DISUSUN OLEH
Dengan ini kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
karena atas ijin-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas ELEMEN
Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dosen mata
kuliah ELEMEN MESIN II yang telah memberi bimbingan kepada kami sehingga
laporan ini selesai dengan baik, serta tidak lupa ucapan terima kasih kepada
asisiten pemberi tugas dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi bantuan
Namun kami menyadari banyak dalam laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan, karena itu kami mengharapkan banyak kritikan serta saran-saran yang
bersifat membangun.
Akhirnya kami dari penyusun berharap semoga laporan ini dapat
(Penulis)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
2.6 Pegas..........................................................................................................14
2.7 Poros............................................................................................................15
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan..............................................................................................24
4.2 Saran.............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
keberadaan teknologi dan informasi yang memacu keinginan untuk ikut serta
konstribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan umat manusia, dimana pada
sistem transmisi daya roda gigi (wheel teeth), dimana dapat meneruskan daya
ditambah sifat termal, sifat kimia dan sifat elektrik. Dari sini timbul suatu
zat padat, zat cair dan berbentuk gas, demikian tentang ilmu alam, ilmu kimia,
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
dari kemampuan sebuah kopling dan berakibat kopling akan cacat,
patah atau sebagainya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut, maka dalam perencanaan
kontruksi kopling kita harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
dan pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja
antara poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja,
3
dan sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel ( luwes )
3. Kopling Elastis
a. Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut – baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung – ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana
dan harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya –
daya kecil.
4
b. Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya.Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun
ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan
getaran transmisi.Pada saat pemasangan sumbu kedua poros harus terlebih dahulu
diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut – baut flens dikeraskan.
Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
5
d. Kopling Bumbungan Tekan Minyak
Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan yang
bagian dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk
tirus yang sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau gemuk dipres dengan
tekanan tinggi melalui tabung berulir ditengah – tengah bus ( bumbungan )
sehingga batang tertekan. Sambungan jepit yang ditimbulkan dapat memindahkan
momen – momen putaran yang besar karena gesekan.
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam
Gambar 2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
6
Gambar 2.5 kopling roda gigi (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
b. Kopling Universal
7
Dari kontruksinya kebanyakan kopling – kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros – poros itu
dalam keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan putaran
sudut kecil antara sambungan ujung – ujung poros.Kerugian yang timbul adalah
berupa panas, sehingga sifat – sifatnya berubah atau elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet,
kopling cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.
Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
8
Gambar 2.8 Kopling karet ban (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.9 Kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber; sularso 2000. Hal
30)
9
2.3.2 Kopling Fluida.
Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya
melalui fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat
hubungan mekanis.Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi
dan daya yang besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak
dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuannya sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.
10
2.3.3.1 Kopling Cakar
Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif atau
tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu harus
dapat disorongkan secara aksial.
Gambar 2.11 kopling cakar spiral (sumber ; sularso, 2000 hal 58)
11
Gambar 2.13 kopling kerucut (sumber ; sularso.2000. hal 73)
12
2.4.3. Pelat Tekan
Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat
dandiameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah satu sisinya
(sisiyang berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi ini akan menekan
platkopling dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai bentuk yang
disesuaikandengan kebutuhan penempatan komponen kopling lainnya.
13
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerusdan perpindahan daya terputus.bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
koplingakan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan
rodapenerus dan terjadi perpindahan daya.
Pada saat pelat tekan bergerak kedepan,pelat kopling akan menarik
bantalanluncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula. selain secara
mekanik,sebagai mekanisme pelepas hubungan.
Sekarang sudah banyak digunakan sistem hidrolik dan booster.secara
umum,sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah
padasistem hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan
padapedal kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan
kebutuhan.Pada sistem hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang
penerusakan mendorong piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem
akanmeneruskan daya ini keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit
koplingakan mendorong tuas, dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling
terlepas,sehingga penerusan daya dari motor ke transmisi terputus.
2.6 Pegas
Pegasberfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan memanfaatkan
sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya:
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
2). Macam-macam pegas (Sumber; sularso 2000. Hal 311)
a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Bahan baja dengan penampang lingkaran paling banyak digunakan. Pegas
14
untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya dibuat dari
kawat tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat yang lebih
besar dari 9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas. Pada pegas yang
terbuat dari kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk
menjadi pegas. Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas
pada waktu proses pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik
yang ditentukan dan digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas.
Pegas dari bahan macam ini agak mahal harganya.
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah
baja pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi,
maka perlu diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS)
dipakai untuk keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter
kecil. Inconel dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.
2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang
yang ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang
dihasilkan dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.
15
BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN KOPLING KAKU
JENIS FLENS
Data-data Perencanaan
1. Daya motor : 305 PS
2. Putaran motor : 3200 rpm
3. Bahan poros : JIS G 4501 S30C (σB = 48 kg/mm2)
4. Bahan flens : JIS G 5101 SC42 (σB = 42 kg/mm2)
5. Bahan pasak : JIS G 3102 S20C (σB = 40 kg/mm2)
6. Bahan Baut : JIS G 3102 S20C (σB = 40 kg/mm2)
16
48
= = 4 kg/mm2
6.2
Diamater poros (ds), dengan Kt = 2 (karena adanya beban kejut atau tumbukan),
dan Cb = 1,2 (karena adanya beban lentur).
1
5,1
ds =
[
τ sa ]
. K t . Ct . T 3 (Sularso,1991. Hal 8).........……(3.4)
1
5,1
= [ 4
. 2 .1,2 . 81879.91 ] 3
ds = 63.04 63 mm
Tegangan geser yang terjadi pada poros (τ)
5,1T
τ = (Sularso,1991. Hal 7)....……….……….……
d s3
(3.5)
5,1. 1431,78
= = 1,67 kg/mm2
16,43
Sehingga,
τ <τsa (aman)
Tegangan tarik pada poros (σ), dengan data-data sebagai berikut :
Massa jenis (γ) = 7850 kg/m3 = 7,85 . 10-6 kg/mm3 (untuk logam
S30C)
Panjang poros (L) = 160 mm,
Diameter poros (ds) = 63 mm, (diperoleh dari persamaan 3.4)
Tegangan tarik yang diizinkan (σb) = 48 kg/mm2, (untuk bahan S30C)
π
Luas penampang poros (A) = . ds2
4
π
Volume poros (V) = . ds 2 . L
4
π 2
Massa poros (P) = γ . V = γ . . ds . L
4
Maka,
π
γ. . d 2. L
4 s
σ = ……………………....………….(3.6)
π 2
.d
4 s
17
=γ.L
= 7,85 . 10-6 . 160
σ = 1,256 . 10-3 kg/mm2
Sehingga,
σ < σb (aman)
18
Bahan pasak yang digunakan adalah JIS G 3102 S20C dengan σ b = 40
kg/mm2 dengan ds = 63 mm, maka dari Tabel 1.8 (Sularso,1991) diperoleh
data-data berikut :
Penampang pasak (b x h) = 5 x 5 mm2
Kedalaman pasak pada poros = 3,0 mm
Kedalaman pasak pada flens = 2,3 mm
Panjang pasak (l) = 36 mm
19
Diameter (B) = 75 mm
Selain itu diperoleh pula ukuran standar ulir kasar metris untuk ukuran
M10 dari Tabel 7.1b (Sularso,1997) sebagai berikut :
Jarak bagi (p) = 1,5 mm
Tinggi kaitan (H1) = 0,812 mm
Diameter luar (d) = 10 mm
Diameter efektif (d2) = 9,026 mm
Diameter inti (d1) = 8,376 mm
20
τb = 0,35 kg/mm2
Sehingga,
τb < τba (aman)
21
P =X.Fr+V.Fa
= 0,56.196,85+2,30.37,40
= 196,25 Kg
1
33,3
= (
3200 )
3
=0.218
❑
22826.20
Umur bantalan = ( 1 1 .365 )
=5.685 tahun
22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
bahan atau jenis material yang akan digunakan untuk kopling dan poros
1. Poros
poros = 63 mm.
23
Ukuran spie dan splain diperoleh berdasarkan dari diameter poros, dimana
spie dan spline terjadi tegangan geser, sedangkan didapat tegangan geser
yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka untuk
3. Flens
dengan data yang tercantum di dalam tabel ukuran standar kopling flens.
4. Bantalan
Bantalan yang digunakan adalah bantalan bola radial alur dalam baris
terdapat didalam table bantalan bola pada buku Elemen Mesin oleh Ir.
Sularso MSME, dan Kiyokatsu Suga sehingga umur nominal bantalan dari
4.2 Saran
mana hal ini akan mempengaruhi factor keamanan dan umur dari suatu
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Sularso, Ir. MSME; Dasar Perencanaan dan Pemeliharaan Elemen Mesin, Edition