Anda di halaman 1dari 36

PROPERTI MATERIAL

AGREGAT

MARIA HARDINA WEA

1606950560

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA - DEPOK

2017

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam pembutan beton, temtu sangat membtuhkan Agregat. Agregat merupakan sekumpulan
butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun
buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat pada umumnya berupa material granular, seperti
pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau dapat pula sebagai bahan pengkerasan
jalan.

Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil,
pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen.

Agregat merupakan bahan susun campuran beraspal maupun beton, sehingga


pendalaman pengetahuan perihal agregat sangat penting untuk membantu penguasaan
metode perancangan rumus campuran kerja maupun perancangan campuran beton yang
akan dikerjakan di lapangan.
Ada beberapa peranan dari agregat itu sendiri antara lain agregat dapat menghemat
penggunaan semen Portland, Jika dicampur dengan bahan pengikat yang lain dapat
menghasilkan kekuatan yang besar pada beton, Mengurangi susut pengkerasan beton,
Mempengaruhi kualitas perkerasan jalan yang ditentukan dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material, Mengontrol workability pada adukan beton, Dengan
gradasi yang baik akan diperoleh sifat beton yang mudah untuk dibentuk atau didesign.
oleh karena itu, sangat penting untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai agregat.

B. Rumusan Masalah
berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan, maka dapat ditarik beberapa hal yang
akan menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini.
1. Bagaimana cara membedakan jenis – jenis agregat?
2. Bagaimana cara Pengombinasian Agregat, pengambilan agregat? Standardisasi agregat
dalam pembuatan beton?

2
3. Bagaimana cara pengolahan dan penyimpanan agregat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. sebagai Tugas akhir sebelum mengikuti UAS mata kuliah Properti dan Material.
2. Untuk menjawab beberapa permasalahan yang telah dirumuskan dalam Rumusan
masalah.
D. Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang penggunaan agregat
sehingga kita dapat membuat beton ataupun aspal yang punya kualitas baik, serta berguna bagi
pembelajaran Properti Material kedepannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jenis-Jenis Agregat
Agregat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber, berat, bentuk,
ukuran butir, dan asal kejadiannya yaitu sebagai berikut :
 Berdasarkan sumber : Agregat Alam dan Agregat Buatan
 Berdasarkan berat : Agregat ringan, Agregat normal, Agregat berat
 Berdasarkan bentuk : Bulat, Bersudut, Pipih, Lonjong
 Berdasarkan ukuran butir : Agregat halus, Agregat Kasar, Batu
 Berdasarkan asal kejadiannnya : Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan Metamorfik

o Gradasi Umum

Gradasi (pembagian/butir, grading) adalah distribusi ukuran butir agregat. Agregat


diayak menurut ayakan standar, kemudian disusun dari ayakan terbesar di bagian paling atas.
Setelah digetarkan cukup lama, berat agregat yang tertahan pada setiap ayakan dicatat,
dihitung persentasenya. Presentase Kumulatif Tertahan dan Presentase Kumulatif Lolos
kemudian dihitung.

Kurva gradasi agregat dapat dibuat menggunakan hasil dari analisis ayakan/saringan.
Kurva gradasi digambarkan pada skala semilog, yaitu dengan “ukuran ayakan” pada absis
berskala log dan “% berat yang melalui ayakan” pada ordinat berskala linier.

Gradasi ideal adalah gradasi yang tersusun sepadat mungkin, dengan rongga udara
mendekati nol. Kemudian pada tahun 1907 Fuller dan Thompson membuat rumus “kurva
gradasi ideal” sebagai berikut:

𝒅 𝟏/𝟐
Pt = ( )
𝑫

Keterangan: Pt = rasio total butir yang lebih halus dari diameter d

4
D = diameter terbesar

Rumus ini kemudian digeneralisasi dengan mengubah angka 1/2 menjadi q, yang
bernilai antara 0 dan 1. Hubungan ini berbentuk parabolis. Asumsinya bahwa gradasi yang
semakin padat (udara minimum memerlukan semen yang minimum) akan menghasilkan beton
yang lebih baik dan lebih ekonomis. Namun dalam praktik ternyata kurva parabolis ini tidak
berlaku. Rongga udara akan minimal bila diameter butir kecil, sementara yang terlalu kecil
tidaklah praktis.

Untuk mudahnya gradasi dinyatakan dengan suatu angka , yaitu Modulus Kehalusan
(Fineness Modulus - FM). Modulus kehalusan adalah suatu angka yang secara kasar
menggambarkan rata-rata ukuran butir agregat.

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒌𝒖𝒎𝒖𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇 % 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓


𝑭𝑴 =
𝟏𝟎𝟎

Perlu diperhatikan bahwa untuk perhitungan FM, hanya kumulatif tertahan pada
ayakan ukuran standar yang diperhitungkan.

o Gradasi Senjang (Gap Grading)

Gradasi senjang (Gap Grading) adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang
ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan. Apabila 3 butir agregat
berdiameter sama disusun, maka ukuran butir yang selanjutnya dibutuhkan adalah sekecil
lubang yang ada. Jika perbedaannya cukup jauh ada ukuran yang dilompati inilah yang disebut
gap grading.

Beton dengan agregat yang gap grading dapat digunakan akan tetapi ada banyak
kelemahannya karena beton cenderung memisahkan butir halus yang sedikit. Dalam praktik
pun, agregat yang tidak berdempetan yang tidak mungkin dikerjakan. Perlu menggunakan
mortar sebagai pelumas yang membungkus agregat yang lebih besar.

5
Untuk mendapatkan penyebaran gradasi yang baik, dapat dilakukan pencampuran
dengan agregat bergradasi seragam pada ukuran butir yang tidak dimiliki agregat bergradasi
sela, sehingga diperoleh campuran bergradasi menerus yang baik. Jadi, gradasi senjang dapat
dilakukan hanya jika pengecoran dapat diatur sebaik mungkin seperti pada beton pracetak
(karena dilakukan di pabrik, bisa dikontrol dengan lebih teliti), terutama pada pembuatan
balok praktekan.

o Gradasi Agregat Halus dan Kasar

Gradasi agregat halus sangat penting peranannya dalam suatu konstruksi yang
berkualitas karena berpengaruh terhadap sifat beton. Gradasi agregat halus menurut BS dan
SK.SNI T-15-1990-03. Kekerasan pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona :

1. Zona/Daerah 1 : Pasir Kasar


2. Zona/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar
3. Zona/Daerah 3 : Pasir Agak Halus
4. Zona/Daerah 4 : Pasir Halus

6
Gradasi Agregat Kasar

Makin besar diameter maksimum maka semakin ekonomis. Gradasi agregat kasar
untuk ukuran maksimum tertentu dapat divariasi tanpa berpengaruh besar pada kebutuhan
semen dan air yang baik. Karena variasi sulit diantisipasi, sering lebih ekonomis untuk
mempertahankan keseragaman penanganan daripada menyesuaikan proporsi untuk variasi
gradasi.

o Perbandingan Agregat Halus Terhadap Agregat Kasar

Agregat halus mempunyai syarat tidak boleh mengandung bagian yang polos pada 1
set ayakan lebih besar dari 45% dan tertrahan pada ayakan berikutnya. Agregat halus yang
menembus ayakan berlubang 4.8 mm, 4.75 mm, 5.0 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3
mm, 0.15 mm, 0.075mm. 4

Agregat Kasar

Agregat kasar (kerikil) yang sebaiknya masuk dalam batas 40 mm, 20mm, 12.5 mm, 10 mm,
4.8mm.

o Ukuran Agregat Maksimum

Secara umum dipakai agregat yang maksimum ukurannya karena biasanya yang paling
ekonomis (luas permukaan kecil, ruang kosong kecil, pasta semen yang dibutuhkan juga juga
seedikit), juga susut karena pengeringan dapat dikurangi. Semakin besar partikel semakin
kecil luas permukaan yang harus dibasahi per unit massa (specific surface). Oleh karena itu,
memperlebar rentang gradasi agregat dengan menggunakan ukuran maksimum yang lebih
besar akan memperkecil kebutuhan air campuran. Sehingga untuk tingkat workability tertentu
rasio air-semen dapat dikurangi dan konsenkuensinya kekuatan meningkat. Tetapi walaupun
begitu ada batas ukuran maksimum agregat dimana peningkatan kekuatan akibat berkurangnya
kebutuhan air masih dapat mengimbangi efek negatif yang timbul dengan berkurangnya luas
permukaan letakan dan dengan ada diskontinuitas akibat penggunaan agregat berukuran besar
yang menyebabkan sifat heterogenitas beton menjadi menonjol. Sifat heterogenitas ini
memberi pengaruh negatif terhadap kekuatan beton.

7
o Koreksi

Koreksi untuk undersize dan oversize

Undersize adalah adanya kandungan agregat halus (pasir) dalam agregat kasar,
sedangkat oversize adalah adalah agregat kasar yang ada di dalam agregat halus. Jadi koreksi
digunakan untuk diayak dan kemudian dipecah sampai ke ukuran yang benar, terutama pada
proporsi mix design.

Koreksi untuk membengkaknya pasir

Membengkaknya agregat halus disebabkan oleh lapisan tipis dari air yang menekan
diantara partikel pasir sehingga tumpukan pasir tersebut menembang. Jumlah pengembangan
pasir halus dan pasir kasar yang berbeda, karena pasir halus permukaannya lebih luas daripada
pasir kasar sehingga air yang diserap juga semakin besar. Bila cara pengukuran untuk
pencampuran beton dilakukan dengan perbandigan volume, maka penimbangannya harus
dikoreksi. Besarnya pengembangan tergantung dari kelembaban dan kehalusannya. Pada saat
kelembabannya sudah jenuh, volume pasir akan kembali mengecil karena seluruh rongga antar
partikel terisi oleh air.

o Bentuk Butiran

Test standard yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat ini adalah
ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:

1. Agregat bulat. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaan
kecil. Beton yang dihasilkan oleh agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat
kurang kuat.
2. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur. Rongga udaranya lebih tinggi sekitar
35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan.
Beton yang dihasilkan agregat ini belum cukup baik untuk struktur yang menekankan

8
pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat belum cukup
baik (masih kurang kuat).
3. Agregat bersudut. Rongga udara lebih tinggi sekitar 38-40%. Beton yang dihasilkan
agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi, karena ikatan antara agregat baik. Agregat ini dapat juga digunakan untuk
lapisan perkerasan kaku (rigid pavement).
4. Agregat panjang. Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari lebarnya. Agregat
disebut panjang jika ukuran terbesar lebih 9/5 ukuran rata-rata. Ukuran rata-rata adalah
ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agregat. Agregat ini lebih
cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agregat ini buruk.
5. Agragat pipih. Jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan
tebalnya lebih kecil. Agregat ini tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi.
6. Agregat pipih dan panjang. Yaitu agregat yang mempunyai panjang jauh lebih besar
dari pada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

o Tekstur Permukaan
Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Agregat licin/halus(glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan
permukaan kasar. Agregat /licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air,atau akibat patahnya
batuan (rocks) berbutir halus atau batuan yang berlapi-lapis.
2. Kristalin

9
Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal yang nampakdengan jelas melalui
pemeriksaan visual.
3. Berbutir
Pecahan agregat jenis ini berbntuk bulat dan seragam
4. Berbentuk sarang lubah (honeycombs)
Tampak dengan jelas, pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui pemeriksaan
visual, kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.
5. Kasar
Pecahnya kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar yang mengandung
bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan visual

o Berat Jenis dan Volume Agregat


Berat jenis agregat adalah perbandingan berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara terhadap air pada volume yang sama.Berat jenis (Specipic
Gravity) agregat dikenal:

1. Berat Jenis Curah atau Kering (Bulk Specipic Gravity) adalah perbandingan a
ntara berat agregat kering dan berat air suling yang isinyasama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
2. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD Specipic Gravity)adalah
perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25 oC
3. Berat Jenis Semu (Apparent Specipic Gravity) adalah perbandinganantara
berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama denganisi agregat
dalam keadaan kering pada suhu 25 oC

Berat jenis digunakan untuk menentukan Volume yang diisi oleh agregat. Berat
jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara
langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan
antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat
maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.

10
o Absorbsi dan Kadar Air
1. Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat. Ada 4 jenis
kadar air dalam agregat yaitu:
2. Kadar air kering tungkuyaitu agregat yang benar-benar kering tanpa air
3. Kadar air kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi
mengandung sedikit airdalam porinya sehingga msih dapat menyerap air.
4. Jenuh kering dimana agregat yangpada permukaannya tidak terdapat air tetapi
didalam buirannya sudah jenuh air.Pada kondisis ini air yang terdapat dalam agregat
tidak tidak menambah atau mengurangi jumlah air dalam adukan beton.
5. Kondisi basah yaitu kondisi dimanadi dalam butiran maupun permukaan agregat
banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan penambahan jumlahair pada
adukan beton.

Penyerapan air (Water Absorption), adalah perbandingan berat air yangbdapat diserap
terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen. Daya serap air adalah kemampuan
agregat dalam menyerap air sampai keadaan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah
air yang terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering sampai dengan keadaan
jenuh.Daya serap air berhubungan denganpengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang
dibutuhkan pada beton

o Kekuatan Agregat

Salah satu faktor penting penentuan kekuatan beton ialah agregat itu sendiri selain
semen yang biasa menjadi bahan campuran pada beton Kekuatan agregat akan berpengaruh
pada kekuatan beton, artinya agregat yang lemah tidak akan menghasilkan beton yang kuat
dan untuk membuat beton dengan kekuatan tinggi harus menggunakan agregat yang
kekuatannya tinggi pula. Kekuatan dan elastisitas agregat, tergantung dari : jenis batuan,
susunan mineral, tekstur batuan, atau kristal batuan.

11
Untuk mengukur kekuatan batuan sebagai agregat dipergunakan cara pendekatan
dengan penguji kekuatan tekan batuan sampai hancur dengan bentuk kubus dengan sisi 50mm
atau silinder diameter 25mm atau 50 mm dan tinggi 2 kali diameter benda uji.

Dalam pengujian kekuatan agregat untuk beton ini, terdapat beberapa cara dan istilah yang
dipergunakan oleh beberapa negara. antara lain kekuatan hancur, nilai kekuatan pukul
(impact), dan kekuatan aus, contoh :

a. British standart ( BS – 812 – 1967 ), memakai cara dengan mencari kekuatan hancur (
crushing value ), kekuatan pukul ( impact value ) , ten percent fine value .

b. ASTM Standart C 131 dan C535 , memakai cara uji geseran dengan mesin Los Angels,
dan ketahanan aus dinyatakan dalam persen bagian yang aus dari contoh uji agregat kasar
( cara uji ini dianut oleh Indonesia dengan SNI 03 – 2417 – 1997 ).

c. Di Indonesia, cara pengujian dengan bejana Rudeloff pada agregat kasar. kekuatan
dinyatakan dengan persen hancur yang menembus ayakan 2,0 mm terhadap berat contoh
uji. ( cara uji tercantum dalam SII 0079 – 79 ). Untuk memeriksa permukaan agregat
kasar dapat pula dilakukan dengan cara penggoresan terhadap permukaan agregat dengan
menggunakan batang tembaga / kuningan ( menurut cara ASTM C 235 – 68 atau SII 0053
– 1975 ) dan agregat yang lemah hanya diperbolehkan 5 %.

Untuk agregat halus, dilakukan cara uji pasir dengan percobaan giling dan kekerasanya
dibanding pasir kuarsa di uji dengan cara yang sama. Nilai keamanan pasir dinyatakan dalam
indeks kekerasan. Kekerasan, perbandingan bagian yang aus menembus ayakan 0,30 mm
antara pasir contoh dengan pasir kuarsa ( cara uji tercantum dalam Standar Industri no.
78/SI/1975 ).

o Kekerasan Agregat

Substansi Perusak Agregat

Pada dasarnya banyak hal yang dapat mempengaruhi agregat terutama merusak
kualitas agregat itu sendiri, agar lebih mudah kita memahaminya kami akan membaginya

12
menjadi 2 kelompok bahasan yaitu subtasnsi kimiawi dan fisik. Kelompok fisik berkaitan
dengan kotoran tanah liat, lumpur atu debu halus. Dalam jumlah sedikit, kotoran ini tidak
dapat dihindari namun kotoran yang berlebihan akan melapisi permukaan agregat sehingga
mengurangi lekatan pasta semen. Apalagi jika disertai gumpalan. Jenis ini mudah diketahui
dengan mata telanjang atau dengan cara segenggam air lalu meremasnya . Bila ada sisa
kotoran yang tertinggal pada tangan maka pasir kotor. Kotoran disebabkan kurangnya
penyiraman pada saat pengambilan. Batu pecahan mesin umunya mengandung kotoran yang
lebih sedikit daripada kerikil alam atau batu pecahan tangan. Kadar lumpur (atau butir yang
lebih kecil dari 70 mikron) maksimum 5% untuk agregat halus , 1 % untuk agregat kasar,
munurut SII, gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah diserpihkan maksimum 3%
menurut ASTM.

Kelompok kimiawi terdiri dari kotoran organik, garam dan alkali. Kotoran organik
seperti gula, misalnya akan memperlambat pengikatan. Kotoran seperti humus dan serpihan
kayu akan menyebabkan bercak pada permukaan. Kadar zat organik di uji dengan larutan
natrium sulfat. Bila warnanya lebih tua dari standar maka harus di tolak, menurut ASTM,
krcuali bila warnanya gelap disebabkan adanya arang atau lignit atau bisa dibuktikan dengan
percobaan perbandingan kekuatan mortar. Kekuatan tidak kurang dari 95% terhadap mortar
dengan pasir standar. Arang dan lignit maksimum 0,5 – 1 %, menurut ASTM.

Kotoran yang lain akan mengganggu ketahanan (durability), yaitu menguraikan


kembali (dekomposisi) hasil hidrasi, aatau bereaksi menghasilkan produk yang mengembang.
Kesetabilan kimiawi menandakan bahwa agregat tidak akan bereaksi menghasilkan prosuk
yang mengembang. Kesetabilan kimiawi menandakan bahwa agregat tidak akan bereaksi
secara kimia dengan semen atau akan terpengaruh secara kimia oleh pengaruh luar yang lain.
Kekekalan diuji dengan larutan garam sulfat. Menurut ASTM dan SII bagian yg hancur
maksimum :

Natrium Sulfat Magnesium Sulfat


Agregat halus 10 % 15 %
Agregat Kasar 12 % 18 %

13
Adanya garam akan menyebabkan korosi pada tulangan terutama apabila kualitas
botonynya jelek. Karena itu secara praktis praktis pasirlaut dilarang untuk digunakan sebagai
campuran beton. Ketahanan terhadap pembekuan dan pencarian adalah penting untuk beton
ekspos bila menghadapi 4 musim.

o Sifat Termal

Koefisien muai, kondisi suhu yang berubah-ubah tentu akan mempengaruhi pemuaian
yang terjadi pada agregat penyusun beton. Apabila agregat yang digunakan berbeda-beda,
maka berpotensi terjadinya perbedaan regangan yang mengakibatkan tegangan dalam
tambahan dan dapat menyebabkan pelepasan ikatan antara agregat dan pasta semen.
Sebaiknya dipilih agregat yang memiliki koefisien muai mendekati atau sama dengan
koefisien muai semen. Sifat termal lainnya ialah panas jenis agregat, yang merupakan
pertimbangan untuk pekerjaan khusus seperti pada pembangunan pabrik.

o Kualitas Agregat yang Diharapkan

Kualitas yang diharapkan dari agregat kasar:

a. Kekuatan, Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran
beton karena dapat menahan agregat tersebut dari pergeseran atau perpindahan dan
memberikan tahanan gesek yang kuat sehingga akan meningkatkan keamanan.
b. Bentuk butir, butir-butir bulat atau bersudut umumnya lebih baik daripada yang
berbentuk pipih atau panjang dikarenakan butir-butir bulat ataupun bersudut
menghasilkan tumpukan butir yang yang erat jika dikonsolidasikan, sehingga hanya
membutuhkan pasta semen yang sedikit dengan kemudahan pengerjaan yang sama.
c. Gradasi, gradasi yang baik ialah agregat-agregatnya harus terdistribusi dengan baik.

Kualitas agregat halus haruslah

a. Berbentuk baik, bentuk yang kubikal atau bulat lebih baik daripada yang sangat bulat
atau pipih. Pemakaian pasir hasil penggilingan menambah kekuatan tekan dan lentur
b. Tidak menggunakan pasir laut, dikarenakan dapat menyebabkan korosi pada tulangan

14
c. Tergradasi dengan baik, sehingga mempunyai ruang kosong minimal dan luas
permukaan minimal sehingga pasta semen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
d. Tahan terhadap pengaruh beku-cair.
o Pengombinasian Agregat

Susuan butiran agregat di pasaran kadang tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, dalam
pembuatan adukan beton maka diperlukan pencampuran agregat agar gradasinya sesuai
standard dan menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan baik.

Kemungkinan yang dilakukan untuk memperbaiki gradasi agregat, yaitu menambah fraksi
(bagian) butiran yang kurang, mengurangi jumlah butiran-butiran yang terlalu banyak,
menggabungkan dua atau lebih jenis agregat agar diperoleh gradasi yang memenuhi syarat.

a. Mencampur/menggabungkan Pasir
Gradasi pasir jauh lebih penting dari pada gradasi kerikil, karena mortar (campuran
semen, pasir, dan air) merupakan pelumas adukan beton muda serta menentukan sifat
dan kohesi dari campuran bersangkutan.
b. Menggabungkan Agregat Kasar
Untuk menggabungkan agregat kasar dapat dilakukan seperti menggabungkan pasir,
dengan gradasi standard untuk agregat kasar.
c. Menggabungkan Agregat Kasar dan Agregat Halus
Untuk merancang campuran beton, proporsi optimum harus ditentukan sedemikian
rupa sehingga dengan jumlah air campuran minimum dapat diperoleh suatu campuran
beton yang dapat dikerjakan dengan mudah tanpa memperhatikan segregasi dan
bleeding.
o Pengambilan Agregat

Pengambilan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan, dan
rencana pemanfaatannya.

a. Endapam aagregat kuarter/resen


Pada tipe endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan ini terdapat di sekitar
aluran sungai. Keadaan endapannya masih terlepas sehingga pengambilannya dapat

15
dilakukan dengan alat sederhana seperti sekop dan cangkul maupun menggunakan
showel dan backhoe. Pemilihan besar butir (ukuran pasir dan kerikil) dilakukan secara
semi mekanis menggunakan saringan pasir.
b. Endapan agregat yang telah membentuk formasi
Tipe endapan ini telah tertutup oleh tanah/soil, sehingga sebelum pengambilan perlu
dilakukan land clearing/pembersihan tanah penutup. Endapan agregat ini biasanya
sudah tercampur dengan lumpur dan bahan organik. Untuk mendapatkan agregat yang
bersih, sistem penambangan dilakukan dengan menggunakan pompa tekan/semprot
bertekanan tinggi dan dilakukan pencucian.
c. Produksi agregat dari batu pecah
Agregat ini diproduksi dari bongkahan-bongkahan hasil peledakan (biasanya batuan
andesit dan basalt), lalu dipecah lagi dengan bantuan palu atau crusher untuk
disesuaikan ukurannya dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, pengolahannya
terdiri dari peremukan, pengayakan, dan pengangkutan.

o Pengolahan Agregat

Berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam,


yaitu agregat alam dan agregat buatan.

1. Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan aliran
air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran air sungai berbentuk bulat
dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus (
bersudut) dan permukaannya kasar. Contoh agregat alam yang sering dipergunakan
adalah kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat yang mempunyai diameter lebih dari ¼
inchi (6,35 mm), sedangkan pasir berukuran kurang dari ¼ inchi.

2. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-pabrik
semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler (material yang
berukuran lebih kecil dari 0,075 mm). Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan
breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari
tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze

16
berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang
dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang
mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu
tinggi.

o Penyimpanan Agregat

Agregat dalam penyimpanan tidak ditempatkan dalam bangunan, tetapi dibiarkan


dalam udara terbuka.

Penyimpanan agregat di lapangan harus diberi alas agar tidak bercampur dengan tanah
dan Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan, karena agregat yang
terlalu basah akan sulit untuk menentukan kadar air semennya pada waktu membuat adukan.

Penimbunan agregat harus dilakukan diatas bak-bak berlantai dan tidak boleh melebihi
kapasitas bak serta harus dilakukan pengawasan agregat sejak datang penimbunan sampai
dengan pengambilan kembali.

3. Standardisasi agregat dalam pembuatan beton

Berdasarkan SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton dan beberapa standar yang
sering digunakan, terdapat beberapa syarat dalam penentuan mutu dan pengujian agregat.

Agregat mengisi 60-80% dari volume beton. Oleh karena itu, karakteristik kimia, fisik dan
mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, biaya produksi, dan
lain-lain. Agregat alam dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan
massa batuan induk yang lebih besar.

Sifat agregat yang bergantung dari sifat induknya, antara lain: komposisi kimia dan mineral,
klasifikasi petrografik, berat jenis, kekerasan(hardness), kekuatan, stabilitas fisik dan kimia,
struktur pori, dan lain-lain. Sifat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, antara lain:
ukuran dan bentuk partikel, tekstur, dan absorpsi permukaan. Berat agregat yang digunakan
menentukan berat beton yang dihasilkan:

Beton ringan 1360 - 1840 kg/m3

Beton normal 2160 – 2560 kg/m3

Beton berat 2800 – 6400 kg/m3

17
Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk yang menyerupai
kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi.

Modulus kehalusan, didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif yang tertahan pada
saringan seri standar, dibagi 100. Seri standar terdiri dari saringan yang masing-masing
mempunyai ukuran sebesar 2 kali ukuran saringan sebelumnya yaitu 150,300,600μm, 1.18,
2.36, 5.00 mm. biasanya modulus kehalusan dihitung untuk agregat halus, nilai tipikalnya
berkisar antara 2.3 dan 3, dimana nilai yang lebih tinggi menyatakan gradasi yang lebih kasar.
Nilai modulus kehalusan berguna dalam mendeteksi variasi kecil pada agregat yang berasal
dari sumber yang sama, yang dapat mempengaruhi workability beton segar.

 Persyaratan gradasi

Gradasi mempengaruhi workability (kelecakan) campuran beton, namun tidak mempengaruhi


kekuatan. Semakin besar ukuran partikel agregat, semakin kecil luas permukaan yang harus
dibasahi per unit massa. Untuk tingkat workability tertentu rasio air-semen dapat dikurangi
dan konsekuensinya kekuatan meningkat. Tetapi walaupun begitu ada batas atas ukuran
agregat maksimum agregat dimana peningkatan kekuatan akibat berkurangnya kebutuhan air
masih dapat mengimbangi efek negative yang timbuk dengan berkurangnya luas permukaan
lekatan dengan adanya diskontinuitas akibat penggunaan agregat berukuran besar yang
menyebabkan sifat heterogenitas beton menjadi menonjol. Sifat heterogenitas inilah yang
member pengaruh negative terhadap kekuatan beton. Untuk beton structural dibatasi ukuran
agregat maksimum pada 25 mm sampai 40 mm Karena pertimbangan ukuran penampang
beton dan jarak antara tulangan yang umum digunakan. Beton dapat terdiri dari partikel
agregat yang biasanya berada diantara ukuran 10 mm sampai 50 mm. Ukuran 20 mm
merupakan ukuran tipikal. Gradasi merupakan distribusi ukuran partikel.
 Agregat (ASTM C-33):
Kasar
Batas bawah pada ukuran 4.75 mm atau ukuran saringan no.4 (ASTM)
Halus
Batas bawah = 0.075 mm atau no.200
Batas atas = 4.75 mm atau no. 4
Dari segi petrografi agregat dapat dibagi kedalam beberapa kelompok batuan yang
mempunyai karakteristik masing-masing sebagai berikut: Kelompok Basalt, Kelompok
Gabbro, Kelompok Gritstone, Kelompok Limestone, Kelompok Quartzite, Kelompok Flint,
Kelompok Granit, Kelompok Hornfels, Kelompok Porphyry, Kelompok Schist.
Mineral terpenting dalam agregat (ASTM Standart C 294-69): Mineral Silika, Mineral
Micaceous, Mineral Sulphate, Mineral Ferromagnesia, Mineral Ion Oksida Besi, Feldspar,
Mineral Carbonate, Mineral Iron Sulphide, Zeolites, Mineral Lempung.

Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang
peranan penting terhadap sifat beton segar yang sudah mengeras. Berikut ini adalah klasifikasi

18
bentuk partikel agregat: Rounded, Flaky, Elongated, Irrenguler, Angular, Flaky &
Elongated.

Partikel dengan rasio luas permukaan terhadap volume yang tinggi menurunkan workability
campuran beton (flaky dan elongated). Berikut ini klasifikasi tekstur permukaan agregat:
Glassy, Granular, Crystalline, Smooth, Rough, Honeycombed. Bentuk dan tekstur permukaan
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton segar seperti kelecakan, kelecakan
adalah sifat distribusi dari aggregate. Bentuk dan tekstur permukaan agregat, terutama agregat
halus, sangat mempengaruhi kebutuhan air campuran beton. Semakin banyak kandungan void
pada agregat yang tersusun secara tidak padat, semakin tinggi kebutuhan air.

 Gaya Lekat

Bentuk dan tekstur permukaan agregat mempengaruhi kekuatan beton terutama untuk beton
berkekuatan tinggi. Dalam hal ini, kekuatan lentur lebih dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
tekstur agregat daripada kekuatan tekan. semakin kasar tekstur, semakin besar daya lekat
agregat dengan matriks semen. Biasanya pada agregat dengan daya lekat yang baik akan
banyak dijumpai partikel agregat yang pecah dalam beton yang diuji tekan sampai
kapasitasnya. Namun, terlalu banyak partikel agregat yang pecah menandakan bahwa agregat
bersifat terlalu lemah.

Lekatan yang terbentuk antara agregat dan pasta semen terdiri atas:

Ikatan fisik, yaitu ikatan yang bersumber dari kekasaran permukaan agregat.

Agregat yang mempunyai permukaan yang kasar dapat mengembangkan

ikatan yang baik dengan pasta semen.

Ikatan kimia, yaitu ikatan yang bersumber dari reaksi kimiawi yang terjadi

antara unsur yang ada pada agregat dengan pasta semen. Agregat yang mengandung silika
dapat mengikat dengan pasta semen secara kimiawi. Ikatan antara agregat dengan pasta semen
sering menjadi bagian terlemah dari beton.

 Kekuatan

Informasi mengenai kekuatan partikel agregat harus diperoleh dari pengujian tak langsung
antara lain dari pengujian tekan sample batuan, nilai crushing tumpukan agregat atau
performansi agregat dalam beton. Kekuatan tekan agregat yang dibutuhkan pada beton
umumnya lebih tinggi daripada kekuatan tekan betonnya sendiri. Hal ini dikarenakan tegangan
sebenarnya yang bekerja pada titik kontak masing-masing partikel agregat biasanya jauh lebih
tinggi daripada tegangan yang bekerja pada beton. Agregat dengan kekuatan moderat atau

19
rendah dan yang mempunyai modulus elastisitas rendah bersifat baik dalam mempertahankan
integritas beton pada saat terjadi perubahan volume akibat perubahan suhu atau sebab lainnya.

Toughness dapat didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran akibat beban
impak. Hardness atau daya tahan terhadap keausan agregat merupakan sifat yang penting bagi
beton yang digunakan untuk jalan atau permukaan lantai yang harus memikul lalu lintas berat.

Los Angeles Test mengkombinasikan proses atrisi dan abrasi dan memberikan hasil yang
menunjukan korelasi yang baik dengan keausan aktual agregat pada beton dan juga kekuatan
tekan dan lentur beton yang dibuat dengan agregat yang bersangkutan.

 Sifat fisik

Sifat fisik agregat biasanya dibutuhkan dalam perhitungan proporsi agregat dalam campuran
beton. Sifat-sifat fisik agregat antara lain:

- Specific gravity: perbandingan massa (atau berat diudara) dari suatu unit volume bahan
terhadap massa air dengan volume yang sama pada temperature tertentu

- Apparent specific gravity: perbandingan massa agregat kering (yang dioven pada 110 derajat
selama 24 jam) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat tersebut.

- Bulk spesifi gravity: perbandingan massa agregat SSD (Saturated and surface dry) terhadap
massa air dengan volume yang sama denga agregat tersebut.

- Bulk density: massa actual yang akan mengisi suatu penampang/wadah dengan volume
satuan. Berguna untuk merubah ukuran massa menjadi ukuran volume.

- Porositas dan absorpsi: porositas, permeabilitas, dan absorpsi agregat mempengaruhi daya
lekat antara agregat dan pasta semen, daya tahan beton terhadap pembekuan dan pencairan,
stabilitas kimia, daya tahan terhadap abrasi dan specific gravity.

- Berat isi: berat agregat yang ditempatkan didalam wadah 1 m3. Berat isi agregat untuk beton
normal berkisar 1200-1760 kg.

20
III. KESIMPULAN

Agregat merupakan bahan susun campuran beraspal maupun beton, sehingga


pendalaman pengetahuan perihal agregat sangat penting untuk membantu penguasaan metode
perancangan rumus campuran kerja maupun perancangan campuran beton yang akan
dikerjakan di lapangan.
Ada beberapa peranan dari agregat itu sendiri antara lain agregat dapat menghemat
penggunaan semen Portland, Jika dicampur dengan bahan pengikat yang lain dapat
menghasilkan kekuatan yang besar pada beton, Mengurangi susut pengkerasan beton,
mempengaruhi kualitas perkerasan jalan yang ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dengan material, Mengontrol workability pada adukan beton, Dengan gradasi yang
baik akan diperoleh sifat beton yang mudah untuk dibentuk atau didesign

17

21
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Tri, Teknologi Beton, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005
Nugraha, Paul Antoni. Teknologi Beton : Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Yogyakarta:
Andi. 2007
http://civilhighway.files.wordpress.com/2011/07/buku-ajar-teknologi-bahan-1.pdf diakses pada 04
Desember 2017 pukul 20:22 WIB
http://evaervina.wordpress.com/2013/07/21/kekuatan-agregat/ diakses pada 04 Desember 2017
pukul 21.00WIB
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11004-7-572822629470.pdf diakses pada 05
Desember 2017 pukul 10.00 WIB
http://mtbb.tsipil.ugm.ac.id/tesis/01/Endro%20pradono.pdf diakses pada 05 Desember 2017
pukul 11.00 WIB
http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/39.pdf diakses pada 05 Desember 2017 pukul 13.00
WIB
http://www.scribd.com/doc/117668990/BERAT-JENIS-DAN-PENYERAPAN-AIR-
AGGREGAT-HALUS-DAN-KASAR diakses pada 05 Desember 2017 pukul 20.00 WIB

22
sitinjaksmar
Just another WordPress.com site

RSS

 About

CACAT KAYU
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kayu adalah suatu bahan yang dihasilkan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan kemajuan
teknologi. Kayu berasal dari tumbuh-tumbuhan hidup di alam yang jenis pohonnya
mempunyai batang berupa kayu.

Agar cocok untuk penggunaan dan pemakaian kayu sebagai bahan bangunan, maka pedoman
dibawah ini dapat dijadikan pegangan, diantaranya :

a. Berdasarkan sifat-sifat jenis kayu :

• Sifat keawetan kayu

• Sifat kekuatan kayu

• Sifat-sifat lainnya.

b. Berdasarkan keadaan permukaan kayu :

• Warna dan pola kayu

• Ukuran serat dan pori-pori.

c. Berdasarkan kelas pemkaian kayu :

• Banyak sedikitnya penggunaan suatu jenis kayu oleh konsumen kayu.

• Dilihat dari kelas keawetan dan kelas kekuatan jenis kayu yang bersangkutan.

Beberapa keuntungan dan kerugian kayu sebagai bahan bangunan adalah:

23
a. Keutungan

1) Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya dengan
menanam kembali (Reboisasi).

2) Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta harga
yang relatif murah.

3) Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.

4) Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang keras) cukup
tinggi/baik.

5) Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempnyai nilai
dekoratif yang indah/baik.

6) Kedap suara.

b. Kerugian/kekurangan

1) Sifatnya kurang homogen.

2) Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.

3) Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.

4) Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.

5) Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-pecah

6) Agak mudah terbakar.

B. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis sotimen kayu, ukuran dan jenis kayu yang digunakan, serta
harga dan kegunaan dari masing-masing sortimen tersebut.
2. Untuk mengetahui kategori dan jenis-jenis cacat kayu yang sering timbul pada kayu-kayu yang
ada di suatu panglong atau industri penggergajian.
3. Untuk dapat mengetahui mutu kayu dan menentukan tegangan ijin dari kayu yang telah
dirisalah cacat yang ada pada kayu tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

24
Inventarisasi Jenis Sortimen dari Kayu

Kayu solid merupakan komposit alami yang tersusun dari serat-serat kayu gubal dan kayu
teras atau kayu awal dan kayu akhir serta jari-jari kayu serta bahan-bahan pengikat serat-serat
tersebut adalah lignin dan hemiselulosa.

Berdasarkan ukuran dan penggunaannya, kayu bangunan dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:

1. Kaso dan Papan

Kayu ini berpenampang segi empat dengan tebalantar 5-12,5 cm (2-5 in) dan lebarnya 10 cm
(4 in) ke atas. Sortimen jenis ini biasa dipakai untuk kaso atap rumah (kaso) dan untuk lantai
(papan).

2. Balok dan Gelagar

Kayu ini juga berpenampang segi empat dengan tebal 12,5 cm (5 in) atau lebih dan lebarnya
20 cm atau lebih. Kayu-kayu ini biasa dipakai sebagai balok penopang, gelagar jembatan dan
bagian-bagian konstruksi lainnya yang menyanggga beban lentur.

3. Tiang

Kayu-kayu ini berpenampang bijur sangkar atau mendekati bujur sangkar, berukuran sekitar
12,5 x 12,5 cm atau lebih.

Namun di pasaran sortimen-sortimen kayu gergajian yang umumnya dijumpai dan digunakan
untuk keperluan bangunan rumah, diantaranya adalah:

1. Balok, merupakan sortimen kayu gergajian dengan ukuran tinggi lebih besar dari ukuran
lebarnya, biasanya berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar pada penampan
lintangnya. Dalam dunia perdagangan sering ditulis 6/12, 6/15, 8/12, 8/14, 10/10, 12/12,
yang menunjukkan arah b/h (dalam satuan cm, dimana b adalah base/alas, dan h adalah
high/tinggi).
2. Papan, merupakan sortimen kayu gergajian dengan ukuran dimensi tinggi jauh lebih kecil dari
lebarnya
3. Ram, merupakan sortimen kayu gergajian berupa papan khusus untuk membuat rangka daun
pintu dengan ukuran 3/10 atau 3/12.
4. Kaso, merupakan sortimen kayu gergajian berupa balok kecil dengan ukuran penampang 4/6
atau 5/7.
5. Reng, merupakan balok kecil dengan ukuran penampang hanya 2/3, biasa digunakan untuk
penumpu genteng pada bangunan yang menggunakan genteng dari tanah liat.
6. Plepet, merupakan balok paling kecil penampangnya. Bisa mencapai1/3 atau 1/5, biasanya
digunakan untuk klem kaca pada kusen jendela atau lis penutup sambungan eternit.

Kerusakan dan Cacat pada Kayu

25
Yang dimaksud kerusakan kayu adalah menurunnya kekuatan kayu akibat adanya/terjadinya
reta-retak, pecah-pecah, belah, pelapukan karena cuaca, serangan serangga atau jamur; juga
menurunnya mutu kayu akibat terjadinya perubahan warna, berubahnya nilai dekoratif. Hal ini
dapat diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu, misalnya :

 pememliharaan hutan yang kurang baik


 cara penebangan pohon yang salah,
 pembagian kayu yang keliru,
 cara menggergaji yang keliru, dan
 pengeringan kayu yang tidak sesuai.

Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang
mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu
berkurang atau kayu sama sekali tak terpakai. Kerusakan yang dimaksud antara lain: retak-
retak, pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-kerusakan akibat
perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan
yang kurang baik, penebangan pohon yang salah,pembagian batang yang keliru, cara
menggergaji yang keliru serta cara pengeringan kayu yang tidak sesuai, sehingga kerusakan-
kerusakan tersebut di atas akan mengurangi mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan
tertentu secara maksimal.

a. Cacat mata kayu

Mata kayu merupakan lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam kayu. Mata kayu
dapat dibedakan :

1) Mata kayu sehat : mata kayu yang tidak busuk, berpenampang keras, tumbuh kukuh dan
rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih gelap dibandingkan dengan kayu sekitarnya.

2) Mata keyu lepas : mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada proses
pengerjaan, mata kayu ini akan lepas dan tidak ada gejala busuk.

3) Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan bagian-
bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan dengan bagian-bagian kayu sekitarnya.

Pengaruh mata kayu :

a. Mengurangi sifat keteguhan kayu

b. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu (mata kayu sehat).

c. Mengurangi keindahan permukaan kayu

d. Menyebabkan lubangnya lembara-lembaran finir.

b. Pecah dan belah

26
Pada kayu bulat sering terlihat adanya serat-serta yang terpisah memanjang;

1) Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, maka :

• jika lebar terpisahnya serat ≤ 2 mm, dinamakan retak.

• Lebar terpisahnya serat ≤ 6 mm, dinamakan pecah

• Lebar terpisahnya serat ≥ 6 mm, dinamakan belah

2) Penyebab terjadinya cacat pecah dan belah, diantaranya :

• Ketidakseimbangan arah penyusutan pada waktu kayu menjadi kering.

• Tekanan di dala tubuh kayu yang kemudian terlepas padawaktu kayu ditebang.

• Kesalahan dalam teknik penebangan atau menimpa benda-benda keras.

3) Pengaruh cacat pecah atau belah :

• Mengurangi keteguhan tarik

• Mengurang keteguhan kompresi, distrubsi beba jadi tidak merata.

• Keteguhan geser berkurang, akibat luasan daerah yang menahan beban berkurang.

c. Pecah busur dan pecah gelang

Pecah busur adalah pecah yang mengikuti arah lingkaran tumbuh, bentuknya

kurang dari setengah lingkaran. Sedangkan pecah gelang adalah klanjutan dari pecah busur
yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran.

Penyebab terjadinya cacat pecah busur atau peah gelang, diantaranya :

• Ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering.

• Tegangan di dalam kayu yang terlepas secara tiba-tiba pada saat penebangan. Pengaruh cacat
jenis ini sama dengan halnya pengaruh cacat belah dan pecah.

d. Hati rapuh

Hati adalah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Cacat hati rapuh merupakan tanda khas yang
umum dimiliki kayu daun lebar yang umum tumbuh didaerah tropis, seperti : meranti. Bagian
kayu yang rapuh ummnya menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatan

27
namun hati rapuh yang dimaksud tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan yang nyata.
Cacat hati rapuh mengurangi kekuatan terhadap kayu. Cacat ini akan menyulitkan proses
pembuatan finir secara rotary (pengupasan) karena tidak adanya kekuatan dari sumbu mesin
untuk mencengkram dolok tersebut.

e. Arah serat

Beberapa jenis kayu seperti lara, kesambi, memiliki serat yang berpadu sehingga kayu sulit
dikerjakan (misalnya pada proses ketam) dan hal ini dianggap merugikan, namun mempunyai
keteguhan belah yang tinggi. Jenis kayu ini mempunyai serat yang melintang artinya tidak
sejajar dengan sumbu batang dan jenis serat semacam ini akan mengurangi keteguhan kayu.

f. Cacat akibat jamur penyerang kayu

Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi :

a. jamur pembusuk kayu

b. jamur pelapuk kayu

c. jamur penyebab noda kayu

Pada tahap permuaan serangan jamur akan mengakibatkan timbulnya kerapuhan kayu yang
nyata, cenderung kayu akan mengalami patah secara mendadak jika diberi beban dengan
perubahan bentuk sedikit serta patahan halus tidakberserpih. Untuk jamur penyebab noda
kayu, secara umum sedikit sekali pengaruhnya terhadap kekauatan kayu dan biasanya tidak
menurunkan kekuatan yang besar, pengaruh terbesar adalah mengurangi keindahan, akibat
timbulnya warna-warna yang kotor (noda-noda).

g. Cacat akibat Serangga perusak kayu

Jenis serangga perusak kayu, diantaranya : rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Kayu
merupakan makanan dan tempat tinggal serangga tersebut, sehingga jelas bahwa serangga-
serangga tersebut akan membuat lubang-lubang terowongan didalam kayu yang
mengakibatkan kekuatan kayu akan berkurang.

h. Lubang gerek dan lubang cacing laut

Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau
cacing-cacing laut. Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh
cacing-cacing laut. Umumnya penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru ditebang.
Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri. Serangga ini tidak dapat hidup pada kayu
gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya memerlukan jamur. Padahal agar jamur
dapat hidup diperlukan kadar air yang cukup tinggi. Serangan-serangan akan lebih berat pada
bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sedangkan

28
cacing laut menyerang kayu yang berada di air laut. Lubang gerek mengurangi keindahan.
Bila banyak menggerombol akan mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama sekali
mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat pada lubang cacing laut.

Tegangan Ijin

Mutu dari suatu jenis kayu ditentukan oleh sifat fisiknya, seperti warna, tekstur, serat, kesan
raba, bau, nilai dekoratif, dan sidfat-sifat pengerjaan seperti pengetaman, pembubutan,
pengeboran, dan pengamplasan. Dalam suatu hal, kualitas mungkin ditentukan dari kerapatan,
penampilan, cacat kayu yang terkandung seeperti mata kayu, miring serat, lubang serangga
yang akan mempengaruhi pengerjaan dan pemakaiannya.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi mutu kayu, sifat mekanis, dan tegangan ijin, yaitu berat
jenis, kadar lengas (berkaitan dengan muai susut kayu), kecepatan pertumbuhan (lingkar tahun
dan posisinya), mata kayu, retak, miring serat, pohon hidup dan mati, pengeringan almiah atu
oven, pengawetan, keawetan dan lama pembebanan.

Tegangan-tegangan yang diperkenankan menurut PKKI Bab IV adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A

Tegangan yang Kelas kuat


diperkenankan
I II III IV V

(kg/cm2) 150 100 75 50 –

( kg/cm2) 130 85 60 45 –

( kg/cm2) 40 25 45 10 –

(kg/cm2) 20 12 8 5 –

Inventarisasi Jenis Sortimen Kayu

Adapun prosedur yang dilakukan saat survey di panglong adalah:

– Diinventarisasi jenis-jenis sortimen kayu yang ada di panglong.

– Dilihat jenis-jenis kayu besrta ukurannya yang ada di panglong.

– Ditanya berapa harga dari tiap jenis sortimen kayu dan jenisnya di panglong tersebut.

Risalah Cacat Kayu

29
Adapun yang dilakukan saat survey di panglong adalah:

– Ditentukan jenis sortimen yang akan dirisalah tiap orang.

– Diamati cacat-cacat yang terjadi pada kayu.

– Diidentifikasi jenis cacatnya.

Penyusunan Tegangan Ijin

Dihitung tegangan ijin dari masing-msing sortimen kayu berdasarkan risalah cacat yang telah
dilakukan berdasarkan (PKKI NI 5-61) dan (SII 0458-81).

1. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI 5-61)

 Kayu yang diuji harus bersifat baik dan sehat dengan ketentuan bahwa segala sifat dan
kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak atau mengurangi
niali konstruksi bangunan.
 Mutu kayu dibedakan menjadi dua, yaitu mutu A dan B (lihat tabel 1.)

Tabel 2. Kriteria mutu kayu menurut (PKKI NI 5-61)

Mutu A

 Kayu harus KU (12-18%, rata-rata


15%).
 Besarnya mata kayu tidak melebihi
1/6 dari lebar balok dan juga tidak
boleh melebihi3,5 cm.
 Balok tidak boleh mengandung pingul
yang lebih besar dari 1/10 tinggi
balok.
 Miring arah serat tidak boleh lebih
besar dari 1/10.
 Retak-retak dalam arah radial tidak
boleh > ¼ tebal kayu dan retak-retak
menurut lingkaran tumbuh tidak
boleh

Mutu B

 Kadar air kayu harus kurang dari


30%.
 Besarnya mata kayu tidak melebihi ¼
dari lebar balok dan juga tidak
melebihi 5 cm.

30
 Balok tidak boleh menngandung
pingul yang lebih besar dari 1/10
tinggi balok.
 Miring arah serat tidak boleh lebih
besar dari /7.
 Retak-retak dalam arah radial tidak
boleh > 1/3 tebal kayu dan retak-
retak menurut lingkaran tumbuh
tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu

 melebihi 1/5 tebal kayu.

 Penyusunan tegangan ijin dimulai dari risalah cacat untuk mengelompokkan mutu A dan B.
 Tegangan yang diperkenankan untuk mutu A (lihat tabel 1.)
 Sementara kayu mutu B, angka-angka dari tabel 1 harus digandakan dengan faktor 0,75.
 Apabila ada kesangsian mengenai suatu jenis kayu termasuk kedalam kelas kuat berapa,
maka tegangan yang diperkenankan apabila diambil dari tabel 1 harus didasarkan pada kelas
kekuatan terendah, atau diperhitungkan seperti pada tabel 3 beikut.(berdasarkan BJ KU).

Tabel 3. Koreksi tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A.

Tegangan yang diperkenankan Koreksi tegangan

(kg/cm2) 170 g

( kg/cm2) 150 g

( kg/cm2) 40 g

(kg/cm2) 20g

1. Standard Industri Indonesia (SII 0458-81)

 Merupakan penyempurnaan dari PKKI NI 5-61, khususnya dalam penyususnan tegangan yang
diijinkan.
 Dalam penyusunan tegangan yang diijinkan perlu digandakan dengan strength ratio.
 Sstrength ratio adalah perbandingan antara kekuatan kayu yang berisi cacat dengan kekuatan
kayu tanpa cacat.
 Penyusunan tegangan yang diijinkan (lihat tabel 4.).

Tabel 4. Teghangan ijin menurut (SII 0458-81)

31
Tegangan Mutu A Mutu B

(kg/cm2) 170 g x SR/61 0,75 x 170 g x SR/61

( kg/cm2) 150 g x SR/ 61 0,75 x 150 g x SR/ 61

( kg/cm2) 40 g x SR/ 61 0,75 x 40 g x SR/ 61

(kg/cm2) 20 g x SR/ 61 0,75 x 20 g x SR/ 61


Advertisements

December 25, 2010 sitinjaksmar

Pengenalan Sifat-Sifat Kayu


Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh
bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian,
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam
industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat
dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan
tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila
jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.
Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian
banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum
terdapat pada semua jenis kayu yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding
selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta
lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika
diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu
udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam
keadaan kering.

Sifat Fisik Kayu

1. Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu

32
balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin
berat dan semakin kuat pula.

2. Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu
dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya
zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat
ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga
pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

3. Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu
yang berbeda-beda.

4. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan
kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang
(contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).

5. Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat
dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan
serat diagonal (serat miring).

6. Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar,
halus, l icin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda
tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

7. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa
jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut,
sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim),
bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

8. Nilai Dekoratif

33
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemuncula n riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang
membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

9. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara
disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban
udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium
Moisture Content).

10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :


1. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu.
2. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.
Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak
dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
11. Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat
barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.

12. Daya Hantar Listrik


13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya
hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan
menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air
maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya
hantar air.

Sifat Mekanik Kayu

1. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

1. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan


2. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.
Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar
arah serat.

2. Keteguhan tekan / Kompresi

34
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. T
erdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :

1. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan


2. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.

3. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat
suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapa t 3
(tiga) macam keteguhan yaitu :

1. Keteguhan geser sejajar arah serat


2. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
3. Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat.

4. Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menaha n gaya-gaya yang berusaha


melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban
pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :

1. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara perlahan-lahan.
2. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau


lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

6. Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar
atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang
melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen
dan kerusakan sebagian.

7. Kekerasan

35
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau
lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan
suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

8. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap
dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan
ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah
radial) dari pada arah tangensial.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :

1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,


pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak
kayu.
2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.

Macam Penggunaan Kayu

Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat
kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu
yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat
dikemukan sebagai berikut :

1. Bangunan (Konstruksi)

Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang
tinggi.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing,
lara, rasamala.

2. Veneer biasa

36

Anda mungkin juga menyukai