Anda di halaman 1dari 6

Grouting di Bawah Base Plate

Grouting di bawah base plate (kolom struktur baja, mesin, dsb) pada umumnya menggunakan grouting
berjenis cement-base yang bersifat non-shrink dan high stregth.

Pelaksanaan grouting pada umumnya menggunakan cara penuangan dan aliran gravitasi dari pasta
grouting.

Ketebalan lapisan grouting murni (tanpa penambahan agregat) adalah minimal 1 cm dan maksimal 10 cm.
Untuk ketebalan lapisan di bawah 1 cm direkomendasikan menggunakan material epoxy, sedangkan untuk
ketebalan di atas 10 cm direkomendasikan penggunaan agregat dengan teknik pemasangan tersusun

Persiapan Lokasi

Pada persiapan lokasi pengecoran grouting perlu diperhatikan :

 direkomendasikan beton sudah mencapai umur karakteristik yang


diinginkan, supaya susut pengeringan beton sudah relatif tidak
berpengaruh pada perubahan volume elemen struktur yang akan diisi
dengan grouting
 material bekisting menggunakan material yang tidak menyerap air
 bekisting disiapkan dan dipastikan tidak ada celah sehingga tidak terjadi
kebocoran saat penuangan
 permukaan elemen beton yang akan diisi dengan grouting harus cukup
kasar untuk menjamin lekatan yang baik
 permukaan elemen struktur yang akan diisi harus bersih dari debu dan
partikel lepas lainnya
 seluruh permukaan baik elemen struktur maupun bekisting harus
dibasahi supaya jenuh, selama sekitar 4 jam sebelum penuangan pasta
grouting
 sebelum penuangan, semua kelebihan dan sisa air harus dibuang
Pengadukan

Pada umumnya campuran antara material grout dan air, untuk mendapatkan adukan pasta yang
mempunyai kekentalan cukup baik untuk pengaliran (flowable), digunakan takaran sebagai berikut :
1 : 2 ~ 2,25
(air) (semen grouting)

untuk pemakaian 1 sak (25 kg) semen grouting (sekitar 9 liter volume semen grouting) supaya mendapatkan
adukan yang dapat mengalir dengan gravitasi (flowable), pada umumnya ditambahkan air sebanyak 4 liter -
4,25 liter sampai memperoleh adukan pasta dengan volume 13 liter - 13,25 liter

Namun perlu diperhatikan pula takaran yang direkomendasikan pada beberapa merk berbeda, sehingga jika
berbeda dengan acuan umum di atas, harus mengikuti aturan yang ditetapkan dalam spesifikasi dan brosur
teknis produk yang digunakan
Pengadukan campuran grouting dilakukan dengan menggunakan alat pengaduk yang didesain khusus
supaya menjamin pengadukan yang homogen tanpa mengakibatkan terperangkapnya udara dalam adukan
yang dibuat :

 siapkan ember dan alat pengaduk groutingalat pengaduk yang digunakan


direkomendasikan mempunyai kecepatan putar 400 - 600 rpm
 masukkan air ke dalam ember dengan takaran yang ditentukan dalam
brosur teknis produk (untuk aplikasi flowable umumnya diperlukan 4,25
liter air)
 jalankan alat pengaduk dalam air, dengan kecepatan konstan
 masukkan sedikit demi sedikit secara konstan semen grouting ke dalam
ember sambil terus diaduk
 seluruh proses pengadukan memakan waktu sekitar 4 menit sampai
diperoleh adukan pasta yang mempunyai konsistensi baik dan homogen

Pelaksanaan

Pelaksanaan grouting dilakukan dengan memperhatikan :

 penuangan pasta grouting sedapat mungkin dilakukan dari satu titik atau
sisi dan dibiarkan mengalir dengan sendirinya
 jika luasan permukaan cukup besar dan tertutup base plate yang lebar
pula, dilakukan penuangan dari tengah dengan membuat lubang-lubang
kontrol pada base plate
 jika luasan permukaan cukup luas, gunakan head box untuk menjamin
tekanan gravitasi yang cukup untuk pengaliran pasta grouting dengan
baik
 jika terpaksa dilakukan penuangan dari beberapa titik, tidak boleh ada
pertemuan antar aliran pasta grouting yang tidak terkontrol atau tidak
terlihat, untuk memastikan pertemuan antar aliran dapat menyatu
dengan sempurna
 penuangan harus dilakukan dengan tidak menimbulkan gelembung
udara terperangkap dalam adukan pasta yang dialirkan
 penuangan harus kontinyu dan tidak terputus antar adukan, harus
diperhatikan antara kecepatan penuangan dan pengadukan pasta
grouting
 tidak dilakukan penggetaran dengan alat concrete vibrator
 seluruh proses penuangan dan pengaliran harus diselesaikan dalam
waktu 25 menit setelah pengadukan material pasta grouting
 suhu adukan selama pelaksanaan, sampai 48 jam setelah penuangan
selesai harus dijaga supaya tidak lebih dari 30
Metode Grouting Untuk Penguatan Pondasi Tanah

Grouting merupakan suatu metode atau teknik yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan bawah
tanah dengan cara memasukkan bahan yang masih dalam keadaan cair, dengan cara tekanan, sehingga
bahan tersebut akan mengisi semua retakan-retakan dan lubang-lubang yang ada di bawah permukaan
tanah, kemudian setelah beberapa saat bahan tersebut akan mengeras, dan menjadi satu kesatuan
dengan tanah yang ada sehingga kestabilan suatu permukaan tanah akan tetap terjaga.
Grouting juga dapat diartikan sebagai metode penyuntikan bahan semi kental (slurry material) ke dalam
tanah atau batuan melalui lubang bor, dengan tujuan menutup diskontruksi terbuka, rongga-rongga dan
lubang-lubang pada lapisan yang dituju untuk meningkatkan kekuatan tanah (Dwiyanto, 2005).
Sedangkan bahan-bahan yang biasanya dijadikan sebagai material pengisi pada grouting diantaranya
campuran semen dan air; campuran semen, abu batu dan air; campuran semen, clay dan air; campuran
semen, clay, pasir dan air; asphalt; campuran clay dan air dan campuran bahan kimia.
Menurut Pangesti (2005), fungsi grouting di dalam tanah atau batuan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Penetrasi atau Penembusan (permeation/penetration)
Grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan lapisan tipis batuan dengan pengaruh minimum terhadap
struktur asli.
b. Kompaksi atau Pemadatan (compaction/controlled displacement)
Material grouting dengan konsistensi sangat kental dipompakan ke dalam tanah sehingga mendorong
dan memadatkan.
c. Rekah Hidrolik (hydraulic fracturing)
Apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat tarik batuan atau tanah yang di grouting, akhirnya material
pecah dan grouting dengan cepat menembus zona rekahan

Manfaat dari suatu pekerjaan grouting antara lain adalah sebagai berikut (Dwiyanto, 2005):
a. Menahan aliran air dan mengurangi rembesan
b. Menguatkan tanah dan batuan
c. Mengisi rongga dan celah pada tanah dan batuan sehingga menjadi padat
d. Memperbaiki kerusakan struktur
e. Meningkatkan kemampuan anchor dan tiang pancang
f. Menghindarkan dari material fluida yang dapat merusak tanah atau batuan

Pelaksanaan grouting
Pelaksanaan grouting meliputi penentuan titik grouting, uji permebilitas, pemboran
dan grouting (Dwiyanto, 2005). Berikut ini adalah uraian secara singkat mengenai tahap
pelaksanaan grouting:
a. Penentuan titik grouting

Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang ditentukan di lapangan melalui penyelidikan
oleh tenaga ahli. Jarak tiap-tiap titik grouting disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Pemboran

Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor. Dalam grouting ada 2 macam pemboran, yaitu
pemboran dengan pengambilan core dan pemboran tanpa core. Diameter lubang bor adalah 76 cm untuk
pemboran coring dan 46 mm untuk pemboran non coring. Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan
mesin dengan penggerak hidrolik agar kualitas core yang dihasilkan lebih bagus.

c. Uji Permeabilitas atau Test Lugeon

Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada tahun 1933, yang bertujuan untuk
mengetahui nilai lugeon (Lu) dari deformasi batuan. Nilai lugeon adalah suatu angka yang menunjukkan
berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi batuan sepanjang satu meter selama periode satu
menit, dengan menggunakan tekanan standar 10 Bars atau sekitar 10 kg/cm2. Angka ini hampir sama dengan
koefisien kelulusan air sebesar 1 x 10-5 cm/detik. Nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat
aliran dalam batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air bertekanan ke dalam lubang bor, menggunakan
peralatan yang disebut rubber packer, yang digunakan untuk menyumbat lubang bor. Peralatan lain yang
digunakan dalam uji permeabilitas antara lain:

§ Waterflow Meter untuk mengetahui debit air

§ Stop Watch untuk menentukan waktu rembesan

§ Pressure Gauge untuk mengetahui tekanan air

§ Water Pump untuk memompa air

Untuk pengujian dengan tekanan kurang dari 10 kg/cm2, dibuat ekstrapolasi sehingga bentuk persamaannya
menjadi:
Lu= 10Q/PL

Keterangan:

Lu = Lugeon unit (l/mnt/m)

Q = debit aliran yang masuk (l/mnt)


P = tekanan total (Po+Pi) (kg/cm2)

L = panjang lubang yang di uji (m)

d. Grouting

Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan semi kental (slurry material) ke dalam
tanah atau batuan melalui lubang bor. Komponen utama peralatan grouting adalah grout mixer dan grout pump.

1.Grout Mixer

Grout mixer adalah mesin pencampur material yang akan disuntikkan ke dalam tanah atau batuan.
Umumnya grout mixer mempunyai kapasitas mencampur (batching) sebesar 200 liter/batch.

2. Grouting Pump

Grouting pump berperan untuk memompa air maupun campuran grouting. Kapasitas pemompaan minimum
100 liter/menit pada tekanan pompa 6 kg/cm2 dan mampu mencapai tekanan hingga 20 kg/cm2.
Tipe-Tipe Grouting dan Kegunaannya

Menurut Warner (2005), grouting dapat dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu:

a. Sementasi Penembusan (Permeation Grouting)

Grouting penembusan (permeation grouting) disebut juga grouting penetrasi (penetration grouting), yang meliputi
pengisian retakan, rekahan atau kerusakan pada batuan, rongga pada sistem pori-pori tanah serta media
porous lainnya. Tujuan grouting penembusan adalah untuk mengisi ruang pori (rongga), tanpa
merubah formasi serta konfigurasi maupun volume rongga. Grouting jenis ini dapat dilakukan untuk tujuan
penguatan formasi, menghentikan aliran air yang melaluinya, maupun kombinasi
keduanya. Grouting penembusan dapat meningkatkan kohesi tanah.

b. Sementasi Pemadatan (Compaction Grouting)

Grouting pemadatan dilakukan dengan cara menginjeksi material grouting sangat kaku (stiff) pada tekanan
tinggi ke dalam tanah. Grouting pemadatan merupakan mekanisme perbaikan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya dukung tanah. Karena volume struktur pori tanah berkurang, maka permeabilitasnya
juga akan berkurang. Meskipun begitu, grouting pemadatan tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya
rembesan. Grouting pemadatan mampu meningkatkan beban tanah untuk mengompakkan atau
memadatkannya.

c. Sementasi Rekahan (Fracture Grouting)

Grouting rekahan dilakukan pada rekahan hidrolik yang terdapat pada tanah dengan fluida suspensi atau
material grouting slurry, untuk menghasilkan hubungan antar lensa grouting dan memberikan penguatan
kembali (reinforcement). Umumnya grouting rekahan digunakan pada tanah dengan permeabilitas
rendah. Grouting rekahan dapat dilakukan pada beberapa jenis tanah dan kedalam, terutama sangat baik pada
material lempung.
d. Sementasi Campuran/ Jet (Mixing/ Jet Grouting)

Grouting jet dilakukan dengan cara mengikis tanah menggunakan jet bertekanan tinggi dan injeksi serentak
ke dalam tanah yang terganggu dengan jet monitor. Grouting tipe ini juga dapat digunakan untuk melakukan
penyemenan di sekeliling tiang atau pondasi.

e. Sementasi Isi (Fill Grouting)

Semua rongga yang dihasilkan secara alami maupun buatan, kadang-kadang membutuhkan suatu
pengisian atau penutupan. Pada jaman dahulu, pengisian dilakukan menggunakan peralatan yang sama
dengan alat grouting tipe lainnya. Saat ini, grouting isi dilakukan menggunakan peralatan khusus dengan
campuran concrete atau mortar.

f. Sementasi Vakum (Vacuum Grouting)

Umumnya pekerjaan grouting dilakukan dengan cara mendorong material grouting ke dalam formasi dengan
tekanan tinggi. Akan tetapi, pada kondisi tertentu hasilnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, vakum
digunakan untuk menyedot material grouting masuk ke dalam bagian yang mengalami kerusakan. Kerusakan
tersebut harus diisolasi dari tekanan barometrik terlebih dahulu, sehingga dengan kondisi yang vakum,
material grouting akan tersedot dan tertarik ke dalam kerusakan tersebut. (GV)

Sumber:

Aulia, Harizona. 2012. Pengenalan Grouting.

Anda mungkin juga menyukai