Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mekanika Kekuatan Material
Dosen Pengampu : Muhammad Ivanto S.T M.T

Di susun oleh :
Nugroho Karya Yudha
D1131181020

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-
lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula
penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena
beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
penuh berkah.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari
semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.

Pontianak, 6 September 2019


Penulis,

Nugroho Karya Yudha

2
DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

HUKUM HOOKE

1. Definisi Hukum Hooke.....................................................................................................4

2. Besaran Dan Rumus Dalam Hukum Hooke...............................................................5

3. Contoh Soal….....................................................................................................................7

MODULUS ELASTISITAS

1. Definisi Modulus Elastisitas….......................................................................................9

2. Contoh Soal........................................................................................................................11

RASIO POISSON

1. Definisi Rasio Poisson.....................................................................................................12

2. Contoh Soal..........................................................................................................................14
MODULUS BULK

1. Definisi Rasio Poisson.....................................................................................................15

2. Contoh Soal..........................................................................................................................15
MODULUS RIGIDITAS

1. Definisi Rasio Poisson.....................................................................................................16

2. Contoh Soal..........................................................................................................................17
GAYA AKSIAL & TEGANGAN AKSIAL

1. Definisi Rasio Poisson.....................................................................................................18

2. Contoh Soal..........................................................................................................................22

3
HUKUM HOOKE

1. DEFINISI HUKUM HOOKE

“Jika benda dibebani dalam batas elastisnya, maka tegangan berbanding lurus
dengan regangannya”.

Menurut Robert Hooke, ilmuwan yang menemukan hukum Hooke benda di


bedakan menjadi dua jenis yaitu benda bersifat plastis dan elastis. Benda yang
bersifat plastis yaitu benda yang mengalami perubahan saat di kenai gaya dan
benda tersebut tidak dapat kembali ke posisi semula setelah gaya yang di berikan
di hilangkan.

Sedangkan benda elastis merupakan benda yang mengalami perubahan saat di


kenai gaya dan benda tersebut dapat kembali seperti keadaan awal setelah gaya di
hilangkan.

Jika gaya yang diberikan melampaui batas elastisitas, maka benda tidak dapat
kembali ke bentuk semula dan apabila gaya yang diberikan jumlahnya terus
bertambah maka benda dapat rusak. Dengan kata lain, hukum Hooke hanya
berlaku hingga batas elastisitas.

Robert Hooke melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara perubahan


yang terjadi antara benda elastis dengan gaya yang diberikan pada benda. Dari
percobaannya dirinya mengemukakan suatu hukum mengenai hubungan antara gaya
dan perubahan gaya pegas yang di kenal dengan hukum Hooke.

Rumus hukum Hooke di tuliskan dengan :

Dengan

F = gaya (N), Ax = perubahan panjang pegas

k = konstanta pegas (N/m)

4
tanda negative menunjukkan gaya pegas berlawanan arah dengan gaya luar yang
di berikan terhadap pegas tersebut.

Contoh penerapan Hukum Hooke dalam kehidupan sehari yaitu


neraca,dinamometer,kasur pegas, dan ketapel

2. BESARAN DAN RUMUS DALAM HUKUM HOOKE


2.1. Tegangan
Tegangan merupakan keadaan dimana sebuah benda mengalami pertambahan
panjang ketika sebuah benda diberi gaya pada salah satu ujungnya sedangkan
ujung lainnya ditahan. Contohnya, misal seutas kawat dengan luas penampang x
2
m , dengan panjang mula-mula x meter ditarik dengan gaya sebesar N pada salah
satu ujungnya sedangkan pada ujung yang lain ditahan maka kawat akan
mengalami pertambahan panjang sebesar x meter. Fenomena ini mengambarkan
suatu tegangan yang mana dalam fisika disimbolkan dengan σ dan secara
matematis dapat ditulis seperti berikut ini.

Keterangan:
F = Gaya (N) 2
σ = Tegangan (N/ m atau Pa)
2
A = Luas penampang (m )

2.2. Regangan
Regangan merupakan perbandingan antara pertambahan panjang kawat dalam x
meter dengan panjang awal kawat dalam x meter. Regangan dapat terjadi
dikarenakan gaya yang diberikan pada benda ataupun kawat tersebut dihilangkan,
sehingga kawat kembali ke bentuk awal.
Hubungan ini secara matematis dapat dituliskan seperti dibawah ini.

Keterangan:
e = Regangan
ΔL = Pertambahan panjang (m)
Lo = Panjang mula-mula (m)

5
Sesuai dengan persamaan di atas, regangan (e) tidak memiliki satuan dikarenakan
pertambahan panjang (ΔL) dan panjang awal (Lo) adalah besaran dengan satuan
yang sama

2.3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)


Dalam fisika, modulus elastisitas disimbolkan dengan E. Modulus elastisitas
menggambarkan perbandingan antara tegangan dengan regangan yang dialami
bahan. Dengan kata lain, modulus elastis sebanding dengan tegangan dan
berbanding terbalik regangan.

Keterangan:
E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan
2
σ = Tegangan (N/ m atau Pa)

2.4. Mampatan
Mampatan merupakan suatu keadaan yang hampir serupa dengan regangan.
Perbedaannya terletak pada arah perpindahan molekul benda setelah diberi gaya.
Berbeda halnya pada regangan dimana molekul benda akan terdorong keluar
setelah diberi gaya. Pada mampatan, setelah diberi gaya, molekul benda akan
terdorong ke dalam (memampat).

2.5. Hubungan Antara Gaya Tarik dan Modulus Elastisitas


Jika ditulis secara matematis, hubungan antara gaya tarik dan modulus elastisitas
meliputi:

6
Keterangan:
F = Gaya (N) 2
A = Luas penampang (m )
E = Modulus elastisitas (N/m) E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan ΔL = Pertambahan panjang (m)
2 Lo = Panjang mula-mula (m)
σ = Tegangan (N/ m atau Pa)

3. CONTOH SOAL
1. Sebuah pegas ditarik menggunakan gaya 60 Newton. Jika konstanta pegasnya
30 N/m. Hitunglah pertambahan panjang pegas tersebut?
Pembahasan.
Diketahui : F = 60 N; k = 30 N/m
Ditanyakan : x = ?
Jawab :
F=k.x
60 = 30 . x
x = 60/30
x=2m
Jadi pertambahan panjang pegas tersebut ialah 2 m.

2. Sebuah pegas memiliki konstanta 600 N/m. Jika pertambahan panjang pegas
tersebut 0,25 m setelah gaya bekerja. Maka berapa besar gaya yang bekerja
pada pegas tersebut?
Pembahasan.
Diketahui : k = 600 N/m; x = 0,25 m
Ditanyakan : F = ?
Jawab :
F=k.x
= 600 . 0,25
= 150 Newton
Jadi gaya yang bekerja pada pegas tersebut ialah 150 Newton.

7
3. Sebuah pegas digantung dengan tambahan massa 5 kg. Apabila besar konstanta
pegas 500 N/m. Hitunglah besar pertambahan panjang pegasnya?
Pembahasan.
Diketahui : m = 5 kg; k = 500 N/m
Ditanyakan : x = ?
Jawab :
Sebelumnya kita harus mencari gaya yang bekerja pada pegas menggunakan
rumus gaya berat yaitu
W=m.g
= 5 . 10 (besar gaya grafitasi = 10 m/s²)
= 50 Newton
Kemudian aplikasikan pada rumus hukum hooke
F=k.x
50 = 500 . x
x = 50/500
x = 0,1 m
Jadi pertambahan panjang pegas tersebut ialah 0,1 m.

8
MODULUS ELASTISITAS

1. DEFINISI MODULUS ELASTISITAS

Modulus Elastisitas atau Modulus Young dapat diartikan secara sederhana, yaitu
adalah hubungan besaran tegangan tarik dan regangan tarik. Lebih jelasnya adalah
perbandingan antara tegangan tarik dan regangan tarik.

Modulus Young, E, dapat dihitung dengan membagi tegangan tarik oleh regangan
tarik dalam batas elastisitas linier pada bagian dari kurva tegangan-regangan:

Elastisitas adalah kemampuan suatu material untuk kembali ke keadaan atau


dimensi aslinya setelah beban, atau stres, dihilangkan. Regangan elastis adalah
reversibel, yang berarti regangan akan hilang setelah tegangan tersebut
dihilangkan dan material akan kembali ke keadaan semula. Bahan yang terkena
tingkat stres yang intens dapat rusak ke titik di mana stres merubah bahan tersebut
tidak akan kembali ke ukuran aslinya. Hal ini disebut sebagai deformasi plastis
atau regangan plastis.

Kemampuan materi untuk menolak atau meneruskan tegangan adalah penting, dan
sifat ini sering digunakan untuk menentukan apakah bahan tertentu cocok untuk
tujuan tertentu. Sifat ini sering ditentukan di laboratorium, menggunakan teknik
eksperimental yang dikenal sebagai uji tarik, yang biasanya dilakukan pada sampel
bahan dengan bentuk dan dimensi tertentu. Modulus Young dikenal untuk berbagai
bahan struktural, termasuk logam, kayu, kaca, karet, keramik, beton, dan plastik.

Modulus Young menggambarkan hubungan antara tegangan dan perubahan bentuk


bahan. Stres atau tegangan didefinisikan sebagai gaya yang diterapkan tiap satuan

9
luas, dengan satuan yang khas pound per square inch (psi) atau Newton per meter
persegi – juga dikenal sebagai pascal (Pa). Regangan adalah suatu ukuran jumlah
yang material berubah bentuk ketika tegangan diterapkan dan dihitung dengan
mengukur jumlah deformasi di bawah kondisi stres, dibandingkan dengan dimensi
aslinya. Modulus Young didasarkan pada elastisitas Hukum Hooke dan dapat
dihitung dengan membagi stres dengan regangan.

Nilai Modulus Young hanya bergantung pada jenis benda, tidak tergantung pada ukuran atau
bentuk benda. Adapun Modulus Young benda yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:

No Jenis Benda Modulus Young ( E )


2
(N/m )
1 Aluminium 7,0 x 10
10

2 Baja 20 x 10
10

3 Besi 10
21 x 10
4 Beton 2,3 x 10
10

5 Nikel 10
21 x 10
6 Tembaga 11 x 10
10

7 Besi tuang 10 x 10
10

8 Kuningan 10
10 x 10
9 Granit 4,5 x 10
10

10
2. CONTOH SOAL

1. Diketahui panjang pegas 25 cm. Sebuah balok bermassa 20 gram digantungkan


pada pegas kemudian pegas bertambah panjang 5 cm. Tentukan modulus
elastisitas andai luas penampang pegas 100 cm2 !
Diketahui :

Lo : 25 cm F : w : m . g : 0.02(10) : 0.2 N
ΔL : 5 cm A : 100 cm : 0.01 m
m : 20 gram : 0.02 kg

Ditanya :E . . . .?
Jawab :
E : σ/e
E : (F /A ) / (ΔL/Lo)
E : ( 0.2 N/ 0.01 m2) / (5 cm /25 cm )
E : (20 N /m2 )/ (0.2)
E : 100 N/m2

2. Sebuah pegas memiliki panjang 20 cm. Jika modulus elastisitas pegas 40 N/m2
dan luas ketapel 1 m2. berapakah besar gaya yang dibutuhkan agar pegas
bertambah panjang 5 cm
Diketahui :

Lo: 20 cm A : 1 m2
E : 40 N/m2 ΔL : 5 cm

Ditanya :F . . . . ?
Jawab :
E : σ/e
E : (F /A ) / (ΔL / Lo)
40 N/m2 : (F / 1 m2) / (5cm/20 cm)
40 N/m2 : ( F/ 1 m2 ) / ¼

11
160 N/m2 : F/1 m2
F:160N

3. Seutas kawat logam dengan diameter 1,4 mm dan panjangnya 60 cm digantungi


beban dengan massa 100 gram. Kawat itu bertambah panjang 0,3 mm. Jika
percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2, hitunglah:
a. tegangan,
b. regangan, dan
c. modulus Young bahan.

Penyelesaian:

Diketahui

d = 1,4 mm
r = 0,7 mm = 7 x 10-4m
m = 100 g = 0,1 kg
g = 9,8 m/s2
ℓ0 = 60 cm = 0,6 m
∆ℓ = 0,3 mm = 3 x 10-4 mm

Ditanyakan :
a. δ
b. e
c. Y

12
: Poisson’s Ratio

daxial : Regangan axial (positif untuk gaya axial tarik, negatif untuk gaya
aksial tekan)

dtransversal : Regangan transversal (positif untuk gaya aksial tarik, negatif untuk gaya
aksial tekan)

Poisson Ratio dapat menggambarkan karakter dan sifat masing-masing material.


Mayoritas material memiliki rentang poisson ratio antara -1.0 sampai dengan 0.5,
namun ada beberapa pengecualian. Material yang stabil, isotropis, dan elasitis bisa
memiliki poisson ratio yang berkisar antara 0.0 sampai 0.5. Hal ini dikarenakan
modulus young, modulus puntir dan modulus deformasi harus bernilai positif.
Karet memiliki poisson ratio mendekati 0.5. Polimer busa memiliki poisson ratio
negatif, jika material tersebut ditarik, ketebalannya justru akan bertambah.

Poisson Ratio sangat berguna di beberapa bidang. Salah satu bidang yang
membutuhkan pengaplikasian poisson ratio adalah pipa bertekanan tinggi. Air atau
udara yang diberi tekanan tinggi akan mengembang ke segala arah dan memberikan
gaya pada bagian dalam pipa. Gaya tersebut akan menimbulkan tegangan radial
RASIO POISSON

13
1. DEFINISI RASIO POISSON

Poisson Ratio adalah konstanta elastisitas yang dimiliki oleh setiap material.
Sebuah material yang diberikan gaya satu arah, ditarik maupun ditekan, akan mengalami
perubahan bentuk. Selain perubahan bentuk kearah gaya yang diberikan, ada juga perubahan
bentuk ke arah yang tegak lurus dengan arah gaya. Poisson Ratio adalah perbandingan dari
perubahan arah aksial dengan perubahan arah transversal tersebut. Ketika sebuah gaya satu arah
diberikan kepada material tersebut sehingga menghasilkan regangan dan membuat material
tersebut berdeformasi, kita bisa menyimpulkan poisson ratio dari material tersebut dengan
rumus:

=− =− =−
pada material penyusun pipa dan menyebabkan perubahan pada panjang pipa.
Apabila material yang digunakan tidak memiliki poisson ratio yang cukup besar
untuk pipa agar berdeformasi menyamai tekanan yang diterima, akan terjadi
kegagalan pada susunan pipa. Pipa akan memendek dan merusak susunan pipa
secara keseluruhan.

Jadi poisson ratio adalah perbandingan negatif dari perubahan aksial dan
transversal dari sebuah material, ketika diberikan gaya satu arah. Poisson ratio
menggambarkan sifat dan karakteristik dari suatu material. Karena itu, poisson
ratio sangat penting untuk diketahui dalam pemilihan material suatu benda.

2. CONTOH SOAL

Sebuah batang yang terbuat dari baja dengan panjang 2 m, lebar 40 mm dan tebal
20 mm mendapat tarikan searah aksial sebesar 160 kN pada arah panjangnya.
Carilah perubahan panjang, lebar dan ketebalan batang. Diketahui E = 200 GPa
dan rasio Poisson = 0,3.

14
MODULUS BULK

1. DEFINISI MODULUS BULK


Jika benda mengalami gaya internal dari semua sisi, maka volume bendanya akan
berkurang. Tekanan yang dikenakan pada suatu benda didefinisikan sebagai gaya
per luas yang ekivalen dengan tegangan (tekanan hidrostatik). Untuk keadaan ini,
perubahan volume (∆v) sebanding dengan volume awal(v0). Jadi modulus Bulk
adalah hubungan antara tegangan (tekanan hidrostatik) Ph= F/A dan regangan

volume = , maka persamaan matematis modulus Bulk:
0

⁄ −
= =

⁄0

Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang terhadap penambahan


tekanan.

Modulus bulk menjelaskan elastisitas volumetrik, atau kecenderungan suatu


benda untuk berubah bentuk ke segala arah ketika diberi tegangan seragam ke
segala arah; didefinisikan sebagai tegangan volumetrik terhadap regangan
volumetrik, dan merupakan kebalikan dari kompresibilitas. Modulus bulk
merupakan perpanjangan dari modulus Young pada tiga dimensi.

2. CONTOH SOAL
Jika harga modulus elastisitas dan rasio poisson sebuah paduan masing-masing
adalah 150 GPa dan 0,25, carilah harga modulus bulk paduan tersebut.

15
MODULUS RIGIDITAS

1. DEFINISI MODULUS RIGIDITAS


Tekanan terhadap suatu benda dapat menimbulkan regangan berupa pergeseran pada salah
satu permukaan bidangnya. Tekanan yang bekerja pada benda ini disebut tekanan geser dan
regangannya disebut regangan geser. Perubahan bentuk akibat pergeseran ini tidak disertai
perubahan volumenya. Hubungan antara tegangan dan regangan yang menimbulkan
pergeseran sederhana ini disebut modulus Rigiditas. Perumusan matematisnya sebagai
berikut:

= =

16
2. CONTOH SOAL
Sebuah spesimen paduan mempunyai modulus elastisitas 120 GPa dan modulus
rigiditas 45 GPa. Carilah rasio Poisson material tersebut. Jawab.

Diketahui:
E = 120 GPa
C = 45 Gpa

17
GAYA AKSIAL & TEGANGAN AKSIAL
1. DEFINISI GAYA AKSIAL & TEGANGAN AKSIAL

Gaya aksial bekerja pada pusat aksis dari elemen struktur. Jika beban
menyebabkan penambahan panjang dari elemen, maka gaya yang bekerja adalah
gaya tarik. Jika beban menyebabkan elemen memendek, maka gaya yang bekerja
adalah gaya tekan. Kondisi struktur ini biasanya ditemukan pada elemen-elemen
struktur yang join-joinnya merupakan sendi seperti yang biasanya didapatkan
pada sistem struktur rangka batang dengan elemen yang tertarik disebut batang
tarik dan elemen yang tertekan disebut batang tekan. Selain itu elemen yang
memikul beban tekan juga biasanya disebut dengan kolom.

Tegangan Normal (Normal Stress)

Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat
kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. Pada umumnya gaya-gaya
tersebut berubah-ubah dari suatu titik ke titik yang lain, umumnya berarah miring
pada bidang perpotongan. Dalam praktek keteknikan intensitas gaya diuraikan
menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan, seperti terlihat pada Gambar 1.1.

18
Gambar 1.1. Komponen-Komponen Tegangan Normal dan Geser dari Tegangan.

Tegangan normal adalah intensitas gaya yang bekerja normal (tegak lurus)
terhadap irisan yang mengalami tegangan, dan dilambangkan dengan ζ (sigma).
Bila gaya-gaya luar yang bekerja pada suatu batang sejajar terhadap sumbu
utamanya dan potongan penampang batang tersebut konstan, tegangan internal
yang dihasilkan adalah sejajar terhadap sumbu tersebut.
Gaya-gaya seperti itu disebut gaya aksial, dan tegangan yang timbul dikenal
sebagai tegangan aksial. Konsep dasar dari tegangan dan regangan dapat
diilustrasikan dengan meninjau sebuah batang prismatik yang dibebani gaya-gaya
aksial (axial forces) P pada ujung-ujungnya. Sebuah batang prismatik adalah
sebuah batang lurus yang memiliki penampang yang sama pada keseluruhan
pajangnya. Untuk menyelidiki tegangan-tegangan internal yang ditimbulkan gaya-
gaya aksial dalam batang, dibuat suatu pemotongan garis khayal pada irisan mn
(Gambar 1.2). Irisan ini diambil
tegak lurus sumbu longitudinal batang. Karena itu irisan dikenal sebagai suatu
penampang (cross sectin).

Gambar 1.2. Batang Prismatik yang Dibebani Gaya Aksial

19
Tegangan normal dapat berbentuk:
1. Tegangan Tarik (Tensile Stress)
Apabila sepasang gaya tarik aksial menarik suatu batang, dan akibatnya batang ini
cenderung menjadi meregang atau bertambah panjang. Maka gaya tarik aksial
tersebut menghasilkan tegangan tarik pada batang di suatu bidang yang terletak
tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.

Gambar 1.3. Gaya Tarik Aksial

2. Tegangan Tekan (Compressive Stress)


Apabila sepasang gaya tekan aksial mendorong suatu batang, akibatnya batang
ini cenderung untuk memperpendek atau menekan batang tersebut. Maka gaya
tarik aksial tersebut menghasilkan tegangan tekan pada batang di suatu bidang
yang terletak tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.

Gambar 1.4. Gaya Tekan Aksial

Intensitas gaya (yakni, gaya per satuan luas) disebut tegangan (stress) dan
lazimnya ditunjukkan dengan huruf Yunani ζ (sigma). Dengan menganggap
bahwa tegangan terdistribusi secara merata pada seluruh penampang batang, maka
resultannya sama dengan intensitas ζ kali luas penampang A dari batang.
Selanjutnya, dari kesetimbangan benda yang diperlihatkan pada Gambar 1.2,

20
besar resultan gayanya sama dengan beban P yang dikenakan, tetapi
arahnya berlawanan. Sehingga diperoleh rumus :

 Regangan Normal

Regangan merupakan perubahan bentuk per satuan panjang pada suatu batang.
Semua bagian bahan yang mengalami gaya-gaya luar, dan selanjutnya tegangan
internal akan mengalami perubahan bentuk (regangan). Misalnya di sepanjang
batang yang mengalami suatu beban tarik aksial akan teregang atau diperpanjang,
sementara suatu kolom yang menopang suatu beban aksial akan tertekan atau
diperpendek. Perubahan bentuk total (total deformation) yang dihasilkan suatu
batang dinyatakan dengan huruf Yunani δ (delta). Jika panjang batang adalah L,
regangan (perubahan bentuk per satuan panjang) dinyatakan dengan huruf Yunani
ε (epsilon), maka:

Sesuai dengan hukum Hooke, tegangan adalah sebanding dengan regangan Dalam
hukum ini hanya berlaku pada kondisi tidak melewati batas elastik suatubahan,
ketika gaya dilepas. Kesebandingan tegangan terhadap regangan
dinyatakansebagai perbandingan tegangan satuan terhadap regangan satuan, atau
perubahanbentuk. Pada bahan kaku tapi elastis, seperti baja, kita peroleh bahwa
tegangan satuan yang diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan yang
relatif kecil Pada bahan yang lebih lunak tapi masih elastik, seperti perunggu,
perubahan bentuk yang disebabkan oleh intensitas tegangan yang sama dihasilkan
perubahan bentuk sekitar dua kali dari baja dan pada aluminium tiga kali dari
baja.

21
Regangan ε disebut regangan normal (normal strain) karena berhubungandengan
tegangan normal. Rumus regangan normal berdasarkan hukum Hooke :

Bentuk Regangan Normal:


=> Regangan Tarik (Tensile Strain) => terjadi jika batang mengalami tarik
=> Regangan Tekan (Compressive Strain) => terjadi jika batang mengalami
tekan

2. CONTOH SOAL
Sebuah batang prismatik dengan penampang berbentuk empat persegi panjang (20
x 40 mm) dan panjang 2.8 m dikenakan suatu gaya tarik aksial 70 kN.
Pemanjangan yang dialami batang adalah 1.2 mm. Hitunglah tegangan dan
regangan tarik dalam batang.

22

Anda mungkin juga menyukai