PERKERASAN FLEKSIBLE
Alinyemen pada tikungan (Curved alignment): seluruh bagian dari lengkung lingkaran dan
lengkung peralihan.
Bagian lengkung (Curved section): bagian lengkung lingkaran.
Bagian peralihan (transition section).
bagian yang terletak antara tangen dan lengkung lingkaran atau antara dua lengkung lingkaran yang
berbeda jari-jari agar didapat keamanan dan kenyamanan dalam mengemudikan kendaraan.
Bahu jalan (shoulder): suatu struktur yang berdampingan dengan jalur lalu-lintas untuk melindungi
perkerasan, mengamankan kebebasan samping dan menyediakan ruang untuk tempat berhenti
sementara, parkir dan pejalan kaki.
Bahu kiri/bahu luar (Left shoulder/Outer shoulder): bahu jalan yang dibuat pada tepi kiri/luar dari
jalur lalu lintas.
Bahu kanan/bahu dalam (Right shoulder/inner shoulder): bahu jalan yang dibuat pada tepi
kanan/dalam dari jalur lalu lintas.
Daerah pedesaan (Rural area): daerah selain daerah perkotaan.
Daerah perkotaan (urban area) : daerah mantap dari suatu kota, daerah tersebar yang sudah
berkembang di sekitar kota besar serta daerah yang diharapkan akan berkembang dalam waktu 10
— 20 tahun mendatang yang merupakan daerah perumahan, indstri, perdagangan atau proyek-proyek
pembangunan non-pertanian lainnya.
Fasilitas jalan (Road facilitaties) : fasilitas seperti rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas,
guardrail, pohon dan lain-lain yang ditempatkan di permukaan jalan demi keamanan, kenyamanan
pemakai jalan.
Jalan (Roadway) : merupakan seluruh jalur lalu lintas (perkerasan), median, pemisah luar dan bahu
jalan.
Jalur lalu-lintas (traveled way). bagian dari jalan yang direncanakan khusus untuk jalur kendaraan,
parkir atau kendaraan berhenti.
Jalur putaran (turning lane) .jalur khusus kendaraan yang disediakan pada persimpangan, untuk
perlambatan, perpindahan jalur dan untuk menunggu pada saat berputar.
Jalan bebas hambatan (freeway): jalan untuk lalu lintas menerus dengan jalan masuk dibatasi yang
dipilih untuk lalu lintas utama yang dimaksudkan untuk memberikan keamanan dan effisiensi
gerakan lalu lintas volume tinggi, pada kecepatan relatif tinggi.
Jalur samping (Frontage road): jalan yang dibangun sejajar sepanjang jalur lalu lintas menerus yang
dimaksudkan sebagai akses pada lahan sekitar atau jalan kolektor/lokal yang harus terpisah dengan
jalur lalu lintas menerus oleh struktur fisik, seperti kerb, pagar pelindung (guardrail).
Jalur (lane) : bagian dari jalan yang khusus ditentukan untuk dilewati satu rangkaian kendaraan
dalam satu arah.
Jalur tepian (Marginal strip) : bagian dari median atau separator luar, di sisi bagian yang
ditinggikan, yang sebidang dengan jalur lalu lintas, yang diperkeras dengan cara yang sama
dengan jalur lalu lintas dan disediakan untuk mengamankan ruang bebas samping dari jalur lalu
lintas.
Jalur percepatan/perlambatan (Acceleration/Deceleration lane) : jalur yang disediakan untuk
percepatan/perlambatan kendaraan pada seat akan masuk/keluar jalur lalu lintas menerus.
Jalur tambahan (Auxilliary lane) : merupakan jalur yang disediakan untuk belok kiri/kanan,
perlambatan/percepatan dan tanjakan.
Jalur sepeda (Bicycle lane) : bagian dari bahu kiri yang diperuntukkan untuk sepeda dan harus
ditandai dengan marka jalan.
Jalur sepeda/pejalan kaki (Bicycle pedestrian way): merupakan bagian dari jalan yang
disediakan untuk sepeda juga pejalan kaki, yang biasanya dibuat sejajar dengan jalur lalu lintas
dan harus terpisah dari jalur lalu-lintas dengan menggunakan struktur fisik seperti kerebatan rel
penahan.
Jalan sepeda (bicycle way): merupakan bagian dari jalan yang khusus disediakan untuk sepeda
dan becak, yang biasanya dibangun sejajar dengan jalur lalu lintas dan harus terpisah dari jalur
lalu-lintas oleh struktur fisik seperti kerb dan guardrail.
Jalur parkir (Parking lane/Stopping lane): jalur khusus yang disediakan untuk parkir atau berhenti
yang merupakan bagian dari jalur lalu lintas.
Jalur tanaman (planted strip): bagian dari jalan yang disediakan untuk penanaman pohon, yang
ditempatkan menerus sepanjang trotoar, jalan sepeda atau bahu jalan.
Jalur pendakian (Climbing lane): jalur jalan yang disediakan pada bagian ruas jalan dengan
kemiringan besar untuk menampung kendaraan berat pada saat menanjak.
Jarak pandangan (sight distance): panjang yang diukur sepanjang garis tengah (center line) pada
suatu jalur lalu-lintas, dari suatu titik dengan ketinggian 100 cm di atas garis tengah ke titik terjauh
dengan ketinggian 10 cm di atas garis yang sama di depan, yang dapat dilihat mata pengemudi dari
tempat semula.
Jalur lalu lintas lambat (slow traffic lane): jalur yang ditentukan khusus untuk kendaraan lambat.
Pulau lalu lintas (traffic island) : bagian dari persimpangan yang ditinggalkan dengan kerb, yang
dibangun sebagai pengarah arus lalu lintas serta merupakan tempat untuk pejalan kaki pada saat
menunggu kesempatan menyeberang.
Kanal (Channel): merupakan bagian dari persimpangan sebidang yang khusus disediakan untuk
membeloknya kendaraan yang ditandai oleh marka jalan atau dipisahkan oleh pulau lalu-lintas
(traffic island).
Kecepatan Rencana (Design Speed): Kecepatan maksimum yang aman dan bisa tetap dipertahankan
pada suatu ruas jalan, apabila keadaan jalan tersebut baik dan sesuai dengan yang ditentukan dalam
perencanaan.
Kendaraan rencana (Design vehicles): kendaraan dengan berat, dimensi dan karakteristik operasi
tertentu yang digunakan untuk perencanaan jalan agar dapat menampung kendaraan dari tipe yang
ditentukan.
Lalu-lintas Harlan Rata-rata Tahunan (LHRT) : Volume total kendaraan yang melewati satu titik atau
segmen jalan, dua arah untuk satu tahun yang dibagi oleh hari dalam satu tahun.
Median: Ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masing-
masing arah serta untuk mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas.
Panjang kritis pada tanjakan (Critical length of grade): Panjang maksimum yang ditentukan pada
suatu tanjakan di mana truk dengan muatan penuh dapat beroperasi pada batas pengurangan
kecepatan. Pengurangan kecepatan yang diizinkan ditentukan ber• dasarkan kecepatan rencana
dari jalan yang bersangkutan.
Pemisah tengah (Central separator): Bagian dari median selain marginal strip, biasanya ditinggikan
dengan kerb untuk median sempit atau dipressed untuk median lebar.
Pemisah luar (Outer separation): Ruang yang diadakan untuk memisahkan jalur samping dari jalur
lalu lintas menerus atau untuk memisahkan jalur lalu lintas lambat dari jalur lain.
Pengaturan jalan masuk (Access control): Suatu aturan mengenai jalan masuk yang diterapkan
melalui suatu aturan dan hak jalan masuk umum dari dan ke tempat-tempat yang berada di
sepanjang jalan.
Penyesuaian pada Superelevasi (Run off of superelevation): Panjang jalan yang diperlukan untuk
mengadakan perubahan dalam kemiringan melintang jalan (lebar jalur perkerasan) dari bagian
potongan normal ke bagian superelevasi (pelebaran) penuh atau sebaliknya.
Ramp: Suatu segmen jalan yang berperan sebagai penghubung antara ruas jalan, melayani arus lalu-
lintas saw arah pada persimpangan.
Ruang bebas jalan (Clearance of road): Ruang pada permukaan jalan yang hanya disediakan untuk
kendaraan atau pejalan kaki, di mana pada tempat tersebut tidak boleh ada struktur, fasilitas jalan,
pohon atau benda yang tidak bergerak lainnya.
Satuan mobil penumpang : Satuan kendaraan yang diequivalenkan terhadap mobil penumpang pada
suatu keadaan jalan serta lalu-lintas tertentu.
Separator luar (Outer separator): Bagian yang ditinggikan pada ruang pemisah luar, dibatasi oleh
kerb untuk mencegah kendaraan keluar dari jalur.
Standar lalu-lintas harian rencana (Design standard daily traffic): Besaran volume lalu lintas yang
digunakan sebagai dasar untuk menentukan banyaknya jalur lalu lintas yang didapat dengan metode
yang ditentukan.
Trotoar (Sidewalk): bagian dari jalan yang disediakan khusus untuk pejalan kaki, umumnya
ditempatkan sejajar dengan jalur lalu lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik
seperti kerb.
Volume lalu lintas rencana (Design traffic colume): Volume lalu lintas yang diperkirakan akan
melalui suatu was jalan tertentu dalam suatu satuan waktu.
II. Klasifikasi Jalan dan Kendaraan :
1. Klasifikasi menurut fungsi Jalan
Sistem Jaringan Jalan Primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur
pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi se-
bagai berikut:
Dalam Satuan Wilayah Pengembangan menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu,
kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke Persil.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar Satuan Wilayah
Pengembangan.
a. Jalan Arteri Primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
b. Jalan Kolektor Primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
c. Jalan Lokal Primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan Persil atau menghubungkan
kota jenjang kedua dengan Persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan Persil,
atau kota di bawah jenjang ketiga sampai Persil.
Sistem jaringan Jalan Sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang
menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
a. Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu
atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkan kawasan sekunderkesatu dengan kawasan sekunder kedua.
b. Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga.
c. Jalan Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kes9tu dengan perumahan,
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
2. Klasifikasi Jenis Perencanaan
Pada perencanaan geometrik jalan kota, klasifikasi perencanaan jalan dibagi ke dalam dua tipe
yang berbeda dan beberapa kelas (klasifikasi perencanaan) yang ditentukan berdasarkan
karakteristik lalu-lintas dan volumenya.
Jenis Perencanaan
Berdasarkan jenis hambatannya Jalan-jalan perkotaan dibagi dalam dua tipe, yaitu:
Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh
Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk.
Kelas Perencanaan
Jalan-jalan tipe-I terbagi dalam dua kelas, dan jalan tipe-II terbagi dalam 4 kelas sesuai dengan
klasifikasi fungsional dan perencanaan volume lalu-lintas..
Jalan tipe 1
Fungsi Ke l a s
Arteri 1
Primer
Kolektor 2
Sekunder Arteri 2
Jalan tipe II
Pada terain berbukit/gunung faktor koefisien di atas dapat diperbesar. Kendaraan tak bermotor seperti:
sepeda, becak dan kendaraan yang ditarik hewan tidak dapat diberikan koefisien seperti di atas karena
pengaruhnya terhadap lalu-lintas sangat dipengaruhi oleh jumlah volume kendaraan sesaat.
Becak pada prinsipnya dapat disamakan dengan sepeda dalam hal perencanaan geometrik, namun bila
jumlahnya cukup besar untuk memberikan pengaruh pada lalu-lintas secara menyeluruh, perlu
diberikan pengkajian khusus tentang besaran 'ruang kendaraan' bagi kedua jenis kendaraan ini.
Karena itu SMP untuk sepeda/becak tidaklah perlu dibicarakan dalam standard ini.
Volume rencana
Klasifikasi perencanaan jalan-jalan kota ditentukan terutama oleh volume lalu-lintas di samping
tentunya oleh fungsi lainnya. Volume lalu-lintas rencana (DTV) dalam buku standard ini
dinyatakan dalam SMP, yang menyatakan volume harian lalu-lintas kedua arah.
Beberapa element perencanaan jalan tertentu sangat tergantung pada volume lalu-lintas pada jam
puncak, yang dalam buku ini dinyatakan dalam Volume Perjam Perencanaan (DHV). Volume per
jam dihitung sebagai berikut:
DHV = Volume Per Jam Perencanaan (PCU/2 arah/jam) untuk jalan 2jalur.
(PCU/arah/jam) untuk jalan berjalur banyak.
DTV = Volume Lalu-lintas rencana (PCU/2 arah/hari)
K = Koefisien puncak (%) adalah perbandingan volume LL pada jam ke-13 dibagi dengan
AADT (LHR tahunan), namun bila data tersebut di atas tidak tersedia, dapat dipergunakan
nilai koefisien 10%.
D = Koefisien arah (%) adalah koefisien arah hasil dari pengamatan lapangan, bila data
lapangan tidak ada dapat dipergunakan D = 60 (%).
Kecepatan Rencana (design speed)
Batasan kecepatan bagi jalan-jalan perkotaan haruslah sesuai dengan tipe dan kelas jalan yang
bersangkutan.
2. Pemakaian
Pada perencanaan jalan tipe I, tipe II kelas I dan kelas II, semi-trailer dan mobil penumpang diguna
kan untuk menentukan dimensi fasilitas jalan.
Pada perencanaan jalan tipe II kelas III truk/bus tanpa gandengan dan mobil penumpang
dipergunakan untuk menentukan dimensi fasilitas jalan.
Pada perencanaan jalan tipe II kelas IV mobil penumpang dipakai untuk menentukan dimensi jalan.
Truk/bus tanpa gandengan dapat juga dipakai tergantung pada lokasi atau faktor-faktor perencanaan
jalan lainnya.
Perencanaan Potongan Melintang
Jumlah jalur
Jumlah, jalur jalan di mana volume lalu-lintas rencana (DTV) yang lebih kecil dari nilai pada tabel
(standar perencanaan lalu-lintas harian) sebaiknya 2 jalur kecuali jumlah jalur belok dan jalur
percepatan/perlambatan
Standard Perencanaan Lalu-lintas harian
Kelasifikasi Perencanaan
dalam SMP
Tipe I Kelas 1 20.000
Kelas 2 20.000
Tipe II Kelas 1 18.000
Kelas 2 17.000
Kelas 3 15.000
Catatan : Bila pada jalan tipe II banyak terdapat persimpangan, nilai tabel di atas haruslah dikalikan 80%.
Jumlah jalur pada jalan-jalan lainnya yang tidak termasuk dalam paragrap di atas sebaiknya 4 jalur atau lebih.
Jumlah jalur haruslah ditentukan oleh perbandingan antara volume kendaraan untuk perencanaan (DVT)
dengan Standard perencanaan LH R per jalur
Catatan : Bila pada jalan tipe II banyak terdapat persimpangan maka nilai pada tabel di atas haruslah
dikalikan dengan 60%.
Pada umumnya jumlah jalur jalan adalah genap, namun jumlah jalur ganjil dapat saja terjadi, misalnya bila
dibutuhkan tambahan jalur tanjakan untuk kendaraan berat, atau dalam hal ini kapasitas kemampuan jalan
dianggap sama dengan jumlah jalur tanpa jalur tambahan.
Lebar jalur
Lebar jalur untuk berbagai klafisikasi perencanaan sebaiknya sesuai dengan tabel di bawah ini.
Lebar jalur lalu lintas jalan lokal (jalan tipe II kelas IV)
Lebar jalur lalu lintas jalan tipe I I kelas IV sebaiknya diambil 4,0 m.
Median
Pemisah Arah
Untuk jalan tipe I dengan 4 jalur atau Iebih, jalur-jalur ini sebaiknya dipisahkan menurut arah lalu-
lintasnya.
Pada umumnya untuk jalan tipe II dengan 4 jalur atau Iebih, jalur-jalur ini sebaiknya dipisahkan menurut
arahnya.
Lebar Minimum Median
Lebar minimum median sesuai dengan kelas perencanaan jalannya seperti tercantum pada tabel
Bila fasilitas jalan terpasang pada median, maka penetapan lebar median haruslah diperhitungkan lebar
bebas jalan per arah.
Kelas perencanaan Lebar Minimum Standar (m) Lebar Min Khusus
Catatan : Lebar minimum khusus ini digunakan pada jembatan dengan bentang 50 m atau lebih atau
pada trowongan dengan ROW sangat terbatas.
Komposisi Median
• Pada umumnya median terdiri dari jalur tepian dan pemisah tengah.
• Pemisah dengan lebar sampai 5,0 m sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan
pembatas phisik agar tidak dilanggar kendaraan.
Catatan : Pengecualian Minimum sebaiknya hanya dipakai pada jembatan dengan bentang 50 m atau Iebih,
pada terowongan atau pada daerah dengan ROW terbatas
Lebar minimum bahu jalan sebelah kanan/dalam
Lebar minimum bahu jalan sebelah dalam sesuai dengan tabel dibawah ini.
Kelas 2 0,75
Tipe II Kelas 1 0,50
Kelas 2 0,50
Kelas 3 0,50
Kelas 4 0,50
Jalur Parkir
Ketentuan jalur parkir
Jalur parkir pada umumnya disediakan di sisi kiri dari jalur lalu lintas untuk jalan-jalan tipe II, kecuali
jalan tipe II kelas IV bila kebutuhan akan parkir atau berhenti di sepanjang jalan cukup tinggi sehingga
kendaraan yang berhenti dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran lalu-lintas pada jalan tersebut.
Lebar jalur parkir
Lebar standard dari jalur parkir adalah 2,5 m.
Kecuali bila perbandingan jumlah kendaraan berat terhadap jumlah total kendaraan yang lewat cukup
rendah, maka lebar jalur parkir boleh dikurangi sampai lebar minimumnya yaitu 2,0 m.
Jalur Tanaman/Jalur Hijau
Ketentuan jalur tanaman/jalur hijau
Jalan tipe II sebaiknya dilengkapi dengan jalur tanaman, tergantung dari kebutuhan untuk melestarikan nilai
estetis lingkungan sekitar jalan tersebut.
Lebar jalur tanaman/jalur hijau Lebar standard jalur hijau/tanaman adalah 2,0 m.
1.1.2. Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanakan
geometrik jalan antar kota, guna menghasilkan geometrik jalan yang memberikan
kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan
Maksud
Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
bagi perencana dalam merencanakan geometrik jalan antar kota.
Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanakan geometrik jalan
antar kota, guna menghasilkan geometrik jalan yang memberikan
kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan.
KLASIFIKASI JALAN
1. Klasifikasi menurut fungsi jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
1) Jalan Arteri
2) Jalan Kolektor
3) Jalan Lokal
Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,
Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,
Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2. Klasifikasi menurut kelas jalan
1) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu
lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut
fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 11.1 (Pasal 11, PP. No.43/1993).
Klasifikasi menurut medan jalan
1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur
tegak lurus garis kontur.
2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam Tabel 11.2.
1. Datar D <3
2.
Perbukitan B 3 - 25
3.
Pegunungan G > 25
KRITERIA PERENCANAAN
Kendaraan Rencana
1) Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik.
2) Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:
(1) Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
(2) Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
(3) Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
3) Dimensi dasar untuk masing-masing kategori Kendaraan Rencana ditunjukkan dalam Tabel 11.3.
Gambar 11.1 s.d. Gambar 11.3 menampilkan sketsa dimensi kendaraan rencana tersebut.
Satuan Mobil Penumpang
1) SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana mobil
Penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.
2) SMP untuk jenis jenis kendaraan dan kondisi medan lainnya dapat dilihat dalam
Tabel II.4. Detail nilai SMP dapat dilihat pada buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia
3) VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang
diperlukan.
4) Tabel II.5 menyajikan faktor-K dan faktor-F yang sesuai dengan VLHR-nya.
Kecepatan Rencana
1) Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai
dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak
dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan
pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
2) VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel II.6.
3) Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa
penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
BAGIAN BAGIAN JALAN
1 Daerah Manfaat Jalan
Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) dibatasi oleh (lihat Gambar) :
PENAMPANG MELINTANG
1. Komposisi Penampang Melintang
Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut (Gambar) Jalur lalu lintas;
Median dan jalur tepian (kalau ada); Bahu; Jalur pejalan kaki; Selokan; dan Lereng
2. Jalur Lalu Lintas
1) Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa
perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa : Median; Bahu; Trotoar; Pulau jalan; dan Separator.
2) Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
3) Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa tipe
4) Lebar Jalur
1. Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya. Tabel menunjukkan lebar jalur dan
bahu jalan sesuai VLHR-nya.
2. Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan. Papasan dua
<3.000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3.000- 7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
16
3. Lajur
1) Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki
lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
2) Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan
dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam Tabel 11.8.
3) Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang
direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume
terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
4) Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinemen lurus memerlukan
kemiringan melintang normal sebagai berikut (lihat Gambar):
(1) 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton;
(2) 4-5% untuk perkerasan kerikil
4. Bahu jalan
1) Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas dan harus diperkeras .
2) Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
(1) lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau tempat parkir darurat;
(2) ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
(3) penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
3) Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%.
4) lebar bahu jalan dapat dilihat dalam Tabel 11.7.
5. M e d i a n
1) Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang
berlawanan arah.
2) Fungsi median adalah untuk:
(1) memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
(2) uang lapak tunggu penyeberang jalan;
(3) penempatan fasilitas jalan;
(4) tempat prasarana kerja sementara;
(5) penghijauan;
(6) tempat berhenti darurat (jika cukup luas);
(7) cadangan lajur (jika cukup luas); dan
(8) mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan.
3) Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median.
4) Median dapat dibedakan atas (lihat Gambar)
(1) Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur yang direndahkan.
(2) Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur yang ditinggikan.
5) Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25-0,50 meter dan bangunan pemisah jalur,
ditetapkan dapat dilihat dalam Tabel 11.9.
6) Perencanaan median yang lebih rinci mengacu pada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan
Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
6 Fasilitas Pejalan Kaki
1) Fasilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur lalu lintas kendaraan guna
menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu lintas.
2) Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan maka perencanaannya mengacu kepada Standar .
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992
Lampiran .