Anda di halaman 1dari 10

BAB III

GROUTING UNTUK MENANGANAN GERAKAN TANAH

3.1 Pengertian Grouting


Grouting merupakan salah satu metode perbaikan tanah dengan cara
menyuntikkan pasta semen ke dalam tanah dengan tekanan tertentu melewati
lubang bor, sehingga kekuatan tanah akan meningkat. Pasta semen tersebut
akan mengisi pori-pori tanah ataupun rekahan-rekahan pada tanah atau
batuan. Dengan meningkatnya kekuatan tanah maka sebuah bangunan dapat
dipertahankan sesuai dengan yang diinginkan (Dwiyanto,2005 (dalam
Wibowo,2013)).

3.2 Jenis Grouting berdasarkan Jenis Semen


Adanaya berbagai jenis kondisi soil dan batuan yang mempengaruhi
dalam pemilihan jenis semen yang di gunakan (Kennedy, 1960).
Tabel 3.1 Hubungan semen dan jenis litologinya (Kennedy, 1960).

3.2.1 Ordinary Cement


Semen yang biasa digunakan dalam grouting adalah semen
Portland. Ini adalah semen hidrolik, yang berarti bahwa ia bereaksi

1
dengan air untuk menetapkan dan membentuk sebuah produk yang
keras
3.2.2 Microfine Cement
Jenis semen ini biasanya di gunakan untuk jenis grouting
penetrasi yang biasanya membutuhkan ukuran sement yang halus.
Karena harus mengalir kedalam pori-pori yang biasanaya juga lebih
halus, misalkan dalam endapan aluviual.
3.2.3 Clay Grouts
Adalah suspensi halus tanah liat dalam air. Biasanaya
menggunakan Bentonite atau Attapulgie.
3.2.4 Chemical Grouts
Menggunakan formulasi yang bereaksi setelah waktu yang
ditetapkan untuk membentuk gel. Karena bahan cairannya tidak
memiliki partikel (seperti semen).
3.2.5 Jet Grouting
Menggunakan tekanan jet yang sangat tinggi yang
memanvarkan dari lubang grouting ke rongga-rongga batuan, yang
kemudian isisi dengan cairan semen grounting.

3.2. Jenis Grouting dan Kegunaannya


Menurut Warner (2005) (dalam Wibowo,2013), grouting dapat
dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu:

Gambar 3.2 Jenis-jenis Grouting Fracture Grouting, Compaction Grouting,


Permeation Grouting, Jet Grouting (dari kiri ke kanan) (Warner, 2005)

a. Sementasi Penembusan (Permeation Grouting)


Grouting penembusan (permeation grouting) disebut juga Grouting

2
penetrasi (penetration grouting), yang meliputi pengisian retakan,
rekahan atau kerusakan pada batuan, rongga pada sistem pori-pori tanah
serta media porous lainnya. Tujuan Grouting penembusan adalah untuk
mengisi ruang pori (rongga), tanpa merubah formasi serta konfigurasi
maupun volume rongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan untuk tujuan
penguatan formasi, menghentikan aliran air yang melaluinya, maupun
kombinasi keduanya. Grouting penembusan dapat meningkatkan kohesi
tanah.
b. Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)
Grouting pemadatan dilakukan dengan cara menginjeksi material
grouting sangat kaku (stiff) pada tekanan tinggi ke dalam tanah. Grouting
pemadatan merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya dukung tanah. Karena volume struktur pori tanah
berkurang, maka permeabilitasnya juga akan berkurang. Meskipun
begitu, Grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya
rembesan. Grouting pemadatan mampu meningkatkan beban tanah untuk
mengompakkan atau memadatkannya.
c. Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)
Grouting rekahan dilakukan pada rekahan hidrolik yang terdapat
pada tanah dengan fluida suspensi, untuk menghasilkan hubungan antar
lensa grouting dan memberikan penguatan kembali (reinforcement).
Umumnya sementasi rekahan digunakan pada tanah dengan
permeabilitas rendah. Sementasi rekahan dapat dilakukan pada beberapa
jenis tanah dan kedalam, terutama sangat baik pada material lempung.
d. Sementasi Campuran/ Jet Mixing/ Jet Grouting
Sementasi campuran dilakukan dengan cara mengikis tanah
menggunakan jet bertekanan tinggi dan injeksi serentak ke dalam tanah
yang terganggu dengan jet monitor. Grouting tipe ini juga dapat
digunakan untuk melakukan penyemenan di sekeliling tiang atau
pondasi.

3
e. Sementasi Isi (Fill Grouting)
Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun buatan,
kadang-kadang membutuhkan suatu pengisian atau penutupan. Pada
jaman dahulu, pengisian dilakukan menggunakan peralatan yang sama
dengan alat grouting tipe lainnya. Saat ini, grouting isi dilakukan
menggunakan peralatan khusus dengan campuran concrete atau mortar.
f. Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)
Umumnya pekerjaan grouting dilakukan dengan cara mendorong
material grouting ke dalam formasi dengan tekanan tinggi. Akan tetapi,
pada kondisi tertentu hasilnya tidak memuaskan.Oleh karena itu, vakum
digunakan untuk menyedot material grouting masuk ke dalam bagian
yang mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut harus diisolasi dari
tekanan barometrik terlebih dahulu, sehingga dengan kondisi yang
vakum, material grouting akan tersedot dan tertarik ke dalam kerusakan
tersebut.

3.3. Pelaksanaan Grouting


Pelaksanaan grouting meliputi penentuan titik grouting, uji
permeabilitas, pemboran, dan grouting. Berikut adalah uraian mengenai
tahan pelaksanaan grouting (Dwiyanto,2005 (dalam Wibowo, 2013)):
a. Penentuan titik Grouting
Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang
ditentukan di lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak tiap-
tiap titik grouting disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor. Dalam
grouting ada 2 macam pemboran, yaitu pemboran dengan pengambilan
core dan pemboran tanpa core. Khusus untuk permboran dengan coring
diperlukan mesin dengan penggerak hidrolik agar kualitas core yang
dihasilkan lebih bagus.

4
c. Uji Permeabilitas atau Test Lugeon
Berupa pengujian air yang digunakan untuk menentukan angka
Lugeon dari lubang yang akan digrouting, sehingga dapat ditentukan pola
campuran yang lebih tepat di dalam pelaksanaan grouting.
Pengujian dilakukan pada lubang bor menggunakan tekanan dari air
yang dipompakan ke dalam lubang bor. Untuk menyekat zona yang diuji
menggunakan karet packer yang dapat dikembangkan dengan dongkrak
atau dengan pemompaan bisa juga secara hidrolis. Pengujian di tengah-
tengah lubang bor dapat menggunakan double packer menggunakan dua
karet packer sebagai penyekat di bagian atas dan bawah zona yang di uji
(Dwiyanto J.S., 2005 dalam Wibowo, 2013)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan harga permeabilitas (k)
tergantung pada panjang bagian tanah atau batuan yang diuji (L), sebagai
berikut:
Untuk L 10r (r = jari-jari lubang bor), digunakan persamaan :
Q L
k In
2 L h r
............................................................... (1)
Untuk 10r > L r, digunakan persamaan
Q L
k sinh 1
2 L h 2r
........................................................(2)
Dimana :
k = harga permeabilitas, (cm/detik);
Q = debit air yang masuk, (cm3/detik);
L = panjang lubang bor yang diuji, (cm);
r = jari-jari lubang bor (cm);
h = hp + hs, (cm);
(hp adalah tinggi air yang diperoleh dari konversi pembacaan manometer
dan hs adalah tinggi tekanan air);

5
Catatan : Untuk kondisi artesis dimana muka air tanah berada di atas
kedudukan manometer, hs diperhitungkan negatif.

Dari uji permeabilitas di dapat harga lugeon unit (Lu) yang didapatkan
dengan rumus :
10 . Q
Lu
H .L
......................................................................(3)
Dimana :
Lu = Lugeon unit (liter/m/menit)
Q = Debit air yang masuk (liter/menit)
H = Tekanan total (meter) H = h1 +h2 + h3
L = Panjang zona yang diuji (m)
Besarnya harga Lugeon unit ini yang dapat digunakan sebagi batasan
dilaksanakannya grouting. Besarnya batasan ini sangat tergantung dari tipe
bangunan air yang dibuat.
Tabel 3.1 Derajat permeabilitas menurut Trask, 1950 (dalam Soedibyo, 1993)
Koefisien Permeabilitas (K)
Derajat Permeabilitas
(cm/detik)
K > 5,0 x 10-2 Sangat lulus air
5,0 x 10-3 < K < 5,0 x 10-2 Lulus air
5,0 x 10-4 < K < 5,0 x 10-3 Setengah lulus air
5,0 x 10-5 < K < 5,0 x 10-4 Setengah tidak lulus air
K > 5,0 x 10-5 Tidak lulus air

d. Grouting
Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan
bahan semi kental (slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui
lubang bor. Komponen utama peralatan grouting adalah sebagai berikut
(Gambar 3.3) :
a). Grout Mixer
Grout mixer adalah mesin pencampur material yang akan
disuntikkan ke dalam tanah atau batuan. Umumnya grout mixer

6
mempunyai kapasitas mencampur (batching) sebesar 200 liter/batch.

b). Grouting Pump


Grouting pump berperan untuk memompa air maupun
campuran grouting. Kapasitas pemompaan minimum 100 liter/menit
pada tekanan pompa 6 kg/cm2 dan mampu mencapai tekanan hingga
20kg/cm2.
c). Mesin bor : Dipakai untuk pembuatan lubang grout, dengan
diameter antara 46 mm (AX) sampai 76 mm (NX). Mesin bor yang
dipakai untuk keperluan grouting sebaiknya jenis bor putar (rotary
type drill)
d). Peralatan grouting : Meliputi 'packer', stang grouting, manometer,
kran pengatur tekanan, pipa pemasukan dan pengembali serta
pengukur debit.

Gambar 3.3 Peralatan Grouting (Udiana, 2013)

e. Check Hole atau Pemeriksaan Hasil Grouting


1) Pemeriksaan hasil grouting dilakukan dengan membuat check hole pada
titik yang dipilih dan biasanya di bor miring agar mewakili zona
grouting.

7
2) Pengambilan contoh inti (core sampling) untuk melihat secara visual
efektivitas penetrasi grouting dan dapat diperiksa dengan
membubuhkan phenolptalein 0.1 n. Warna merah muda adalah tanda
penetrasi semen.
3) Pengujian permeabilitas setelah grouting dengan water pressure test
atau lugeon test. Tekanan diatur seperti uji permeabilitas secara naik
dan turun, yaitu bervariasi 1-3-5-7-10-7-5-3-1 kg/cm2, tergantung
kondisi batuan.
4) Setelah selesai check hole diisi dengan campuran bahan grouting yang
kental 1:1 atau 1:0.5 hingga jenuh.

3.4 Studi kasus Grouting untuk gerakan tanah Lapangan Gombel Golf
Semarang, Jawa Tengah oleh Nanang Diyan Prabowo dan Wahyu Krisna
Hidayat
Lokasi penelitian ini berada pada sisis barat kawasan Hole 7 Lapangan
Gombel Golf, Gombel Lama, Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan
Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.Lokasi penelitian dapat dilihat
pada peta dibawah ini. Metode yang di laukakn penulis dalam karya ilmiah
ini adalah studi pustaka, analisisi peta topografi, peta geologi, survei dan
penyelidikan lapangan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian
nyang kemduian disajikan dalam bentuk peta geoteknik.
Dari data lapangan didapatakn jenis litologi berupa Lempung dan
Lempung Kepasiran. Sedangkan dari data core dilakukan uji laboratorium
untuk mengetahui unit weight dan uji direct shear untuk mengetahui nilai
kohesi dan sudut geser dalam. Setelah di laukan uji, kemudian di lakukan
grouting pada 24 titik baris A dan 26 titik pada baris B. Setelah itu dilakukan
pemboran sekali lagi untuk mengetahui peningkatan kekuatan tanah.
Kedalaman 2,5-5m, dengan material berupa lempung berwarna coklat
bersifat lunak hingga teguh.
Tabel 3.2 . Hasil Uji Laboratorium Kedalaman 2,5-5 m
Jenis Uji Sebelum di grouting Setelah di

8
grouting
3 3
Unit Weigth 1.9 gr/ cm 2 gr/ cm
( wet)
3 3
Unit Weigth 1.39 gr/ cm 1.49 gr/ cm
( dry)
2 2
Direct shear 0.117kg/ cm 0.132 kg/ cm
(Kohesi)
Direct shear 19.20 21.51
(sudut geser
dalam)

Kedalaman 9- 9,5 m, dengan material berupa lempung berwarna abu-


abu dan bersifat teguh.
Tabel 3.2 . Hasil Uji Laboratorium Kedalaman 9-9,5 m
Jenis Uji Sebelum di Setelah di
grouting grouting
3 3
Unit Weigth ( wet) 1.73 gr/ cm 1.74 gr/ cm
3 3
Unit Weigth ( dry) 1.13 gr/ cm 1.15 gr/ cm
2 2
Direct shear 0.178 kg/ cm 0.208 kg/ cm
(Kohesi)
Direct shear 9.98 11.53
(sudut geser
dalam)

Analisis metode ini dengan menggunakan Finite Methode Element


(FEM) prosedur numeris yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah-
masalah dalam bidang rekayasa (Engineering). Dimana dari hasil analisis
kestabilan lereng tersebut nilai Faktor Keamanan Lereng sebelum di grouting
1,05, setelah di grouting menjadi 1,27. Nmaun di lakukan penimbunan oleh
pihak Golf Gombel dengan alasan estetika. Sehingga terjadi longsor kembali.
Sehingga dilakukan grouting ke dua yang menghasilakn nilai Faktor
Keamanan 1,25 sehingga dapat digolongkan pada lereng yang aman (Bowles,
(1991).

9
10

Anda mungkin juga menyukai