Anda di halaman 1dari 36

2.

1 Uji Tarik
Uji tarik merupakan salah satu pengujian yang dilakukan pada material untuk
mengetahui karakteristik dan sifat mekanik material terutama kekuatan dan ketahanan
terhadap beban tarik. Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi,
yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan meregang
dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile)
(Hidayat S.T.,M.Eng, 2020).
Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat perubahan
regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan-regangan disebut dengan
kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran
bahan, melainkan karena faktor jenis bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti
keberadaan zat pengotor dalam bahan, temperatur dan kelembaban lingkungan pengujian, dan
penyiapan spesimen.
Dimensi dari kekuatan tarik adalah gaya per satuan luas. Dalam satuan SI, digunakan pascal
(Pa) dan kelipatannya (seperti MPa, megapascal). Pascal ekuivalen dengan newton per meter
persegi (N/m²). Satuan imperial diantaranya pound-gaya per inci persegi (lbf/in² atau psi),
atau kilo-pound per inci persegi (ksi, kpsi).
Prinsip Pengujian :
1. Spesimen diberi beban tarik hingga putus
2. Selama proses penarikan berlangsung di amati kejadian-kejadian yang berlangsung pada
benda tersebut
Hukum Hooke (Hooke's Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban
atau gaua yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini
disebut daerah linier. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban aturan Hooke.
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang
dibagi panjang awal bahan.
Stress : σ =F / A (2.1)

Strain : ∆ L/ L (2.2)

F : Gaya tarikan

∆ L : Pertambahan panjang

A : Luas penampang
L : Panjang awal

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan

E=σ /ϵ

adalah gradien kurva dalam daerah linier, dimana perbandingan tegangan (σ ) dan regangan (ϵ
) selalut tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang
menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS
curve).

Gambar 2. 1 Hubungan antara stress dan strain (www.matest.com)

2.2 Mesin Uji Tarik


Mesin uji tarik adalah mesin yang digunakan untuk melakukan pengujian specimen
(bahan), dengan cara menarik spesimen tersebut hingga putus. Hasil uji tarik tersebut
merupakan fenomena hubungan antara tegangan-regangan (stress-strain) yang terjadi selama
proses uji tarik dilakukan.

Mesin uji tarik sering diperlukan dalam kegiatan engineering untuk mengetahui sifat-
sifat mekanik suatu material.

Komponen-komponen mesin uji tarik system hidrolik

Adapun peralatan atau komponen-komponen pada mekanisme mesin uji tarik sistem hidrolik,
dapat dibagi menjadi beberapa komponen utama yaitu sebagai berikut :

1. Kerangka Mesin

2. Pencekam

3. Penarik

4. Motor
5. Pompa Hidrolik dan Aktuator Hidrolik

Gambar 2. 2 Mesin uji Tarik (www.matest.com)

Jenis Alat Uji Tarik


Terdapat dua jenis mesin uji tarik berdasarkan penggeraknya, yaitu:
1. Alat Uji Tarik Hidrolik
Alat uji tarik hidrolik menggunakan gaya hidrolik untuk memberikan gaya tarik pada
spesimen. Alat jenis ini biasanya terdiri dari aktuator hidrolik yang menerapkan beban yang
meningkat secara bertahap ke spesimen sambil mengukur deformasi yang dihasilkan. Piston
di dalam silinder bergerak sehingga memberikan gaya pada spesimen berdasarkan hukum
Pascal. Tekanannya dapat dikontrol secara tepat, sehingga memungkinkan adanya rentang
tingkat gaya yang luas. Alat jenis ini memiliki kelebihan gaya yang dihasilkan besar sehingga
dapat mengukur material yang kuat. Sebaliknya, jenis ini memerlukan biaya perawatan yang
lebih besar dibandingkan dengan jenis elektromekanis.

Gambar 2.3 Alat Uji Tarik Hidrolik (www.matest.com)

2. Alat Uji Tarik Elektromekanis (Motor)


Alat uji tarik elektromekanis menggunakan motor listrik untuk menghasilkan gaya.
Umumnya, motor listrik memutar gigi reduksi yang dihubungkan dengan sekrup bola atau
ulir daya yang menerapkan gaya tarik pada spesimen. Kecepatan putaran motor dikendalikan
melalui komputer atau unit kendali. Alat jenis ini memiliki kelebihan lebih cepat dalam
menerapkan gaya pada spesimen dibandingkan dengan jenis hidrolik. Alat uji tarik jenis
elektromekanis memiliki keterbatasan dalam gaya maksimum yang dapat diterapkan
dibandingkan dengan alat uji tarik jenis hidrolik.

Gambar 2.4 Alat Uji Tarik Elektromekanis (www.matest.com)

2.3 Ulir Daya


Ulir adalah alur-alur yang melilit pada batang baja/poros dengan ukuran tertentu.
Sedangkan ulir daya berfungsi untuk mengkonversikan gerakan putaran menjadi gerak
tranlasi, seperti pada dongkrak ulir, ragus, dan mesin pres. Berdasarkan penampangnya ulir
daya dibedakan menjadi

1. Square Thread

Ulir dengan luas penampang berbentuk persegi. Ulir persegi seperti pada gambar 2.5
memiliki efisensi yang paling baik disbanding dengan penampang acme dan gergaji (buttres),
tapi sulit dalam proses pembuatan pengetapan dan pencetakan dengan dies. Ulir persegi pada
umumnya dibuat dengan pembubutan.
Gambar 2. 5 Ulir persegi (Khurmy, R.S & Gupta J.K, 2002)

2. Achme Thread
Ulir achme seperti pada gambar 2.6 adalah ulir pengembangan dari ulir persegi dengan
membuat radius dalam pucak ulir, yang berfungsi untuk meningkatkan luas bidang gesek.
Ulir achme lebih mudah dibuat disbanding ulir persegi karena dibuat dengan pengetapan atau
di cetak dengan dies.

Gambar 2. 6 Ulir achme (Khurmy, R.S & Gupta J.K,


2002)

3. Buttres Thread
Ulir gergaji (buttres) seperti pada gambar 2.7 paling kuat karena memiliki ketebalan
paling besar dibanding ulir acme dan persegi.

Gambar 2. 7 Ulir gergaji (buttres) (Khurmy, R.S & Gupta


J.K, 2002)

Perhitungan torsi untuk mengangkat beban (Square Thread)


Torsi yang diperlukan ulir persegi menangkat tanah yang dibor, dengan rumus :
a. Mencari Sudut Helix (α ¿
Gambar 2. 8 Sudut helix (Khurmy, R.S & Gupta J.K,
2002)

Dari potongan penampangan plat mata bor dapat di tentukan sudut helix:
ρ (2.3)
-Tan α =
πD
Keterangan :
P = Pitch (mm)
D = Diameter Pitch (mm)
b. Mencari Harga Tekanan (P)
Berdasarkan pengaruh besar usaha, sudut helix, dan koefisien gesek maka gaya
dirumuskan:
−P=w . ¿ ¿ (2.4)
Dimana :
P = Gaya (newton)
W = Berat tanah (newton)
α = Sudut Helix
Berdasarkan gaya yang bekerja dan jarak dari pusat core (jari-jari), maka torsi yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
−T =P . r (2.5)

Dimana :
P = Gaya (N)
r =Jari-jari (mm)

2.4 Gear
Gear atau roda gigi adalah elemen mesin dengan bentuk menyerupai roda yang
memiliki gigi berjarak seragam pada permukaan luarnya. Roda gigi bisa terbuat dari baja,
besi, aluminium, dan lain-lain tergantung keperluannya. Roda gigi bertujuan untuk
meneruskan gerakan dan torsi dari satu poros ke poros lainnya. Roda gigi selalu hadir dalam
pasang-pasangan baik roda gigi yang menggerakkan ataupun yang digerakkan. Pada
pasangan roda gigi, yang memiliki ukuran lebih besar disebut dengan gear sedangkan yang
kecil disebut dengan pinion. Ukuran yang dimiliki masing-masing roda gigi ini nantinya akan
dijadikan perhitungan untuk merancang pasangan roda gigi. Roda gigi dengan ukuran lebih
besar memiliki jumlah gigi yang lebih banyak, sedangkan roda gigi yang memiliki jumlah
gigi lebih sedikit akan memiliki kecepatan putaran yang lebih besar agar pasangan ini dapat
menempuh jarak 1 putaran dalam waktu yang sama. Dampaknya torsi yang dimiliki roda gigi
dengan ukuran lebih kecil ini akah memiliki nilai yang lebih kecil pula. Maka hubungan
antara kecepatan putaran dengan jumlah gigi adalah berbanding terbalik. Sedangkan
hubungan antara jumlah gigi dengan torsi yang dihasilkan akan berbanding lurus.

np N g
=
ng N p (2.6)
np T p
=
ng T g (2.7)
Dimana:
n p = jumlah gigi pinion
n g= jumlah gigi gear
N p = putaran pinion
N g= putaran gear

Ada banyak jenis roda gigi reduksi, di antaranya yaitu roda gigi spur, roda gigi heliks,
roda gigi heliks ganda, roda gigi bevel lurus, roda gigi bevel heliks, roda gigi bevel spiral,
roda gigi cacing, rack and pinion, dan lain-lain. Masing-masing jenis ini memiliki fungsinya
masing-masing (sdp-si, 2017), seperti:
1. Roda gigi spur
Untuk meneruskan daya dan gerakan pada 2 poros sejajar.
2. Roda gigi heliks
Menahan beban yang lebih besar dari roda gigi spur biasa dan bekerja lebih halus.
Namun memiliki kerugian gaya aksial dari bentuk giginya.
3. Roda gigi heliks ganda
Untuk mengatasi kerugian gaya aksial dari roda gigi heliks biasa.
4. Roda gigi bevel lurus
Untuk meneruskan daya dan gerakan pada 2 poros tegak lurus.
5. Roda gigi bevel spiral
Menahan beban yang lebih besar dari roda gigi bevel biasa dan bekerja lebih halus.
6. Roda gigi cacing
Untuk reduksi kecepatan dan torsi tinggi dalam skala besar yang diperlukan.
7. Roda gigi rack and pinion
Untuk mengubah gerak rotasi menjadi gerak linear.
Pada alat uji tarik IMADA ini memiliki mekanisme penggerak antara poros motor
listrik dengan ulir daya yang berada pada posisi saling tegak lurus. Maka jenis roda gigi yang
paling baik untuk digunakan adalah roda gigi bevel.

2.5 Bevel Gear


Roda gigi bevel merupakan satu di antara jenis roda gigi yang digunakan untuk reduksi
kecepatan putaran motor listrik. Tujuan untuk mereduksi kecepatan putaran tersebut adalah
untuk meningkatkan torsi yang dihasilkan. Roda gigi bevel spiral memiliki sudut spiral yang
diukur antara garis imajiner titik tengah gigi yang bersinggungan dengan garis imajiner jari-
jari dari pertemuan sumbu gear dan pinion roda gigi (Stadtfeld, 2001). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Deta Rachmat Andika dan Agus Sigit Pramono (2015) menunjukkan
bahwa semakin besar sudut spiral dapat mengurangi tegangan yang dialami roda gigi bevel
karena area kontak yang semakin luas, namun pada dengan pertambahan sampai sudut
tertentu akan menghasilkan kenaikan tegangan karena gaya aksial yang besar. Selain itu dari
penelitian ini menunjukkan roda gigi bevel spiral mengalami tegangan yang lebih kecil
dibanding roda gigi bevel lurus. Keuntungan lain yang dimiliki dari roda gigi bevel spiral
adalah memiliki dua atau lebih gigi yang bersentuhan pada satu waktu sehingga gerak yang
ditransmisikan lebih halus dan lebih sunyi dibanding roda gigi bevel lurus (Tsiafis, Mamouri
dan Kompogiannis, 2018).
Dalam merancang roda gigi bevel spiral para insinyur berpatokan dengan standar
perhitungan dari American Gear Manufactures Association (ANSI/AGMA) atau
International Organization for Standard (ISO 23509:2006). Berdasarkan ANSI/AGMA
diagram alir dalam merancang sebuah roda gigi bevel spiral diilustrasikan dalam gambar
berikut.
Gambar 2. 9 Diagram Alir Perancangan Roda Gigi Bevel Spiral
ANSI/AGMA memberikan panduan dan perhitungan dalam merancang roda gigi bevel
sebagai berikut (AGMA, 2003).
1. Beban
Beban yang diterima roda gigi terhadap perubahan waktu adalah tidak konstan, maka
torsi juga akan bervariasi. Maka dalam menentukan estimasi beban, perancang harus
menentukan daya dan kecepatan dimana komponen yang digerakkan diharapkan
bekerja.
2. Torsi pinion dan gear
9550 P P
T p= atau
Np N
2xπ x
60000 (2.8)
T g ng
=
T p np (2.9)
Dimana:
T p = torsi pinion T g = torsi gear
P = daya (kW) n p = jumlah gigi pinion
Np = putaran pinion n g = jumlah gigi gear
3. Ukuran pinion
Ukuran pinion komersil relatif terhadap torsinya. AGMA menyediakan grafik
hubungan antara ukuran pinion dengan torsi untuk poros yang saling tegak lurus. Grafik
juga dibedakan menjadi 2 menurut ketahanan pitting dan kekuatan lentur pinion. Dari
grafik menunjukkan informasi torsi, diameter pitch, dan rasio roda gigi.

Gambar 2. 10 Grafik Diameter Pitch - Torsi Pinion Berdasarkan Ketahanan Pitting


(AGMA, 2003)
Gambar 2. 11 Grafik Diameter Pitch - Torsi Pinion Berdasarkan Kekuatan Lentur
(AGMA, 2003)

4. Jumlah gigi
AGMA juga memberikan grafik panduan jumlah gigi pinion roda gigi bevel spiral yang
cocok untuk tiap diameter pitch dan rasio.

Gambar 2. 12 Rekomendasi Jumlah Gigi Pinion Roda Gigi Bevel Spiral (AGMA, 2003)
5. Lebar muka
AGMA memberikan grafik panduan lebar muka pinion roda gigi bevel spiral untuk
poros yang saling tegak lurus. Secara umum lebar muka sebaiknya tidak boleh melebihi
30% jarak konus. Grafik berikut memberikan panduan untuk menentukan lebar muka
pinion.

Gambar 2. 13 Lebar Muka Roda Gigi Bevel Spiral pada Poros Tegak Lurus
(AGMA, 2003)

6. Ukuran gigi (Diametral Pitch)


Diametral pitch didapatkan dengan membagi jumlah gigi terhadap diameter pitch.
Ukuran ini menyatakan apabila semakin banyak gigi setiap inci berarti semakin kecil
ukuran gigi.
7. Sudut Spiral
Sudut spiral diukur untuk memberikan rasio kontak antar muka sebesar 2. Rasio kontak
muka dihitung menggunakan rumus berikut.
A o F tan φ
mF =
A m met π (2.10)
Dimana:
mF = rasio kontak muka F = lebar muka bersih
A o = jarak konus terluar φ = sudut spiral rerata
Am = jarak konus rerata met = modul transverse terluar
8. Sudut Tekan
Sudut tekan yang paling umum digunakan untuk roda gigi bevel adalah 20 derajat.
Sudut tekan mempengaruhi rasio kontak transverse, gaya aksial dan separasi, dan
kekuatan lentur. Semakin kecil sudut tekan maka rasio kontak transverse meningkat,
gaya aksial dan separasi berkurang, dan kekuatan lentur meningkat. Berlaku sebaliknya
apabila sudut tekan lebih besar.
9. Desain roda gigi
Berikut adalah nomenklatur dalam desain roda gigi. Ilustrasi ditunjukkan pada gambar
a. Pitch Diameter
Digunakan untuk menghitung diametral pitch.
b. Pitch Angle
Dihitung dengan rumus berikut.
n
γ =arctan
N (2.11)
c. Mean Cone Distance
Berperan penting pada roda gigi bevel karena pengaturan mesin, kekuatan lentur, dan
ketahanan pitting dibuat di tengah muka.
d. Mean Working Depth
e. Clearance
f. Mean Addendum Factor
g. Sum of Dedendum Angles
h. Dedendum Angles
i. Face Angle of Blank
j. Mean Normal Circular Thickness
k. Outer Normal Backlash Allowance
l. Mean Chordal Thickness and Mean Chordal Addendum
10. Pemilihan Material
Kualitas material dan metode perlakuan panas yang dibutuhkan ditentukan dari
penggunaannya. Pemilihan material dan perlakuan panas yang cocok untuk tiap
penggunaan diperlukan untuk mendapatkan nilai beban dan umur yang diinginkan.
a. Baja
Pada baja bisa digunakan tanpa perlakuan panas saat kondisi servis diijinkan. Through
hardening dilakukan apabila ketahanan aus dan kapasitas menahan beban pada skala
menengah diinginkan. Surface hardening dilakukan apabila ketahanan aus dan
kapasitas menahan beban pada skala tinggi diinginkan.
b. Besi Cor
Besi cor digunakan untuk menggantikan baja yang tidak diberikan perlakuan panas
namun ketahanan aus yang baik dan sifat mampu mesin yang baik dibutuhkan.
c. Besi Ulet
Didapatkan dari besi yang diberi perlakuan panas.
d. Perunggu
Digunakan apabila ketahanan korosi dan atribut non-magnetis dibutuhkan.
e. Non Logam
Beberapa bahan non logam memiliki keuntungan saat beban rendah dan temperatur
kerja diijinkan.
11. Desain dudukan
Perhitungan pada desain dudukan dilakukan dengan menganalisis gaya yang bekerja
pada roda gigi.
a. Gaya Tangensial
2TG
W tG =
Dm (2.12)
W tG cos φP 2 T P
W tP= =
cos φG dm (2.13)
Dimana:
W tG dan W tP = gaya tangensial gear dan pinion
T G dan T P = torsi gear dan pinion
Dm dan d m = diameter pitch gear dan pinion
φ G dan φ P = sudut spiral gear dan pinion
b. Gaya Aksial
Wt
W xconcave = ¿
cos φ (2.14)
Wt
W xconvex= ¿
cos φ (2.15)
Dimana:
W x = gaya aksial
ϕ = sudut tekan normal
γ = sudut pitch
c. Gaya Radial
Wt
W rconcave = ¿
cos φ (2.16)
Wt
W rconvex = ¿
cos φ (2.17)
Dimana:
W r = gaya radial
Berikut adalah ilustrasi nomenklatur untuk roda gigi bevel menurut ANSI/AGMA
(2003).

Gambar 2. 14 Tata Nama Roda Gigi Bevel - Bidang Aksial (AGMA, 2003)
A Back Angle H Face Angle P Pitch Angle
B Back Cone Angle I Face Width Q Pitch Cone Apex
C Back Cone Distance J Front Angle R Pitch Cone Apex to
D Clearance K Mean Cone Distance Crown
E Crown Point L Midface S Pitch Diameter
F Crown to Back M Mounting Distance T Root Angle
G Dedendum Angle N Outer Cone Distance U Shaft Angle
O Outside Diameter V Equivalent Pitch Radius
Gambar 2. 15 Tata Nama Roda Gigi Bevel - Perpotongan Rerata

2.6 Brushless DC Motor


Motor listrik merupakan mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Motor listrik ada 2 bagian utama yaitu stator dan rotor. Stator merupakan bagian yang diam
dan memiliki kumparan kawat yang bertindak sebagai magnet yang statis ketika dialiri listrik.
Pada rotor juga terdapat kumparan kawat sebagai magnet tetapi rotor berputar sehingga
masing-masing kutub magnet dari stator dan rotor akan terus tarik-menarik dan tolak-
menolak selama masih dialiri tegangan listrik yang cukup (Parsa, 2018). Pada motor DC
brushless magnet dinamis berada di rotor sedangkan kumparan yang dialiri listrik berada di
stator. Rotasi didapatkan dari perputaran medan magnet (rotor) akibat kumparan dan rotasi
dapat diatur dengan menyesuaikan besar dan arah arus yang dialiri pada kumparan. Motor
DC brushless memiliki efisiensi tinggi, biaya perawatan rendah, umur panjang, kebisingan
rendah, kesederhanaan dalam pengendalian, bobot ringan, dan konstruksi yang kompak
(Salah et al., 2011).
Ada 3 jenis penggunaan motor DC brushless (S. Rambabu, 2007), yaitu:
1. Penggunaan pada pembebanan tetap
Jenis penggunaan yang mementingkan kecepatan yang bervariasi daripada menetapkan
kecepatan pada satu nilai. Pada jenis ini beban langsung dikopelkan dengan poros
motor. Jenis ini membutuhkan kontroler yang lebih murah dan kebanyakan bekerja
pada sistem open-loop. Contoh penggunaannya pada kipas angin, pompa, dan blower.
2. Penggunaan pada pembebanan bervariasi
Pada jenis penggunaan ini, beban terhadap motor bervariasi sesuai skala kecepatan.
Keakuratan kontrol pada kecepatan tinggi dan respon dinamis yang baik dibutuhkan
untuk motor jenis ini. Penggunaan ini membutuhkan perangkat dengan umpan balik
kecepatan dan bekerja pada sistem closed-loop sehingga harganya lebih mahal. Contoh
penggunaannya pada kompresor, otomotif, dan kendaraan udara.
3. Penggunaan untuk mengatur posisi
Jenis penggunaan ini memiliki semacam transmisi daya seperti roda gigi atau sabuk.
Respon dinamis dan torsi yang baik, serta pembebanan pada motor bervariasi pada tiap
fase siklus yaitu fase akselerasi, fase konstan, dan fase deselerasi. Motor jenis ini juga
bekerja pada sistem closed-loop namun dengan jumlah kontrol lebih banyak, ada 3
yaitu kontrol kecepatan, kontrol torsi, dan kontrol posisi. Contoh penggunaannya
adalah mesin CNC.

Gambar 2. 16 BLDC Motor (OrientalMotor, 2010)

Perpindahan daya pada motor terjadi akibat adanya 4 sumber, yaitu keberadaan
tegangan listrik, arus listrik, gaya, dan kecepatan (Scolton, 2009). Menurut hukum Lorentz,
adanya arus listrik dan medan magnet pada motor dapat menghasilkan gaya sesuai dengan
rumus berikut.
F=B I L (2.18)
Dimana:
F = gaya Lorentz
B = medan magnet
I = arus listrik
L = panjang kawat
Sedangkan kawat yang dialiri arus listrik bergerak dengan kecepatan tertentu melalui medan
magnet yang berubah-ubah dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan rumus berikut.
V =∆ B L v (2.19)
Dimana:
V = tegangan
∆ B = perubahan medan magnet
L = panjang kawat
v = kecepatan kumparan
Motor juga memiliki daya yang bergantung pada besar sumber tegangan dan arus yang
mengalir sesuai dengan rumus berikut.
P=V I (2.20)
Dimana:
P = daya
V = tegangan
I = arus listrik
Kumparan tidak dapat menghasilkan daya dengan efisiensi 100% yang artinya tidak ada
motor ideal karena memiliki hambatan yang menghasilkan panas. Maka daya yang terdisipasi
dapat dihitung dengan rumus berikut.
2
Pdis =I R (2.21)
Dimana:
P = daya
I = arus listrik
R = hambatan
Dari daya tersebut dapat dihitung torsi yang keluar dari motor dan diteruskan ke pinion
dengan rumus berikut.
P P
=
ω N
2x π x
60 (2.22)
Dimana:
P = daya
ω = kecepatan sudut
N = kecepatan putaran motor
2.7 DC Motor Speed Controller
Penggunaan DC motor pada beberapa industri memerlukan keakuratan dalam
kecepatan dan posisi contohnya pada lift, mesin CNC, dan kompresor. Untuk mengatur
gerakan mesin, sebuah potensiometer atau tachometer dapat digunakan. Hal ini dikarenakan
untuk mengatur kecepatan putaran motor maka sumber tegangan harus disesuaikan.
Potensiometer memiliki 3 komponen dasar, yaitu elemen resistif, penyapu (wiper), dan
terminal. Elemen resistif merupakan elemen berbentuk tapak kuda dengan terminal di kedua
ujungnya, lalu ada wiper dengan terminal merupakan penentu gerakan pada jalur elemen
resistif (Tosun et al., 2017). Tujuan wiper ini adalah untuk mengatur nilai resistansi sebuah
potensiometer. Dengan mengatur nilai resistansi maka tegangan yang dihasilkan juga akan
dapat disesuaikan sesuai dengan rumus berikut.
V =I R (2.23)
Dimana:
V = tegangan
I = arus
R = resistansi
Namun dengan mengatur besar tegangan yang masuk ke DC motor melalui potensiometer
dapat menghasilkan disipasi daya. Hal ini karena panas yang ditimbulkan oleh kerja resistif
potensiometer. Daya yang terdisipasi dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
2
Pdis =I R (2.24)
Dimana:
P = daya
I = arus listrik
R = hambatan

Gambar 2. 17 Potensiometer (Cermet)


BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
3.1.1 Analisis Permasalahan Sistem Penggerak Alat Uji Tarik
Analisis awal ini Analisis awal ini menyangkut pada permasalahan yang terjadi
Sistem Penggerak Alat Uji Tarik di mana motor penggerak pada Alat Uji Tarik saat ini mati
menjadi salah satu hal yang fatal berkaitan dengan alat uji lab material yang berkurang karena
rusaknya Alat tersebut. Perhatian utama ketika praktikan akan melakukan uji lab adalah
matinya alat tersebut sehingga tidak bisa melakukan uji tarik. sampai saat ini alat tersebut
hingga kini masih belum bisa digunakan karena saat dibongkar masalah utamanya adalah
motor mati bila saat akan melakukan proses uji tarik dan hanya dibiarkan pada tempat
penyimpan alat sehingga debu dan kotoran akan menumpuk pada alat tersebut. Alat yang
mati ini harus bisa segera diperbaiki agar dapat digunakan praktikan dengan baik
kedepannya dan juga bisa memberikan banyak manfaat bila alat itu sudah bisa digunakan
secara maksimal. oleh karena itu kita lakukan observasi pada alat ini.
3.1.2 Survei Kasus
Survei kasus dilakukan dengan observasi langsung terhadap salah satu alat yang
berada di Laboratorium Material Teknik. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data
berkaitan bagaimana kondisi aktual dari alat tersebut maka langsung dilakukan
pembongkaran alat uji tarik setelah melalui proses pembongkaran. Beberapa komponen alat
uji tarik yang utama diantaranya adalah motor listrik, Bevel Gear-Pinion (Driver), Bevel
Gear-Gear (Driven), dan Ulir Daya. Beberapa jenis komponen ini dilepas satu per satu untuk
diukur diameternya serta membandingkan spek yang ada dari pabrik bawaan alat tersebut dan
menanyakan asisten lab tentang track record sebelumnya bagaimana alat itu bisa mati atau
tidak berfungsi. setelah dicek ulang untuk sementara mendiagnosa bahwa alat tersebut
terdapat komponen yang tidak berfungsi yaitu motor listrik. oleh karena itu perlu dianalisis
lebih lanjut untuk komponen yang tidak berfungsi tersebut dan komponen lainnya pada alat
uji tarik masih bisa digunakan kembali, serta sedikit memodifikasi pada alat uji tarik dengan
menambahkan alat potensiometer komponen alat ukur yang digunakan untuk mengatur besar
kecilnya sebuah tegangan (volt) yang dihasilkan. namun yang perlu diperhatikan adalah
motor listrik. Hasil analisis dari pembahasan permasalahan utama dan survei kasus ini yang
menjadi bahan acuan utama dalam membuat topik atau judul perancangan serta menjadi dasar
utama untuk proses desain alat nantinya.
3.1.3 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan membaca dan mengambil beberapa referensi yang
berkaitan dengan metode pengukuran, efek samping konsumsi daya terhadap output, serta
beberapa komponen yang telah ada sebelumnya untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam mendesain alat. Studi literatur mengambil dari beberapa referensi yang valid seperti
dari paper jurnal (Science Direct, Google Scholar, SpringerLink, dll), artikel, dan juga
beberapa buku.
3.1.4 Pembuatan Konsep Desain
Pembuatan konsep desain dilakukan dengan mengacu pada data-data yang didapat
pada tahap analisis permasalahan, survei kasus, dan juga studi literatur. Konsep desain
dilakukan dengan menggunakan penggambaran sketsa kasar pada kertas yang kemudian
dimasukan pada penggambaran CAD sederhana untuk bisa dilakukan pengembangan baik
berupa penambahan komponen, pengurangan komponen, ataupun penggantian komponen.
Desain awal diambil dari model alat uji tarik yang telah ada sebelumnya dan kemudian di
sketsa ulang untuk membentuk sebuah desain model baru. Pada konsep desain awal, fokus
yang diutamakan adalah membentuk sebuah model motor listrik yang jauh lebih ringkas dan
bisa dibuat proses perancangan nantinya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pada proses
desain terus dilakukan pergantian dan perubahan wujud dari desain motor listrik untuk
mendekati gambaran atau bayangan alat yang ingin dibuat nantinya. Perubahan yang
dilakukan terjadi pada bagian komponen Dimensi motor listrik dengan bagian base platform
yang menghubungkan motor dengan bevel gear, karena dua komponen ini menjadi salah satu
hal yang penting untuk diperhatikan pada alat uji tarik yang akan dibuat. Konsep desain yang
dibuat terus dievaluasi untuk bisa mendapatkan desain yang disetujui dan bila desain masih
belum disetujui semua akan dikembalikan lagi pada dasarnya yaitu pada hasil survei kasus.
Karena pada konsep desain yang ingin dimunculkan juga mempertimbangkan bagaimana
kemudahan dari pengguna nantinya dalam menggunakan alat uji tarik ini.
3.1.5 Pembuatan Gambar CAD
Setelah didapatkan konsep desain motor listrik yang paling tepat dan disetujui,
selanjutnya desain motor listrik digambarkan pada software CAD untuk membentuk
penggambaran desain yang lebih baik dan lebih detail. Desain motor listrik dibuat dalam
bentuk gambar teknik 2D dan 3D. Hasil dari pembuatan gambar CAD ini yang nantinya akan
dijadikan acuan utama dalam membentuk dimensi dan ukuran dari alat yang akan dibuat.
Sehingga hasilnya akan mendekati dengan desain atau model yang diharapkan.
3.1.6 Pengumpulan Alat dan Bahan
Sebelum memasuki proses pembuatan komponen alat dari uji tarik, dilakukan terlebih
dahulu pengumpulan alat dan bahan. Pengumpulan bahan dilakukan sesuai dengan list bahan
yang dibutuhkan berdasarkan komponen yang telah dijabarkan pada gambar CAD. Bahan-
bahan didapatkan dengan menggunakan bahan yang tersedia dari anggota kelompok dan juga
bahan-bahan lain yang dibutuhkan didapatkan dengan membeli secara langsung di toko
material ataupun dengan membeli secara online.

3.2 Pembuatan Konsep Desain Alternatif


Setelah permasalahan dianalisis, tiga buah desain alternatif dibuat untuk memperbaiki
alat uji tarik. Desain alternatif ini dibuat berdasarkan spesifikasi yang diinginkan beserta
batasan-batasan yang ada.
3.2.1 Spesifikasi Sistem Penggerak Alat Uji Tarik
Sistem penggerak alat uji tarik yang diinginkan disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.

Spesifikasi Nilai

Beban tarik 500 N

Strain Rate max. 50 mm/menit

3.2.2 Identifikasi Komponen dan Batasan


Komponen pada sistem penggerak yang sudah ada diidentifikasi untuk menjadi
referensi dalam pembuatan desain alternatif. Selain itu, aspek dimensi menjadi batasan dalam
pembuatan desain alternatif.
1. Identifikasi Komponen
a. Motor listrik VEXTA AXHM230K-GFH

i. Daya Output : 30 Watt (1/25 HP)


ii. Rotational Speed : 2500 RPM
iii. Gearhead Ratio : 20 : 1
iv. RPM Output : 2500/20 = 125 RPM
v. Torsi Output : 2,3 N.m
vi. Dimensi : (50 x 50 x 75) mm
vii. Shaft : ⌀ 10 mm

b. Bevel Gear-Pinion (Driver)

i. Jumlah Gigi (n1) : 20


ii. Rotational Speed (N1): 125 RPM
iii. Torsi : 2,3 N.m
iv. Dimensi : ⌀ 58,4 mm

c. Bevel Gear-Gear (Driven)


i. Jumlah Gigi (n2) : 30
ii. Rotational Speed (N2): ⅔ x 125 = 83 RPM
iii. Torsi : ⅔ x 2,3 N.m = 3,45 N.m
iv. Dimensi : ⌀ 33,2 mm
d. Ulir Daya
i. Jenis Ulir : Ulir tunggal
ii. Pitch : 2,8 mm
iii. Lead : 2,8 mm
iv. Diameter Mayor (Dm): 15,92 mm
v. Diameter Pitch (Dp) : 19,86 mm
vi. Koefisien Gesek (μ) : Asumsi 0,15
vii. Diameter collar (Dc) : Asumsi 24,86 mm
3.2.3 Aspek Penentuan Desain Alternatif
Berikut merupakan beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
desain alternatif, diantaranya:
1. Torsi Minimal Sistem
Torsi pada motor listrik ditentukan oleh besarnya daya yang keluar pada motor
tersebut. Secara matematis, torsi motor listrik ditentukan pada persamaan berikut:
(3.1)

Torsi yang dihasilkan oleh sistem penggerak harus lebih dari torsi minimum yang
dibutuhkan untuk menggerakan ulir daya dengan beban 500 N agar dapat memenuhi
spesifikasi yang diinginkan.
2. Kecepatan Putar Motor Listrik
Kecepatan putar motor listrik perlu disesuaikan untuk mendapatkan strain rate yang
diinginkan, yaitu sebesar 50 mm/menit. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah roda gigi yang
mampu mengurangi kecepatan dari motor listrik menuju ulir daya. Pada komponen yang
sudah ada, didapat sistem roda gigi bevel dengan rasio reduksi 2:3.
Terdapat cara yang dapat dilakukan selain dengan menambahkan rasio reduksi pada
sistem penggerak, yaitu dengan membatasi arus listrik pada motor listrik. Potensiometer
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi kecepatan motor listrik
melalui pengurangan arus listrik yang masuk. Akan tetapi, arus listrik yang berkurang juga
menyebabkan torsi motor listrik menjadi berkurang, sehingga perlu dilakukan penghitungan
lebih lanjut agar pengurangan arus listrik ini tetap dapat menghasilkan torsi untuk menarik
beban 500 N.
3.2.3 Perhitungan Desain Alternatif
Terdapat tiga buah desain alternatif yang dibuat untuk memperbaiki alat uji tarik ini.
Perhitungan torsi dan kecepatan menjadi penentu pada proses desain alternatif yang
ditawarkan.
1. Desain Alternatif 1
Desain Alternatif 1 merupakan solusi yang ditawarkan dengan mengganti motor listrik
yang rusak dengan produk yang sama. Perhitungan dilakukan sebagai berikut:
a. Torsi Minimum
F x Dp
T up= ¿
2
500 N x 0,01986 m
T up= ¿
2
T up=1 , 9 N . m
T x Fos=1 , 9 N .m x 1 , 5
T up min=2 , 85 N . m
b. Kecepatan Sistem Penggerak
● Kecepatan dari motor listrik
RPM out=RPM motor x gearhead ratio
1
RPM out=2500 x
20
RPM out=125 RPM
● Kecepatan setelah Reduksi
RPM gear=RPM out x bevel gear ratio
20
RPM gear=125 x
30
RPM gear=83 RPM
● Kecepatan Linear Ulir Daya (Strain Rate)
V =RPM gear x lead ulir daya
V =83 RPM x 0,0028 m/ putaran
mm
V =232
menit
c. Torsi Aktual
● Torsi motor
9548 x Power(kW )
T motor =
RPM out
9548 x 0 , 03 kW
T motor =
125 RPM
T motor =2 ,3 N . m
● Torsi gear
T gear =T motor x gear ratio
30
T gear=2 ,3 N . m x
20
T gear =3 , 45 N . m

Spesifikasi desain alternatif 2 dapat dilihat pada Tabel 3. berikut.


Sistem
Max Force 500 N
Speed 0 – 232 mm/min
Ulir Daya
Jenis Ulir Single Thread
Lead 2,8 mm/put
Torsi Naik 1,9 Nm
DC Motor
Tipe BLDC 24 V + Gearhead
Daya 30 Watt
Motor RPM 2500
Gearhead Ratio 20:1
Output RPM 125
Torsi 2,3 Nm
Bevel Gear – Pinion
Jumlah Gigi 20
RPM 125
Torsi 2,3 Nm
Bevel Gear – Gear
Jumlah Gigi 30
RPM 83
Torsi 3,45 Nm
2. Desain Alternatif 2
Desain Alternatif 2 menawarkan solusi dengan mengganti motor listrik yang rusak
dengan motor yang menghasilkan RPM lebih rendah untuk mendapatkan strain rate yang
diinginkan.
Spesifikasi Oriental Motor Vexta:
- Daya : 20 Watt
- RPM : 2000 RPM
- Gearhead ratio : 1:30
-
Perhitungan dilakukan sebagai berikut:
a. Torsi Minimum
F x Dp
T= ¿
2
500 N x 0,01986 m
T= ¿
2
T =1 , 9 N . m
T x Fos=1 , 9 N .m x 1 , 5
T =2 , 85 N . m
b. Kecepatan Sistem Penggerak
● Kecepatan dari motor listrik
RPM out=RPM motor x gearhead ratio
1
RPM out=2000 x
30
RPM out=65 RPM
● Kecepatan setelah Reduksi
RPM gear=RPM out x bevel gear ratio
20
RPM gear=65 x
30
RPM gear=43 RPM
● Kecepatan Linear Ulir Daya (Strain Rate)
V =RPM gear x lead ulir daya
V =43 RPM x 0,0028 m/ putaran
mm
V =120
menit
c. Torsi Aktual
● Torsi motor
9548 x Power(kW )
T motor =
RPM out
9548 x 0 , 02 kW
T motor =
65 RPM
T motor =2 , 94 N . m
● Torsi gear
T gear =T motor x gear ratio
30
T gear =2 ,94 N . m x
20
T gear =4 , 4 N .m

3. Desain Alternatif 3
Desain Alternatif 3 merupakan solusi yang ditawarkan dengan mengganti motor listrik
yang rusak dengan motor yang menghasilkan RPM lebih rendah untuk mendapatkan strain
rate yang diinginkan.

Spesifikasi Oriental Motor Vexta:


- Daya : 30 Watt
- RPM : 3000 RPM
- Gearhead ratio : 1:100
a. Torsi Minimum
F x Dp
T= ¿
2
500 N x 0,01986 m
T= ¿
2
T =1 , 9 N . m
T x Fos=1 , 9 N .m x 1 , 5
T =2 , 85 N . m
b. Kecepatan Sistem Penggerak
● Kecepatan dari motor listrik
RPM out=RPM motor x gearhead ratio
1
RPM out =3000 x
100
RPM out=30 RPM
● Kecepatan setelah Reduksi
RPM gear=RPM out x bevel gear ratio
20
RPM gear=30 x
30
RPM gear=20 RPM
● Kecepatan Linear Ulir Daya (Strain Rate)
V =RPM gear x lead ulir daya
V =20 RPM x 0,0028 m/ putaran
mm
V =56
menit
c. Torsi Aktual
● Torsi motor
9548 x Power(kW )
T motor =
RPM out
9548 x 0 , 03 kW
T motor =
30 RPM
T motor =9 , 5 N . m
● Torsi gear
T gear =T motor x gear ratio
30
T gear =9 ,5 N . m x
20
T gear =14 , 25 N . m
Spesifikasi desain alternatif 3 dapat dilihat pada Tabel 3. berikut.
Sistem
Max Force 500 N
Speed 0 – 56 mm/min
Ulir Daya
Jenis Ulir Single Thread
Lead 2,8 mm/put
Torsi Naik 1,9 Nm
DC Motor
Tipe BLDC 24 V
Daya 20 Watt
Motor RPM 30
Torsi 9,5 Nm
Bevel Gear – Pinion
Jumlah Gigi 20
RPM 30
Torsi 6,4 Nm
Bevel Gear – Gear
Jumlah Gigi 30
RPM 20
Torsi 14,25 Nm
3.2.4 Pembuatan Gambar CAD
a. Ulir Daya

b. Bevel Gear - Gear

c. Bevel Gear - Pinion


d. Power Supply

e. Pulse Width Modulation


f. Motor DC
DAFTAR PUSTAKA
2.4 – 2.6
Association, A.G.M. (2003) ‘Design Manual for Bevel Gears’, p. 102.
Parsa, I.N.B. dan I.N. (2018) MOTOR-MOTOR LISTRIK. Kupang.
Rachmat, D. and Sigit, A. (2015) ‘Analisa Kekuatan Spiral Bevel Gear dengan Variasi Sudut
Spiral Menggunakan Metode Elemen Hingga’, Jurnal Teknik ITS, 4(1), pp. 1–5.
S. Rambabu (2007) ‘Modeling and Control of a Brushless Dc Motor’, British Food Journal,
pp. 0–66.
Salah, W.A. et al. (2011) ‘Development of a BLDC motor drive with improved output
characteristics’, Przeglad Elektrotechniczny, 87(3), pp. 258–261.
Scolton, F. (2009) ‘Simple Analysis for Brushless DC Motors’, Massachusetts Institute of
Technology Course Material [Preprint]. Available at:
http://web.mit.edu/first/scooter/motormath.pdf.
Stadtfeld, H.J. (2001) ‘The Basics of Spiral Bevel Gears’, Gear Technology [Preprint].
Tosun, T. et al. (2017) ‘PaintPots: Low cost, accurate, highly customizable potentiometers
for position sensing’, Proceedings - IEEE International Conference on Robotics and
Automation, pp. 1212–1218. Available at: https://doi.org/10.1109/ICRA.2017.7989144.
Tsiafis, I., Mamouri, P. and Kompogiannis, S. (2018) ‘Design and manufacturing of spiral
bevel gears using CNC milling machines’, IOP Conference Series: Materials Science
and Engineering, 393(1). Available at:
https://doi.org/10.1088/1757-899X/393/1/012066.
https://www.scribd.com/doc/292432773/Definisi-Mesin-Uji-Tarik
https://www.researchgate.net/publication/341900584_Uji_Tarik
https://lab.bki.co.id/page/test-kinds/tensilehttps://lab.bki.co.id/page/test-kinds/tensile

Anda mungkin juga menyukai