Anda di halaman 1dari 11

a Bermanfaat --

MEMAHAMI TEGANGAN DAN MOMEN PADA KONSTRUKSI


Izza Ariffatur Ramadhani

Tuesday, February 23, 2021

Pada bab sebemumnya telah dipelajari


mengenai pengujian logam dengan cara
merusak seperti pengujian tarik, pengujian
pukulan takik, pengujian kekerasan.
Pengujian yang dimaksudkan untuk mengetahui
batas kekuatan dan sifat-sifat
mekanik suatu logam.

 Dalam pengujian tarik, spesimen


mengalami penarikan secara terus menerus
hingga patah. Ketika pembebanan
(penarikan) dilakukan, dalam batang uji terjadi
pertambahan panjang dan
pengecilan ukuran penampang spesimen, serta diiringi
terjadinya tegangan.

Tegangan yang terjadi pada komponen


akibat pembebanan yang berlebih dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan/patah.
Demikian pula dalam suatu
konstruksi juga mengalami tegangan akibat adanya
beban-beban yang bekerja.
Maka setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu
dapat memiliki pengetahuan
dan pemahaman mengenai tegangan dan momen yang
terjadi pada konstruksi.

Bagan Materi Pembelajaran


 

Kata Kunci : Tegangan, Momen, Gaya,


Regangan

A. Tegangan

Pernahkah kamu mengamati proses


pengangkatan material seperti gambar
disamping? Untuk dapat mengangkat beban
berat, dibutuhkan konstruksi yang
tersusun dari bahan baja yang juga memiliki
kekuatan. Salah satu penerapannya
adalah pada rantai baja.

Dalam baja yang digunakan terdapat


sifat-sifat mekanik material seperti
kekuatan, kekerasan, kekakuan, batas
kelelahan, dan sebagainya yang memiliki
peran penting untuk menunjang
terbentuknya konstruksi yang kokoh dan kuat.

Ketika pembebanan, pada konstruksi


akan terjadi tegangan-tegangan, semakin
kecl beban maka tegangan yang terjadi
juga kecil, dan sebaliknya. Tegangan-
tegangan yang terjadi dalam suatu material
dan struktur dapat menyebabkan
deformasi dan kerusakan ketika tegangan melebihi
batas kekuatan konstruksi dan
bahan.

Sebagai contoh, perhatikan


perubahan-perubahan yang terjadi pada spesimen
pengujian tarik berikut ini:

Pada gambar diatas, deformasi mulai


terjadi ketka adanya beban (tarikan) yang
bekerja, sehingga menyebabkan batang
bertambah panjang dan mengecilnya
penampang, sehingga terjadi patah. Terjadinya
deformasi karena adanya
tegangan pada batang akibat gaya tarikan yang membesar
sampai batas
maksimalnya.

Dalam hal ini kerusakan batang tidak


terjadi secara langsung, namun didahului
dengan gejala-gejala berupa deformasi
dan perubahan bentuk dan ukuran.

Terjadinya deformasi (perubahan


bentuk) pada material maupun konstruksi
sangat berkaitan erat dengan tegangan
dan regangan.

Video Tarikan Pegas

Pengetahuan tegangan yang terjadi


pada material dan konstruksi merupakan
salah satu hal yang paling penting
dipahami oleh seorang perancang. Tegangan
merupakan salah satu faktor penentu
kokoh atau tidaknya suatu konstruksi. Maka
besarnya tegangan pada bahan harus
diketahui sebagai dasar dalam melakukan
perancangan.

Adapun pembahasan mengenai tegangan,


meliputi : tegangan normal dan
tegangan geser

1. Tegangan
Normal

Telah diketahui bahwa tegangan


terjadi karena adanya gangguan berupa gaya
gaya yang bekerja pada batang yang
berakibat terjadninya deformasi.

Besarnya tegangan dapat dihitung


dengan membandingkan antara gaya yang
bekerja terhadap luasan,sebagaimana
persamaan berikut ini :

σ=F/A

Keterangan :

σ = Tegarangan (N/m2) = Pa (Pascal)

F = Gaya (N)

A = Luas Penampang (m2)

Tegangan normal merupakan tegangan


yang arah beban sejajar dengan batang
material. Berdasarkan jenis gaya yang
bekerja, tegangan normal dibedakan
menjadi dua, yaitu :

a. Tegangan
Tekan
Tegangan tekan dapat terjadi apabila
gaya-gaya yang bekerja menuju ke arah
batang, sehingga batang menjadi tertekan.

Bedasarkan ilustrasi diatas, dapat


dijelaskan bahwa deformasi yang terjadi berupa
batang menjadi pendek dan
penampang menjadi lebih besar, padat dan keras.

b. Tegangan
Tarik

Tegangan tarik terjadi ketika adanya


gaya tarik pada kedua ujung batang,
sehingga batang terjadi deformasi
pertambahan panjang dan penampang
mengecil

Seiring bertambahnya panjang batang


mengalami regangan, yakni perbandingan
antara pertambahan panjang pada daerah
elastisitas dengan panjang awalnya.

ε=∆L/L

Keterangan :

ε = Regangan (dibaca epsilon)

∆L= Selisih Panjang akhir dan awal

L =Panjang Awal
Berdasarkan tegangan dan regangan
pada material, maka dapat diketahui
modulus elastisitas material/modulus young
(E) melalui persamaan berikut :

E=σ/ε

Keterangan :

E = Modulus elastisitas (N/m2)

ε = Regangan (dibaca epsilon)

σ = Tegarangan (N/m2) = Pa (Pascal)

2. Tegangan
Geser

Tegangan geser merupakan tegangan


yang bekerja dalam arah tangensial
terhadap permukaan benda. Tegangan geser
memenuhi persamaan berikut :

τ=F_s/A

Keterangan :

τ = Tegangan Geser (N/m2)

F_s = Beban/Gaya (N)

A = Luas Penampang (m2)


Tegangan geser terjadi pada suatu
benda ketika terdapat dua gaya atau lebihh
yang bekerja dengan arah yang
berlawanan dan berimpit.

Tegangan geser menyebabkan perubahan


bentuk elemen dimana elemen yang
semula berbentuk persegi berubah bentuk
menjadi miring dengan kemiringan
tertentu.
Perubahan sudut dalam kondisi ini
disebut sebagai regangan geser dan
dinyatakan dengan  γ.

Rasio antara tegangan geser (τ) dengan


regangan geser γ disebut modulus elastis
geser (G) dan
dinyatakan dengan persamaan berikut.

G=  τ/γ

Keterangan :

G = Modulus Elastisitas geser (N/m2)

τ= Tegangan Geser (N/m2)

γ = regangan geser

B. Momen

Pada materi subbab kedua ini, kamu


akan mempelajari mengenai momen gaya.
Cobalah kamu perhatikan bagaimana
seseorang yang menghidupkan mesin diesel
dengan cara memutar poros engkol
terlebih dahulu. Bagaimanakah gerakan
engkol ketika memutar poros tersebut?.
Ya, ketika memutar poros akan terbentuk
suatu gerakan rotasi terhadap satu
titik sumbunya. Dalam gerakan rotasi terdapat
momen gaya atau torsi yang
bekerja terhadap poros tersebut.

Gerakan rotasi merupakan salah satu


bentuk gerakan yang terjadi yang
diakibatkan oleh gaya. Terjadinya gerakan
rotasi (putaran) merupakan hasil kerja
dari gaya terhadap satu titik(sumbu),
yang selanjutnya disebut momen gaya.
Secara matematis, mmen gaya dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

M = F.L

Keterangan :

M = Momen Gaya (Nm)

F = Gaya (N)

L = Jarak gaya terhadap titik pusat


(m)

Momen memiliki besaran dan arah yang


searah dengan garis kerjanya terletak
sepanjang sumbu putarnya. Momen dapat
diberi tanda positif atau negatif
bergantung dari perjanjian yang umum. Suatu momen
adalah positif (+) jika
momen itu berputar searah jarum jam, dan berharga
negatif (-) jika berputar
berlawanan arah putaran jarum jam.

Telah dipahami bahwa dalam konsep


momen, posisi gaya selalu tegak lurus
terhadap titik sumbu putarnya, maka
apabila terdapat suatu gaya yang bekerja
dengan kemiringan tertentu maka dalam
perhitungan momen gaya tersebut harus
ditegakluruskan terhadap titik pusatnya. Perhatikan
gambar berikut !.
Untuk menghitung momen dari gaya F
yang membetuk kemiringan tertentu
adalah :

M=F.sin⁡α .L

Keterangan :

M = Momen Gaya (Nm)

F= Gaya (N)

L = Jarak gaya terhadap titik pusat


(m)

α= Kemiringan gaya (0)

Selain itu, contoh penerapan momen


adalah pada pembuatan ulir, seperti gambar
11.16.

Dalam pembuatan ulir, tap diputar


sambil ditekan hingga terbentuk ulir pada
pelat. Ketika pemutaran tap ulir,
maka terjadi momen seperti gambar 11.17
Pada gambar diatas dijelaskan bahwa
terdapat dua gaya yang bekerja pada jarak L
secara berlawanan arah
mengakibatkan gerak rotasi dan terjadi momen kopel.

Sebagai contoh, apabila diketahui


gaya tangan sebesar 30N, panjang lengan 20cm,
serta berputar searah jarum jam,
maka besarnya momen gaya dapat dihitung
sebagai berikut :

Diketahui : F = 30 N

L = 20 cm = 0,2m

Jawab : M = F x 2L

M = 30 x 2 x 0,2 = 12Nm

 
MATERI TANDA JEJAK DAN ALAM

DAPAT MENJELASKAN

KOMPAS MENAKSIR

TINGGI DAN LEBAR

POIN SKU PENEGAK

LAKSANA

MATERI PIONERING

POIN SKU PENEGAK

BANTARA

POIN SKU PENGGALANG

RAMU

Anda mungkin juga menyukai