MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Gelombang
Dosen Pengampu :
Diah Mulhayatiah, M.Pd.
Winda Setya, S.Si, M.Sc
Oleh:
Kelompok 5
Aneng Nuraeni (1142070008)
Ayuna Hermawan (1142070014)
Febi Eka R (1142070026)
Hana Intan Permatasari (1142070033)
Wilda Alisia Wardhany (1142070086)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk,
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami di berikan kemudahan dan kelancaran
dalam menyelesaikan makalah Osilasi Teredam untuk memenuhi tugas mata kuliah
Gelombang
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini dari segala
kekurangannya. Harapan kami semoga makalah ini bisa memilik banyak manfaat untuk para
pembacanya
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian osilasi teredam.3
B. Karakteristik Osilasi Teredam..5
C. Faktor Kualitas..11
D. Osilasi Harmonis Teredam Pada Rangkaian RLC14
E. Osilasi Teredam Terpaksa ...18
BAB III PENUTUP.........................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................22
B. Saran ..........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gelombang adalah getaran yang merambat, gerak gelombang
dapat dipandang sebagai perpindahan momentum dari suatu titik di
dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi. Getaran
gelombang terjadi karena adanya gangguan fisis. Getaran adalah
penyebab adanya gelombang.
Gerak bolak balik benda yang bergetar terjadi tidak tepat sama
karena pengaru gaya gesekan. Contohnya ketika kita memainkan gitar,
senar gitar tersebut akan berhenti bergetar apabila kita menghentikan
petikan hal tersebut terjadi karena adanya gesekan. Gaya gesekan
menyebabkan benda tersebut mengalami osilasi jenis getaran seperti
ini disebut getaran harmonik teredam. Walaupun kita tidak dapat
menghindari gesekan kita tentu dapat meniadakan efek redaman
dengan menambahkan energi ke dalam sistem yang berosilasi untuk
mengisi kembali enrgi yang hilang akibat gesekan.
Pada umumnya setiap benda yang berosilasi akan berhenti
berosilasi jika tidak digetarkan secara terus menerus. Benda yang pada
mulanya bergetar atau berosilasi bisa berhenti karena mengalami
redaman. Redaman bisa terjadi akibat adanya gaya hambat atau gaya
gesekan. Osilasi yang mengalami redaman biasa disebut sebagai
osilasi teredam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian osilasi teredam ?
2. Bagaimana persamaan osilasi teredam ?
3. Bagaimana osilasi teredam terpaksa ?
4. Bagaimana faktor kualitas dari osilasi teredam?
3
5. Bagaimana osilasi teredam pada rangkaian RLC?
6. Bagaimana karakteristik osilasi teredam ?
C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dibahas maka penyusunan makalah
ini memiliki tujuan
1. Menjelaskan pengertian osilasi teredam
2. Menjelaskan persamaan osilasi teredam
3. Menjelaskan osilasi teredam terpaksa
4. Menjelaskan faktor kualitas dari osilasi teredam
5. Menjelaskan osilasi teredam pada rangkaian RLC
6. Menjelaskan karakteristik osilasi teredam
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Osilasi Harmonis Sederhana Teredam
Osilasi merupakan gejala alam yang terjadi apabila sistem diganggu
dari posisi kesetimbangan. Osilasi ini terjadi secraa terus menerus selama
sistem masih dibeikan usikan berupa gaya. Salah satu gerak osilasi
adalah gerak harmonik sederhana. Geerak harmonik ini berlaku Hukum
Hooke yang persamaannya dapat di tulis sebagai berikut :
Fk = -kx ...................(9.1)
Fx = -kx = ma ............(9.2)
Gerak getaran benda yang terjadi secara terus menerus dan tidak
terapat faktor hambatan atau redaman biasanya disebut gerak harmonik
sederhana. Karakteristik gerak harmonik sederhana adalah memiliki nilai
amplitudo yang tetap. Aplitudo merupakan simpangan maksimum dari
posisi kesetimbangan. Akan tetapi, pada kenyataannya suatu gerak
getaran pada benda tidak akan terjadi secara terus menenrus karena
terdapat faktor habatan berupa gaya gersek udara dan fkatr internal yang
mneyebabkan gerakan getaran yang secara perlahan-lahan berkurang
terhadap waktu dan akhirnya berhenti. Gerak getaran benda yang
sedemikian biasanya disebut sebagai gerak harmonik teredam. Pada
gerak harmonik teredam gaya yang beekrja berkurang terus-menerus
sehingga amplitudo berkurang sampai getaran berhenti.
d2x k
x0
dt 2 m
...................................................(2.1)
3
Jika sitem osilator mempertimbangkan pengaruh redaman (misal
akibat gesekan viskositas seperti yang di tunjukan pada gambar, maka
dari hukum Newton II, gaya resuktan penggerak osilasi teredam adalah:
ma = -kx bv .........................................................((2.2)
dengan
Fd = -bv ..................................................................(2.3)
d 2x dx
m 2
b kx 0
dt dt
...............................................(2.4)
d 2x dx
2
2b k 2 x 0
dt dt
.................................................(2.5)
x Ae( bt ) sin(t )
.................................................(2.6)
Atau
1 1
2
k2 ) 2
k2 )
x Ae( b (b Be( b (b
2 t) 2 t)
..............................(2.7)
ma 2 ba k 0
b b 2 4mk
a
2m
D b 2 4mk
5
Selain gaya balik linear, terdapat gaya lain yang menimbulkan redaman pada getaran
selarasnya, yakni gaya gesek (sebanding dengan kecepatan partikel tetapi melawan arah
gerak), sehingga persamaan gayanya
F kx cx
x c x k x 0
m m
c 2 4mk
Getaran selaras teredam kuat terjadi apabila berlaku sehingga akar-akar
persamaan karakteristik adalah :
c c 2 4mk
q1,2
2m
1/2
c c2 k
q1 2
1
2m 4m m
1/2
c c2 k
q2 2
2
2m 4m m
dengan,
' 2 n2
(positif)
dan,
c
2 2m
Sistem setelah diberi simpangan awal akan kembali ke posisi setimbang secara
eksponensial atau dapat dikatakan bahwa benda tersebut tidak berosilasi, karena maassa
yang diberi simpangan awal tertentu dengan kecepatan awal 0 (dilepas), akan kembali ke
posisi setimbang secara lambat tanpa menjalani getaran.
1,2 0 t y t 0
Pada kenyataannya, nilai sehingga untuk maka . Jika
y t 0
diturunkan yaitu :
y ' t A1 1e1t A2 2e 2t e 1t ( A1 1 A2 2e ( 2 1 )t )
y ' t 0 ( A1 1 A2 2 e( 2 1 )t )
maka hanya jika =0
Jadi secara umum gerak benda pada pegas pada sistem teredam lebih mempunyai
t y t 0
perilaku yang sama dengan sistem teredam kritis, yaitu maka dan hanya
memiliki satu sistem puncak maksimum dan minimum pada t = 0.
7
Perilaku ayunan yang sejenis dengan keadaan yang digambarkan oleh persamaan :
1 ( 2t ) ( 0,5t )
x(t )
2
e e
Contoh penerapan getaran selaras teredam kuat ialah pada pegas pembalik daun
pintu. Artinya bila bila pintu kita buka dan kita lepas maka daun pintu akan kembali
menutup secara perlahan lahan. Gerak yang perlahan itu menguntungkan karena orang
yang berada di belakang kita tidak akan terpukul oleh daun pintu, dan juga ketika pintu
tertutup tidak terdengar bunyi gaduh. Adapun contoh penerapan lainnya ialah dawai biola
yang berhenti bergetar setelah dipetik.
c 2 4mk
Getaran selaras teredam lemah terjadi apabila berlaku sehingga akar-akar
persamaan karakteristiknya adalah :
c i 4mk c 2
q1,2
2m
Atau dapat dijabarkan menjadi :
1/2
c k c2
q1 i 1
2m m 4m 2
1/2
c k c2
q2 i 2
2m m 4m 2
dengan mengingat
1/ 2 1/ 2
k c2
d 2
2
0
2 1/ 2
dimana
c k
dan 0
m 4m 2m m
maka,
q1 id
x(t ) e t A cos d t
q2 id
k c2
d 02 2
m 4m 2
(d 0 ) e t A
menyatakan frekuensi getaran teredam . Faktor menunjukkan bahwa
aplitudo getaran selaras teredam lemah mengecil terhadap pertambahan waktu secara
c 2m
1
2m c
eksponensil. Faktor disebut tetapan peluruhan amplitudo, dan
disebut waktu relaksasi getaran, yakni waktu diperlukan untuk mengecilnya amplitudo
e 1 0,3679 t Td
dengan faktor . Dalam satu kali getaran (1 periode, ), amplitudonya
e Td
telah mengecil dengan faktor , dengan :
1
2 k c2 2
Td 2 2
d m 4m
9
mengecilnya amplitudo sejalan dengan mengecilnya tenaga getaran. Hal ini terjadi karena
adanya gaya redaman yang non-konservatif. Mengingat tenaga getaran dapat dinyatakan
sebagai
mx kx cx
E cx 2
maka disimpulkan
Adapun contoh penerapannya ialah pada sistem ayunan pada bandul berayun, dimana
ketika bandul berayun secara sinusoida (getaran yang terjadi karena gerakan bandul
membentuk gelombang sinus) terjadi peristiwa osilasi sehingga gaya gesekan lebih lemah
dibanding gaya baliknya yang menyebabkan benda melakukan gerak periodik dengan
amplitudo yang berkurang secara eksponensial terhadap waktu.
3. Getaran Selaras Teredam Kritis (Critical Damping) D = 0
c 2 4mk
Getaran selaras teredam kritis terjadi apabila berlaku sehingga akar-akar
persamaan karakteristiknya adalah
x2
c
q1 q2 x(t ) A t B e t
2m
( At b) e t
berupa perkalian antara fungsi linier dan fungsi eksponen . Seperti getaran
teredam kuat, jika massa diberi simpangan awal tertentu lalu dilepaskan, maka akan
kembali ke posisi setimbang, tanpa menjalani getaran, hanya lebih cepat daripada getaran
teredam kuat
Dapat berlaku hukum peralihan dari getaran selaras teredam kritis ke getaran selaras
teredam lemah. Dalam hal ini apabila beban massa suatu benda terlampaui banyak
sehingga pegas terlalu berat menopang massa benda tersebut maka menyebabkan getaran
tidak lagi teredam kritis melainkan berubah menjadi getaran teredam lemah sehingga
terjadi osilasi.
11
Contoh penerapan getaran selaras terdam kritis ialah pada sistem pegas roda mobil
sehingga bila roda menumbuk batu atau melewati lubang maka gangguan itu tidak
terasakan oleh pengendara atau penumpang. Hanya saja bila penumpang terlalu banyak
sehingga beban yang diangkat oleh pegas terlalu berat. Inilah yang menyebabkan mulai
berlakunya hukum peralihan dari getaran selaras teredam kritis ke getaran selaras
teredam lemah.
Adapun contoh lainnya ialah runtuhnya Jembatan Taoma Narrows di Amerika
Serikat. Hubungan peristiwa runtuhnya Tahoma Bridge dengan konsep resonansi :
angin yang berhembus dengan kecepatan tertentu (32 mil/jam) akan menghasilkan
frekuensi tertentu. Hubungan antara kecepatan angin (v) dengan frekuensi yang
dihasilkan berbanding lurus artinya semakin besar kecepatan makin besar pula
frekuensinya ( frekuensi=kecepatan/ panjang gelombang ). Jembatan sendiri terbuat dari
bahan tertentu dalam hal ini baja yang mempunyai massa, panjang, rapat jenis, tegangan
tertentu. Sehingga jembatan mempunyai frekuensi tertentu. Karena pembuat jembatan
tidak memperhatikan faktor alam, maka frekuensi angin sama atau hampir sama atau
kelipatan genap dari frekuensi jembatan yang akan menyebabkan terjadinya resonansi.
Akibat dari resonansi tersebut akan timbul getaran pada jembatan, getaran yang bergerak
atau berjalan akan menimbulkan gelombang. Sedangkan angin yang bertiup
kecepatannya berubah- ubah ( frekuensinya juga akan berubah ubah ), hal ini yang
menyebabkan gelombang puntir sehingga menyebabkan jembatan runtuh.
C. Faktor Kualitas
F kx mvx
F 2 mx mvx dengan diketahui bahwa :
F 2 mx mvx 0 2
k
m k m 2
ma mx mvx 0
2 atau
& 2 mx mvx 0
mx&
x& 2 x vx) 0
m( &
Saat teredam maka amplitudonya dapat dikatakan menurun secara
eksponensial dengan pengertian akan mendekati diam dapat dituliskan
A(t) A0 e at
x(t) A0 cos (1 t )
x(t) A0 e at cos (1 t )
v
t
x(t) A0 e 2
cos (1 t )
v vt2
vt
x(t) A0 e cos (1 t ) A0 e 2 ( sin(1 t ))
2
A0 v vt2
vt
x(t) e cos (1 t ) A 0 e 2 sin (1 t )
2
13
dE
E dt
dt
2
dE
E dt
dt
2
E mv x dt 2
2
A0V vt2
vt
E mv (( e cos(1 t ) (A 0e 2 sin(1 t )) 2 d
2
2
vt
v
mv (( A 0 e 2
)( cos(1 t ) sin(1 t )) 2 d
2
2
vt
v
mv (A 0e 2 2
) ( cos(1 t ) sin(1 t )) 2 d
2
2
vt
v
mvA0 ( cos(1 t ) sin(1 t )) 2 d
2
e 2
2
2
mvA0 2 2
v
1 0
( cos 2 v1 cos sin 12 sin 2 ) d
4
2
mvA0 2 2 v 2 2
( cos 2 d v1 cos d 12 sin 2 d )
1 0 4 0 0
2 2
0
cos 2 d sin 2 d
0
2
0
cos sin d 0
Diketahui bahwa :
Sehingga :
2
mvA0 2 v
( 0 12 )
1 4
2
mvA0 2 v
( 12 )
1 4
mvA0 2 v
2
( 12 )
1 4
v
m12 A0 2 ( )
1
Dengan :
1
E0 m0 2 A0 2
2
2 E m 0 2 A0 2
Sehingga :
v
E 2 E ( )
1
2 E 1
Q
E v
Rangkaian RLC adalah rangkaian yang terdiri dari resistor R, induktor L, dan
kapasitor C. Penamaan RLC disebabkan nama yang menjadi simbol listrik pada
kapasitansi, induktansi dan resistansi. Arus I pada rangkaian RLC berosilasi sesuai nilai
atau besaran dari resistor R, induktor L, dan kapasitor C. Karena besarnya resistansi,
maka gerak osilasi arus I pada rangkaian RLC menyebabkan gerak harmonik teredam.
Gerak Harmonik Teredam (Damped Harmonic Motion) merupakan gerak osilasi
dengan amplitudo yang berubah-ubah.
15
Ketika saklar S1 ditutup dan saklar S2 dalam keadaan terbuka, kapasitor akan
mengisi muatan sebesar Q0 (muatan mula-mula). Selanjutnya, ketika saklar S1
dibuka dan saklar S2 tertutup, kapasitor akan mengalami pengosongan muatan dan
mengalirkan arus menuju induktor
Osilator harmonic teredam merupakan salah satu model fisis yang penting untuk
berbagai aplikasi industri. Salah satu contoh yang sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari adalah fenomena osilasi pada pegas.
Osilasi atau gerak harmonik teredam pada pegas telah banyak dianalisis dan
disimulasikan oleh para peneliti lainnya. Sehingga, dalam hal ini peneliti mencoba
untuk menganalisis dan mensimulasikan gerak harmonic teredam pada penggunaan
Resistor-Induktor-Kapasitor (RLC) pada suatu rangkaian elektronik. Sistem yang terdiri
dari resistor R, induktor L, dan kapasitor C dengan diberikan tegangan V sebagai
sumber gaya F. Tegangan V diputus dari rangkaian, LC menampung tegangan
kemudain menyalurkan tegangan keseluruh rangkaian. Karena besarnya nilai
resistansi R menyebabkan muatan q dan kuat arus I semakin berkurang dengan
semakin bertambahnya waktu t.
Dengan adanya sebuah hambatan R, energy elektromagnetik U total dari Rangkaian
(jumlah energy listrik dan energy magnetic) tidak lagi konstan. Sebagai gantinya, energy
total ini akan menurun dengan waktu ketika energy di transfer ke energy termal dalam
hambatan. Karena hilangnya energy ini, amplitude dari osilasi muatan, arus dan beda
potensial akan berkurang secara kontinu, dan osilasi dikatakan teredam.
Untuk menganalisis osilasi dari rangkaian di atas, sebuah persamaan untuk energy
elektromagnetik total U dalam rangkaian keadaan sesaat. Karena hambatan tidak menyimpan
energy elektromagnetik, maka menggunakan persamaan:
Li 2 q 2
U UB UE
2 2C
(1)
Dimana UB adalah energy yang tersimpan dalam medan magnetic dari Induktor, dan UE
adalah energy yang tersimpan dalam medan listrik dari kapasitor.
Energi total menurun sebesar senergi yang di transfer ke termal. Laju dari pentransferan
tersebut yaitu dari persamaan:
P i2 R
Sehingga :
dU
i 2 R
dt
(2)
Dengan tanda minus menandakan bahwa U menurun. Dengan mendiferensialkan persamaan
1 terhadap waktu dan kemudian mensubstitusikan hasilnya ke persamaan 2, maka
persamaannya adalah :
17
dU di q dq
Li i 2 R
dt dt C dt
Dengan menstubstitusikan dq/dt untuk I dan d2q/dt2, sehingga persamaan yang didapatkan
yaitu:
d 2q dq 1
L 2
R q0
dt dt C
(Rangkaian RLC) (3)
Yang merupakan persamaan diferensial yang menjelaskan osilasi muatan teredam dalam
sebuah rangkaian RLC.
Adapun penyelesaian untuk persamaan 3 yaitu:
q Qe Rt /2 L cos( ' t )
(4)
Yaitu:
1
' ( R / 2 L)
2 2
LC
dengan
Dengan sebuah osilator tak teredam persamaan 4 memberitahu bagimana muatan pada
kapasitor berosilasi dalam sebuah rangkaian RLC teredam, persamaannya adalah padanan
elektromagnetik yang memberikan perpindahan dari osilator balok pegas teredam. Persamaan
ini juga menjelaskan osilasi sinusoidal (bentuk kosinus) dengan peluruhan amplitude secara
Qe Rt / 2 L '
eksponensial (bentuk tersebut mengalikan koinus). Frekuensi sudut dari osilasi
teredam selalu lebih kecil daripada frekuensi sudut dari osilasi tak teredam, namun kita
'
harus mempertimbangkan hanya situasi dimana R cukup kecil untuk mengganti dengan
.
Sebuah ekspresi untuk elektromagnetik total U dari rangkaian sebagai fungsi waktu.
Salah satu cara yang harus dilakukan adalah mengamati energy dari medan listrik dalam
q2
UE
2C
kapasitor; dengan mensubstitusikan persamaan 4 maka didapatkan:
q2 Qe Rt / 2 L cos( ' t ) 2
UE [ ]
2C 2C
Q 2 Rt / L
e cos2 ( ' t )
2C
(5)
Persamaan 5 memperlihatkan bahwa energy dari medan listrik berosilasi menurut bentuk
kosinus kuadrat dan amplitude dari osilasi menurun secara eksponensial dengan waktu. Jadi,
energy elektromagnetik total U juga harus menurun secara eksponensial dengan waktu.
UE
Energy total disimpan dalam kapasitor ketika mencapai maksimum, yang terjadi ketika
cos 2 ( ' t )
sama dengan 1.
Gerak osilasi pada pegas memiliki kesamaan dengan gerak osilasi pada rangkaian RLC.
Jika pada pegas membahas tentang jarak x dan kecepatan v, maka pada rangkaian RLC,
membahas tentang muatan q dan kuat arus I. Rangkaian RLC jaringan LC sering disebut
rangkaian tangki , karena kemampuannya menampung tegangan AC pada frekuensi osilasi.
Pada frekuensi osilasi rangkaian tangki tentunya memiliki resistansi. Sehingga menambah
resistansi total tersebut yang akan mengganggu aliran arus pada rangkaian. Akibatnya
tegangan AC akan cenderung menurun setelah beberapa putaran osilasi. Sehingga amplitude
gelombang penurunan yang disebut sebagai gelombang sinus teredam.
E. Osilasi Teredam Terpaksa
Kita telah melihat bahwa osilasi teredam, energi terdisipasi secara kontinu dan amplitudo
berkurang. Untuk mempertahankan satu sistem teredam agar tetap berosilasi, energi harus
diberikan ke dalam sistem. Jika hal ini dilakukan, maka osilator dikatakan digerakkan atau
dipaksa.
19
Gambar 18. Sebuah benda pada pegas vertikal dapat digerakkan dengan pemberian gaya ke
atas maupun ke bawah secara periodik.
Gambar 18 menunjukkan sistem yang terdiri dari sebuah benda pada pegas yang
digerakkan dengan titik gantung digerakkan ke atas dan ke bawah. Dengan cara yang sama
seperti bandul sederhana dapat digerakkan dengan menggerakkan pengantung maju dan
mundur. Perlu adanya beberapa eksperimen untuk mengetahui sifat - sifat osilator paksa. Jika
titik gantung sebuah benda pada pegas atau bandul sederhana digerakkan dengan gerak
harmonik sederhana dengan amplitudo kecil dan frekuensi sudut , maka sistem akan mulai
berosilasi. Pada mulanya, geraknya rumit, namun akhirnya suatu keadaan tunak (konstan)
dicapai ketika sistem berosilasi dengan frekuensi sama dengan penggerak dan amplitudo
konstan sehingga energi juga konstan.Amplitudo dan energi sistem dalam keadaan tunak
(steady state) tidak hanya bergantung pada amplitudo penggerak, tapi juga pada
frekuensinya. Frekuensi alami sebuah osilator didenisikan sebagai frekuensi osilator
tersebut ketika tak ada gaya paksa atau redaman. Frekuensi sudut alami pegas, misalnya
k
w0
m
. Jika frekuensi paksa sama (atau hampir sama) dengan frekuensi alami sistem,
maka sistem akan berosilasi dengan suatu amplitudo yang jauh lebih besar dari pada
amplitudo gaya paksa. Fenomena ini disebut Resonansi. Jika frekuensi paksa sama dengan
frekuensi alami osilator tersebut, maka energi yang diserap oleh osilator bernilai maksimum.
Dengan demikian, frekeuensi alami disebut frekuensi resonansi sistem.
Laju rata - rata penyerapan energi selama satu siklus sama dengan daya rata rata yang
diberikan oleh gaya paksa. Gambar 19 memperlihatkan kurva daya rata rata yang diberikan
pada sebuah osilator sebagai fungsi frekuensi paksa untuk dua nilai redaman berbeda. Kurva
ini disebut kurva resonansi.
Gambar 19. Kurva daya rata - rata yang diberikan ke suatu osilator oleh gaya paksa sinusoida
versus frekuensi sudut paksa untuknilai redamanyangberbeda. Resonansi
terjadiketikafrekuensi (sudut) gaya sama dengan frekuensi (sudut) alami sistem 0.
Resonansi tajam terjadi jika redaman kecil.
Jika redaman kecil (Q besar), osilator akan menyerap jauh lebih banyak energi dari
gaya paksa atau dekat frekuensi resonansi dari pada yang diserap pada frekuensi lain. Lebar
puncak kurva resonansi yang bersangkutan adalah sempit dan kita mengatakan bahwa
resonansinya tajam. Jika redaman besar (Q kecil), osilator tetap menyerap lebih banyak
energi pada saat dekat resonansi denngan frekuensi lain. Lebar puncak masing - masing
kurva resonansi ditunjukkan dalam gambar. Untuk redaman yang relatif kecil, rasio
frekuensi resonansi c, terhadap lebar resonansi dapat ditunjukkan sama dengan faktor Q.
w0 f
Q 0
w f
(1)
21
Jadi, faktor Q merupakan ukuran langsung dari ketajaman resonansi. Kita dapat
memperlakukan osilator paksa secara matematis dengan menganggap bahwa (di samping
gaya pemulih dan gaya redaman) osilator mengalami gaya eksternal, gaya paksa, yang
berubah secara harmonis terhadap waktu menurut persamaan
dengan merupakan frekuensi sudut gaya paksa, yang umumnya tidak berhubungan
dengan frekuensi sudut alami sistem 0. Sebuah benda bermassa dipasang pada pegas
dengan konstanta gaya k dan dikenai gaya redaman bv dan gaya eksternal F 0 cos( t) yang
mengikuti persamaan gerak yang diberikan oleh
F ma
dv
kx bvF0 cos( wt ) m
dt
atau
d 2x dx
(3) m 2 b mw2 x F0 cos( wt )
dt dt
2
Pada Persamaan (3) menggunakan k = m w 0 dan dv/dt = d2x/dt2 Kita tidak akan
berusaha menyelesaikan Persamaan (3). Sebagai gantinya kita akan mebicarakan
penyelesaian umumnya secara kualitatif. Penyelesaian Persamaan (3) terdiri dari dua bagian,
penyelesaian transien dan penyelesaian keadaan tunak. Bagian penyelesaian transien identik
dengan penyelesaian untuk osilator teredam yang diberikan oleh Persamaan (6.3). Konstanta
dalam bagian penyelesaian ini bergantung pada syarat - syarat awal. Setelah berlalu, bagian
penyelesaian ini menjadi diabaikan karena penurunan eksponensial amplitudo. Kemudian
kita tinggal memperoleh penyelesaian keadaan tunak yang tidak bergantung pada syarat -
syarat awal. Penyelesaian itu dapat ditulis sebagai
(4) x = A cos ( t)
dengan frekuensi sudut sama seperti frekuensi sudut gaya paksa. Sementara itu, amplitudo
A dan konstanta fase diberikan oleh
F0
(5) A ,
m 2 ( w02 w2 )2 b 2 w2
dan
bw
(6) tan( )
m( w02 w2 )
dx
v A sin(t )
dt
v A sin(t ) A cos(t )
2
Jadi pada resonansi benda selalu bergerak searah dengan gaya penggerak, seperti
yang diharapkan untuk masukan daya maksimum.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Osilasi teredam adalah osilasi yang seiring berjalannya waktu akan berhenti karena
adanya redaman, seperti gaya gesek udara, gaya ayun yang semakin kecil dan lain-
lain.Jika gaya gesek yang terjadi sangat kecil maka osilasi masih memungkinkan
untuk harmonis sehingga disebut osilasi harmonis terdam.
d 2x dx
m 2 b kx 0
dt dt
Persamaan untuk osilasi teredam yakni:
23
Faktor kualitas adalah parameter disamping waktu yang relaksasi
yang dapat kita gunakan untuk menggambarkan laju pengurangan
energi dalam suatu ayunan teredam
Osilasi teredam memiliki 3 karakteristik yakni pada saat D>0 disebut redaman kuat,
sedangkan saat D=0 disebut teredam krisis dan saat D<0 disebut teredam lemah.
B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi
pembaca dan saya sendiri. Mudah-mudahan apa yang telah saya buat bisa menambah
ilmu dan wawasan kita dan juga menambah rasa puji syukur kita kepada Allah SWT yang
telah memberi kita akal fikiran yang telah diciptakan-Nya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
25