“HUKUM OHM”
NIM : 17033076
DOSEN : Desnita,M.Pd
LABORATORIUM FISIKA
2018
HUKUM OHM
A. TUJUAN
1. Menentukan constanta hokum ohm dari suatu rangkaian
2. Menyelidiki hubungan antara tegangan dengan kuat arus
C. TEORI DASAR
Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum ohm
apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku
untuk semua jenis penghantar, namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan
alasan sejarah.
Orang yang berhasil menemukan hukum ohm adalah seorang ahli fisika
bernama George Simon Ohm .Dia berhasil menemukan hubungan antara besar beda
potensial dengan besarnya kuat arus yang mengalir. Sehingga pernyataan tersebut
dinamakan dengan hukum ohm yang berbunyi : ”Kuat arus yang mengalir dalam
suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung- ujung penghantar
jika suhu penghantar tetap”. Hukum mengatakan bahwa tegangan antar bermacam –
macam jenis bahan penghantar (V) berbanding lurus dengan arus yang mengalir
pada bahan tersebut (I), atau dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
V=I.R (1)
(Moegiharto,2000)
V= I x R
Dimana,
V = tegangan dalam satuan Volt
I = arus dalam satuan Ampere
R = hambatan dalam satuan Ohm
Sebuah eksperimen mengatakan bahwa ketika sebuah kawat diberikan
beda potensial atau tegangan, maka arus di dalam kawat tersebut akan
sebanding dengan beda potensialnya. Hasil eksperimen tersebut sekarang dikenal
dengan Hukum Ohm dengan kontanta kesebandingannya ditulis dengan I/R,
dimana I merupakan kuat arus listrik dan R merupakan resistansi atau I= V/R atau
R= V/I atau V=RxI. (Tipler, Paul A.2001)
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial yaitu dengan
baterai. George Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa
arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke
ujung- ujungnya. Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga bergantung pada hambatan yang
diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan, maka makin
kecil arus suatu tegangan V. Jadi, hambatan didefenisikan sebagai arus sebanding
dengan hambatan. I= V/R, dimana R adalah hambatan kawat, V adalah beda
potensial yang melintasi alat tersebut , dan I adalah arus yang mengalir padanya.
Hubungan ini sering dituliskan : V=IxR dan dikenal sebagai Hukum Ohm (Giancoli,
Douglas c. 2001: 67-68).
Untuk mengatur besarnya arus listrik yang melewati suatu rangkaian ,
digunakan resistor (R). Resistor R dapat disusun secara seri, paralel atau
campuran(kompon). Pada pemakaian alat-alat listrik sering digunakan kawat
penghubung, yang juga mempunyai hambatan , sehingga pada kawat tersebut
akan terjadi kerugian tegangan. Kerugian tegangan dalam kawat pengubung
dapat diperkecil dengan memilih kawat-kawat yang mempunyai hambat jenis
kecil dan penampang besar. Kawat-kawat yang mempunyai hambatan listrik besar
disebut hambatan(resistor) sedangkan kawat yang mempunyai hambatan yang
sangat kecil (diabaikan) dikenal dengan nama konduktor yang baik.
Gambar 1. Aplikasi
virtual lab tentang
hukum ohm
3. Membaca tujuan
percobaan dan tabel
data yang tersedia
a. Tabel 1
2) Memvariasikan nilai tegangan (V) dan membaca nilai arus (I) yang dihasilkan oleh
perubahan tegangan (V).
2) Memvariasikan nilai tegangan (V) dan membaca nilai arus (I) yang dihasilkan oleh
perubahan tegangan (V).
c. Tabel 3
2) Memvariasikan nilai tegangan (V) dan membaca nilai arus (I) yang dihasilkan oleh
perubahan tegangan (V).
3) Mengambil 10 data dan memasukkan data pada tabel 3.
E. TABEL DATA
Tabel 3
R = 1000 Ohm
Rh=
1V
2mA |
¿
500−500
500 |∗100 =¿ 0 %
Rh=500 ohm
2. Ru=500 ohm
V=1.5 V
I= 3 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
¿|
500 |
1.5 V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
3 mA
Rh=500 ohm
3. Ru=500 ohm
V=2 V
I= 4 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
¿|
500 |
2V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
4 mA
Rh=500 ohm
4. Ru=500 ohm
V=3 V
I= 6 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
Rh=
3V
6 mA
¿ |500−500
500 |
∗100 =¿ 0%
Rh=500 ohm
5. Ru=500 ohm
V=4 V
I= 8 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
500 |
4V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
8 mA
Rh=500 ohm
6. Ru=500 ohm
V=5 V
I= 10 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
500 |
5V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
10 mA
Rh=500 ohm
7. Ru=500 ohm
V=6 V
I= 12 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
500 |
6V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
12 mA
Rh=500 ohm
8. Ru=500 ohm
V=7 V
I= 14 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
500 |
7V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
14 mA
Rh=500 ohm
9. Ru=500 ohm
V=8 V
I= 16 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
¿|
500 |
8V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
16 mA
Rh=500 ohm
¿|
500 |
9V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
18 mA
Rh=500 ohm
Perbandingan nilai tahanan pengukuran dan nilai tahanan hitungan serta persentase
kesalahan pada tabel 1.
Rh=
1V
5 mA |
¿
200−200
200 |
∗100 =¿ 0 %
Rh=200 ohm
2. V=1.5 V
I= 7.5 mA
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
Rh=
1.5V
7.5 mA |200−200
¿
200 |
∗100 =0
Rh=200 ohm
3. V=2 V
I= 10 mA
Ru=200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
200 |
2V 200−200
Rh= ∗100 =0
100 mA
Rh=200 ohm
4. V= 3 V
I= 15 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
200 |
3V 200−200
Rh= ∗100 =0
15 Ω
Rh=200 0 hm
5. V= 4 V
I= 20 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
200 |
4V 200−200
Rh= ∗100 =0
20Ω
Rh=200 0 hm
6. V= 5 V
I= 25 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿|
200 |
5V 200−200
Rh= ∗100 =0
25Ω
Rh=200 0 hm
7. V= 6 V
I= 30 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
Rh=
6V
30Ω
¿|200−200
200 |
∗100 =0
Rh=200 0 hm
8. V= 7 V
I= 35 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
¿|
200 |
7V 200−200
Rh= ∗100 =0
35Ω
Rh=200 0 hm
9. V= 8 V
I= 40 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
¿|
200 |
8V 200−200
Rh= ∗100 =0
40 Ω
Rh=200 0 hm
10. V= 9 V
I= 45 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
¿|
200 |
9V 200−200
Rh= ∗100 =0
45 Ω
Rh=200 0 hm
Perbandingan nilai tahanan pengukuran dan nilai tahanan hitungan serta persentase
kesalahan pada tabel 2.
Tabel 3.
1. Ru=1000 ohm
V=1 V
I= 1 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
1V 1000−1000
Rh= 0%
1 mA 1000
Rh=1000 ohm
2. Ru=1000 ohm
V=1.5 V
I= 1.5 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
1.5V 1000−1000
Rh= 0%
1.5 mA 1000
Rh=1000 ohm
3. Ru=1000 ohm
V=2 V
I= 2 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
2V 1000−1000
Rh= 0%
2mA 1000
Rh=1000 ohm
4. Ru=1000 ohm
V=3 V
I= 3 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
3V 1000−1000
Rh= 0%
3 mA 1000
Rh=1000 ohm
5. Ru=1000 ohm
V=4 V
I= 4 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
Rh=
4V
4 mA
¿ |1000−1000
1000 |∗100 =¿ 0%
Rh=1000 ohm
6. Ru=1000 ohm
V=5 V
I= 5 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
5V 1000−1000
Rh= 0%
5 mA 1000
Rh=1000 ohm
7. Ru=1000 ohm
V=6 V
I= 6 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
6V 1000−1000
Rh= 0%
6 mA 1000
Rh=1000 ohm
8. Ru=1000 ohm
V=7 V
I= 7 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
7V 1000−1000
Rh= 0%
7 mA 1000
Rh=1000 ohm
9. Ru=1000 ohm
V=8 V
I= 8 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
¿| |∗100 =¿
8V 1000−1000
Rh= 0%
8 mA 1000
Rh=1000 ohm
Perbandingan nilai tahanan pengukuran dan nilai tahanan hitungan serta persentase
kesalahan pada tabel 3.
G. Pembahasan
Praktikum ini menguji tentang hukum ohm. Secara teori hukum ohm berbunyi “kuat
arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara
ujung-ujung penghantar jika suhu penghantar tetap”.
Percobaan pertama untuk menentukan konstanta ohm dari suatu rangkaian.
Di sini kami menetapkan nilai tahanan yaitu 500 ohm. Dengan memvariasikan nilai
tegangan 1V, 1.5V, 2V, 3V, 4V, 5V, 6V, 7V, 8V, dan 9V. Sehingga arus yang dihasilkan yaitu 2
mA, 3 mV, 4 mV, 6 mV, 8 mV, 10 mV, 12 mV, 14 mV, 16 mV, dan 18 mV. Kemudian nilai
V
tahanan hitung kami melakukan perhitungan dengan rumus Rh= . Data pertama
I
dengan tegangan 1V dan arus 2 mA dihasilkan tahanan hitung 500 ohm dengan
persentase kesalahan 0%. Untuk data kedua sampai kesepuluh kami juga mendapatkan
persentase kesalahannya 0%. Persentase kesalahan ini bisa dilihat di pengolahan data
tabel 1. Dari percobaan yang dilakukan dan dari data yang telah diolah dapat dikatakan
data yang kami peroleh adalah akurat.
Percobaan kedua untuk menyelidiki hubungan tegangan dengan kuat
arus. Di sini kami menetapkan nilai tahanan yaitu 200 ohm. Dengan memvariasikan nilai
tegangan 1V, 1.5V, 2V, 3V, 4V, 5V, 6V, 7V, 8V, dan 9V. Sehingga arus yang dihasilkan yaitu 5
mA, 7.5 mV, 10 mV, 15 mV, 20 mV, 25 mV, 30 mV, 35 mV, 40 mV, dan 45 mV. Kemudian
V
nilai tahanan hitung kami melakukan perhitungan dengan rumus Rh= . Data
I
pertama dengan tegangan 1V dan arus 5 mA dihasilkan tahanan hitung 200 ohm dengan
persentase kesalahan 0%. Untuk data kedua sampai kesepuluh kami juga mendapatkan
persentase kesalahannya 0%. Persentase kesalahan ini bisa dilihat di pengolahan data
tabel 2. Dari percobaan yang dilakukan dan dari data yang telah diolah dapat dikatakan
data yang kami peroleh adalah akurat. Kesimpulan dari percobaan ini adalah tegangan
sebanding dengan kuat arus.
5 5
4 4
3 3
2 2
1.5
1 1
0
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05
Arus
Percobaan ketiga untuk menyelidiki hubungan tegangan dengan kuat arus. Di sini
kami menetapkan nilai tahanan yaitu 1000 ohm. Dengan memvariasikan nilai tegangan
1V, 1.5V, 2V, 3V, 4V, 5V, 6V, 7V, 8V, dan 9V. Sehingga arus yang dihasilkan yaitu 1 mA, 1.5
mV, 2 mV, 3 mV, 4 mV, 5 mV, 6 mV, 7 mV, 8 mV, dan 9 mV. Kemudian nilai tahanan hitung
V
kami melakukan perhitungan dengan rumus Rh= . Data pertama dengan tegangan
I
1V dan arus 1 mA dihasilkan tahanan hitung 1000 ohm dengan persentase kesalahan 0%.
Untuk data kedua sampai kesepuluh kami juga mendapatkan persentase kesalahannya
0%. Persentase kesalahan ini bisa dilihat di pengolahan data tabel 3. Dari percobaan yang
dilakukan dan dari data yang telah diolah dapat dikatakan data yang kami peroleh adalah
akurat. Kesimpulan dari percobaan ini adalah tegangan sebanding dengan kuat arus.
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1.5
1 1
0
0 0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Arus
H. Kesimpulan
1. Dari percobaan hukum ohm didapat nilai konstanta ohm sbagai berikut: untuk R=200
ohm nilai tahanan hitungnya 200 ohm, untuk R=500 ohm nilai tahanan hitungnya 500
ohm, untuk R=1000 ohm nilai tahanan hitungnya 1000 ohm.
2. Hubungan antara tegangan dan kuat arus adalah sebanding, semakin besar nilai
tegangan maka nilai kuat arus juga semakin besar atau sebaliknya.
Daftar Kepustakaan
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.