Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
Fenomena Dasar tentang Putaran Kritis.
Laporan ini merupakan bukti bahwa penulis telah mengikuti praktikum
Fenomena Dasar, adapun laporan ini berisikan tentang teori-teori dasar, alat dan
bahan, prosedur kerja, pembahasan dan kesimpulan dari praktikum Putaran Kritis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yang telah
memberikan motivasi sehingga laporan ini terselesaikan sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin namun penulis juga mempunyai keterbatasan pengetahuan, sehingga
nantinya laporan ini ada kekurangan-kekurangan harap dimaklumi dan penulis
siap menerima saran yang bersifat membangun sehingga laporan ini nantinya bisa
menjadi lebih sempurna.

Pekanbaru, Oktober 2013

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................1
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Teori dasar................................................................................................................3
2.2 Aplikasi.....................................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................8
METODOLOGI.......................................................................................................8
3.1 Peralatan..................................................................................................................8
3.2 Prosedur praktikum..................................................................................................9
3.3 Asumsi-asumsi..........................................................................................................9
BAB V....................................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................10
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................10
5.2 Saran......................................................................................................................10

2
DAFTAR GAMBAR

3
DAFTAR TABEL

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan
suatu hal yantg sangat berbahaya karena bila saja hal tersebut terjadi maka
struktur yang dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan roboh atau
mengalami kegagalan. Hal tersebut tentu saja akan membahayakan jika itu
merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkut orang atau ditempati banyak
orang, oleh karena itu perlu perencanaan yang sangat matang untuk membangun
suatu struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada
pembangkit daya (power plant) pada saat operasi dengan putaran tertentu poros
akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri. Defleksi yang paling
besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan putaran kritis, yang
dapat membuat struktur poros tersebut gagal sehingga dalam operasi dihindari
kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu perlu pengetahuan yang dalam
mengenai putaran kritis ini.

1.2 Tujuan
Dalam melakukan sesuatu pasti ada tujuannya, sama seperti melakukan
praktikum putaran kritis terdapat tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui karakteristik poros dengan membuat grafik yang


menyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk
berbagai tegangan.
2) Untuk mencari fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah ditentukan.
3) Mencari putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi.

1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari melakukan praktikum putaran kritis adalah sebagai
berikut :

1) Agar mahasiswa bisa lebih mengerti tentang putaran kritis tidak hanya
dari teori yang didapat dikelas saja.
2) Agar mahasiswa terbiasa bekerja dalam kelompok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dasar


Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan-
kecepatan tertentu adalah getaran yang sangat besar, meskipun poros dapat
berputar dengan sangat mulus pada kecepatan-kecepatan lainnya. Pada kecepatan-
kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi sangat besar, dapat terjadi
kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau getaran dapat mengakibatkan

2
kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-komponen sesuai dengan
fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap dimana ruang bebas
antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran semacam ini dapat mengakibatkan
apa yang disebut dengan olakan poros atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi
puntir pada suatu poros, atau kombinasi keduanya. Mungkin kedua peristiwa
tersebut berbeda, namun akan dapat ditunjukkan bahwa masing-masing dapat
ditangani dengan cara serupa dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi
dari osilasi. Karena poros-poros pada dasarnya elastis, dan menunjukkan
karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan
untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan
digunakan analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.

Ketika suatu poros di beri putaran, maka akan selalu terjadi fenomena
whirling. Whirling adalah keadaan dimana poros berputar akan mengalami
defleksi yang besar akibat dari gaya sentrifugal yang di hasilkan oleh eksentrisitas
massa poros. Fenomena whirling ini terlihat sebagai poros berputar pada
sumbunya, dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar relatif
mengelilingi sumbu poros. Hal ini akan selalu terjadi, bahkan pada sistem sudah
seimbang. Pada sistem yang seimbang, hal ini dapat di sebabkan oleh defleksi
terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai.
Poros yang melewati putaran kritis lalu akan mencapai keadaan seimbang.

Sistem memiliki energi dalam sendiri, dimana bila diberi gaya gangguan
pada frekuensi pribadinya (natural frequency), akan menimbulkan getaran dengan
amplitudo yang besar. Setiap benda yang bergerak mempunyai energi kinetik dan
setiap pegas memiliki energi potensial. Mesin-mesin umumnya dibuat dari bahan
dengan modulus elastisitas tertentu, yang berarti mempunyai sifat elastis sehingga
dapat berperilaku seperti pegas. Setiap elemen mesin memiliki massa dan
bergerak dengan kecepatan tertentu, berarti elemen mesin tersebut memiliki energi
kinetik. Ketika suatu sistem dinamik bergetar, terjadi perpindahan energi dari
potensial ke kinetik ke potensial dan seterusnya, berulang-ulang dalam sistem
tersebut. Poros sebagai elemen mesin yang sangat penting, juga bergerak/berputar

3
pada kecepatan tertentu dan mengalami lenturan (deflection) akibat momen puntir
(torsion) dan atau momen bengkok (bending).

Bila suatu poros atau elemen mesin yang lain diberi beban yang berubah
terhadap waktu atau beban bolak-balik, poros tersebut akan bergetar. Apabila
poros menenerima beban acak (transient), seperti ketukan palu, poros akan
bergetar pada frekuensi pribadinya. Contoh yang sama juga dapat dilihat pada
bunyi bel, dimana bunyi dihasilkan dari gangguan pada frekuensi pribadi bel. Hal-
hal ini dinamakan dengan getaran bebas. Jika poros menerima beban yang
berubah terhadap waktu, seperti beban sinusoidal secara terus-menerus, maka
poros akan bergetar sesuai dengan frekuensi gaya gangguan tersebut. Ketika
frekuensi gaya gangguan sama (coincide) dengan salah satu frekuensi pribadinya,
maka simpangan atau amplitudo respons getarannya akan lebih besar dari
amplitudo gaya gangguan. Hal ini lah yang disebut dengan resonansi. Bila putaran
mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin
tersebut.

Gambar 2. 1 Grafik X/Y vs Frequency ratio r

Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal


dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dan lain-lain.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari
putaran kritisnya.

4
Respons amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi (dimensionless
ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap redaman, ditunjukkan
dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio amplitudo resonansi.
Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau kecepatan kritis.

Gambar 2. 2 Model fisik poros dengan beban ditengah

Gambar 2. 3 Model fisik poros dengan beban sembarang


m×g
k=
δ

N c=
60
2π √ k
m

Dimana :

m = Massa beban (kg)

g = Percepatan gravitasi bumi ( m/s 2 )

δ = Defleksi (mm)

k = Konstanta kekakuan poros (N/mm)

5
Nc = Putaran kritis poros (rpm)

Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putaran-putaran kritis Nc 1 , Nc 2 , N c 3 ,..., dari masing-
masing benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran
kritis keseluruhan dari sistem N c 0 dapat ditentukan oleh:

1 1 1 1
= + + …
2 2 2 2

Nc0 N c 1 N c 2 N c3

Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya semula


bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang berlebihan,
sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional
terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan diferensial untuk menentukan
defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi kecil dibandingkan dengan
panjangnya poros.

6
Gambar 2. 4 Diagram benda bebas poros dengan beban

Defleksi maksimum pada poros yang dikenai satu beban dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

P ×a × b 2 2 2
δ= (L ×a × b )
6×E×I × L

Defleksi maksimum pada poros yang dikenai dua beban dan tiga beban ditentukan
dengan metode superposisi.

2.2 Aplikasi
Putaran kritis dapat terjadi pada semua benda berputar, khususnya poros.
Contoh penggunaan teori putaran kritis adalah poros engkol pada mesin mobil dan
poros pada turbin gas. Dimana putaran kritis sangat dihindari disini.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan selama praktikum putaran kritis adalah
sebagai berikut:

1) Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran kritis yang terjadi pada poros yang
berputar. Disini digunakan tachometer dengan satuan rpm.

Gambar 3.1 Tachometer


2) Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur panjang dari poros.

3) Kunci 14
Digunakan untuk membuka baut yang ada pada bantalan.

8
Gambar 3.2 kunci 14

4) Alat uji putaran kritis


Terdiri dari motor, poros, slide regulator dan bantalan

Gambar 3. 1 Alat uji putaran kritis

5) Rotor
Digunakan sebagai beban dengan massa 1,7 kg dan menggunakan dua
beban.

3.2 Prosedur praktikum


Prosedur untuk melakukan praktikum putaran kritis adalah sebagai berikut:
1) Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran, rotor, motor, bantalan
dan peralatan lain dalam keadaan baik.
2) Posisikan letak rotor.
3) Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator
4) Hitung putaran kritis poros dengan tachometer
5) Ulangi percobaan diatas untuk posisi rotor yang berbeda-beda.

3.3 Asumsi-asumsi
Beberapa asumsi yang dinyatakan dalam percobaan adalah sebagai
berikut:
1) Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan
2) Panjang batang poros tetap
3) Batang penyangga rotor tidak melendut.

9
4) Percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s2)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1) Frekuensi pribadi pada pembebanan yang jauh dari frekuensi pribadi
pada pembebanan pada tengah-tengah batang
2) Putaran kritis maksimum dengan 1 beban terjadi pada saat rotor berada
pada posisi terjauh dari motor, sedangkan pada 2 beban putaran kritis
maksimum pada saat rotor berada pada posisi nila a terkecil
3) Defleksi maksimum terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh
dari motor dan tumpuan pada pembebanan 1. Sedangkan pada
pembebanan 2, defleksi maksimum terjadi pada saat rotor berada pada
posisi mendekati rotor atau dengan jarak a terkecil
4) Kekakuan maksimum terjadi pada saat pembebanan terletak di dekat
motor
5) Terjadi perbedaan nilai Nc percobaan dengan Nc teoritis

5.2 Saran
1) Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan
terlalu lama perputaran tersebut terjadi karena akan menyebabkan alat
jadi rusak
2) Amati hasil yang ditunjukan oleh alat ukur dengan teliti sehingga hasil
yang diperoleh akurat
3) Ukur dan letakan rotor seakurat mungkin, agar mendapatkan nilai
defleksi dan putaran kritis teoritis yg lebih akurat sesuai dengan yang
diinginkan.

10
LAMPIRAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai