Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN MAGNET

“HUKUM OHM”

NAMA : ADE SONNIE AGLESIA

NIM : 17033076

PRODI : Pendidikan Fisika C

DOSEN : Desnita,M.Pd

LABORATORIUM FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
HUKUM OHM

A. TUJUAN
1. Menentukan constanta hokum ohm dari suatu rangkaian
2. Menyelidiki hubungan antara tegangan dengan kuat arus

B. ALAT DAN BAHAN


1. Virtual lab
Alat : Laptop
Bahan : Aplikasi praktikum hukum ohm (software).
2. Real lab
Alat : a. Power supply Bahan : a. Resistor
b. Multimeter b. Kabel penghubung
c. Project board

C. TEORI DASAR
Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum ohm
apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku
untuk semua jenis penghantar, namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan
alasan sejarah.
Orang yang berhasil menemukan hukum ohm adalah seorang ahli fisika
bernama George Simon Ohm .Dia berhasil menemukan hubungan antara besar beda
potensial dengan besarnya kuat arus yang mengalir. Sehingga pernyataan tersebut
dinamakan dengan hukum ohm yang berbunyi : ”Kuat arus yang mengalir dalam
suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung- ujung penghantar
jika suhu penghantar tetap”. Hukum mengatakan bahwa tegangan antar bermacam –
macam jenis bahan penghantar (V) berbanding lurus dengan arus yang mengalir
pada bahan tersebut (I), atau dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
V=I.R (1)
(Moegiharto,2000)

1. Bunyi Hukum Ohm


Hukum Ohm Berbunyi : “Kuatnya arus listrik yang mengalir pada suatu
beban listrik sebanding dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan
hambatan”.
Berikut contoh rangkaian Hukum Ohm:

Gambar 1.Rangkaian Hukum Ohm


V = Tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan
volt (V).
I = Arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere (A).
R = nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar
dalam satuan Ohm (Ω)
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefenisikan sebagai hambatan yang
digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere
dengan beda potensial 1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat
mendefenisikanpengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial
dan kuat arus. Semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang
dihasilkan. Jadi, besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar
tegangan dan arus tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang
dan jenis bahan. Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas ‘dan
jenis bahan. Hambatan berbanding lurus dengan panjang benda, semakin
panjang maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga berbanding
terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas penampangnya maka
semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel yang ada pada tiang
listrik dibuat besar- besar, tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan
sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga berbanding
lurus dengan jenis benda (hambatan jenis), semakin besar hambat jenisnya maka
semakin besar hambatan benda itu. Kalau antara dua kutub positif dan kutub
negatif dari sebuah sumber tegangan kita hubungkan dengan sepotong kawat
penghantar , maka akan mengalir arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif.
Arus ini mendapat hambatan dalam penghantar itu. Dari peristiwa diatas dapat
diketahui bahwa ada hubungan antara arus yang mengalir dalam hambatan
kawat dan adanya sumber tegangan. Besarnya arus listrik yang mengalir
tergantung dari besarnya hambatan kawat. Semakin besar hambatan kawat,
maka semakin kecil arus yang mengalir. Apabila sumber listrik bertegangan 1 Volt
dihubungkan dengan hambatan sebesar 1 Ohm, maka arus yang mengalir sebesar
1 Ampere. Dalam penyelidikannya George Simon Ohm (ahli ilmu fisika dari
Jerman) menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan akan
bertambah besar jika tegangan dinaikan, sementara nilai hambatannya tetap.
Dari uraian diatas dapat dituliskan rumus hukum Ohm, yaitu:

V= I x R

Dimana,
V = tegangan dalam satuan Volt
I = arus dalam satuan Ampere
R = hambatan dalam satuan Ohm
Sebuah eksperimen mengatakan bahwa ketika sebuah kawat diberikan
beda potensial atau tegangan, maka arus di dalam kawat tersebut akan
sebanding dengan beda potensialnya. Hasil eksperimen tersebut sekarang dikenal
dengan Hukum Ohm dengan kontanta kesebandingannya ditulis dengan I/R,
dimana I merupakan kuat arus listrik dan R merupakan resistansi atau I= V/R atau
R= V/I atau V=RxI. (Tipler, Paul A.2001)
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial yaitu dengan
baterai. George Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa
arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke
ujung- ujungnya. Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga bergantung pada hambatan yang
diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan, maka makin
kecil arus suatu tegangan V. Jadi, hambatan didefenisikan sebagai arus sebanding
dengan hambatan. I= V/R, dimana R adalah hambatan kawat, V adalah beda
potensial yang melintasi alat tersebut , dan I adalah arus yang mengalir padanya.
Hubungan ini sering dituliskan : V=IxR dan dikenal sebagai Hukum Ohm (Giancoli,
Douglas c. 2001: 67-68).
Untuk mengatur besarnya arus listrik yang melewati suatu rangkaian ,
digunakan resistor (R). Resistor R dapat disusun secara seri, paralel atau
campuran(kompon). Pada pemakaian alat-alat listrik sering digunakan kawat
penghubung, yang juga mempunyai hambatan , sehingga pada kawat tersebut
akan terjadi kerugian tegangan. Kerugian tegangan dalam kawat pengubung
dapat diperkecil dengan memilih kawat-kawat yang mempunyai hambat jenis
kecil dan penampang besar. Kawat-kawat yang mempunyai hambatan listrik besar
disebut hambatan(resistor) sedangkan kawat yang mempunyai hambatan yang
sangat kecil (diabaikan) dikenal dengan nama konduktor yang baik.

2. Penerapan Hukum Ohm


Berikut ini contoh penerapan Hukum Ohm untuk menghidupkan lampu LED.

Gambar 2.Penerapan Hukum Ohm

a. Menghitung Resistor Seri


Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun seri, maka dapat
diperoleh nilai resistor totalnya dengan menjumlah semua resistor yang
disusun seri tersebut. Hal ini mengacu pada pengertian bahwa nilai kuat arus
disemua titik pada rangkaian seri selalu sama.
Gambar 3.Rangkaian Resistor Seri
b. Menghitung Resistor Paralel
Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun secara paralel,
perhitungan nilai resistor totalnya mengacu pada pengertian bahwa besar
kuat arus yang masuk kepercabangan sama dengan besar kuat arus yang
keluar dari percabangan (I in = I out). Dengan mengacu pada perhitungan
Hukum Ohm maka dapat diperoleh rumus sebagai berikut.

Gambar 4.Rangkaian Resistor Paralel


3. FungsiHukum Ohm
Fungsi utama dari Hukum Ohm adalah untuk mengetahui hubungan
tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu
hambatan beban listrik tanpa menggunakan alat ukur Ohmmeter.
D. PROSEDUR KERJA

1. Menghidupkan laptop yang telah terinstal dengan aplikasi java

2. Membuat aplikasi virtual lab tentang Hukum Ohm

Gambar 1. Aplikasi
virtual lab tentang
hukum ohm

3. Membaca tujuan
percobaan dan tabel
data yang tersedia

a. Tabel 1

1) Menetapkan nilai R yaitu 500 Ohm

Gambar 2. Langkah percobaan dengan nilai R=500 ohm

2) Memvariasikan nilai tegangan (V) dan membaca nilai arus (I) yang dihasilkan oleh
perubahan tegangan (V).

3) Mengambil 10 data dan memasukkan data pada tabel 1.


b. Tabel 2

1) Menetapkan nilai R yaitu 200 ohm

Gambar 3. Langkah percobaan dengan nilai R=200 ohm

2) Memvariasikan nilai tegangan (V) dan membaca nilai arus (I) yang dihasilkan oleh
perubahan tegangan (V).

3) Mengambil 10 data dan memasukkan data pada tabel 2.

c. Tabel 3

1) Menetapkan nilai R yaitu 1000 ohm

Gambar 4. Langkah percobaan dengan nilai R=1000 ohm

2) Memvariasikan nilai tegangan (V) dan membaca nilai arus (I) yang dihasilkan oleh
perubahan tegangan (V).
3) Mengambil 10 data dan memasukkan data pada tabel 3.

E. TABEL DATA

1. Menentukan kosntanta Ohm dari suatu Rangkaian


Tabel 1
R = 500 Ohm

No Tegangan (V) I (A) Rhitung (Ohm)


1 1V 2 mA 500 ohm
2 1.5 V 3 mA 500 ohm
3 2V 4 mA 500 ohm
4 3V 6 mA 500 ohm
5 4V 8 mA 500 ohm
6 5V 10 mA 500 ohm
7 6V 12 mA 500 ohm
8 7V 14 mA 500 ohm
9 8V 16 mA 500 ohm
10 9V 18 mA 500 ohm

2. Menyelidiki Hubungan Tegangan dengan kuat Arus


Tabel 2
R = 200 Ohm
No Tegangan (V) I (A) Rhitung (Ohm)
1 1V 5 mA 200 ohm
2 1.5 V 7.5 mA 200 ohm
3 2V 10 mA 200 ohm
4 3V 15 mA 200 ohm
5 4V 20 mA 200 ohm
6 5V 25 mA 200 ohm
7 6V 30 mA 200 ohm
8 7V 35 mA 200 ohm
9 8V 40 mA 200 ohm
10 9V 45 mA 200 ohm

Tabel 3

R = 1000 Ohm

No Tegangan (V) I (A) Rhitung (Ohm)


1 1V 1 mA 1000 ohm
2 1.5 V 1.5 mA 1000 ohm
3 2V 2 mA 1000 ohm
4 3V 3 mA 1000 ohm
5 4V 4 mA 1000 ohm
6 5V 5 mA 1000 ohm
7 6V 6 mA 1000 ohm
8 7V 7 mA 1000 ohm
9 8V 8 mA 1000 ohm
10 9V 9 mA 1000 o
hm
F. Pengolahan Data

1. Pengolahan data untuk menentukan kosntanta Ohm dari suatu Rangkaian


Tabel 1
1. Ru=500 ohm
V=1 V
I= 2 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh | ∗100

Rh=
1V
2mA |
¿
500−500
500 |∗100 =¿ 0 %
Rh=500 ohm

2. Ru=500 ohm
V=1.5 V
I= 3 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
500 |
1.5 V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
3 mA
Rh=500 ohm

3. Ru=500 ohm
V=2 V
I= 4 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
500 |
2V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
4 mA
Rh=500 ohm

4. Ru=500 ohm
V=3 V
I= 6 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
Rh=
3V
6 mA
¿ |500−500
500 |
∗100 =¿ 0%
Rh=500 ohm

5. Ru=500 ohm
V=4 V
I= 8 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
500 |
4V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
8 mA
Rh=500 ohm

6. Ru=500 ohm
V=5 V
I= 10 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
500 |
5V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
10 mA
Rh=500 ohm
7. Ru=500 ohm
V=6 V
I= 12 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
500 |
6V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
12 mA
Rh=500 ohm

8. Ru=500 ohm
V=7 V
I= 14 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
500 |
7V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
14 mA
Rh=500 ohm

9. Ru=500 ohm
V=8 V
I= 16 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
500 |
8V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
16 mA
Rh=500 ohm

10. Ru=500 ohm


V=9 V
I= 18 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
500 |
9V 500−500
Rh= ∗100 =¿ 0%
18 mA
Rh=500 ohm

Perbandingan nilai tahanan pengukuran dan nilai tahanan hitungan serta persentase
kesalahan pada tabel 1.

No. Persentasi Kesalahan


Ru (Ohm) Rh (Ohm)
(%)
1 500 500 0
2 500 500 0
3 500 500 0
4 500 500 0
5 500 500 0
6 500 500 0
7 500 500 0
8 500 500 0
9 500 500 0
10 500 500 0

2. Pengolahan data untuk menyelidiki Hubungan Tegangan dengan kuat Arus


Tabel 2
1. Ru=200 ohm
V=1 V
I= 5 mA
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh | ∗100

Rh=
1V
5 mA |
¿
200−200
200 |
∗100 =¿ 0 %
Rh=200 ohm

2. V=1.5 V
I= 7.5 mA
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100
Rh=
1.5V
7.5 mA |200−200
¿
200 |
∗100 =0
Rh=200 ohm

3. V=2 V
I= 10 mA
Ru=200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
200 |
2V 200−200
Rh= ∗100 =0
100 mA
Rh=200 ohm

4. V= 3 V
I= 15 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
200 |
3V 200−200
Rh= ∗100 =0
15 Ω
Rh=200 0 hm

5. V= 4 V
I= 20 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
200 |
4V 200−200
Rh= ∗100 =0
20Ω
Rh=200 0 hm

6. V= 5 V
I= 25 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿|
200 |
5V 200−200
Rh= ∗100 =0
25Ω
Rh=200 0 hm

7. V= 6 V
I= 30 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
Rh=
6V
30Ω
¿|200−200
200 |
∗100 =0
Rh=200 0 hm

8. V= 7 V
I= 35 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
200 |
7V 200−200
Rh= ∗100 =0
35Ω
Rh=200 0 hm

9. V= 8 V
I= 40 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
200 |
8V 200−200
Rh= ∗100 =0
40 Ω
Rh=200 0 hm

10. V= 9 V
I= 45 mV
Ru= 200 ohm
Rh=
V
I
%Kr= | Rh−Ru
Rh |
∗100

¿|
200 |
9V 200−200
Rh= ∗100 =0
45 Ω
Rh=200 0 hm

Perbandingan nilai tahanan pengukuran dan nilai tahanan hitungan serta persentase
kesalahan pada tabel 2.

No. Persentasi Kesalahan


Ru (Ohm) Rh (Ohm)
(%)
1 200 200 0
2 200 200 0
3 200 200 0
4 200 200 0
5 200 200 0
6 200 200 0
7 200 200 0
8 200 200 0
9 200 200 0
10 200 200 0

Tabel 3.
1. Ru=1000 ohm
V=1 V
I= 1 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
1V 1000−1000
Rh= 0%
1 mA 1000
Rh=1000 ohm

2. Ru=1000 ohm
V=1.5 V
I= 1.5 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
1.5V 1000−1000
Rh= 0%
1.5 mA 1000
Rh=1000 ohm

3. Ru=1000 ohm
V=2 V
I= 2 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
2V 1000−1000
Rh= 0%
2mA 1000
Rh=1000 ohm

4. Ru=1000 ohm
V=3 V
I= 3 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
3V 1000−1000
Rh= 0%
3 mA 1000
Rh=1000 ohm

5. Ru=1000 ohm
V=4 V
I= 4 mA
Rh=
V
I
%Kr=| Rh−Ru
Rh |
∗100
Rh=
4V
4 mA
¿ |1000−1000
1000 |∗100 =¿ 0%
Rh=1000 ohm

6. Ru=1000 ohm
V=5 V
I= 5 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
5V 1000−1000
Rh= 0%
5 mA 1000
Rh=1000 ohm

7. Ru=1000 ohm
V=6 V
I= 6 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
6V 1000−1000
Rh= 0%
6 mA 1000
Rh=1000 ohm

8. Ru=1000 ohm
V=7 V
I= 7 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
7V 1000−1000
Rh= 0%
7 mA 1000
Rh=1000 ohm

9. Ru=1000 ohm
V=8 V
I= 8 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100

¿| |∗100 =¿
8V 1000−1000
Rh= 0%
8 mA 1000
Rh=1000 ohm

10. Ru=1000 ohm


V=9 V
I= 9 mA
Rh=
V
I | Rh−Ru
%Kr=
Rh |
∗100
Rh=
8V
8 mA
¿|1000−1000
1000 |∗100 =¿ 0%
Rh=1000 ohm

Perbandingan nilai tahanan pengukuran dan nilai tahanan hitungan serta persentase
kesalahan pada tabel 3.

No. Persentasi Kesalahan


Ru (Ohm) Rh (Ohm)
(%)
1 1000 1000 0
2 1000 1000 0
3 1000 1000 0
4 1000 1000 0
5 1000 1000 0
6 1000 1000 0
7 1000 1000 0
8 1000 1000 0
9 1000 1000 0
10 1000 1000 0

G. Pembahasan
Praktikum ini menguji tentang hukum ohm. Secara teori hukum ohm berbunyi “kuat
arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara
ujung-ujung penghantar jika suhu penghantar tetap”.
Percobaan pertama untuk menentukan konstanta ohm dari suatu rangkaian.
Di sini kami menetapkan nilai tahanan yaitu 500 ohm. Dengan memvariasikan nilai
tegangan 1V, 1.5V, 2V, 3V, 4V, 5V, 6V, 7V, 8V, dan 9V. Sehingga arus yang dihasilkan yaitu 2
mA, 3 mV, 4 mV, 6 mV, 8 mV, 10 mV, 12 mV, 14 mV, 16 mV, dan 18 mV. Kemudian nilai

V
tahanan hitung kami melakukan perhitungan dengan rumus Rh= . Data pertama
I
dengan tegangan 1V dan arus 2 mA dihasilkan tahanan hitung 500 ohm dengan
persentase kesalahan 0%. Untuk data kedua sampai kesepuluh kami juga mendapatkan
persentase kesalahannya 0%. Persentase kesalahan ini bisa dilihat di pengolahan data
tabel 1. Dari percobaan yang dilakukan dan dari data yang telah diolah dapat dikatakan
data yang kami peroleh adalah akurat.
Percobaan kedua untuk menyelidiki hubungan tegangan dengan kuat
arus. Di sini kami menetapkan nilai tahanan yaitu 200 ohm. Dengan memvariasikan nilai
tegangan 1V, 1.5V, 2V, 3V, 4V, 5V, 6V, 7V, 8V, dan 9V. Sehingga arus yang dihasilkan yaitu 5
mA, 7.5 mV, 10 mV, 15 mV, 20 mV, 25 mV, 30 mV, 35 mV, 40 mV, dan 45 mV. Kemudian

V
nilai tahanan hitung kami melakukan perhitungan dengan rumus Rh= . Data
I
pertama dengan tegangan 1V dan arus 5 mA dihasilkan tahanan hitung 200 ohm dengan
persentase kesalahan 0%. Untuk data kedua sampai kesepuluh kami juga mendapatkan
persentase kesalahannya 0%. Persentase kesalahan ini bisa dilihat di pengolahan data
tabel 2. Dari percobaan yang dilakukan dan dari data yang telah diolah dapat dikatakan
data yang kami peroleh adalah akurat. Kesimpulan dari percobaan ini adalah tegangan
sebanding dengan kuat arus.

Hubungan Tegangan dengan Kuat Arus


10
9 9
8 8
7 7
6 6
Tegangan

5 5
4 4
3 3
2 2
1.5
1 1
0
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05

Arus

Grafik 1: Hubungan Tegangan dengan Kuat Arus

Percobaan ketiga untuk menyelidiki hubungan tegangan dengan kuat arus. Di sini
kami menetapkan nilai tahanan yaitu 1000 ohm. Dengan memvariasikan nilai tegangan
1V, 1.5V, 2V, 3V, 4V, 5V, 6V, 7V, 8V, dan 9V. Sehingga arus yang dihasilkan yaitu 1 mA, 1.5
mV, 2 mV, 3 mV, 4 mV, 5 mV, 6 mV, 7 mV, 8 mV, dan 9 mV. Kemudian nilai tahanan hitung

V
kami melakukan perhitungan dengan rumus Rh= . Data pertama dengan tegangan
I
1V dan arus 1 mA dihasilkan tahanan hitung 1000 ohm dengan persentase kesalahan 0%.
Untuk data kedua sampai kesepuluh kami juga mendapatkan persentase kesalahannya
0%. Persentase kesalahan ini bisa dilihat di pengolahan data tabel 3. Dari percobaan yang
dilakukan dan dari data yang telah diolah dapat dikatakan data yang kami peroleh adalah
akurat. Kesimpulan dari percobaan ini adalah tegangan sebanding dengan kuat arus.

Hubungan Tegangan dengan Kuat Arus


10
9 9
8 8
7 7
Tegangan

6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1.5
1 1
0
0 0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

Arus

Grafik 2: Hubungan Tegangan dengan Kuat Arus

H. Kesimpulan
1. Dari percobaan hukum ohm didapat nilai konstanta ohm sbagai berikut: untuk R=200
ohm nilai tahanan hitungnya 200 ohm, untuk R=500 ohm nilai tahanan hitungnya 500
ohm, untuk R=1000 ohm nilai tahanan hitungnya 1000 ohm.
2. Hubungan antara tegangan dan kuat arus adalah sebanding, semakin besar nilai
tegangan maka nilai kuat arus juga semakin besar atau sebaliknya.

Daftar Kepustakaan
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Moegiharto,Yoedi. 2000. Rangkaian Listrik. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri


Surabaya.

Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai