BAB I
PENDAHULUAN
Pada era industri seperti sekarang, pegas merupakan suatu konstruksi yang
sudah lama sekali digunakan dalam kehidupan manusia. Pegas mempunyai peran
yang sangat penting untuk meredam getaran, oleh karena itu penggunaan pegas
sangatlah beragam. Namun untuk menentukan pegas yang cocok digunakan pada
suatu produk, mula-mula ditentukan dahulu besaran gaya yang akan bekerja pada
pegas tersebut. Lalu karena pegas memiliki batas elastis. Apabila terdapat gaya
yang menyebabkan pegas tersebut tertarik melampaui batas elastisitasnya, maka
akan menyebabkan fungsi pegas tidak optimal lagi.
Karena itu setiap pegas memiliki nilai konstanta yang berbeda – beda
tergantung gaya yang diberikan dan pertambahan panjang yang terjadi pada pegas
tersebut. Maka penting bagi kita untuk mengetahui nilai tetapan dari suatu pegas
yang menggambarkan kekakuan dari suatu pegas. Sifat elastis atau elastisitas
adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah
gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan). Berdasarkan
sifat elastis ini, benda-benda kertas dan tanah liat disebut sebagai benda yang
tidak elastis. dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu benda elastis dan
benda plastis (tak elastis). Benda-benda seperti busa spons, karet gelang, dan
pegas baja disebut sebagai benda yang elastis.
Sedang benda-benda seperti kertas dan tanah liat disebut sebagai benda
yang tidak elastis atau plastis. Konstanta pegas adalah besarnya gaya yang
dibutuhkan atau yang harus diberikan sehingga terjadi perubahan panjang sebesar
satu satuan panjang. Satuan SI untuk konstanta pegas adalah N/m atau 𝑘𝑔.𝑚/𝑠2.
Sebuah gaya pemulih yang ditimbulkan oleh sebuah pegas ditentukan oleh
Hukum Hooke. Saat menentukan koefisien elastisitas, pegas dibebani dengan
beban. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan proporsionalitas antara ekstensi
pegas dan bobot. Koefisien proporsionalitas adalah koefisien elastisitas pegas.
Oleh karena itu diperlukan suatu eksperimen untuk membuktikan faktor apa saja
yang mempengaruhi nilai konstanta pegas.
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tersebut. Untuk menentukan nilai dari tetapan pegas tersebut dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu cara statis dan cara dinamis.
Cara statis merupakan cara yang digunakan untuk menetukan nilai
konstanta pegas dengan menghitung pertambahan panjang pegas ketika diberi
beban (W). Dengan cara statis maka akan dapat dilihat pengaruh pertambahan
massa terhadap perubahan panjang pegas. Sedangkan cara dinamis adalah cara
yang digunakan apabila pegas yang diberi beban tadi dihilangkan bebannya maka
pegas akan mengalami getaran dengan periode tertentu. Dengan cara ini dapat
dilihat hubungan massa terhadap periode getaran suatu pegas. Karena elastisitas
pegas ditentukan oleh besarnya konstanta pegas maka penulis mengambil judul
penentuan konstanta pegas secara statis dan dinamis.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini untuk mengetahui
nilai konstanta pegas dengan menggunakan cara statis dan dinamis. Agar
penulisan ini mencapai tujuan pembahasan yang diharpkan, penulis perlu
membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan konstanta
pegas dengan cara statis dan dinamis. Apabila suatu pegas dengan tetapan pegas k
diberi beban W, maka ujung pegas akan bergeser sepanjang x sesuai dengan
persamaan m g = k x. Untuk menentukan tetapan pegas (k) dengan cara statis
maka digunakan rumus gabungan antara hukum Hooke dan Hukum II Newton
yaitu :
F=-kx ………………………………………………….………………………(4.2.1)
Keterangan :
F = Gaya yang bekerja pada pegas (N), k = Konstanta pegas (N/m), x =
Pertambahan panjang pegas (m).
Hukum hooke dan elastisitas adalah dua istila yang salin berkaitan. Untuk
memahami arti kata elastisitas, banyak orang menganalogikan istilah tersebut
dengan benda – benda yang terbuat dari karet, walaupun pada dasarnya tidak
semua benda dengan bahan dasar karetbersifat elastik. Kita ambil dua contoh
karet gelang dan permen karet. Bila karet gelang tersebut ditarik, maka
panjangnya akan terus bertambah sampai batas tertentu. Kemudian, jika tarikan
dilepaskan panjang karet gelang akan kembali seperti semula. Berbeda halnya
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
dengan permen karet, bila ditarik panjangnya akan terus bertambah sampai batas
tertentu tetapi jika tarikan dilepas panjang permen karet tidak akan kembali seperti
semula. Hal ini bisa terjadi karena karet gelang sifatnya elastis sedangkan permen
karet bersifat plastik. Jadi bisa disimpulkan bahwa elastisitas yaitu kemampuan
suatu benda kembali ke bentuk awal (FN Hidayati, 2016).
Konstanta pegas merupakan suatu pegas. Jika sebuah pegas yang diberikan
beban menjadi salah satu karakteristik suatu pegas. Setiap gerak yang terjadi
secara berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak priodik. Karena
gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga sebagai gerak harminik. Jika
sebuah pegas yang diberikan beban M digabung secara vertikal maka akan
berlaku hubungan sebagai berikut :
Keterangan:
m = Massa (kg), g= Percepatan gravitasi (m/s2), k=Konstanta gaya pegas
(N/m), x= Pertambahan panjang pegas (m).
Yang artinya bahwa gaya pegas F = -k . x di imbangi oleh gaya gravitasi
(g) sehingga beban m tetap dalam keadaan setimpang pada simpangan pegas X.
Jika g.m dan x dapat diketahui atau diukur maka konstanta pegas dapat dihitung.
Cara seperti ini disebut cara statis.
Jika m tergantung pada pegas dalam keadaan setimpang, lalu kita
sampaikan misalnya dengan menarik M kebawah. Dan kita lepaskan kembali
maka pada saat dilepaskan ada gaya pegas yang bekerja pada suatu benda
kemudian benda bergerak mula-mula kearah titik setimbang dan selanjutnya
benda akan bergerak harmonik.
Gerak harmoni sederhana adalah gerak bolak balik benda melalui suatu
titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon
selalu konstan. Setimbangnya yang diungkapkan dalam persamaan berikut.
Keterangan :
m = Massa (kg), a = Percepatan benda (m/s), k = Konstanta gaya pegas
(N/m), x = Pertambahan panjang pegas (m).
Gerak harmonik yang dilakukan massa M mempunyai perode T yaitu:
t = 2π
m
√
…………………………………..………………………………….(4.2.4)
k
Keterangan :
t = Waktu (s), m = Massa (kg) ,k = Konstanta gaya pegas (N/m).
Jadi periode gerak ditentukan oleh massa (m) dan konstanta gaya pegas
(k). Periode tidak tergantung pada amplistik, kemudian untuk harga-harga tertentu
m dan k. Satu waktu lengkap adalah tidak peduli apakah implitik besar atau kecil.
Jadi suatu gerak yang mempunyai sifat ini dinamakan isolaton (waktu sama).
Frekuensi F atau banyak osilasi lengkap perwat satuan adalah kebalikan dari T
yaitu.
1 1
F=1 =
1 2π √ k
m
………………………………………………..(4.2.5)
Keterangan :
F = Gaya yang bekerja pada pegas (N), k = Konstanta gaya pegas (N/m),
m = Massa (kg).
Satuan dasar untuk F adalah “siklus perdetik atau hanya detik”. Dalam
satuan SI satu siklus perdetik diberi nama satu Hertz (satu Hz) sebahai
penghargaan kepada Hendrik Hertz salah serang dalam penelitian gelombang
listrik magnet frekuesi sudut W dapat dinyakatakan dalam radian perdetik sebagai
berikut :
W=2 π .f=
√ k
m
………………………………………………
(4.2.6)
Keterangan :
W= Usaha (J), F= Frekuensi (Hz).
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Jenis-jenis gaya dapat muncul karena adanya kerja otot, gravitasi bumi,
kelistrikan, atau kemagnetan. Sebuah gaya selalu dikerjakan oleh satu benda
kepada benda lain. Gaya yang terjadi pada dua buah benda yang bersentuhan
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Terdapat juga gaya yang bekerja pada benda dengan tidak bersentuhan
secara langsung. Gaya semacam ini disebut gaya kerja dengan jarak antara atau
gaya aksi jarak jauh. Satu contoh dari gaya jenis ini adalah gaya tarik bumi atau
gaya gravitasi bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, gaya ini disebut gaya berat
benda atau disebut juga berat benda. Berat menyebabkan setiap benda dapat jatuh
ke bumi. Contoh lainnya adalah gaya listrik dan gaya magnet.
2.3 Pengertian Pegas
Pegas merupakan benda berbentuk spiral yang terbuat dari logam. Pegas
sendiri mempunyai sifat elastis. Maksudnya ia bisa mempertahankan bentuknya
dan kembali ke bentuk semula setelah diberi gaya. Gaya pegas dapat didefinisikan
sebagai gaya atau kekuatan lenting suatu pegas untuk kembali ke posisi atau
bentuk semula. Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. Elastis atau
elastsitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya
ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya
diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah.
Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah
pertambahan panjang. Perlu diketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki
batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat
besar, melawati batas elastisitasnya.
mempunyai potensi pasar yang baik. Industri otomotif sangat berkembang pesat
saat ini, sehingga mempunyai kebutuhan pegas yang banyak. Hal ini berimbas
pada peningkatan jumlah produksi pegas.
Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika
diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut
memiliki batas elastisitas. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas
tersebut tidak diberikan gaya. Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara
gaya tarik dengan luas penampang benda. Regangan didefinisikan sebagai hasil
bagi antara pertambahan panjang benda ketika diberi gaya dengan panjang awal
benda.
Gaya pegas merupakan gaya untuk kembali ke keadaan semula. Gaya ini
ditimbulkan oleh benda statis yang mengalami renggangan. Pegas akan selalu
memiliki sifat keelastisan. Sifat elastis diartikan sebagai kemampuan suatu benda
untuk kembali ke kedudukan semula setelah diberi gaya dari luar. Apabila kita
meninjau pegas, andai panjang pegas pada keadaan seimbang 10, salah satu ujung
pegas ditarik dan dihubungkan pada suatu neraca pegas dan ujungnya yang lain
ditarik sedemikian rupa hingga pegas tersebut akan bertambah panjang. Benda
elastis mempunyai batas elastis. Jika gaya yang diberikan ke benda elastis
mengakibatkan benda tersebut melampaui batas elastisnya maka benda tersebut
tidak dapat kembali ke ukuran semula. Besar atau kecilnya pertambahan panjang
pegas bergantung pada besar kecilnya gaya yang digunakan untuk menarik pada
pegas (Maulini, 2016).
Gaya pegas adalah gaya yang dihasilkan oleh kerja suatu benda elastis.
Contoh gaya pegas terhadap pada katepel dan busur panah. Demikian juga sebuah
pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang
sangat besar. Karet elastis pada katepel dapat digunakan untuk melontarkan batu
kecil sedangkan tali pada busur panah dapat digunakan untuk melesatkan anak
panah. Pegas merupakan salah satu komponen penting yang digunakan dalam
industri seperti pada otomotif, transportasi dan industri lainnya. Sebuah pegas
biasa digunakan untuk sistem suspensi, peralatan, perabot dan sebagainya.
Elastisitas adalah sifat dari suatu benda kembali ke bentuk semula setelah
mengalami perubahan bentuk, pegas bertambah panjang atau bertambah pendek
jika diberi gaya maka dari sini dapat dicari konstanta pegas secara statis. Ketika
pegas diberi gaya maka sistem akan mengalami getaran. Dari waktu getaran dapat
dihitung periode dan dari periode dapat dihitung konstanta pegas secara dinamis.
Cara statis merupakan cara yang digunakan untuk menetukan nilai konstanta
pegas dengan menghitung pertambahan panjang pegas ketika diberi beban (W).
Dengan cara statis maka akan dapat dilihat pengaruh pertambahan massa terhadap
perubahan panjang pegas. Sedangkan cara dinamis adalah cara yang digunakan
apabila pegas yang diberi beban tadi dihilangkan bebannya maka pegas akan
mengalami getaran dengan periode tertentu. Dengan cara ini dapat dilihat
hubungan massa terhadap periode getaran suatu pegas. Karena elastisitas pegas
ditentukan oleh besarnya konstanta pegas.
Konstanta gaya pegas menurut hukum hooke bahwa besar pertambahan
panjang pegas akan sebanding dengan gaya yang diberikan pada pegas asalkan
gayanya tidak melebihi batas kemampuan pegas tersebut. Dari rumusan berarti
batas kemampuan yang dimaksud adalah k yang kita kenal sebagai konstanta
pegas. Pertambahan panjang pegas bisa jadi berbeda antara satu pegas dengan
pegas yang lainnya, pertambahan panjang suatu pegas terjadi karena karakteristik
pegas antara pegas yang satu dengan pegas yang lainnya (Kurniawan, 2018).
Pegas merupakan suatu konstruksi yang sudah lama sekali digunakan
dalam kehidupan manusia. Pegas mempunyai peran yang sangat penting untuk
meredam getaran, oleh karena itu penggunaan pegas sangatlah beragam. Namun
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
untuk menentukan pegas yang cocok digunakan pada suatu produk, mula-mula
ditentukan dahulu besaran gaya yang akan bekerja pada pegas tersebut. Lalu
karena pegas memiliki batas elastis. Apabila terdapat gaya yang menyebabkan
pegas tersebut tertarik melampaui batas elastisitasnya, maka akan menyebabkan
fungsi pegas tidak optimal lagi.
Karena itu setiap pegas memiliki nilai konstanta yang berbeda – beda
tergantung gaya yang diberikan dan pertambahan panjang yang terjadi pada pegas
tersebut. Maka penting bagi kita untuk mengetahui nilai tetapan dari suatu pegas
yang menggambarkan kekakuan dari suatu pegas. Sementara, pegas yang ada
dipasaran umumnya tidak mempunyai nilai konstanta sehingga menyulikan dalam
pemilihan penggunaan pegas. Lalu, dalam penelitian sebelumnya tentang alat uji
pegas seperti pada gambar 1, banyak diantaranya menggunakan pegas jenis tarik
untuk menentukan konstanta pegasnya yang biasanya kapasitas beban pegas
tersebut kecil.
Terkait hal ini, karena umumnya kapasitas beban yang dipakai tidak
sampai 1 kg, penulis mencoba membuat alat uji konstanta pegas dengan kapasitas
maksimal 2000N atau 203.94 kg dengan specimen alat ujinya berupa pegas ulir
tekan. Dan dalam mendesain alat ini diperlukan perhitungan pada komponen
utama agar alat ini mampu menahan beban statis pegasnya, perangkat lunak yang
digunakan penulis dalam simulasi beban statis disini adalah SolidWork 2017.
Cara penggunaan perangkat lunak ini membutuhkan model 3D berupa komponen-
komponen yang disatukan menjadi suatu assembly yang telah ditetapkan
materialnya. Setelah itu disimulasikan dengan menempatkan beban pada rangka
yang akan diteliti, hasil dari simulasi dalam bentuk data berupa nilai minimum
sampai maksimum dan warna yang menunjukan parameterparameternya yang
telah disediakan oleh perangkat lunak (SolidWork, 2017.)
Untuk cara konstanta gaya pegas dinamis, apabila pegas yang telah diberi
beban tadi dihilangkan bebannya maka pegas akan mengalami getaran selaras
dalam kurun waktu yang konstan. Teknik untuk menurunkan rumus periode pegas
adalah sederhana, yaitu hanya menyamakan gaya pemulih dan gaya dari hukum II
Newton F = m.ay dengan ay= -w2y adalah percepatan gerak harmonik. Gaya
pemulih pada pegas adalah F = -k.y (Wicaksana, 2016).
praktikan dalam mengambil data pada saat percobaan dan dalam penggunaan alat
masih terdapat kesalahan. Konstanta pegas adalah besaran fisik yang menentukan
tingkat kekakuan pegas. Setiap pegas memiliki nilai sendiri konstanta pegas.
Huruf k digunakan untuk menunjukkan jumlah. Satuan SI-nya adalah Newton per
meter (N/m).
Selain itu, terdapat suatu faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan
data percobaan tetapan pegas. Faktor yang dimaksud adalah gaya gesek udara
yang membuat sebuah pegas mengalami perlambatan. Konstanta pegas adalah
besaran fisik yang menentukan tingkat kekakuan pegas. Setiap pegas memiliki
nilai sendiri konstanta pegas. Huruf k digunakan untuk menunjukkan jumlah dari
penetapan konstantsa gaya pegas. Satuan SI-nya adalah Newton per meter (N/m)
(C. P. Pratama & Wulandari, 2020).
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap konstanta pegas dengan variasi
jumlah lilitan dan diameter pegas dengan maksimal disarankan untuk :
a. Menghitung pengaruh waktu pemanasan terhadap konstanta pegas.
b. Dalam mengukur perubahan panjang pegas dan gaya angkat ke atas (F A)
diharapkan lebih teliti, karena perbedaannya sangat kecil.
c. Untuk penelitian lebih lanjut menggunakan konstanta gaya pegas dapat
menggunakan zat cair yang berbeda-beda (Irawan et al., 2018).
Nilai konstanta berbanding terbalik dengan pertambahan panjang pegas,
ketika nilai konstanta tinggi maka tingkat pertambahan panjang pegas rendah
begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Hukum Hooke yaitu gaya
berbanding lurus dengan konstanta dan pertambahan panjang, tetapi konstanta
pegas akan berbanding terbalik dengan gaya dan pertambahan panjang pegas.
Tetapan pegas atau disebut juga tetapan gaya, merupakan tetapan
kesebandingan antara gaya yang diberikan pada pegas terhadap pertambahan
panjang pegas tersebut yang dinyatakan dengan hukum Hooke. Nilai tetapan
pegas juga merupakan ukuran kekakuan (stiffness) dari pegas tersebut dimana
semakin besar nilai tetapan pegas maka semakin kaku pegas tersebut. Kekakuan
suatu bahan (padatan) berkaitan dengan sifat elastisitas bahan tersebut. Sifat
elastisitas suatu bahan dinyatakan dengan nilai modulus Young yang merupakan
nilai kesebandingan antara tegangan terhadap regangan.
Hukum newton merupakan suatu hukum yang ada dalam dunia fisika yang
menggambarkan hubungan antara suatu gaya yang bergerak dikarenakan adanya
sebab. Hal ini menjadi pondasi dalam mekanika klasik dalam hukum fisika
dengan 3 jenis hukum yang ada.
1. Hukum I Newton
Bunyi hukum newton I : “Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang
sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang
mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan
tetap”
Dari bunyi hukum newton 1 ini dapat dipahami bahwasanya suatu benda
akan berusaha mempertahankan keadaannya atapun posisi awalany yang ia miliki.
Dimana, benda yang awalnya diam akan berusaha untuk tetap diam. Begitu juga
jika benda yang awalnya bergerak akan berusaha untuk tetap bergerak.
∑F = 0 …………...……………………………………..(4.2.7)
Keterangan :
F = Gaya (N)
2. Hukum Newton II
Bunyi Hukum Newton II: “Percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan
massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
Berdasarkan dari bunyi hukum newton ke 2 ini, dapat dipahami bahwasanya suatu
gaya benda akan semakin bertambah besar jika diberikan dorongan daya yang
searah dengan laju arah gaya benda tersebut. Namun, jika diberikan gaya tolak
atau berlawanan arah dari gaya benda tersebut, maka akan memperkecil atau
memperlambat dari laju gaya benda tersebut.
Contoh hukum newton II dapat diamati saat anda menggelindingkan bola
ditanah datar. Jika semula anda menggelindingkan bola dari kanan menuju kiri
lalu memberikan gaya dari kanan pula dengan cara menendang bola tersebut,
maka bola tersebut akan mendapat gaya searah dari kanan kekiri yang
membuatnya mengalami percepatan. Benda yang mula-mula bergerak lurus
beraturan akan tetap lurus beraturan. Dengan demikian, hukum newton II dapat
dirumuskan sebagai berikut.
F = m.a
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
……………………………………………………..(4.2.8)
Keterangan :
F= gaya (N), m = massa (Kg), a = percepatan (m/s2)
3. Hukum Newton III
Bunyi Hukum Newton III Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika
suatu benda memberikan gaya pada benda yang lain maka benda yang terkena
gaya akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari
benda pertama, tetapi arahnya berlawanan. Benda yang mula-mula bergerak lurus
beraturan akan tetap lurus beraturan
Dari bunyi hukum newton ke III ini dimana setiap aksi akan menimbulkan
aksi atau setiap sebab akan menimbulkan akibat. Dimana, setiap gaya sebab yang
diberikan akan menghasilkan besarnya gaya akibat yang dihasilkan. Pada contoh
penerapan hukum newton ke 3 ini bekerja pada setiap ben da yang diberikan gaya
aksi akan menghasilkan gaya reaksi. Namun, gaya aksi reaksi tersebut saling
berlawanan arah dan bekerja pada benda yang berbeda (Rosdianto 2017).
Sebagai contoh dengan gaya dari paku adalah gaya reaksi dari palu
tersebut. Saat anda memukul paku dengan palu, begitu palu menyentuh paku, palu
berhenti sesaat atau bahkan memantul hukum newton 3, ketika anda memukul
paku dengan paku, ecara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Faksi = - Freaksi
….……………………………………...…….(4.2.9)
Keterangan:
F = aksi, -F = reaksi
Hal hal yang berkaitan dengan pegas pengganti susunan seri ada tiga.
Susunan Pegas Secara Seri adalah susunan pegas yang dibuat dengan tujuan untuk
mendapatkan konstata yang lebih kecil sehingga pertambahan panjang pegas
menjadi besar.Yang pertama adalah gaya yang menarik pegas pengganti, dan
masing-masing pegas sama besarnya yaitu F1 = F2 = F3=.........= F yang kedua
1 1 1 1
= + + +¿……………………………………..……….(4.2.10)
ks k 1 k 2 k 3
Keterangan :
Ks = konstanta gaya pegas pengganti susunan seri.
1 1 ………………..………………...(4.2.11)
E= M .V2 + . k .x2 = Konstan
2 2
Keterangan :
E= Energi kinetik benda (Joule), M= Massa (kg), V= Kecepatan benda
(m/s2)
Energi total E juga sangat berkaitan dengan A gerak. Bila partikel
mencapai pergeseran yang maksimum ± A. Partikel berhenti dan kembali menuju
setimbang. Pada saat itu percepatan partikel V=O sehingga tak ada lagi energi.
Energi kinetik untuk menentukan posisi partikel sebagai suatu fungsi waktu pada
saat T= O.X=XO dan dx/dt= 0, kita dapat menggunakan persamaan:
X = X0 COS wt ……………………………………………..(4.2.12)
Keterangan :
tersebut terdapat gaya pemulih yang besarnya sebanding dengan jarak sistem dari
posisi setimbangnya adalah –kx. Amplitudo adalah suatu simpangan yang sangat
mempengaruhi dari kuat lemahnya bunyi yang dihasilkan dari suatu getaran
namun kadang apmlitudo juga mengalami penurunan yang menyebabkan sebuah
frekuensi
Gaya tersebut akan cenderung mengembalikan sistem pada posisi
setimbangnya. Apabila tidak ada gaya gesek maka pegas akan terus berosilasi
tanpa berhenti. Pada kenyataannya amplitudo osilasi perlahan-lahan akan
berkurang dan pada akhirnya osilasi akan berhenti. Berkurangnya amplitudo
biasanya disebabkan oleh hambatan udara dan gesekan internal pada sistem yang
berosilasi, maka dalam kasus ini terdapat gaya hambat yaitu −𝑐𝑥̇ yang mana c
merupakan konstanta hambatan.
D. Elastis
batas, jika benda elastis diberi gaya tetapi benda tidak dapat kembali kebentuk
semula, telah melewati batas elastis. Modulus yang lebih tinggi biasanya
menunjukkan bahwa bahan tersebut sulit untuk megalami deformasi (FN Hidayati
2016).
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan (dibebaskan). Berdasarkan sifat elastis ini, benda-bendakertas dan
tanah liat disebut sebagai benda yang tidak elastis.
Dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu benda elastis dan benda
plastis (tak elastis). Benda-benda seperti busa spons, karet gelang, dan pegas baja
disebut sebagai benda yang elastis. Sedang benda-benda seperti kertas dan tanah
liat disebut sebagai benda yang tidak elastis.
E. Gerak Harmonik
F. Tegangan
Tegangan (stress) merupakan besar gaya yang diberikan oleh melekul-
molekul terhadap luas penampang, misalnya kawat besi, didefinisikan
sebagaigaya persatuan luas penampang benda tersebut. Tegangan diberi simbol σ
(dibaca sigma). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
F
σ = A
……….……………………………………...……(4.2.13)
Keterangan :
σ = Tegangan (N/m2), F = Besar gaya tekan/tarik (N), A =
Luaspenampang (m2).
Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya
berbeda diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan yang
berbeda. Kawat dengan penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar
dibandingkan kawat dengan penampang lebih besar.
Tegangan benda sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan
jenis bahan penyangga ataupenopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan
gantung dan bangunan bertingkat, maka jika melihat hal seperti itu tegangan yang
di hasilkan akan sangat besar.
G. Regangan
∆X
ε= …………………………...………………………..…(4.2.14)
A
Keterangan :
ε = Regangan strain (tanpa satuan), ∆ X = Pertambahan panjang (m) A =
Panjang mula-mula (m)
Regangan adalah perubahan ukuran dari panjang awal sebagai hasil
dari gaya yang menarik atau menekan pada material. Batasan sifat elastis
perbandingan tegangan regangan akan linier dan akan berakhir pada titik
mulur. hubungan tegangan tegangan tidak lagi linier ketika material
mencapai batas sifat plastis. Hubungan tegangan regangan harus didapati
untuk menurunkan persamaan analisis dan rancangan serta langkah-langkah
pada struktur beton. Semakin tinggi kualitas dari beton, maka semakin tinggi
kurva tegangan-tegangan yang dihasilkan. Pengekangan pada beton dapat
meningkatkan kuat lentur, ini disebabkan adanya tulangan (sengkang) yang
terpasang di sepanjang bentang (Arini dan Pradana, 2021).
Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau kopel dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula disebut regangan. Regangan
juga disebut derajat deformasi. Kata regangan berhubungan dengan perubahan
relatif dalam dimensi atau bentuk suatu benda yang mendapat tekanan. (Sarojo,
2002).
BAB III
PROSEDUR KERJA
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Pertama tama kami menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Lalu
kami mengatur posisi mistar yang terdapat pada perangkat konstanta gaya pegas.
Kemudian gantunglah ember pada pegas dan atur sedemikian rupa sehingga jarum
menunjukkan skala 0 dan berikan beban kedalaman ember beberapa kali dan
setiap kali penambahan beban, maka penunjuk jarum harus dicatat. Keluarkan
beban dan ulangi prosedur 3 beberapa kali sesuai petunjuk asisten. Selanjutnya
untuk kondisi dinamis, gantung ember, atur posisi jarum agar membelakangi
mistar lalu masukkan satu beban lalu getarkan naik turun, tunggu hingga getaran
yang terjadi stabil, ukur waktu getaran untuk interval tertentu (sesuai petunjuk
asisten). Tambahkan beban dalam ember lalu ulangi seperti prosedur 6, lakukan
penambahan beban beberapa kali sesuai petunjuk assisten.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
5.1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaaan statis untuk
setiap beban dalam satuan N/m2 .
F =m×g
F1 = 0,01× 9,81
= 0,098N
F2 = 0,02× 9,81
= 0,196 N
F3 = 0,03 × 9,81
= 0,294 N
F4 = 0.04 × 9,81
= 0,392
X a 1 + X b 1 + X c1 + X d 1
∑ x1=
4
0,01+0,01+0,011+0,01
=
4
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
= 0,010 m
X a 2 + X b 2 + X c2 + X d 2
∑ x2=
4
0,21+0,21+0,21+0,21
=
4
= 0,21 m
X a 3 + X b 3 + X c3 + X d 3
∑ x3 =
4
0,03+0,03+0,03+ 0,03
=
4
= 0,03 m
Xa4+ Xb4+ Xc 4+ Xd 4
∑ x4 =
4
0,04+0,04 +0,04+ 0,04
=
4
= 0,04 m
X1+ X2+ X3+ X4
∑x=
4
0 , 010+0 , 021+ 0,03+0,04
=
4
= 0,025 m
F
K =
∑x
F1
K1 =
∑ x1
0 , 098
=
0 , 010
= 9,8 N/m2
F2
K2 =
∑ x2
0 ,196
=
0 , 021
= 9,3 N/m2
F3
K3 =
∑ x3
0 ,294
=
0,03
= 9,8 N/m2
F4
K4 =
∑ x4
0 ,392
=
0,04
= 9,8 N/m2
k 1+ k 2+ k 3+k 4
K =
n
9,8+9,3+ 9,8+9,8
=
4
= 9,675 N/m2
5.2 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaaan dinamis untuk
setiap beban
4 π2
K = (me + me + me)
T2
T
Tn =
jumlah getaran
8,70
Ta1 =
10
= 0,870 s
8,35
Tb1 =
10
= 0,835 s
8,54
Tc1 =
10
= 0,854 s
8,35
Td1 =
10
= 0,835 s
8,87
Ta2 =
10
= 0,887 s
8,89
Tb2 =
10
= 0,889 s
9,25
Tc2 =
10
= 0,925 s
9,05
Td2 =
10
= 0,905 s
8,82
Ta3 =
10
= 0,882 s
9,32
Tb3 =
10
= 0,932 s
9,35
Tc3 =
10
= 0,935 s
9,59
Td3 =
10
= 0,959 s
9,85
Ta4 =
10
= 0,985 s
10,43
Tb4 =
10
= 1,043 s
10,09
Tc4 =
10
= 1,009 s
9,86
Td4 =
10
= 0,986 s
Tabel 4.5.1 Hubungan periode dan massa
No Massa beban Periode (s)
(kg) Ta Tb Tc Td
1 0,01 8,70 s 8,35 s 8,54 s 8,35 s
2 0,02 8,87 s 8,89 s 9,25 s 9,05 s
3 0,03 8,82 s 9,32 s 9,35 s 9,59 s
4 0,04 9,85 s 10,43 s 10,09 s 9,86 s
T a 1 +T b 1+ T c 1 +T d 1
T1 =
n
0 , 870+0 , 835+0 , 854+ 0 ,835
=
4
= 0,849 s
T a 2 +T b 2+ T c 2 +T d 2
T2 =
n
0 , 887+0 , 889+0 , 925+0 , 905
=
4
= 0,902 s
T a 3 +T b 3 +T c3 +T d 3
T3 =
n
0 , 882+ 0 , 932+ 0 , 935+0 , 959
=
4
= 0,927 s
T a 4+ T b 4 +T c4 +T d 4
T4 =
n
0 , 985+1,043+1,009+0,986
=
4
= 1,006 s
T 3+ ¿T
T❑ = T 1+T 2 + 4
¿
n
0 , 849+0 , 902+0 , 927+1,006
=
4
= 0,921 s
2
4π
K1 = 2 (mb + mp + me)
(T1)
2
(4)(3,14)
= 2 (0,01 + 0,018 + 0,0612 )
(0 , 849)
= 4,881 N/m2
4 π2
K2 = 2 ( mb + mp + me)
(T2)
( 4)(3,14)2
= 2 ( 0,02 + 0,018 + 0,0612 )
(0,902)
= 4,809 N/m2
4 π2
K3 = 2 ( mb + mp + me)
(T3)
( 4)(3,14)2
= 2 (0,03 + 0,018 + 0,0612 )
(0 , 927)
= 5,012 N/m2
4 π2
K4 = 2 ( mb + mp + me)
(T3)
( 4)(3,14)2
= 2 (0,04 + 0,018 + 0,0612 )
(1,006)
= 4,645 N/m2
∑ K K1+ K2+ K3
K= =
n 3
4,881+4,809+5,012+ 4645
¿
4
= 4,837 N/m2
5.3 Teori Ketidakpastian Untuk Keadaan Statis
F
Kn=
X
√( ) ( )
2 2
δK δK
∆ K= ( ∆ F )2 + ( ∆ x )2
δF δx
δK u' v−v ' u
= 2
δF v
dimana : u = f u’ = 1
u' = x v' = 0
δK 1. x−0. F
=
δF x
2
x
¿
x2
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
¿ 0,010
F = m.g
∆ F=
√ ( δF )
( δm )
( ∆ m)
2
δF ' '
=u v +v u
δm
'
dimana : u = m u= 1
'
v =g v=0
' '
F=u . v+ v .u
¿ 1. g+ 0. m
¿ 9,81 N
1
∆ m= × skala terkecil
2
1
¿ ×0,001
2
¿ 0,5 ×10−3
= 0,0005
∆F =
√ ( δF )
( δm )
(∆ m)
2
¿ √ ( 96,236 ) (0,00000025)
¿ √ 0,0000241
¿ 0,004
δK F
=
δx x
'
dimana : u = F u= 0
v =x v' = 1
u' v−v ' u
¿ 2
v
0. x−1. F
¿ 2
x
−F
¿ 2
x
−9,81
¿
(0,010)2
= -98.100
∆ x= √¿ ¿ ¿
¿ √(0,010−0,025)2+(0,021−0,025)2+¿ ¿ ¿
= 2,023
√( ) ( )
2 2
δK δK
∆ K= ( ∆ F )2 + ( ∆ x )2
δF δx
¿√¿¿¿
¿198.468
∆K
KR= × 100 %
2 (∆ K + K )
198.468
¿ ×100 %
2 ( 198.468+ 4,881 )
= 0,5
KB=100 %−¿ KR
¿ 100 %−¿ 0,5
¿99,5%
5.4. Teori Ketidakpastian Untuk Keadaan Dinamis
2
4π r u
K= =
r2 v
∆ K=
√(
'
δK 2
δm )
( ∆ m )2
'
δT ( )
δK 2
( ∆ T )2
δK u v−v u
=
δm v2
dimana : u = 4 u' = 0
v = T 2 v ' = 2T
δK u' v−v ' u
= 2
δm v
4. π
¿
T2
4 × 3.14
¿
0,8492
12,56
¿
0,721
= 17,420
1
∆ m= × skala terkecil
2
−4
¿ 5 ×10
= 0,0005
m 1+ m2 +m3 +m4
m=
4
0,01+ 0,02+0,03+0,04
¿
4
0,1
¿
4
¿ 0,025
' '
δK u v−v u
= 2
δT v
dimana : u = m u' = 0
v = T2 '
v = 2 T .4 π
2
u' v−v' u
=
v2
2 2
0.T −2 T .4 π .m
¿ 2
T
−2T .4 π 2 . m
¿
T2
−2 ( 0,849 ) × 4 ( 3,14 )2 (0,010)
¿
( 0,849)2
−0,67
¿
0,721
¿ - 0,93
√
2 2 2
(T ¿¿ 1−T ) + ( T 2−T ) + ( T 3−T )
∆T= ¿
n ( n−1 )
√
2 2 2 2
(0,849−0,921) + ( 0,902−0,921 ) + ( 0,927−0,921 ) + ( 1,006−0,921 )
¿
4 (4−1)
√
2 2 2 2
(−0,072) + (−0,019 ) + ( 0,006 ) + ( 0,085 )
¿
12
¿
√ 0,00519+ 0,000361+ 0,000036+0,00723
12
¿ √ 0,00107
¿ 0,033
√( ) ( )
2 2
δK δK
∆ K= ( ∆ m )2 ( ∆ T )2
δm δT
= 2,687
2,87
KR= × 100 %
2 ( 2,687+4,881 )
¿ 0,190%
KB=100 %−¿ KR
¿ 100 %−¿ 0,190%
¿ 99,81%
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
KONSTANTA GAYA PEGAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca.” Tafsir
dari ayat ini kita tau bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sudah ada sejak
dahulu manusia belum mengetahui, dan ilmu yang ada diperumpamakan dengan
hal-hal lain ini yang menjadikan fakta di balik ilmu itu semua. T ak hanya
manusia yang dapat memberikan arti penting itu listrik namun al-quran sudah
berbicara lebih dahulu sebelum listrik itu ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, (2017). ‘Keaktifan peserta Didik kelas Viii Smp Kanisius Wonogiri FN
pada pokok Bahasan Energi Potensial, Energi Kinetik dan Energi’.
Hidayati, (2016). ‘Identifikasi miskonsepsi siswa kelas X pada materi elastisitas
dan Hukum Hooke di SMA Negeri 1 Indralaya’, Jurnal Inovasi dan
Pembelajaran Fisika.
Kurniawan, (2016). ‘Test untuk Mengungkap Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi
pada Konsep Konstanta Pegas’.
Lestari, (2015). ‘Desain Didaktis Pembelajaran Hukum Hooke dan Susunan
Pegas Berdasarkan Hambatan Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas’.
Maulini, (2016). ‘Test untuk Mengungkap Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi
pada Konsep Gaya Pegas’.
M Gartiwa, (2020). ‘Gaya-gaya dan Keseimbangan Gaya’.
Rosdianto, (2017) ‘Pengaruh model generative learning terhadap hasil belajar
ranah kognitif siswa pada materi Hukum Newton, Jurnal Pendidikan Fisika
dan Keilmuan (JPFK)’.
Simatupang,(2018).’Pengaruh Variasi Perhitungan Tegangan dan Regangan
Kolom Beton Bertulang Terhadap Dektilitas Penampang Takterkekang