Anda di halaman 1dari 31

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II

PERENCANAAN KOPLING KAKU JENIS FLENS

DISUSUN OLEH

NAMA : ANDI MAPPATOBA.AM


STAMBUK : 032 2017 0031

JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT

karena atas ijin-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas ELEMEN

MESIN II sesuai dengan yang diharapkan.

Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dosen mata

kuliah ELEMEN MESIN II yang telah memberi bimbingan kepada kami sehingga

laporan ini selesai dengan baik, serta tidak lupa ucapan terima kasih kepada

asisiten pemberi tugas dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi bantuan

dalam penyusunan laporan ini.

Namun kami menyadari banyak dalam laporan ini masih terdapat banyak

kesalahan, karena itu kami mengharapkan banyak kritikan serta saran-saran yang

bersifat membangun.
Akhirnya kami dari penyusun berharap semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 31 Juli 2019

(Penulis)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kopling....................................................................................2

2.2 Penggunaan Kopling.................................................................................2

2.3 Klasifikasi Kopling........................................................................................3

2.3.1 Kopling Tetap.........................................................................................3

2.3.2 Kopling Fluida......................................................................................10

2.3.3 Kopling Tak Tetap................................................................................10


2.4. Komponen Utama Kopling.........................................................................12

2.5. Cara Kerja Kopling.....................................................................................13

2.6 Pegas..........................................................................................................14

2.7 Poros............................................................................................................15

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN KOPLING FLENS


3.1. Perencanaan dan Perhitungan Poros........................................................16

3.2. Perencanaan dan Perhitungan Flens........................................................18

3.3. Perencanaan dan Perhitungan Pasak.......................................................18

3.4. Perencanaan dan Perhitungan Baut.........................................................19

3.5. Perencanaan dan Perhitungan Bantalan..................................................20

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan..............................................................................................24

4.2 Saran.............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era zaman sekarang semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan

keberadaan teknologi dan informasi yang memacu keinginan untuk ikut serta

dalam kompetisi kecanggihannya khususnya dalam bidang teknologi.

Teknologi sangat membantu serta mengambil satu perang penting dalam

kemajuan suatu bangsa dan kemampuan suatu Negara untuk mengedepankan

teknologi merupakan hal yang terus-menerus berlanjut yang tanpa disadari

membawa akibat yang negatif.Terlepas hal tersebut teknologi juga memberikan

konstribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan umat manusia, dimana pada

awalnya teknologi merupakan inspirasi, integrasi dan aplikasi dari seluruh

komponen ilmu pengetahuan yang melahirkan suatu perkembangan teknologi

modern hingga kini.

Sebagai contoh pengaplikasian kemajuan teknologi adalah konstruksi dari

sistem transmisi daya roda gigi (wheel teeth), dimana dapat meneruskan daya

input sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan daya output yang

ditransmisikan adalah merupakan konsep dari peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi mesin.Fungsi elemen mesin hampir selalu bersifat mekanik, sering

ditambah sifat termal, sifat kimia dan sifat elektrik. Dari sini timbul suatu

keharusan untuk menguasai pengetahuan tentang statika, kinematika dan dinamika

zat padat, zat cair dan berbentuk gas, demikian tentang ilmu alam, ilmu kimia,

ilmu thermodinamika dan elektroteknik.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kopling

Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu


menghubungkandan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda
yang berputarkebenda lainnya.

Pada bidang otomotif ,kopling digunakan untuk memindahkan tenaga


motorkeunit transmisi.dengan menggunakan kopling, pemindahan gigi-gigi
trasmisi dapatdilakukan, kopling juga memungkinkan motor juga dapat berputar
walaupuntransmisitidak dalam posisi netral.

2.2 Penggunaan Kopling

Secara garis besar penggunaan kopling antara lain sebagai berikut :


a. Untuk menjamin mekanisme dan karakteristik getaran yang terjadi
akibat bagian – bagian mesin berputar.
b. Untuk menjamin hubungan antara poros yang digerakkan yang dibuat
secara terpisah.
c. Untuk mengurangi beban lanjut atau hentakan pada saat melakukan
transmisi dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.
Dalam penggunaan kopling sering kita jumpai beberapa gangguan –
gangguan atau masalah, antara lain :
a. Biasanya pada kopling sering terjadi keausan antara kedua permukaan
kontak dan akan mengakibatkan kehilangan tenaga.
b. Beban yang terlalu besar atau pegas tidak dapat lagi menjadi gigi – gigi
yang tetap tertekan, maka kopling akan menggelincir dan bersamaan
dengan terdengarnya suara menyentak.
c. Akibat dari penggunaan kopling pada permesinan, poros yang
digerakkan selalu mendapat tekanan yang melewati batas ketentuan

2
dari kemampuan sebuah kopling dan berakibat kopling akan cacat,
patah atau sebagainya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut, maka dalam perencanaan
kontruksi kopling kita harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :

a. Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil


b. Kopling harus dapat dipasang dan dilepas dengan mudah
c. Dapat mencegah pembebanan lebih
d. Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan
mempunyai garis tengah yang sekecil mungkin.
e. Bagian yang menonjol harus dicegah dan ditutupi sedemikian rupa
sehingga tak berbahaya.
f. Garis sumbu yang hendak harus sejajar dan disambung dengan tepat
terutama apabila kopling tidak fleksibel atau tidak elastis.
g. Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada garis sumbu
poros, dan kopling harus mengalami keseimbangan dinamis kalau
tidak kopling akan berayun (apabila titik berat terletak pada garis
sumbu maka kopling telah diseimbangkan secara statik)
h. Pada ukuran – ukuran aksial dan radial harus ditentukan batas –
batasnya.

2.3 Klasifikasi Kopling

Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :

1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap

2.3.1 Kopling Tetap

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
dan pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja
antara poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja,

3
dan sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel ( luwes )
3. Kopling Elastis

2.3.1.1 Kopling Kaku

Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan


sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di
pabrik – pabrik.
kopling ini terdiri dari beberapa macam antara lain :
a. Kopling Bus
b. Kopling Flens Kaku
c. Kopling Flens Tempa
d. Kopling Jepit
e. Kopling Bumbung Tekan Minyak

a. Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut – baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung – ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana
dan harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya –
daya kecil.

Gambar 2.1 kopling bus (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

4
b. Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya.Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun
ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan
getaran transmisi.Pada saat pemasangan sumbu kedua poros harus terlebih dahulu
diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut – baut flens dikeraskan.

Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

c. Kopling Flens Tempa


Pada kopling flens tempa masing – masing ujung poros terdapat flens yang
dilas atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut – baut.Pada kopling ini
momen dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergesaran antara kedua flens.

Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

5
d. Kopling Bumbungan Tekan Minyak
Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan yang
bagian dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk
tirus yang sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau gemuk dipres dengan
tekanan tinggi melalui tabung berulir ditengah – tengah bus ( bumbungan )
sehingga batang tertekan. Sambungan jepit yang ditimbulkan dapat memindahkan
momen – momen putaran yang besar karena gesekan.
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam

tempat memasukkan minyak

Gambar 2.4 Kopling bumbungan tekan minyak

Gambar 2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.2 Kopling Luwes (Fleksibel)


Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga kedua
ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak satu
sama lain.
Dalam hal ini kita dapat mengenal tiga bentuk kefleksibelan yaitu dalam
arah aksial, radial, dan poros satu sama lain mengepit kedua sudut.
Kopling ini terdiri dari : kopling roda gigi, kopling universal.

a. Kopling Roda Gigi


Kopling roda gigi kedua poros dilengkapi dengan naf bergigi, dimana sisi
gigi dan puncak gigi sedikit banyak berbentuk bulatan.Gigi ini merangkap
didalam sistem gigi dalam sebuah longsongan yang cocok dan menyambung
kedua naf, lubang ulir dalam naf berfungsi untuk melepas baut.
Kopling seperti pada gambar memperbolehkan kefleksibelan sedikit arah
aksial dan radial, disamping itu poros dapat membuat sudut kecil satu dengan
yang lain dan mampu memindahkan momen yang sangat besar.

6
Gambar 2.5 kopling roda gigi (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

b. Kopling Universal

Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak


terletak dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong

Gambar 2.6 kopling universal (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.3 Kopling Elastis


Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja yang
menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
a. Mengatasi timbulnya kejutan-kejutan pada saat pemindahan momen
putaran.
b. Peredam getaran torsi
c. Koreksi terhadap penyimpangan kecil pada letak poros.
d. Meredam getaran – getaran yang timbul dalam mesin beban.
e. Isolasi listrik untuk poros yang disambung.

7
Dari kontruksinya kebanyakan kopling – kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros – poros itu
dalam keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan putaran
sudut kecil antara sambungan ujung – ujung poros.Kerugian yang timbul adalah
berupa panas, sehingga sifat – sifatnya berubah atau elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet,
kopling cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.

a. Kopling Piring Karet


Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yang berbentuk
bintang dari karet. Kedua perubahan kopling adalah identik dan dilengkapi dengan
cakar yang sesuai dalam rumpangan dalam ban

Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

b. Kopling Ban Karet


Kopling ini sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri dari karet dengan
lapisan yang ditenun dan ditekan oleh dua buah cincin penekan pada flens kedua
paruhan kopling. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun sumbu kedua
poros yang dihubungkan tidak lurus dan dapat meredam tumbukan dan gesekan
yang terjadi pada transmisi. Di samping itu pemasangan dan penukaran ban karet
dapat dilakukan tampa banyak kesulitan, jika daya elastisnya telah berkurang dan
hubungan listrik antara kedua poros dapat dicegah.

8
Gambar 2.8 Kopling karet ban (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

c. Kopling Selongsong Pena


Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identik dilengkapi dengan pena
penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Dalam lubang ini dipasang pena
dengan selongsong untuk paruhan kopling yang lain. Keuntungan kopling ini
yaitu aman tembusan aliran, artinya bahwa tidak memungkinkan aliran berjalan
dari bagian kopling yang satu ke bagian kopling yang lain.
Kopling ini juga memiliki keburukan yaitu tidak cocok dalam lingkungan
yang sangat panas.Prinsip kerja kopling ini yaitu mengambil daya elastis pada
perubahan bentuk elemen – elemen yang elastis dan peredam terjadi oleh gesekan
pada waktu terjadi perubahan bentuk.

Gambar 2.9 Kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber; sularso 2000. Hal
30)

9
2.3.2 Kopling Fluida.
Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya
melalui fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat
hubungan mekanis.Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi
dan daya yang besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak
dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuannya sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.

Gambar 2.10 kopling fluida (Sumber; sularso 2000. Hal 44)

2.3.3 Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang dapat memutuskan dan
menghubungkan dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan putaran
yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan kedua hubungan
poros tersebut pada keadaan diam maupun berputar.
Sifat – sifat kopling ini adalah :
 Poros output relatif bergerak terhadap poros input
 Pemutusan hubungan dapat terjadi pada saat kedua poros berputar maupun
tidak berputar.
Klasifikasi kopling ini adalah sebagai berikut : kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut, kopling friwil.

10
2.3.3.1 Kopling Cakar
Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif atau
tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu harus
dapat disorongkan secara aksial.

Gambar 2.11 kopling cakar spiral (sumber ; sularso, 2000 hal 58)

2.3.3.2 Kopling Plat


Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi
kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam keadaan
berputar kopling plat ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan kopling plat
banyak.yatu berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, kopling ini juga
dibedakan atas kopling kering dan kopling basah, serta atas dasar kerjanya yaitu :
manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnetik.

Gambar 2.12 kopling plat (Sumber; sularso 2000. Hal 62)

2.3.3.3 Kopling Kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana


dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
memindahkan momen yang besar.

11
Gambar 2.13 kopling kerucut (sumber ; sularso.2000. hal 73)

2.3.3.4 Kopling Friwel


Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros
penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang
digerakkan.

Gambar 2.14 kopling friwel (Sumber; sularso 2000. Hal 76)

2.4.Komponen Utama Kopling

2.4.1 Roda Penerus


Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi
sebagai dudukan hampir seluruh komponen kopling.

1.4.2 Pelat Kopling


Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitaas
tinggi.Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefesien
gesektinggi. Bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan menggunakan
keling (rivet)

12
2.4.3. Pelat Tekan
Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat
dandiameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah satu sisinya
(sisiyang berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi ini akan menekan
platkopling dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai bentuk yang
disesuaikandengan kebutuhan penempatan komponen kopling lainnya.

2.4.4. Unit Plat Penekan


Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, pelat penekan dilengkapi
dengansejumlah pegas spiral atau pegas diaphragma. tutup dan tuas penekan.
Pegasdigunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan, pelat kopling
danroda penerus.jumlah pegas (kekuatan tekan) disesuikan dengan besar
dayayang harus dipindahkan

2.4.5. Mekanisme Penggerak


Komponen penting lainnya pada kopling ialah mekanisme
pemutusanhubungan (tuas tekan).mekanisme ini di lengkapi dengan bantalan
bola,bantalan bola diikat pada bantalan luncur yang akan bergerak
maju/mundurpada sambungan. Bantalan bola yang dilengkapi dengan permukaan
tekan akan mendorong tuas tekan

2.4.6. Rumah Kopling


Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau aluminium.rumah kopling
menutupiseluruh unit kopling dan mekanisme penggerak. rumah kopling
umumnyamempunyai daerah terbuka yang berfungsi sebagai saluran sirkulasi
udara.

2.5. Cara Kerja Kopling

Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak, ujung tuas akan mendorong


bantalanluncur kebelakang. bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan
tekananpegas

13
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerusdan perpindahan daya terputus.bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
koplingakan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan
rodapenerus dan terjadi perpindahan daya.
Pada saat pelat tekan bergerak kedepan,pelat kopling akan menarik
bantalanluncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula. selain secara
mekanik,sebagai mekanisme pelepas hubungan.
Sekarang sudah banyak digunakan sistem hidrolik dan booster.secara
umum,sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah
padasistem hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan
padapedal kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan
kebutuhan.Pada sistem hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang
penerusakan mendorong piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem
akanmeneruskan daya ini keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit
koplingakan mendorong tuas, dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling
terlepas,sehingga penerusan daya dari motor ke transmisi terputus.

2.6 Pegas
Pegasberfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan memanfaatkan
sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya:
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
2). Macam-macam pegas (Sumber; sularso 2000. Hal 311)
a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Bahan baja dengan penampang lingkaran paling banyak digunakan. Pegas

14
untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya dibuat dari
kawat tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat yang lebih
besar dari 9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas. Pada pegas yang
terbuat dari kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk
menjadi pegas. Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas
pada waktu proses pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik
yang ditentukan dan digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas.
Pegas dari bahan macam ini agak mahal harganya.
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah
baja pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi,
maka perlu diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS)
dipakai untuk keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter
kecil. Inconel dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.

2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang
yang ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang
dihasilkan dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.

15
BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN KOPLING KAKU
JENIS FLENS

Data-data Perencanaan
1. Daya motor : 305 PS
2. Putaran motor : 3200 rpm
3. Bahan poros : JIS G 4501 S30C (σB = 48 kg/mm2)
4. Bahan flens : JIS G 5101 SC42 (σB = 42 kg/mm2)
5. Bahan pasak : JIS G 3102 S20C (σB = 40 kg/mm2)
6. Bahan Baut : JIS G 3102 S20C (σB = 40 kg/mm2)

3.1. Perencanaan dan Perhitungan Poros

Daya motor (P) = 305 PS = 305 x 0,735 kW = 224.175 kW


Putaran motor (n) = 3200 rpm
Faktor koreksi (fc) = 1,2 (untuk penggunaan daya rata-rata)
Maka,
Daya rencana (Pd)
Pd = P .fc (Sularso,1991. Hal 7)....……….…………….(3.1)
= 224.175 kW x 1,2 = 269.01 kW
Momen rencana (T)
Pd
T = 9,74 . 105 . (Sularso,1991. Hal 7)....……………....
n
(3.2)
269.01
= 9,74 . 105 . = 818879.91 kg mm
3200
Tegangan geser yang diizinkan (τsa), dengan Sf1 = 6 (karena adanya puntiran
dan massa) dan Sf2 = 2 (karena adanya alur pasak).(Sularso,1991. Hal 8)
Maka,
σB
τsa= (Sularso,1991. Hal 8)....……….…………(3.3)
Sf 1 . Sf 2

16
48
= = 4 kg/mm2
6.2
Diamater poros (ds), dengan Kt = 2 (karena adanya beban kejut atau tumbukan),
dan Cb = 1,2 (karena adanya beban lentur).
1
5,1
ds =
[
τ sa ]
. K t . Ct . T 3 (Sularso,1991. Hal 8).........……(3.4)

1
5,1
= [ 4
. 2 .1,2 . 81879.91 ] 3

ds = 63.04 63 mm
Tegangan geser yang terjadi pada poros (τ)
5,1T
τ = (Sularso,1991. Hal 7)....……….……….……
d s3
(3.5)
5,1. 1431,78
= = 1,67 kg/mm2
16,43
Sehingga,
τ <τsa (aman)
Tegangan tarik pada poros (σ), dengan data-data sebagai berikut :
Massa jenis (γ) = 7850 kg/m3 = 7,85 . 10-6 kg/mm3 (untuk logam
S30C)
Panjang poros (L) = 160 mm,
Diameter poros (ds) = 63 mm, (diperoleh dari persamaan 3.4)
Tegangan tarik yang diizinkan (σb) = 48 kg/mm2, (untuk bahan S30C)
π
Luas penampang poros (A) = . ds2
4
π
Volume poros (V) = . ds 2 . L
4
π 2
Massa poros (P) = γ . V = γ . . ds . L
4
Maka,
π
γ. . d 2. L
4 s
σ = ……………………....………….(3.6)
π 2
.d
4 s

17
=γ.L
= 7,85 . 10-6 . 160
σ = 1,256 . 10-3 kg/mm2
Sehingga,
σ < σb (aman)

3.2. Perencanaan dan Perhitungan Flens

Untuk ds = 63 mm diperoleh data dari Tabel 2.1 (Sularso,1991) yang


kemudian di-interpulasikan, sehingga diperoleh data sebaga beriutsebagai
berikut :
Diameter luar flens (A) = 112 mm
Tebal flens (F) = 18 mm
Diameter (C) = 45 mm
Panjang (L) = 40 mm
Diameter (B) = 75 mm
Bahan felns yang digunakan adalah JIS G 5101 SC42 (σ = 42 kg/mm 2) dengan
factor koreksi karena adanya tumbukan (Kf) = 3, dan Sff = 6, maka tegangan
geser yang diizinkan (τfa) adalah sebagai berikut :
σB
τfa = (Sularso,1991. Hal 34)....…….……(3.7)
Sf f . K f
42
= = 2,34 kg/mm2
6 .3
Tegangan geser yang terjadi (τf)
2. T (Sularso,1991. Hal 34)....…….……(3.8)
τf =
π .C. F
2 .81879,91
= = 7,24 kg/mm2
3,14 . 45 .18
Sehingga,
τf<τfa (aman)

3.3. Perencanaan dan Perhitungan Pasak

18
Bahan pasak yang digunakan adalah JIS G 3102 S20C dengan σ b = 40
kg/mm2 dengan ds = 63 mm, maka dari Tabel 1.8 (Sularso,1991) diperoleh
data-data berikut :
Penampang pasak (b x h) = 5 x 5 mm2
Kedalaman pasak pada poros = 3,0 mm
Kedalaman pasak pada flens = 2,3 mm
Panjang pasak (l) = 36 mm

Tegangan geser yang diizinkan (τka)


σB (Sularso,1991. Hal 27)....……...………(3.9)
τka = ,
Sf k 1 . Sf k 2
dengan Sfk1 = 6 dan Sfk2 = 3
40
τka = = 2.23 kg/mm2
6 .3
Gaya tangensial (F)
T (Sularso,1991. Hal 25)....……..……….…(3.10)
F=
( d s /2 )
81879,91
= = 259,9 kg/mm2
( 63/2 )
Gaya geser yang terjadi (τk)
F (Sularso,1991. Hal 25)....……..……..….…(3.11)
τk =
b .l
81879,91
= = 0,455 kg/mm2
5 .36
Sehingga,
τk < τka (aman)

3.4. Perencanaan dan Perhitungan Baut


Bahan baut yang digunakan adalah JIS G 3102 S20C (σ b = 40 kg/mm2)
dengan ds =63, maka dari Tabel 2.1 (Sularso,1997) diperoleh data berikut :
Diameter baut (d) = 10 mm
Jumlah baut (n) = 4 buah

19
Diameter (B) = 75 mm
Selain itu diperoleh pula ukuran standar ulir kasar metris untuk ukuran
M10 dari Tabel 7.1b (Sularso,1997) sebagai berikut :
Jarak bagi (p) = 1,5 mm
Tinggi kaitan (H1) = 0,812 mm
Diameter luar (d) = 10 mm
Diameter efektif (d2) = 9,026 mm
Diameter inti (d1) = 8,376 mm

Jumlah efektif baut (ne)


ne = ɛ . n (Sularso,1991. Hal 35)....……..……..….…(3.12)
dengan ɛ = 0,5
ne = 0,5 . 4
ne= 2
Tegangan geser yang diizinkan (τba), dengan Safety factor (Sfb) karena adanya
konsentrasi tegangan pada ulir = 6 dan factor koreksi (K b) untuk hentakan = 3,
maka :
σB (Sularso,1991. Hal 35)....……..…..….…(3.13)
τba =
Sf b . K b
40
=
6 .3
τba = 2,23 kg/mm2
Tegangan geser yang terjadi (τb)
8.T (Sularso,1991. Hal 34)....……...……(3.14)
τb = 2
π . d b .n e . B
dengan,
T = 81879,91 kg mm (dari persamaan 3.2)
ne = 2 (dari persamaan 3.12)
B = 75mm (Sularso, 1991. Tabel 2.1)
Sehingga,
8 .81879,91
τb =
3,14.632 . 2. 75

20
τb = 0,35 kg/mm2
Sehingga,
τb < τba (aman)

3.5. Perencanaan dan Perhitungan Bantalan


Jenis bantalan yang direncanakan adalah bantalan bola radial alur dalam
baris tunggal, dengan data-data sebagai berikut :
Momen rencana (T) = 81879,91 Kg
Putaran poros (n) = 3200 rpm

Maka, dari Tabel 4.13 (Sularso,1 997),untuk C = 3218 N dan d s = 63 mm,


maka diperoleh ukuran standar bantalan yang sesuai sebagai berikut :
Nomor bantalan = 6211ZZ
Diamater dalassm (d) = 63 mm
Diamater luar (D) = 103 mm
Lebar bantalan (B) = 22.6 mm
Jari-jari (r) = 2 mm
Kapasitas nominal dinamis (C) =3218
Kapasitas nominal statis (Co) =2672
Bantalan bola alur dalam(Fa/Co)=0,014
Beban aksial bantalan (Fh)
Fh = Co .0,014
= 2672.0,014
=37,40 kg
Beban radial (Fr)
fa
Fr = .n
v .e
37,40
=
1.0,19
= 196,85 Kg
Beban ekivalen dinamis (Sularso,1991. Hal 135)....……(3.15)

21
P =X.Fr+V.Fa
= 0,56.196,85+2,30.37,40
= 196,25 Kg

Beban kecepatan (Fn) ( Sularso,1991. Hal 136)....……(3.16)


1
3,33
fn = ( ) n
3

1
33,3
= (
3200 )
3
=0.218

Faktor umur Bantalan (Sularso,1991. Hal 136)....……(3.17)


C
Lh=Fh.
P
3218
=0,218.
196,25
=3,574

Umur nominal (Lh)


Lh = 500 . fh3 (Sularso,1991. Hal 136)…….......……(3.18)
Maka,
Lh = 500 . fh3
= 500 . 3.5743
= 22826,20 jam


22826.20
Umur bantalan = ( 1 1 .365 )
=5.685 tahun

22
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam merencanakan sebuah kopling terlebih dahulu menentukan

bahan atau jenis material yang akan digunakan untuk kopling dan poros

serta komponan lain yang mendukung, kemudian menentukan koefisien-

koefisien tertentu untuk mempermudah perencanaan tersebut.

Pada perencanaan ini ada beberapa data yang menjadi acuan

perencanaan sebagai berikut:

- Daya (P) = 305 PS

- Putaran (N) = 3200 Rpm

1. Poros

Dari hasil perhitungan, maka untuk diameter poros diperoleh diameter

poros = 63 mm.

2. Spie/Pasak dan Spline

23
Ukuran spie dan splain diperoleh berdasarkan dari diameter poros, dimana

spie dan spline terjadi tegangan geser, sedangkan didapat tegangan geser

yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka untuk

semua spied an spline dinyatakan aman.

3. Flens

Dimensi dari flens dapat kita peroleh setelah mendapatkan ukuran

diameter poros dari hasil perhitungan dengan mecocokkan ukuran tersebut

dengan data yang tercantum di dalam tabel ukuran standar kopling flens.

4. Bantalan

Bantalan yang digunakan adalah bantalan bola radial alur dalam baris

tunggal yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter poros yang

terdapat didalam table bantalan bola pada buku Elemen Mesin oleh Ir.

Sularso MSME, dan Kiyokatsu Suga sehingga umur nominal bantalan dari

hasil perhitungan dapat memenuhi syarat standar perusahaan.

4.2 Saran

a. Dalam perencanaan suatu elemen mesin

sebaiknya dilakukan seteliti mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang

mana hal ini akan mempengaruhi factor keamanan dan umur dari suatu

bahan yang direncanakan.

b. Hasil dari perhitungan seharusnya lebih

kecil dari nilai ketetapan perhitungan atau perencanaan.

c. Nilai tabel yang diambil dari perhitungan

disesuaikan dengan hasil perhitungan sebelumnya.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Sularso, Ir. MSME; Dasar Perencanaan dan Pemeliharaan Elemen Mesin, Edition

IV, Jakarta Pradnya Paramita, 1983.

Umar Sukrisno. Bagian-bagian Mesin dan Merencana. Jakarta. Erlangga, 1982.

Anda mungkin juga menyukai