Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENGEMBANGAN MEDIA KAT

PELATIHAN POTONG KUKU DI DESA PELANGKAR JAYA KABUPATEN


MERANGIN

Disusun Oleh :
Uswatun Khasanah Wd (N1A117170)
Nazrina Safitri (N1A117179)
Livia Yunita (N1A117176)
Yoise Sari (N1A1171180)
Puspa Wardani (N1A117172)
Della Anggraini (N1A1171195)
Devita Ruaida (N1A11717190)
Siska Meriza (N1A117200)
Sara listriani Fadila (N1A117225)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan
proposal penelitain ini. Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini banyak kesulitan yang
kami hadapi, tapi Alhamdulillah tetap selesai juga.

Dalam proposal penelitain ini kami mengangkat judul “PROPOSAL


PENGEMBANGAN MEDIA KAT PELATIHAN POTONG KUKU DI DESA
PELANGKAR JAYA KABUPATEN MERANGIN”.

Kami menyadari, sebagai mahasiswa masih perlu banyak belajar dalam penulisan
proposal penelitian ini yang mana terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar proposal penelitian
ini menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.

Jambi, Februari 2020

penulis
DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................i


Daftar Lampiran.............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka ..........................................................................................
BAB III Metode Penelitian ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….
Lampiran .......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelatihan merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan personal
pada setiap individu masyarakat. Dalam hal ini yaitu mengembangkan kemampuan
masyarakat Suku Anak Dalam, dalam program pelatihan pengembangan diri memotong
kuku. Kegiatan ini membantu serta membimbing masyarakat suku anak supaya berdaya,
bisa melakukan dengan sendirinya dalam memelihara kebersihan diri sendiri, khususnya
memelihara kebersihan kuku.
Masyarakat Suku Anak Dalam atau sering disebut Orang Rimba merupakan
sekelompok manusia yang hidup bersama dalam lingkungan di daerah tertentu, dimana
keadaanya terpisah dan terpencil dari masyarakat yang lainya. Berdasarkan keputusan
Pesiden Republik Indonesia Masyarakat SAD atau masyarakat yang terpencil dan
terasing merupakan kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta
kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial ekonomi, kesehatan,
maupun politik (Depsos RI 2002:2).
Di dalam kehidupan Orang Rimba penyakit bisa disebabkan oleh banyak hal
diantaranya karena gangguan setan, seringnya melakukan perjalanan dan kontak dengan
orang terang (sebutan Orang Rimba untuk orang di luar komunitas mereka), dan juga
bisa disebabkan karena jatuhnya kutuk atas diri si sakit atas perbuatan melanggar adat
dan tabu yang dilakukannya. Setidaknya ada tiga penyakit yang dianggap perbuatan
setan, yaitu flu, malaria dan campak. Pengobatan penyakit yang disebabkan oleh setan
adalah dengan mengusir setan tersebut. Orang Rimba juga tidak bisa terhindar
sepenuhnya dari serangan penyakit. Apalagi sejak lahir mereka tak mengenal imunisasi,
hingga pantas penyakit yang di derita satu orang akan mudah menyebar. Karena itu,
mereka juga memerlukan pengobatan. Orang yang sakit akan diobati oleh orang pintar
(dukun) dengan teknik tradisional termasuk ritual “besale” untuk mengobati orang yang
sakitnya sangat parah.
Masyarakat Suku Anak Dalam yang hidup terisolisisr dengan pola hidup yang masih
sangat sederhana dengan berbagai keterbatasan akan sangat berpengaruh pada pola hidup
bersih dan sehat masyarakat Suku Anak Dalam.
Lingkungan budaya akan sangat mempengaruhi tingkah laku manusia, menghasilkan
keragaman berperilaku, termasuk perilaku pola hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup
sehat masyarakat sangat ditentukan oleh sejauhmana pemahaman masyarakat tentang
perilaku hidup sehat dan manfaatnya. Pola hidup bersih dan sehat dalam masyarakat
merupakan hasil dari proses imitasi secara turun temurun. Gagasan imitasi pola hidup
bersih dan sehat sebagai pendekatan dari bawah, bottom up, hendak mengatakan bahwa
pada setiap masyarakat budaya ada nilai-nilai substansi yang menjadi kekuatan sehingga
masyarakat dapat bertahan hidup secara turun temurun. Nilai-nilai tersebut dalam
perspektif tafsir budaya dapat dikatakan sebagai kearifan lokal (local wisdom)
masyarakat budaya yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan dan pertumbuhan
hidup mereka.( Gunarsa,2012)
Berdasarkan pengamatan permasalahan yang terjadi pada Suku Anak Dalam yaitu
mereka tidak pernah memotong kuku, sehingga kuku mereka kotor dan panjang sesuatu
yang membuat mereka sakit karena makan dengan tangan yang kotor. Kuman dan
bakteri masuk kedalam mulut dan perut yang menyebabkan mereka berpotensi terkena
diare.
Oleh Karena itu akan dilakukan kegiatan pelatihan pengembangan diri tentang
memotong kuku pada Suku Anak dalam, Namun dalam kegiatannya juga dilakukan
Pembelajaran memotong kuku serta memelihara kebersihan kuku yang baik dan benar
diajarkan secara pendampingan sesuai dengan langkah-langkah memotong kuku.
Menurut Silviani Sri Rahayu (2011:12) diantaranya: (1). Menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan yaitu a).Gunting kuku berupa jepitan kuku. b). Sabun. c). Air bersih. d). Kain
lap/ tisu. (2). Mencuci tangan dengan air bersih yang sudah disiapkan dan mengeringkan
tangan dengan kain lap/tisu. (3). Memegang jepitan kuku dengan posisi ibu jari pada
bagian atas jepitan dan telunjuk beserta jari tengah dibagian bawah jepitan. (4).
Memasukkan jepitan pada bagian kuku yang panjang. (5). Menekan jepitan supaya kuku
yang panjang bias terpotong. (6).Merapikan hasil potongan supaya kuku kelihatan rapid
an bersih.
Berdasarkan permasalahan diatas maka dalam pemecahan masalah yang diambil
adalah dengan melakukan kegiatan pelatihan memotong kuku melalui metode
demonstrasi serta pendampingan untuk mengatasi permasalahan di atas. “Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat
mempelajarinya secara proses” (Sri Anitah dkk.,2007:5.44).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan keterampilan memotong kuku dan menjaga kebersihan
Kuku pada Suku Anak Dalam.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan pelatihan pemberdayaan pada Suku Anak Dalam
tentang keterampilan memotong kuku.
b. Untuk menciptakan pola hidup bersih dan sehat pada Suku Anak Dalam,
khususnya dalam menciptakan keterampilan memelihara kebersihan diri
sendiri pada setiap individu.
c. Untuk memberikan pembelajaran memotong kuku serta memelihara
kebersihan kuku yang baik dan benar diajarkan secara pendampingan
sesuai dengan langkah-langkah memotong kuku.
C. MANFAAT
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan masyarakat yang telah mengikuti penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan kepada seluruh masyarakat.
2. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada dinas kesehatan terkait
pemerataan pendidikan kesehatan mengenai kebersihan kuku di tiap instansi
maupun ruang publik khususnya ditempat suku anak dalam
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan dan sebagai
pengalaman dalam mengaplikasikan pelatihan potong kuku dengan menggunkan
metode demonstrasi pada anak suku anak dalam desa pelakar jaya kabupaten
merangin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PELATIHAN
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang merupakan sarana pembinaan
dan pengembangan karir serta salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada kajian ini penulis
memfokuskan pada makna pelatihan. Para ahli banyak berpendapat tentang arti dan
definisi pelatihan, namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh
berbeda. Goldstsein dan Gressner (1988) dalam Kamil (2010) mendefinisikan
pelatihan sebagai usaha sistematis untuk menguasai keterampilan, peraturan, konsep,
ataupun cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan kinerja. Selanjutnya
menurut Dearden (1984) dalam Kamil (2010) yang menyatakan bahwa pelatihan pada
dasarnya meliputi proses belajar mengajar dan latihan bertujuan untuk mencapai
tingkatan kompetensi tertentu atau efisiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta
diharapkan mampu merespon dengan tepat dan sesuai situasi tertentu.

Selanjutnya Fiedman dan Yarbrough dalam Sudjana (2007) menunjukan


bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi
(instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya)
untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi. Lebih jauh
Sastrodipoera (2006) dalam Kamil (2010) memberikan definisi pelatihan adalah
“salah satu jenis proses pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pengembangan sumber daya manusia, yang berlaku dalam
waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan taktik daripada
teori”. Sejalan dengan pendapat diatas Sastraadipoera (2006) menyebutkan juga
bahwa pelatihan bisa dianggap sebagai suatu proses penyampaian pengetahuan ,
keterampilan, dan pembinaan sikap dan kepribadian. Berdasarkan pendapat para ahli
yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan
merupakan suatu bentuk bantuan dalam proses pembelajaran yang terorganisir dan
sistematis dengan jangka waktu yang relatif singkat untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan peserta pelatihan yang sifatnya praktis guna mencapai tujuan
tertentu.
b. Langkah dalam Pengelolaan Pelatihan
Berikut sepuluh langkah pengelolaan pelatihan menurut Sudjana (1996) dalam
Kamil (2012) :
1. Rekrutmen peserta pelatihan
Rekrutmen peserta dapat menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan
langkah selanjutnya dalam pelatihan. Dalam rekrutmen ini penyelenggara
menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta terutama
yang berhubungan dengan karakteristik peserta yang bisa mengikuti pelatihan.
2. Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan
Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan mencari, menemukan, mencatat,
dan mengolah data tentang kebutuhan belajar yang diinginkan atau diharapkan
oleh peserta pelatihan atau oleh organisasi.
3. Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan
Tujuan pelatihan secara umum berisi hal-hal yang harus dicapai oleh pelatihan.
Tujuan umum itu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Untuk
memudahkan penyelenggara, perumusan tujuan harus dirumuskan secara
konkret dan jelas tentang apa yang harus dicapai dengan pelatihan tersebut.
4. Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir
Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui “entry behavioral level” peserta
pelatihan. Selain agar penentuan metode dan metode pembelajaran dapat
dilakukan dengan tepat, pebelususran ini juga dimaksudkan untuk
mengelompokkan dan menempatkan peserta pelatihan secara proporsional.
Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengukur tingkat penerimaan materi oleh
peserta pelatihan. Selain itu juga untuk mengetahui matero-materi yang perlu
diperdalam dan diperbaiki.
5. Menyusun Urutan Kegiatan Pelatihan
Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan bahan belajar, memilih
dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta menentukan media
yang akan digunakan. Urutan yang harus disusun disini adalah seluruh
rangkaian aktivitas mulai dari pembukaan sampai penutupan. Dalam
menyusun urutan kegiatan ini faktor-faktor yang harus diperhatikan antara
lain: peserta pelatihan, sumber belajar, waktu, fasilitas yang tersedia, bentuk
pelatihan, dan bahan pelatihan.
6. Pelatihan untuk pelatih
Pelatih harus memahami program pelatihan secara menyeluruh. Urutan
kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang digunakan, dan media
yang dipakai hendakhnya dipahami betul oleh seorang pelatih. Selain itu
pelatih juga harus memahami karakteristik dari masing-masing peserta
pelatihan. Oleh karena itu orientasi untuk pelatih sangat penting untuk
dilakukan.
7. Melaksanakan evaluasi awal bagi peserta
Evaluasi awal yang biasanya dilakukan dengan pretest dapat dilakukan secara
lisan maupun tulisan.
8. Mengimplementasikan pelatihan
Tahap ini merupakan kegiatan inti dari pelatihan yaitu proses interaksi
edukatif antara sumber belajar dengan warga belajar dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam proses ini terjadi berbagai dinamika yang
semuanya harus diarahkan untuk efektifitas pelatihan. Seluruh kemampuan
dan seluruh komponen harus disatukan agar proses pelatihan menghasilkan
output yang optimal.
9. Evaluasi akhir
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar. Dengan kegiatan
ini diharapkan diketahui daya serap dan penerimaan peserta pelatihan terhadap
berbagai materi yang telah disampaikan. Dengan begitu penyelenggara dapat
menentukan langkah tindak lanjut yang harus dilakukan.
10. Evaluasi program pelatihan
Evaluasi program pelatihan merupakan kegiatan untuk menilai seluruh
kegiatan pelatian dari awal sampai akhir dan hasilnya menjadi masukan bagi
pengembangan pelatihan selanjutnya. Dengan kegiatan ini selain diketahui
faktorfaktor sempurna yang harus dipertahankan, juga diharpkan diketahui
pula titik-titik kelemahan pada setiap komponen, setiap langkah dan setiap
dilaksanakan. Dengan demikian diperoleh gambaran yang menyeluruh dan
objektif dari kegiatan yang sudah dilakukan.
B. KONSEP DEMONTRASI
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode panyajian pelajaran dengan memeragakan
dan menunjukkan kepada siswa tetang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Terlepas dari metode penyajian tidak terlepas
dari penjelasan guru. Walau dalam metode demonstrasi siswa haya sekedar
memperhatikan.

Menurut Drajat metode demonstrasi merupakan metode yang menggunakan


peragaan untuk memperjelas atau pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada peserta lain. Demonstrasi merupakan metode pembelajaran
yang efektif, karena peserta didik dapat mengetahui secara langsung penerapan materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Metode pembelajaran demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan


meragakan dan memeprtunjukkan suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang
dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain di depan seluruh siswa.

b. Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi


Metode demonstrasi dapat dilaksanakan :
1. Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan kerja.
2. Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, pertunjukan sederhana
untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan
prosedur melaksakan suatu kegiatan.
3. Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan
penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan
suatu prosedur maupun dasar teorinya.
4. Pengajar bermaksud menunjukan suatu standar penapilan
5. Untuk menumbuh motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita
laksanakan.
6. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
kegiatan hanya dengan endengarkan ceramah atau membaca di dalam buku,
karena siswa memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan.
7. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa daapt
dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi
C. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
a. Pengertian PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman
belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan
gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan caracara hidup sehat
dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat
(Depkes RI, 2006).

Yang dimaksud dengan tatanan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
yaitu :

1. Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,


berinteraksi dan lain-lain.
2. Ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana
kesehatan dan tempat umum.
3. Pembinaan PHBS itu sendiri dilakukan melalui pendekatan tatanan, dikarenakan
setiap orang ada dan hidup dalam tatanannya. Memantau, mengukur dan menilai
tingkat kemajuan tatanan lebih mudah dibandingkan dengan perorangan.
PHBS di sekolah adalah perilaku yang di praktikkan peserta didik (siswa),
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran mampu mencegah penyakit secara mandiri, meningkatkan
kesehatannya, dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Pada
KomunitaS Adat Terpencil sendiri telah tersedia Sekolah Alam tempat anak-anak
menuntut ilmu serta mendapat pembelajaran mengenai bagaimana pentingnya
memperhatikan kebersihan tangan ketika hendak ataupun sesudah melakukan
aktivitas sehari-hari. Adapun salah satu indikator PHBS di institusi
pendidikan/sekolah meliputi (Anik, 2013):

 Memelihara kebersihan tangan dan kuku dengan mencuci tangan menggunakan


sabun pada air mengalir dan rutin memotong kuku.
Memelihara kebersihan tangan dan kuku dengan mencuci tangan merupakan
langkah yang baik untuk mencegah penyebaran penyakit. Tangan merupakan
salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti gangguan usus dan
pencernaan (diare dan muntah) dan berbagai penyakit lainnya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan selain perilaku mencuci tangan adalah kebersihan kuku yang
dilakukan dengan secara rutin memotong kuku. Pemeliharaan kebersihan kuku
adalah untuk mencegah penularan infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah.

Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk
saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi
melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang
lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku
sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratinprotein yang kaya
akan sulfur.

Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang


memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan.
Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena
kandungan airnya sangat sedikit. Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu
minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari
kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik
sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan gizi atau
menderita anoreksianervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan rapuh. Ciri-
ciri kuku yang terawat dengan baik antara lain:

a. Kuku tumbuh dengan baik


b. Kuku kuat
c. Kuku bersih
d. Kuku halus
D. SUKU ANAK DALAM
Berbicara suku, tidak terlepas dari gambaran tempat tinggal masyarakat yang berada
di hutan terpencil, bermata pencaharian sebagai petani ladang berpindah, berburu dan
meramu, serta adanya perasaan asing terhadap ilmu dan teknologi yang sudah
berkembang di sekitar mereka. Keadaan tersebut dikarenakan mereka belum banyak
tersentuh atau berinteraksi dengan masyarakat di luar kelompoknya. Di propinsi Jambi
terdapat berbagai macam suku-suku, salah satunya yang masih tergolong primitif adalah
Suku Anak Dalam yang terletak di Air Hitam. Suku Anak Dalam pada dasarnya
bertempat tinggal di dalam hutan namun pemerintah Jambi telah membuatkan
perkampungan khusus Suku Anak Dalam dengan alasan untuk menjaga kelestarian
hutan. Suku Anak Dalam termasuk suku primitif yang mengasingkan diri untuk hidup
berinteraksi di dalam hutan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tekandung di
dalamnya. Suku Anak Dalam sendiri mempunyai beberapa panggilan di antaranya Suku
Anak Dalam,Kubu, Orang Rimba dan Sanak (Syadiah, 2003).

Suku Anak Dalam hidup tersebar di daerah perbatasan propinsi Jambi dengan
Sumatera Selatan, dan sebagian lagi tersebar di perbatasan Jambi dengan Riau.
Masyarakat ini selalu berpindah-pindah di lingkungan hutan, sehingga dianggap sebagai
masyarakat yang masih “terasing” secara budaya dan perhubungan. Pada masa sekarang
sebagian kecil sudah ada yang menetap dan mulai bercocok tanam seperti masyarakat
tetangganya.Walaupun sudah ada yang menetap dan mulai belajar bertani, namun mata
pencarian utama penduduk masih sebagai peramu hasil hutan, pemburu dan penangkap
ikan tetap mereka jalankan. Sebagian dari yang sudah menetap ada yang bekerja sebagai
penebang kayu, atau penakik getah di perkebunan penduduk lain. Masyarakat tetangga
sebagian besar adalah para pendatang atau transmigran dari pulau Jawa walaupun
sebagian juga asli dari orang-orang melayu Jambi (Hidayah,1996).

Suku Anak Dalam atau disebut juga dengan Orang Rimba memiliki sejarah yang
penuh misteri, bahkan hingga kini tak ada yang bisa memastikan asal usul mereka.
Hanya beberapa teori, dan cerita dari mulut ke mulut para keturunan yang bisa
mengungkap sedikit sejarah mereka. Suku Anak Dalam yang berada di Bukit Duabelas
Jambi memiliki hukum adat sendiri ataupun tradisi yang melekat dalam diri mereka yang
merupakan acuan ataupun pedoman hidup mereka.

Prilaku Suku Anak Dalam yang cenderung primitif disebabkan oleh faktor lingkungan
tempat tinggal mereka di dalam hutan sehingga tidak mengenal peradaban di luar hutan.
Dalam perkembangannya, Suku Anak Dalam menjadi perhatian serius pemerintah
provinsi Jambi. Sebagian keluarga dari Suku Anak Dalam telah ditempatkan dalam
permukiman sendiri di sekitar pinggiran hutan Taman Nasional Bukit Duabelas. Suku
Anak Dalam tergolong bukan suku yang defensif yang suka berperang mempertahankan
tanah wilayahnya. Masyarakat Suku Anak Dalam lebih suka menjauh dan hidup
berpindah-pindah dari daerah satu dengan daerah yang lainnya.
Suku Anak Dalam ini sangat menarik untuk diteliti mengingat tradisi-tradisi mereka
yang tergolong menggunakan cara-cara kuno, serta kebudayaan-kebudayaan yang masih
jauh dari kata modern. Sehingga pola-pola ritualitas mereka masih terjamin keasliannya.
Begitupun dengan sistem kepercayaan Suku Anak Dalam, walaupun sebagian kecil telah
memeluk Islam dan Kristen. Banyak sekali tradisi-tradisi Suku Anak Dalam yang belum
terungkap sesuai dengan asal usul mereka yang masih misteri. Masyarakat Suku Anak
Dalam sangat menjaga adat istiadat yangtelah lama ada serta turun temurun.Ruang
lingkup yang ada pada sistem kepercayaan ini terletak pada konsep tradisi serta sistem
kepercayaannya sendiri. Pada dasarnya Suku Anak Dalam mempunyai pola interaksi
yang sangat baik terhadap masyarakat pendatang. Sistem kepercayaan Suku Anak Dalam
mempunyai ruang lingkup yang sangat terbatas. Dikarenakan hanya sebagai wujud
kepercayaan suatu kelompok saja, serta tradisi-tradisi yang di bangun masihlah sangat
terjaga.

E. Kerangka Konsep
Perubahan perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni faktor predisposisi,
faktor pemungkin dan faktor penguat ( Lawrance Green 1980, Notoatmodjo 2012).
Dan diadopsi dalam penelitian ini, menjadi :

F. Faktor Predisposisi
G. Pengetahuan
 Sikap
 Persepsi

Faktor Pendukung
 Ketersedian Gunting Perilaku Memotong
Kuku Kuku

Faktor Pendorong
 Media promosi
kesehatan (poster)
H.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan metode demonstrasi, simulasi perilaku
hidup bersih dan sehat dalam berbagai kasus dalam penerapan PHBS di Suku Anak
Dalam. Beriku
1. Demonstrasi
Sasaran akan melihat demonstrasi dengan menggunakan alat dan bahan
untuk menjaga kebersihan kuku dengan benar serta menjaga kesehatan
agar anak –anak tidak terinfeksi penyakit terutama penyakit pencernaan.,
serta melihat prosedur langkah-langkah nya. Tujuannya adalah untuk
membuat kuku- kuku masyarakat anak dalam keadaan bersih dan rapi,
agar sasaran mampu memahami prosedur tersebut sehingga dapat
diterapkan.
2. Simulasi
Setelah mendapatkan kajian materi dan melihat demonstrasi, sasaran
akan dibagi dalam kelompok kecil untuk mempraktikkan metode tersebut
dalam satu kali pertemuan untuk membuat skenario kemudian berlatih
sosialiasasi untuk mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan
dari tahap ini adalah agar sasaran mampu menerapkan langkah- langkah
potong kuku yang benar. Agar kegiatan lebih terarah, maka akan
dilaksanakan monitoring dan evaluasi pada praktik tersebut.
B. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi pemberdayaan dilaksanakan di Desa Pelakar Jaya Kecamatan


Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Penelitian ini dilakukan oleh
Mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi pada bulan Maret
2020.
C. POPULASI
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh masyarakat komunitas adat terpencil
suku anak dalam di Desa Pelakar Jaya Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin Provinsi Jambi.
D. SAMPEL
Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purpose sampling. Teknik ini
memberikan penilaian terhadap siapa yang sebaiknya berpartisipasi didalam sebuah
penelitian yaitu pada anak-anak yang ada di Desa Pelakar Jaya Kecamatan Pamenang
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
E. PELAKSANAAN PROGRAM

Pelaksanaan demonstrasi ini dilkukan menggunakan media berupa poster,


yang diperlihatkan kepada anak-anak KAT dan juga praktek secara langsung
bagaimana cara memotong kuku yang baik dan benar yang bertujuan untuk membuat
kuku- kuku masyarakat anak dalam keadaan bersih dan rapi, agar sasaran mampu
memahami prosedur tersebut sehingga dapat diterapkan.

F. PANDUAN KEGIATAN MEDIA KREATIF DENGAN ALAT PERAGA


POTONG KUKU
Alat yang perlu dipersiapkan:
a. Gunting Kuku, berupa jepitan kuku
Bahan yang digunakan:
a. Kertas
b. Sabun
c. Air bersih
d. Kain lap / Tisu basah
Langkah –langkah kegiatan memotong kuku :
1. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu
a.).Gunting kuku berupa jepitan kuku. b). Sabun. c). Air bersih d). Kain lap/
tisu.
2. Setelah alat dan bahan tersedia, kemudian mengajak anak-anak untuk
berkumpul sebagai sasaran dalam pelaksaan cara memotong kuku yang baik
dan benar.

3. Sharing dan edukasi yang dilakukan anggota kelompok kepada anak-anak


tentang pentingnya kebersihan kuku-kuku dan cara memotong kuku yang baik
dan benar dengan langkah – langkah memotong kuku menurut Rahayu, SS
(2011:12) diantaranya:
a. Mencuci tangan dengan air bersih yang sudah disiapkan dan mengeringkan
tangan dengan kain lap/tisu.
b. Memegang jepitan kuku dengan posisi ibu jari pada bagian atas jepitan dan
telunjuk beserta jari tengah dibagian bawah jepitan.
c. Memasukkan jepitan pada bagian kuku yang panjang.
d. Menekan jepitan supaya kuku yang panjang bias terpotong.
e. Merapikan hasil potongan supaya kuku kelihatan rapi dan bersih

4. Praktek langsung memotong kuku bersama - sama .


DAFTAR PUSTAKA

Anik, Mryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di


Daerah melalui Dana Dekon. 2006. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI

Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002. Masalah dan Penanganan Anak yang
Membutuhkan Perlindungan Khusus. Jakarta : Depsos RI
Gunarsa, S. D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta : Libri; 2012
Hidayah , Zulyani. 1996. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jakarta:LP3ES.
Kamil,M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Alfabeta.

Kamil,M. 2012. Model Pendidikan dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.

Mentari Artika, dkk. 2017. Hubungan Kebiasaan Mencuci tangan dan Memotong Kuku dengan
Kejadian Giardiasis Asimtomatik. Jurnal Kesehatan Andalas; 6(1) : 70 - 75

M. Ridwan dan Oka Lesmana.2018. Model Pemberdayaan Suku Anak Dalam Bidang Kesehatan
Di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari. Jurnal Kesmas Jambi; 2(2) : 97-103

Sastraadieporo,Kommaruddin. 2006. Strategi Pembangunan Sumber Daya Berbasis Pendidikan


dan Kebudayaan. Bandung. Kappa Sigma

Notoatmodjo, S. 2012. Metedeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Anitah dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka.

Sri Rahayu, Silviani, Perawatan Kuku. Diunduh di http://www.ummi.online.com/ tanggal


10 Feruari 2020

Sudjhana. 2007. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.

Sa’diyah, Halimah. 2003. “Pengaruh Islam Dalam Perubahan Kebudayaan Suku Kubu di Desa
Bukit Beringin, Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi,” Skripsi Fakultas
Adab IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
LAMPIRAN
i. Desain Poster

ii. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai