderet. Konsep dari hokum ohm yaitu semakin besar
sumber tegangan maka semakin besar kuat arus yang dihasilkan. Hambatan listrik
tidak dipengaruhi oleh besarnya tegangan dan arus listrik, tetapi dipengaruhi oleh
panjang penampang luas dan jenis hambatan (Akhpriliano, 2017).
Percobaan menengenai hukum ohm dan rangkaian seri - paralel sangat erat
kaitannya dengan penentuan besar kuat arus listrik dan tegangan pada suatu
benda, karena ada perlakuan pemindahan energi listrik di dalamnya. Praktikum
kali ini menggunakan berbagai alat yang berfungsi untuk menentukan tegangan
dan kuat arus listrik pada suatu rangkaian seri maupun paralel. Alat-alat yang
digunakan antara lain catu daya, kabel peghubung merah dan hitam, papan
rangkaian, saklar,

2
jembatan penghubung, mulimeter dan resistor dengan besar hambatan yang
berbeda. Praktikum kali ini dilakukan sebanyak tiga kali percobaan. Percobaan
pertama yakni mengukur tegangan dan kuat arus listrik menggunakan indikator
nyala tidaknya lampu dengan rangkaian yang sudah ditentukan. Percobaan kedua
yakni menyelidiki karakteristik hukum ohm dengan cara mengitung kuat arus dan
tegangan menggunakan dua multimeter sekaligus. Percobaan terakhir yakni
menghitung tegangan dan kuat arus listrik menggunakan rangkaian seri maupun
paralel menggunakan besar catu daya dan resistor yang berbeda.
Hubungan arus listrik, tegangan, dan hambatannya yang mengalir melalui
sebuah penghantar dapat diketahui dengan konsep hukum Ohm. Percobaan
hukum Ohm dilakukan agar kita tahu bahwa dalam kehidupan sehari-hari peranan
ilmu fisika yaitu hukum Ohm penting untuk dipahami. Arus listrik yang mengalir
pada alat-alat elektronik melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus
dengan beda potensial atau tegangan yang diperoleh. Manfaat dari praktikum ini
dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui penerapan hukum Ohm.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum hukum ohm & rangkaian seri-paralel adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik Hukum Ohm berdasarkan percobaan yang telah


dilakukan?

2 Bagaimana pengaruh variasi sumber tegangan dan hambatan pada percobaan


yang dilakukan ?
3 Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel
berdasarkan percobaan yang dilakukan?

1.3 Tujuan
Tujuan pada praktium Hukum Ohm dan Eangkaian Seri-Paralel adalah sebagai
berikut :
1. Mempelajari karakteristik Hukum Ohm
2. Menyelidiki krakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang (paralel) dan tak bercabang (seri).

3
Hasil yang hendak dicapai.

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum Hukum Ohm dan Rangkaian Seri – Paralel adalah:
Manfaat yang didapat praktikan dari praktikum kali ini adalah praktikan dapat
mengetahui dan memahami karakteristik Hukum Ohm dan juga dapat menyelidiki kuat
arus listrik dan tegangan dari rangkaian seri dan paralel. Pemahaman mengenai
tegangan dan kuat arus listrik yang dimiliki suatu benda sangat bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita menemukan barang-barang di sekitar kita yang
memiliki tegangan dan kuat arus listrik Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering
menggunakan listrik dan sudah bukan sesuatu yang asing. Cntohnya saat kita
menyolokkan kabel charge, dan lain lain. Praktikum kali ini akan menambah wawasan
praktikan mengenai karakteristik Hukum Ohm dan besar tegangan dan kuat arus listrik
pada rangkaian seri dan paralel, dimana ilmu tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat memudahkan praktikan untuk mengetahui besar arus listrik dan
tegangan pada benda di sekitarnya.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Sejarah hukum Ohm berawal dari seorang fisikawan asal Jerman bernama
George Ohm melakukan suatu penelitian dari tahun 1825 sampai 1826. Percobaan
George Ohm dilatarbelakangi karena terisnspirasi dari penelitian Fourier tentang
heat conduction. Percobaan ini awalnya menggunakan elemen volta sebagai
sumber tegangan, namun beralih menggunakan Thermocouple karena dianggap
lebih stabil. Alat yang digunakan adalah galvanometer yang digunakan untuk
mengukur arus pada sebuah penghantar yang diberi tegangan listrik. Percobaan
menghasilkan sebuah pernyataan bahwa besarnya beda potensial yang dihasilkan
berbanding lurus dengan suhu pada junction (Utami dkk, 2022).
Tahun 1827 seorang ahli fisika bernama George Simon Ohm
menyimpulkan bahwa kuat arus listrik yang mengalir melalui penghantar
sebanding dengan tegangan atau beda potensial suatu penghantar listrik tersebut.
Ohm dilahirkan di Jerman. Namanya diabadikan dalam satuan hambatan dan
nama hokum yang dikemukakannya, yaitu hukum ohm. Hasil eksperimen George
Simon Ohm menggambarkan bahwa perbandingan antara arus listrik dengan
tegangan selalu konstan. Hal itu menyebabkan dihasilkannya hubungan tersebut
seperti ohmik. Pernyataan yang dikemukakan ohm kemudian dikenal dengan
hokum ohm (Hakim, 2020).
Percobaan selanjutnya adalah melakukan pengukuran dengan
galvanometer dan mengganti kabel untuk pengujian dengan berbagai panjang dan
ukuran diameter serta bahan yang berbeda. Percobaan ini memperolah hasil
bahwa besarnya pembacaan galvanometer berbanding lurus dengan suhu, namun
berbanding terbalik dengan kabel uji. Hasil ini terjadi dikarenakan panjang kabel
berbanding lurus dengan hambatan kabel (Utami dkk, 2022).

2.2 Definisi
2.2.1 Hukum Ohm
Hukum ohm merupakan hukum yang mungkin paling terkenal dari semua
hukum, teori, dan prinsip-prinsip ilmu kelistrikan. Hukum ohm membentuk titik
awal dalam studi tentang rangkaian listrik, yang ditemukan oleh George Simon
Ohm (1789-1854) dan telah menjadi suatu kehormatan miliknya dalam sejarah
5
ilmu pengetahuan. Hukum ohm menyatakan bahwa arus (I) yang mengalir melalui
konduktor sebanding dengan tegangan (V) yang diterapkan di atasnya (Hakim,
2020).

Hukum ohm menjelaaskan bahwa kuat arus listrik yang mengalir


sebanding dengan besarnya beda potensial (tegangan). Tegangan dan beda
potensial dianggap sama, meskipun sebenarnya keduanya secara konsep sangat
berbeda. Secara matematika dituliskan I∞V atau V∞I, untuk menghilangkan
kesebandingan ini, maka perlu ditambahkan sebuah konstanta yang kemudian
dikenal dengan hambatan (R) sehingga persamaannya menjadi V=I.R . V adalah
tegangan (volt), I adalah kuat arus (A), dan R adalah hambatan (Ohm). Fungsi
utama hokum ohm adalah untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus
serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa
menggunakan ohmmeter. Semakin besar sumber tegangan, maka semakin besar
arus listrik yang dihasilkan (Akhpriliano. 2017).
Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan atau beda potensial, kuat
arus, dan hambatan listrik dalam suatu rangkaian. Hukum Ohm menyatakan
bahwa besar tegangan listrik dalam sebuah rangkaian sebanding dengan kuat arus
listrik yang mengalir dalam suatu hantaran. Hukum Ohm menyatakan bahwa
tegangan listrik dalam rangkaian akan bertambah jika arus yang mengalir dalam
rangkaian bertambah (Gunawan dan Pramuwignyo, 2021). Hukum Ohm secara
sistematis dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

(2.1)

Aplikasi hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan pada


alatalat elektronik seperti televisi, kulkas, seterika, kipas angin, dan rice cooker.
Alatalat elektronik tersebut hanya akan menyala apabila mendapat aliran listrik
yang bersumber dari tegangan listrik untuk menghsilkan beda potensial. Aliran
listrik yang dipakai untuk penggunaan alat-alat elektronik seperti menyalakan
lampu, menanak nasi, dan menghidupkan televisi atau kipas angin. Hukum Ohm
juga dimanfaatkan untuk membuat sebuah rangkaian listrik, seri, dan gabungan
(Kasli dkk, 2020).
Gambar 2.1 Penghantar Arus Listrik

6
(Tim Penyusun, 2023)

2.2.2Definisi Rangkaian Listrik


Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan minimal mempunyai satu lintasan
tertutup. Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan
yang mengalir dalam satuan waktu dengan symbol I, dengan kata lain arus adalah
muatan yang bergerak. Selama matan bergerak maka akan muncul arus, tetapi jika
muatan diam maka arus pun akan hilang (Rosman, dkk. 2019).

Tegangan atau sering kali orang menyebut dengan beda potensial (voltage)
adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan suatu muatan (sebesar satu
coloumb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/ kutub ke terminal/
kutub lainnya atau pada kedua terminal/ kutub akan mempunyai beda potensial
jika kita menggerakkan muatan sebesar 1 C dari satu terminal ke terminal lainnya.
Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang
dikeluarkan, sehingga pengertian di atas dapat dipersingkat bahwa tegangan
adalah energy per satuan muatan. Karakteristik dari suatu arus dan tegangan pada
suatu rangkaian memiliki ciri dan sifat yang khas, tergantung pada jenis
rangkaiannya. Rangkaian seri terjadi pembagian tegangan, sedangkan pada
rangkaian parallel sebaliknya terjadi pembagian arus (Rosman, dkk. 2019).
Hambatan atau resistensi adalah kemampuan benda untuk menahan aliran
arus listrik. Penghantar listrik (konduktor) memiliki hambatan. Variabel yang
berpengaruh pada nilai hambatan penghantar adalah panjang penghantar (L), luas
penampang (A), jenis penghantar (P), dan suhu (T) (Dhiyaulhaq, 2014). Resistor
merupakan komponen yang paling sering ditemukan dalam rangkaian elektronika.
Pada dasarnya resistor merupakan komponen elektronika pasif yang memiliki
nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan
mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika. Resistor digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam rangkaian. Pada hokum ohm
diketahui hambatan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut ohm (Sofiana, dkk. 2017).

7
A. Rangkaian Seri
Rangkaian seri merupakan suatu rangkaian listrik yang disusun secara
sejajar (seri). Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang
dihubungkan ke catu daya lewat suatu rangkaian. Ada 4 sifat-sifat dari rangkaian
seri. Pertama, tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika
besar tahanan sama. Jumlah penurunan tegangan dari masing-masing tahanan
seri adalah sama dengan tegangan total sumber tegangan. Kedua, apabila satu
beban dari raangkaian tidak terhitung aliran arus terhenti. Ketiga, arus yang
mengalir pada masing beban sama. Keempat, yaitu banyak beban listrik yang
dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total rangkaian menyebabkan
naiknya penurunan arus yang mengalir dalam ranagkaian. Arus yang mengalir
tergantung pada jumlah besar tahanan beban dalam rangkaian (Rosman dkk.
2019)

B. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet
(paralel). Rangkaian paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu
bagian garis edar untuk mengalirkan arus. Sebagian besar tahanan dirangkai
dalam rangkaian parallel, tahanan total rangkaian mengecil, oleh karena itu arus
total lebih besar. Tahanan total rangkaian paralel adalah lebih kecil dari tahanan
yang terkecil dalam rangkaian. Rangkaian paralel jika terjadi salah satu cabang
tahanan paralel putus, arus akan terputus hingga pada rangkaian tahanan tersebut.
Rangkaian cabang lain tetap bekerja tanpa gangguan oleh rangkaian cabang yang
terputus terssebut. Masing-masing cabang dalam rangkaian paralel adalah
rangkaian individu. Arus masing-masing cabang adalah tergantung besar tahanan
cabang. Tegangan pada masing-masing beban listrik dalam rangkaian parallel
sama dengan tegangan sumber (Rosman dkk. 2019)

8
2.3 Literatur
Praktikum mengenai Hukum Ohm dan Rangkaian Seri - Paralel pernah
dilakukan oleh Yasu dan Hadi (2021) dengan judul “Pengaruh Tegangan
Terhadap Besar Kuat Arus Listrik Pada Persamaan Hukum Ohm” dengan hasil
penelitian yang diperoleh melalui hasil hasil uji simulasi menggunakan software
proteus.Hasil dari percobaan yang dilakukan oleh Yasu dan Hadi dapat
diidentidikasi melalui tabel berikut :

‘Grafik Hasil percobaan variasi tegangan dan hambatan’

Dari hasil percobaan dan perhitungan diatas bahwa hasil yang di dapat
keduanya sama. Dari pengukuran dapat dianalisa sesuai dengan hokum
ohm yaitu besarnya arus listrik berbanding terbalik dengan resistansi. Diketahui
ketika variable tegangan naik dengan resistansi konstan maka arus juga naik,
sebaliknya jika tegangan konstan dan variable resistansi naik maka arus
semakin turun.
Percobaan kali ini bermaksud untuk membuktikan hukum yang dicetuskan
oleh George Simon Ohm, yang dilakukan menggunakan metode eksperimen.
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan oleh Yusa dan Hadi (2021) adalah
Besarnya arus listrik sebanding dengan tegangan listrik dan berbanding
terbalik dengan resistansi. Besarnya tegangan dan kontan resistansi maka arus
naik. Sebaliknya jika resistansi naik maka arus semakin turun.

9
10
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ukum Ohm dan Rangkaian Seri –
Paralel adalah sebagai berikut :

1. Catu daya berfungsi sebagai penyearah dari AC ke DC serta sebagai power


suply.

2. Kabel penghubung merah berfungsi untuk menghubungkan arus listrik yang


memuat listrik positif.

3. Kabel penghubung hitam berfungsi untuk menghubungkan arus listrik yang


memuat listrik negatif.

4. Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat untuk merangkai


komponenkomponen menjadi satu rangkaian elektronika.

5. Skalar 1 kutub berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan arus listrik.


6. Jembatan penghubung berfungsi untuk menghubungkan aliran arus listrik.
7. Meter dasar 90 berfungsi untuk mengukur tegangan dalam suatu rangkaian
listrik.

8. Multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan, kuat arus, dan hambatan


dalam suatu rangkaian listrik.

9. Resistor 4,7 ohm, 47 ohm, dan 100 ohm berfungsi sebagai pembagi arus
dan tegangan serta sebagai penurun tegangan dan penghambat aliran arus
listrik
3.2 Metode Kerja
3.2.1 Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang digunakan pada percobaan hukum ohm dan
rangkaian seri-paralel meliputi:

11
1. Hukum Ohm

Gambar 3.1
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)
2 Rangkaian Seri

Gambar 3.2
(Sumber :Tim Penyusun, 2023)
3. Rangkaian Paralel

Gambar 3.3
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)

12
4. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus

Gambar 3.4
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)

5. Perubahan Rangkaian

Gambar 3.5
(Sumber : Tim Penyusun,2023)

6. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

13
Gambar 3.6
( Sumber : Tim Penyusun, 2023)

Gambar 3.7
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)
7. Rangkaian Seri

Gambar 3.8
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)

14
Gambar 3.9
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)
8. Rangkaian Paralel

15
Gambar 4.1
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)

Gambar 4.2
(Sumber : Tim Penyusun, 2023)
3.2.2 Variabel eksperimen
a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat yang
sengaja dibuat berbeda, atau variabel bebas adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam Hukum
Ohm dan Rangkaian Seri – Paralel adalah tegangan, kabel penghubung dan
saklar

b Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat sama untuk semua perlakuan,
artinya variabel kontrol adalah variabel yang mengontrol keadaan atau
variabel pembanding terhadap variabel yang ditelah di uji. Variabel kontrol
dalam Hukum Ohm dan Rangkaian Seri – Paralel adalah rangkaian paralel
dan rangkaian seri.

c. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, atau
variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel terikat pada praktikum Hukum Ohm dan Rangkaian
16
Seri – Paralel adalah resistor, meter dasar 90 , multimeter, papan rangkaian,
jembatan penghubung, dan catu daya.

3.2.3 Prosedur Kerja


3.2.2.1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
1. Disusun rangkaian listrik seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.4.
2. Dihubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan
off). Pilih tegangan pada skala 3 V.
3. Dipilih voltmeter pada skala 10 VDC.
4. Ditutup/ dihidupkan saklar. Diamati besar tegangan pada voltmeter
kemudian dicatat pada tabel.
5. Dibuka/dimatikan saklar. Diubah tegangan pada catu daya menjadi 6
VDC, lalu dilakukan kembali langkah 4.
6. Diubah rangkaian pada Gambar 3.1 menjadi seperti Gambar 3.5.
7. Diubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam
keadaan off). Dipilih tegangan pada skala 3 V.
8. Dipilih amperemeter pada skala 5 ADC.

17
9. Ditutup dan dihidupkan saklar. Diamati besar kuat arus pada amperemeter
kemudian dicatat pada tabel.
10. Dibuka/ dimatikan saklar. Diubah tegangan pada catu daya menjadi 6
VDC. Dilakukan kembali langkah 9.

3.2.2.2 Menyelidiki karakteristik hukum Ohm


1. Disusun rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6. Digunakan
R1=100Ω.
2. Di dalam keadaan off (saklar terbuka), dihubungkan rangkaian
dengan catu daya. Dipilih pada skala 3 VDC.
3. Dihidupkan saklar dan diamati pembacaan skala pada Amperemeter
dan Voltmeter. Dicatat pada tabel pengamatan.
4. Dimatikan saklar, dinaikkan catu daya pada skala 6 VDC. Dilangi langkah
ke 3.
5. Diganti resistor dengan pertama dengan R2=47Ω (Gambar 3.6). Diulangi
langkah 2 s/d 4.

3.2.2.3 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang Rangkaian Seri
1. Disusun rangkaian seperti pada Gambar 3.8. Digunakan resistor 4,7 Ω dan
47 Ω. Dipastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Dihubungkan rangkaian dengan Amperemeter dengan batas ukur 1A pada
posisi a.
3. Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 9 VDC.
4. Ditutup saklar dan dibaca nilai kuat arus listrik (IA) yang ditunjukkan
pada amperemeter. Dicatat hasilnya.
5. Dibuuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi b, tutup saklar dan
baca nilai kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter. Diatat pada tabel
pengamatan
6. Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi c, dibaca nilai
kuat arus listrik yang terukur pada amperemeter dan catat hasilnya.
7. Dibuka saklar. Diubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 3.9.

18
8. Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Dipasang voltmeter pada posisi a sesuai yang ditunjukkan Gambar 3.9.
10. Ditutup saklar, dibaca nilai tegangan Va dan dicatat pada tabel
pengamatan.
11. Dibuka saklar, diulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi voltmeter di
b dan c. Dicatat hasilnya.
12. Dilakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi seri dari resistor 47 Ω,
dan 100 Ω.
3.2.2.4 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang Rangkaian Paralel
1. Disusun rangkaian seperti pada Gambar 4.1. Digunakan resistor R1=4,7 Ω
dan R2=47 Ω. Dipastikan saklar dalam keadaan terbuka.
2. Dihubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur
100mA pada posisi a.
3. Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya pada skala 3 VDC.
4. Ditutup saklar dan dibaca nilai kuat arus listrik (I) yang ditunjukkan
pada amperemeter. Dicatat hasilnya.
5. Dibuka saklar dan dipindahkan amperemeter pada posisi a, ditutup saklar
dan dibaca nilai kuat arus listrik (IA) pada amperemeter. Dicatat pada
tabel pengamatan.
6. Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi b, dibaca nilai kuat
arus listrik yang terukur pada amperemeter dan dicatat hasilnya.
7. Dibuka saklar dan diubah rangkaian menjadi seperti pada Gambar 4.2
8. Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC.
9. Dipasang voltmeter pada posisi V sesuai yang ditunjukkan Gambar 4.2.
10. Ditutup saklar dan dibaca nilai tegangan V dan dicatat pada tabel
pengamatan.
11. Dibuka saklar dan diulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk posisi
voltmeter di a dan b. Dicatat hasilnya.
12. Dilakukan langkah-langkah di atas untuk kombinasi paralel dari resistor
47 Ω dan 100 Ω.

19
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada praktikum Hukum Ohm dan
rangkaian seri-paralel adalah analisis data kuantitatif. Perhitungan data praktikum
mengenai kalorimeter dilakukan dengan menggunakan rumus. Berikut adalah
penjabaran mengenai metode analisis data dari praktikum kalorimeter.

3.1.1 Tabel Pengamatan

Percobaan 1

Catu Daya (E) I V

Percobaan 2

Resistor (Ω) Catu Daya (E) I V


3
100
6
3
47
6

Percobaan 3 seri

Catu Daya
Posisi R1 R2 I V
(E)
A 4,7 47
B 4,7 47
C 4,7 47

Percobaan 3 paralel

Catu Daya
Posisi R1 R2 I V
(E)
A 4,7 47
B 4,7 47
C 4,7 47

3.3.2 Formula

Formula yang digunakan pada praktikum Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel
antara lain sebagai berikut:
a. Menentukan hambatan jenis

20
................................................................................................................
p= 𝐸 (3.1)
𝐽

......................................................................................................
E= 𝑉𝑎−𝑣𝑏 (3.2)
𝐿

b. Menentukan kuat arus listrik


I= Vab / R........................................................................................................(3.3)
c. Menentukan tegangan listrik
V= I.R.............................................................................................................(3.4)
d. Menentukan rambatan pada rangkaian listrik seri
Rs= R1+R2.........................................................................................................................................................(3.5)
e. Menentukan rambatan pada rangkaian listrik paralel
1/Rp = 1/R1 + 1/R2.........................................................................................................................................(3.6)

3.3.3 Tabel
Catu Daya (E) I V

Percobaan 2

Resistor (Ω) Catu Daya (E) I V


3
100
6
3
47
6

Percobaan 3 seri

Catu Daya
Posisi R1 R2 I V
(E)
A 4,7 47
B 4,7 47
C 4,7 47

Percobaan 3 paralel

Catu Daya
Posisi R1 R2 I V
(E)
A 4,7 47
B 4,7 47
C 4,7 47

21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum hukum ohm dan rangkaian seri peralel adalah
sebagai berikut.

Tabel 4.1.1 Pengukuran dan Tegangan Arus Listrik

Catu Daya (E) I V

3 0,39 30
6 0,42 60

Tabel 4.1.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

Resistor Catu Daya (E) I V

3 0,02 32
6 0,04 62
100 9 0,06 92
12 0,08 22
3 0,04 32
6 0,08 62
47 9 0,12 92
12 0,16 22

Tabel 4.1.3 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang

 Rangkaian Seri

22
Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V
A 6 0,06 66
A 9 0,08 96
B 6 0,06 66
B 4,7 47 9 0,08 96
C 6 0,06 66
C 9 0,08 96

 Rangkaian Paralel

Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V


A 6 0,28 62
A 9 0,44 92
B 6 0,28 62
B 4,7 47 9 0,44 92
C 6 0,28 62
C 9 0,44 92

4.2 Pembahasan
Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan atau beda potensial, kuat
arus, dan hambatan listrik dalam suatu rangkaian. Rangkaian listrik memiliki dua
tipe yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel. Percobaan yang dilakukan yakni
menggunakan kedua rangkaian tersebut. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan resistor 4,7 Ohm, 47 Ohm, dan 100 Ohm. Catu daya (E) yang
digunakan yaitu 3V, 6V, 9V, dan 12V.
Percobaan pertama yaitu pengukuran tegangan dan kuat arus listrik.
Rangkaian yang digunakan adalah rangkaian seri, sedangkan indikator yang
digunakan adalah lampu kecilyang ditancapkan pada resistor khusus yang
nantinya akan menyala jika kuat arus yang diberikan sesuai. Tegangan pada catu
daya yang digunakan adalah 3V dan 6V. Langkah awal yang dilakukan adalah
merangkai rangkaian seri pada papan rangkaian, menancapkan kabel penghubung
merah untuk arus positif dan penghubung hitam untuk arus negatif. Ujung kabel

23
penghubung lainnya di sambungkan dengan multimeter dan catu daya untuk
mengecek kuat arus listrik yang terbentuk akibat rangkaian seri yang dibentuk.
Langkah akhir yang dilakukan adalah dengan meng-klik saklar untuk
menghidupkan arus listrik agar lampu dapat menyala. Skala maksimum yang
digunakan adalah 100, sedangkan skala penentu yang digunakan pada percobaan
pertama yakni 1Ampere untuk penentuan kuat arus listrik dan 10Ampere untuk
penentuan tegangan.
Rumus yang digunakan untuk dapat menentukan kuat arus dan tegangan
pada praktikum kali ini adalah :
I = (Skala yang ditunjuk/skala maksimal) x skala penentu.
V= (Skala yang ditunjuk/skala maksimal)x skala penentu.
Rumus ini berlaku sampai percobaan terakhir pada praktikum kali ini.
Hasil yang diperoleh pada catu daya 3E adalah kuat arus yang keluar sebesar
0,28A dan tegangan yang keluar adalah 3V. Hasil yang diperoleh pada catu daya
6E adalah kuat arus yang keluar sebesar 0,42 A dan tegangan yang dihasilkan
adalah 5,9 V. Hasil tegangan yang keluar pada percobaan pertama (3E) sama
dengan tegangan pada catu dayanya (3V), hal ini sesuai dengan literatur dari
(Kasli,

24
2020) sehingga hasil tersebut sudah tepat dan tidak terjadi kesalahan saat
melakukan percobaan.
Percobaan kedua yaitu menyelidiki karakteristik hukum Ohm. Percobaan
kedua dirangkai secara paralel dan menggunakan dua multimeter sekaligus.
Multimeter pertama berfungsi untuk menghitung arus listrik dan multimeter
lainnya berfungsi menentukan tegangan. Indikitator yang digunakan pada
percobaan kedua ini adalah resitor, berbeda dengan percobaan pertama yang
menggunakan lampu. Percobaan kedua ini menggunakan dua resistor yaitu 100
Ohm dan 47 Ohm. Catu daya (E) yang digunakan masing-masing resistor adalah
3E(v), 6E(v), 9E(v), dan 12E(v). Hasil pada resistor 100 Ohm dengan catu daya
(E) 3V dan skala penentu 0,1 (untuk kuat arus) dan 10( untuk tegangan)
mengahasilkan kuat arus sebesar 0,03A dan tengangan sebesar 3,4V. Hasil pada
resistor 100 Ohm dengan catu daya
(E) 6V dan skala penentu sama dengan catu daya (E) 3V, menghasilkan kuat arus
0,06A dan tegangan 6V. Hasil pada resistor 100 Ohm dengan catu daya (E) 9V
dan skala penentu 1 (untuk kuat arus) dan 50 ( untuk tegangan) menghasilkan kuat
arus 0,08A dan tegangan 9V. Hasil pada resistor 100 Ohm dengan catu daya 12V
dan satuan penentu 5 (untuk kuat arus) dan 50(untuk tegangan) menghasilkan kuat
arus 0,1A dan tegangan 12V.
Hasil pada resistor 47 Ohm dengan catu daya (E) 3V dan skala tetapan 1
(untuk kuat arus) dan 10 (untuk tegangan) menghasilkan 0,06A dan 3,2V. Hasil
pada resistor 47 Ohm dengan catu daya 6V dan skala tetapan 1(untuk kuat arus)
da 10 (untuk tegangan) menghasilkan 0,1A dan 6V. Hasil pada resistor 47 Ohm
dengan catu daya 9V dengan skala tetapan 1 ( untuk kuat arus) dan 50 ( untuk
tegangan) menghasilkan 0,18A dan 9V. Hasil pada resistor 47 Ohm dengan catu
daya 12V dan skala tetapan 1 (untuk kuat arus) dan 50 (untuk tegangan)
menghasilkan 0,24A dan 11V.
Tegangan yang keluar pada resistor 47 Ohm dan 100 Ohm hampir sama
dengan besar catu daya (E) yang digunakan. Besar Tegangan pada resistor 100
Ohm dan 47 Ohm nilainya sama untuk masing-masing catu daya(E). Hasil ini
sesuai dengan literatur dimana Erfan dkk (2020), menyatakan bahwa besar
tegangan pada rangkaian paralel bernilai sama untuk setiap hambatan. Besar kuat
arus juga sesuai yang dapat dibuktikan dengan persamaan hukum Ohm yaitu
I=V/R.
25
Percobaan ketiga adalah menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan
listrik dari rangkaian bercabang dan tidak bercabang. Rangkaian listrik yang
digunakan adalah rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel. Rangkaian
seri dan rangkaian paralel terdapat tiga posisi yang digunakan yaitu posisi A, B,
dan C yang masing-masing posisinya menggunakan catu daya 6V dan 9V dan
skala penentu 1 (untuk kuat arus) dan 10 (untuk tegangan). Resistor yang
digunakan pada rangkaian seri dan paralel semua sama yaitu hambatan 1 (4,7
Ohm) dan hambatan 2 (47 Ohm).
Hasil pada rangkaian seri dengan hambatan total 51,7 Ohm menunjukkan
bahwa besar kuat arus listrik pada setiap posisi selalu sama yaitu 0,12 Ohm untuk
catu daya 6V dan 0,18 Ohm untuk catu daya 9V. Beda potensial atau tegangan
yang dihasilkan sesuai dengan besar tegangan pada catu daya. Besar tegangan
juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan V=I x R. Hasil ini sesuai
dengan literatur dimana Pratiwi dkk (2015) menyatakan bahwa besar kuat arus
total dalam rangkaian seri bernilai sama untuk setiap arus yang melewati
hambatan dan besar tegangan yang mengalir pada hambatan 1 tidak sama dengan
besar tegangan yang mengalir pada hambatan 2. Arus yang didapat pada titik a, b,
dan c secara berturut- turut menghasilkan data yang sama, untuk catu daya 6V
diperoleh arus listrik sebesar 0,10A dan untuk catu daya 9V diperoleh arus listrik
sebesar 0,14A. Pengukuran tegangan yang dilakukan dengan menggunakan posisi
yaitu a, b, dan c menghasilkan data yang tidak sesuai, untuk catu daya 6V
diperoleh tegangan sebesar 6,2V kemudian untuk catu daya 9V diperoleh
tegangan sebesar 9,2V. Data ini tidak sesuai dengan literatur Rosman dkk (2019)
menyatakan bahwa pada rangkaian seri terjadi perbedaan nilai tegangan.
Hasil pada rangkaian paralel dengan hambatan total 51,7 Ohm menunjukkan
bahwa besar tegangan yang mengalir untuk setiap posisi selalu sama yaitu 5V
untuk catu daya (E) 6V dan 7,8V untuk catu daya (E) 9V. Besar tegangan yang
dihasilkan juga sesuai dengan catu daya yang digunakan. Besar kuat arus yang
dihasilkan berbeda-beda untuk setiap posisi dan catu daya. Hasil ini sesuai dengan
literatur dimana Erfan dkk (2020), menyatakan bahwa besar tegangan pada
rangkaian paralel bernilai sama untuk setiap hambatan dan kuat arus listrik yang
diterima oleh hambatan 1 dan hambatan 2 tidak akan sama.

26
Besar kuat arus pada rangkaian seri untuk setiap Ia, Ib, dan Ic selalu bernilai
sama untuk setiap hambatan sedangkan pada rangkaian paralel kuat arusnya
merupakan total dari kuat arus untuk tiap hambatan. Besar tegangan pada
rangkaian seri untuk setiap Va, Vb, dan Vc tidak sama karena merupakan total
penjumlahan tegangan untuk tiap hambatan, sedangkan pada rangkaian paralel
besar tegangan selalu sama untuk setiap hambatan. Hasil ini membuktikan bahwa
pada rangkaian seri kuat arusnya yang bernilai sama untuk setiap hambatan,
sedangkan pada rangkaian paralel besar tegangannya yang sama untuk setiap
hambatan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Hukum Ohm dan rangkaian seri-
paralel adalah sebagai berikut.

1. Praktikkan mengetahui karakteristik Hukum ohm berdasarkan percobaan yang


telah dilakukan, yaitu hambatan sebandingan dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan kuat arus.
2. Praktikkan mengetahui pengaruh variasi sumber tegangan dan hambatan pada
percobaan yang dilakukan, semakin besar hambatan pada suatu rangkaian semakin
kecil arus pada rangkaian tersebut.
3. Mengetahui karakteristik kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel
berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada rangkaian seri kuat arus sama pada
setiap hambatan . Rangkaian paralel kuat arus dijumlahkan pada setiap
rambatannya.

5.2 Saran

Saran dari praktikum kali ini adalah sebaiknya sebelum melakukan praktikum,
praktikan diharapkan memahami tentang dasar hukum ohm dan rangkaian seri –
paralel. Praktikan juga diharapkan mengetahui fungsi setiap bagian dari alat-alat
yang digunakan pada saat melakukan praktikum, agar tidak terjadi kesalahan dan
ketidaksinkronan saat menggunakannya. Praktikkan diharapkan mampu
melakukan percobaan hukum ohm dan rangkaian seri paralel menggunakan alat
ukur voltmeter dan amperemeter untuk menghitung kuat arus dan tegangan.
Proses menghitung hasil praktik juga diharapkan dilakukan dengan teliti agar
tidak salah dalam menuliskannya, jika terdapat kesalahan pada saat proses
praktikum diharapkan agar praktik dilakukan ulang agar mendapatkan hasil yang
tidak salah dan masuk akal.
DAFTAR PUSTAKA
Akhpriliano, P. S. 2017. Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Pokok
Bahasan Listrik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika III Juli
2017 : 31-38
Dhiyaulhaq. 2014. Top Master Fisika SMA/ MA. Jakarta Selatan : PT Bintang
Wahyu
Erfan, M., M. A. Maulyda., I. Ermiana., V. R. Hidayati, dan T. Ratu. 2020. Profil
kemampuan pembedaan rangkaian seri dan paralel calon guru
sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Sains dan Matematika. 8(1).
Gunawan, S. dan E. Pramuwignyo. 2021. Analisa sistem sinkronisasi (suply PLN
dan generator sinkron tiga fase) dalam bentuk alat trainer
laboratorium. Jurnal Kajian Teknik Elektro. 6(1).

Hakim, N, dkk. 2020. Sistem Monitoring Kualitas Udara Berbasis Internet Of


Things. Prosiding the 11th Industrial Research Workshop and National
Seminar.
Kasli, E., V. R. Dewi, dan H. Mazlina. 2020. Analisis nilai hambatan jenis
aluminium berdasarkan panjang kawat yang berbeda. Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi. 6(1).

Pratiwi, E., F. S. Rondonuwu, dan D. Noviandini. 2015. Desain masalah pada topik
rangkaian listrik untuk metode pembelajaran berbasis masalah.
Jurnal Berkala Pendidikan Fisika. 6(1).
Rosman, A., dkk. 2019. Karakteristik Arus dan Tegangan pada Rangkaian Seri
dan Rangkaian Paralel dengan Menggunakan Resistor. Jurnal Ilmiah
d’computer. Vol.9 Edisi Juli : 40-43
Saefullah, A. 2018. Rancang Bangun Alat Praktikum Hukum Ohm Untuk
Memfasilitasi Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi. Jurnal Ilmiah
Penelitian dan Pembelajaran Fisika. 4(2) : 81-90

Sofiana, A., dkk. 2017. Identifikasi Nilai Hambat Jenis Arang Tempurung Kelapa
dan Arang Kayu Mangrove sebagai Bahan Alternatif Pengganti Resistor
Film Karbon. Unnes Physics Journal. 6(1) : 1-6
Tim Penyusun. 2023. Modul praktikum fisika dasar. Jember :
Universitas Jember

Utami, L. S., J. Sabaryati, dan Zulkarnain. 2022. Sejarah


Fisika. Malang:

Alhimedia Press.
Yasu, R.M., dan C.F.Hadi. 2021. Pengaruh Tegangan Terhadap
Besar Kuat Arus Listrik Pada Persamaan ukum Ohm.
Jurnal Zetroem. 3(1):34-36.
LAMPIRAN

Berisi data praktikum yang sudah di ACC oleh asisten masing-masing


secara lengkap beserta perhitungan excelnya (data analisisnya). Gambar ketika
melakukan praktikum disertai keterangan.

Anda mungkin juga menyukai