Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Serang
Bangunan gedung Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 1) catatan • Tempat kedudukan bg adalah tanah dan/atau air; bg di atas pohon tidak disebut sbg bg • Bg harus menyatu dengan tempat kedudukannya (tanah dan/atau air) Lapak/tenda di pasar, kios, caravan, dll. bukan termasuk bg. Contoh bangunan gedung Contoh bangunan hunian bukan gedung Bangunan bukan gedung
Bangunan bukan gedung adalah suatu
perwujudan fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang tidak digunakan untuk tempat hunian atau tempat tinggal. 2) Bangunan bukan gedung adalah prasarana bg Bangunan bukan gedung dalam lingkup penataan bangunan adalah prasarana bg Contoh bangunan bukan gedung (prasarana bg) No. Jenis Contoh 1. Konstruksi pembatas/ Pagar, tanggul, tpt penahan/pengaman 2. Konstruksi penanda masuk lokasi Gapura, gerbang
3. Konstruksi perkerasan Jalan, lapangan olah raga
terbuka, area parkir 4. Konstruksi penghubung Jembatan, gorong2 5. Konstruksi kolam Kolam renang, reservoir 6. Konstruksi menara Antena, menara air 7. Konstruksi monumen Tugu, patung 8. Konstruksi instalasi Instalasi listrik, ins.limbah 9. Konstruksi reklame Building sign, papan iklan Penyelenggaraan bangunan gedung Penyelenggaraan bangunan gedung adalah rangkaian kegiatan pembangunan gedung yang meliputi 3 tahap: I. Tahap pra (sebelum) konstruksi, dimulai dari proses penyusunan anggaran hingga perencanaan teknis II. Tahap konstruksi yaitu pelaksanaan dan pengawasan konstruksi, III. Tahap pasca konstruksi yaitu kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung Penyelenggara bangunan gedung
Penyelenggara bangunan gedung adalah
pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi bangunan gedung, dan pengguna bangunan gedung Pemilik bangunan gedung
Pemilik bangunan gedung adalah orang,
badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung. Pengguna bangunan gedung Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan. Penyedia jasa konstruksi Penyedia jasa konstruksi bangunan gedung adalah orang perorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi bidang bangunan gedung, meliputi perencana teknis, pelaksana konstruksi, pengawas/manajemen konstruksi, termasuk pengkaji teknis bangunan gedung dan penyedia jasa konstruksi lainnya. A. Fungsi bangunan gedung Fungsi bangunan gedung meliputi : • fungsi hunian; • fungsi keagamaan; • fungsi usaha; • fungsi sosial dan budaya, serta • fungsi khusus. • fungsi campuran B. Klasifikasi bangunan gedung
Klasifikasi bangunan gedung didasarkan
pada: • tingkat kompleksitas; • tingkat permanensi; • tingkat risiko kebakaran; • zonasi gempa; • lokasi, ketinggian, dan/atau kepemilikan. B.1. Tingkat kompleksitas bg
Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan
tingkat kompleksitas meliputi: B.1.1. bangunan gedung sederhana; B.1.2. bangunan gedung tidak sederhana, dan B.1.3. bangunan gedung khusus B.1.1. Bangunan gedung sederhana
Ciri bangunan gedung sederhana adalah :
• karakter sederhana; • memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana ; • bangunan gedung yang sudah ada disain prototipnya; • bangunan dg jumlah lantainya maksimal 2 (dua) lantai; • luas lantai maksimal 500m2 Contoh bangunan sederhana
Termasuk bangunan gedung sederhana,
adalah: • Bangunan dg jumlah lantainya s.d. 2 (dua) lantai ; • Bangunan dg luas lantai maksimal 500m2; • Bangunan rumah tidak bertingkat, dengan luas s.d. 70 m2; • Bangunan gedung pelayanan kesehatan, seperti puskesmas; • Bangunan gedung pendidikan tingkat dasar s.d. lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 (dua) lantai • Bangunan gedung pendidikan tingkat dasar s.d. lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 (dua) lantai B.1.2. Bangunan gedung tidak sederhana Klasifikasi bangunan gedung tidak sederhana adalah bangunan gedung dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana Termasuk klasifikasi tidak sederhana, antara lain: • Bangunan gedung yang belum ada disain prototipnya dan/atau yang jumlah lantainya di atas 2 (dua) lantai dengan luas di atas 500 m2; • Bangunan rumah tidak bertingkat, dengan luas di atas 70 m2; • Bangunan gedung pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit klas A, B, dan C; • Bangunan gedung pendidikan tingkat dasar s.d. lanjutan dengan jumlah lantai di atas 2 (dua) lantai atau bangunan gedung pendidikan tinggi. Tingkat kompleksitas bg Bangunan khusus • Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Termasuk klasifikasi bangunan gedung khusus, antara lain: a. Istana negara atau rumah jabatan presiden/wakil presiden; b. Wisma negara; c. Bangunan gedung instalasi nuklir; d. Bangunan gedung laboratorium; e. Bangunan gedung terminal udara/laut/darat; f. Stasiun kereta api; g. Stadion olah raga; h. Rumah tahanan dan lembaga pemasarakatan (lapas); i. Gudang penyimpan bahan berbahaya; j. Bangunan gedung monumental; k. Bangunan gedung fungsi pertahanan; atau l. Bangunan gedung kantor perwakilan negara R.I di luar negeri. Fungsi dan klasifikasi bg harus sesuai dengan tata ruang • Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL; • Fungsi dan klasifikasi bg bisa berubah melalui revisi/proses baru IMB sepanjang tidak bertentangan dg tata ruang; Intensitas bangunan gedung
Intensitas bangunan gedung terdiri dari
kepadatan dan ketinggian bangunan gedung Kepadatan bangunan
Kepadatan bangunan meliputi ketentuan
tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang, dan renggang. Ketinggian bangunan
meliputi ketentuan tentang Jumlah Lantai
Bangunan (JLB), dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang dibedakan dalam tingkatan KLB tinggi, sedang, dan rendah. Penetapan besarnya kepadatan dan ketinggian bangunan gedung harus sesuai dengan tata ruang Perhitungan KDB dan KLB
• Perhitungan luas lantai bangunan adalah
jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas dinding terluar; • Luas lantai ruangan beratap yang sisi- sisinya dibatasi oleh dinding yang tingginya lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh 100 %; Perhitungan KDB dan KLB
• Luas lantai ruangan beratap yang
bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan; Perhitungan KDB dan KLB
• Overstek atap yang melebihi lebar
1,50m maka luas mendatar kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas lantai denah; Perhitungan KDB dan KLB
• Teras tidak beratap yang mempunyai
tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai ; Perhitungan KDB dan KLB
• Luas lantai bangunan yang
diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB ; Perhitungan KDB dan KLB
• Ram dan tangga terbuka dihitung 50
%, selama tidak melebihi 10 % dari luas lantai dasar yang diperkenankan; Perhitungan KDB dan KLB
• Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas
tapak yang diperhitungkan adalah yang di belakang garis sempadan ; Perhitungan KDB dan KLB
• Dalam perhitungan ketinggian
bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebut dianggap sebagai dua lantai; Perhitungan KDB dan KLB
• Dalam perhitungan ketinggian
bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebut dianggap sebagai dua lantai; Perhitungan KDB dan KLB
• Mezanin yang luasnya melebihi 50 %
dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh. Garis sempadan bangunan
• Garis sempadan bangunan adalah
batas terdekat yg dihitung dari tepi jalan, tepi sungai/irigasi, kawat konduktor listrik tegangan tinggi dan menaranya, tepi pantai dimana suatu bangunan hunian tidak diperkenankan melebihi batas tersebut. Garis sempadan bangunan
• Garis sempadan bangunan diatur
dengan Peraturan Daerah Kota Serang Tentang Garis Sempadan. Tinggi Pagar • Tinggi pagar depan rumah tinggal maksimal 1,5 meter dari atas permukaan tanahnya; • Tinggi pagar depan bangunan industri maksimal 2 meter dari atas permukaan tanahnya; • Tinggi bagian kedap pandang pagar maksimal 1m; Tinggi Pagar
• Tinggi pagar samping dan belakang
rumah tinggal maksimal 3 meter dari atas permukaan tanahnya dan 7 meter untuk rumah bertingkat; Tinggi lantai dasar • Tinggi lantai dasar suatu bangunan gedung diperkenankan mencapai maksimal 1,20 m di atas tinggi rata- rata tanah pekarangan atau tinggi rata- rata jalan, dengan memperhatikan keserasian lingkungan, kecuali di bawah peil banjir dapat ditentukan sendiri; Pengendalian Dampak Lingkungan
• Setiap kegiatan dalam bangunan
dan/atau lingkungannya yang mengganggu dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sesuai ketentuan yang berlaku; Pengendalian Dampak Lingkungan
• Setiap kegiatan dalam bangunan dan/atau
lingkungannya yang menimbulkan dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan yang berlaku ; Keandalan bangunan
• Setiap bangunan harus memiliki
struktur yang dapat diandalkan, dan khusus untuk bangunan tidak sederhana diwajibkan dibuat kajian strukturnya Keselamatan bangunan
• Setiap bangunan gedung, kecuali
rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus mempunyai sistem proteksi pasif dan aktif terhadap bahaya kebakaran; Keselamatan bangunan
• Setiap bangunan gedung, kecuali
rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus mempunyai sistem penangkal petir; Kesehatan Bangunan
• Persyaratan kesehatan bangunan
gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung Kenyamanan Bangunan
• Persyaratan Kenyamanan Terhadap
Tingkat Getaran dan Kebisingan • Persyaratan kenyamanan terhadap hubungan antar ruang • Persyaratan kecukupan ruang gerak Kemudahan bangunan • Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan dalam bangunan gedung, signage, jalur evakuasi, serta kelengkapan fasilitas prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung termasuk sarana parkir dan fasilitas bagi kaum disable. Kemudahan bangunan
• Persyaratan kemudahan meliputi
kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan fasilitas prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung termasuk bagi kaum disable. Penilik Bangunan (Building Inspector) • Penilik Bangunan (Building Inspector) adalah orang perseorangan yang memiliki kompetensi, yang diberi tugas oleh pemerintah untuk melakukan inspeksi terhadap pelaksanaan dan pemanfaatan Bangunan Gedung agar sesuai dengan persyaratan Bangunan Gedung. Penilik Bangunan (Building Inspector) • Penilik Bangunan (Building Inspector) bisa terdiri dari PNS maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja Tata Kelola Penilik Bangunan
(1) Kepala dinas yang menangani sub-urusan
Bangunan Gedung bertindak sebagai penanggung jawab pelaksana pengelolaan penilik bangunan. (2) Kepala dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugaskan unit kerja di bawahnya sebagai pelaksana pengelolaan penilik bangunan. Tata Kelola Penilik Bangunan (3) Pelaksana pengelolaan penilik bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan unit yang memiliki tugas: a. mengelola operasional penilik bangunan; b. memfasilitasi pelaksanaan tugas penilik bangunan; c. memfasilitasi pembinaan terhadap penilik bangunan; d. mengelola pembiayaan penilik bangunan; dan e. melakukan pengawasan terhadap kinerja pelaksanaan tugas penilik bangunan. • Pengelolaan operasional penilik bangunan sebagaimana dimaksud alam ayat (3) huruf a paling sedikit meliputi: a. mengidentifikasi pengelompokan bangunan gedung; b. menentukan objek sasaran penilikan bangunan; c. menyiapkan surat penugasan anggota penilik bangunan; d. menerima dan menindaklanjuti laporan hasil pelaksanaan tugas penilik bangunan; dan e. menyiapkan tata surat-menyurat dan administrasi. • Penentuan objek sasaran penilikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan berdasarkan ketentuan: a. laporan indikasi pelanggaran yang ditemukan oleh penilik bangunan; b. indikasi pelanggaran yang diterima melalui pengaduan masyarakat; c. jumlah objek sasaran penilikan bangunan pada masa konstruksi paling sedikit 40 (empat puluh) bangunan gedung per tahun bagi setiap penilik bangunan; dan d. jumlah objek sasaran penilikan bangunan pada masa pemanfaatan paling sedikit 10 (sepuluh) bangunan gedung per tahun bagi setiap penilik bangunan. • Untuk pemenuhan jumlah objek sasaran penilikan bangunan gedung, pelaksana pengelolaan penilik bangunan harus meminta data penerbitan IMB dari dinas yang menangani perizinan Pembiayaan Penilik Bangunan
Pembiayaan Penilik Bangunan meliputi:
a. biaya operasional, • operasional penilik bangunan; • pengadaan peralatan; dan • pengadaan alat tulis kantor. b. honorarium. Pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi Pemanfaatan BG a. kewajiban pemilik Bangunan Gedung dalam pemeliharaan, perawatan, dan pengoperasian Bangunan Gedung untuk mempertahankan persyaratan keandalan Bangunan Gedung; b. pemeriksaan berkala Bangunan Gedung; dan c. proses SLF. Pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi Pemanfaatan BG A. Laporan hasil pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi memuat, paling sedikit: a. hasil temuan ketidaksesuaian pemanfaatan Bangunan Gedung; b. foto yang diambil pada saat kunjungan di lokasi bangunan gedung; c. hasil pengukuran; dan d. hasil pengujian.