Anda di halaman 1dari 9

PT.

SUSANTO CIPTAJAYA

Spesifikasi Teknis
Pekerjaan Dinding Diafragma

Apartemen The Canary 2


BSD - Tangerang

Jl. Lembah Sukaresmi I No. 15, Bandung 40162, Indonesia


Phone : +62-22-2034072, Fax : +62-22-2060278
E-mail : teknik@gec.co.id
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma


Apartemen The Canary 2 – BSD – Tangerang

1. PERSYARATAN UMUM DINDING DIAFRAGMA


 Pekerjaan ini mencakup pekerjaan pembuatan diaphragma wall dengan tebal bervariasi
yaitu 600 mm dan tebal 800 mm. Terdapat 4 (empat) tipe diaphragm wall yang terdiri dari:
o D-wall tipe A (Leff = 26 m),
o D-wall tipe B (Leff = 23 m),
o D-wall tipe C (Leff = 19 m),
o D-wall tipe D (Leff = 19 m).

 Mutu beton yang dipergunakan untuk diaphragma wall adalah fc’ = 30 MPa (kuat tekan
beton minimal pada umur 28 hari untuk benda uji silinder).

 Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan "Specification for Concrete


Aggregates" (ASTM C33).

 Mutu baja tulangan yang dipergunakan harus memenuhi SNI 2052 : 2017.

 w/c ratio maksimum = 0.5.

 Minimum cement content = 300 kg/m3, maximum fly ash 25% dari cementicious material.

 Slump 18 ± 2 cm.

 Untuk perlindungan galian, harus digunakan bentonite yang sesuai dengan spesifikasi DFCP4
dari Oil Companies Materials Association. Lihat bagian B.

 Kontraktor harus menyerahkan "Method Statement" pelaksanaan di lapangan.

 Kelurusan vertikal disyaratkan 1:200, sedangkan toleransi posisi diaphragma wall adalah 50
mm pada permukaan kerja.

 Monitoring dan instrumentasi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

o Monitoring terhadap deformasi lateral dari diaphragma wall dengan cara memasang 4
(empat) piezometer dan 4 (empat) buah inclinometer yang ditempatkan di dalam
diaphragma wall pada lokasi yang ditunjuk Konsultan Perencana. Pembacaan harus
dilakukan dengan frekuensi tertentu, sedemikian sehingga pengaruh tahapan / urutan
galian terhadap deformasi diaphragma wall dapat dicermati. Pemasangan dan
monitoring inclinometer dilakukan oleh pihak yang disetujui Konsultan Perencana.

o Monitoring terhadap integritas mutu beton tertuang dan potensi longsor yang terjadi
pada diaphragma wall dengan cara melakukan pengujian Crosshole Sonic Logging (CSL)
Test pada (3) panel diaphragma wall, dimana masing-masing panel diaphragma wall
tersebut dipasang (10) pipa sonic logging. Pelaksanaan CSL Test dilakukan dari
permukaan tanah, dan dilakukan oleh pihak yang disetujui Konsultan Perencana.

 Dalam hal terjadi perbedaan antara spesifikasi ini dengan gambar konstruksi, bila pada
gambar konstruksi telah menunjukan informasi yang cukup untuk konstruksi, maka gambar
tersebut yang menentukan. Konsultan Perencana mempunyai hak untuk menentukan mana
yang dipakai.

1
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

2. PERSYARATAN KHUSUS DINDING DIAFRAGMA


2.1. UMUM
 Bagian ini dipergunakan sebagai pedoman teknik diaphragma wall, yang terdiri atas
konstruksi beton bertulang diaphragma wall dari muka tanah eksisting menggunakan alat
grabbing dengan cairan stabilisator berupa suspensi bentonite. Pengecoran beton dilakukan
dengan menggunakan pipa tremie, bersamaan dengan dikeluarkannya suspensi bentonite.
Sambungan CWS digunakan pada masing-masing hubungan panel-panel diaphragma wall.

 Kecuali ditentukan lain, semua pelaksanaan pekerjaan diaphragma wall termasuk


pengadaan bahan, pemasangan panel-panel diaphragma wall pemasangan rakitan baja
tulangan, pengecoran, pemeriksaan kekuatan; harus sesuai dan memenuhi syarat-syarat
yang tercantum didalam bagian spesifikasi ini.

 Kontraktor harus mempunyai semua peralatan yang siap pakai untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan ini sedemikian sehingga memenuhi semua persyaratan yang tercantum didalam
bagian spesifikasi ini, termasuk yang terdapat didalam gambar-gambar perencanaan.

 Semua material, peralatan, kualitas pelaksanaan pekerjaan dll. yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan ini harus memenuhi standard pelaksanaan pekerjaan kelas utama.
Direksi pengawas berhak untuk memeriksa dan menentukan apakah semua
peralatan/perlengkapan yang diajukan oleh kontraktor layak pakai dan cocok untuk
melaksanakan pekerjaan ini ; peralatan yang rusak, tidak berfungsi prima dan atau tidak
memadai harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan dan diganti dengan yang baik,
cocok serta jumlahnya cukup untuk melaksanakan pekerjaan sesuai yang direncanakan.

 Setiap perubahan tatacara pelaksanaan yang dianggap perlu oleh kontraktor untuk
kelancaran pekerjaan harus diajukan kepada Direksi Pengawas sebelum pelaksanaannya
dan akan mendapatkan persetujuan tertulis.

2.2. SAMPEL TANAH


Jika diperlukan; sampel tanah, batuan, atau air tanah perlu diambil; atau pengujian lapangan
tanah perlu dilakukan bersamaan dengan proses grabbing. Sampel yang diambil harus diuji di
laboratorium yang disetujui untuk diuji sesuai dengan yang disyaratkan. Pengambilan sampel,
dan semua pekerjaan handling dan transportasinya, juga pengujian lapangan tanah, dilakukan
atas biaya Kontraktor.

2.3. CAIRAN PENGEBORAN (BENTONITE)

2.3.1. Penyediaan
Apabila dinding lubang bor mudah runtuh, cairan pengeboran seperti bentonite dapat
digunakan. Bentonite yang disediakan di lapangan dan sebelum pencampuran, harus sesuai
dengan spesifikasi DFCP4 dari Oil Companies Materials Association.

Sertifikat harus didapat Kontraktor dari produsen bubuk bentonite yang menyatakan properties
dari masing-masing pengiriman bentonite ke lapangan. Sertifikat ini harus tersedia bila diminta
oleh Pengawas. Secara khusus, properties yang diberikan oleh produsen harus mencakup: a)
rentang viskositas (dalam centipoises), dan b) rentang kekuatan gel (dalam N/mm2) untuk bahan
padat dalam air, atau jika disyaratkan lain oleh Pengawas.

2
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

2.3.2. Pencampuran
Bentonite harus dicampur seluruhnya dengan air bersih untuk membuat suspensi yang dapat
menjaga stabilitas lubang bor selama waktu yang dibutuhkan hingga pengecoran dan konstruksi
selesai.

Apabila terjadi kontaminasi air tanah dengan garam atau bahan kimia, tindakan pencegahan
khusus harus diambil untuk memodifikasi suspensi bentonite atau untuk melakukan prehydrate
terhadap bentonite dalam air bersih agar sesuai dengan seluruh aspek dari pelaksanaan
konstruksi.

2.3.3. Pengujian
Frekuensi pengujian cairan pengeboran dan metode maupun prosedur pengambilan sampel
harus diusulkan oleh Kontraktor untuk disetujui sebelum pekerjaan dimulai. Frekuensi boleh
bervariasi sesuai kebutuhan, tergantung dari konsistensi hasil yang diperoleh, dan kemudian harus
disetujui.

Pengujian harus dilakukan terhadap suspensi bentonite dengan menggunakan peralatan yang
sesuai. Berat jenis dari suspensi campuran bentonite yang baru harus diukur setiap hari untuk
pemeriksaan kualitas suspensi yang terbentuk; dimana alat pengukur harus dikalibrasi, sehingga
rentang kesalahan bacaan tidak melebihi 0.005 g/ml. Pengujian untuk menentukan berat jenis,
viskositas, dan nilai pH juga harus dilakukan pada suspensi bentonite yang akan dimasukkan
dalam lubang bor. Untuk kondisi tanah secara umum, rentang hasil pengujian ditunjukkan oleh
Tabel 1.
Tabel 1. Pengujian Bentonite

Pengujian harus dilakukan hingga pola kerja yang konsisten tercapai; termasuk proses
pencampuran, pencampuran suspensi bentonite yang baru dengan suspensi bentonite yang
telah dipakai sebelumnya, dan proses yang mungkin digunakan untuk menghilangkan kotoran
dari suspensi bentonite yang telah dipakai sebelumnya. Jika hasil pengujian menunjukkan perilaku
yang konsisten, frekuensi pengujian dapat dikurangi setelah disetujui oleh Pengawas. Dalam hal
perubahan pola kerja yang telah disepakati, seluruh pengujian harus diperbaharui untuk rentang
waktu tertentu, bila diperlukan.
3
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

2.4. PENYUSUNAN POSISI


Kontraktor harus memeriksa posisi tiap-tiap panel diaphragma wall selama pembuatan guide
wall, dan harus disetujui oleh Pengawas.

2.5. MATERIAL
 Semen yang akan dipakai untuk pembuatan diaphragma wall harus berupa semen Portland
yang memenuhi semua persyaratan yang tercantum didalam standar peraturan SII.0013-81
atau ASTM C150.

 Air yang akan dipakai harus berupa air bersih, bebas dari minyak/lemak dan tidak
mengandung asam, alkali, garam, bahan organik dan atau material lain yang merugikan.
Pada prinsipnya air yang memenuhi persyaratan untuk dapat diminum boleh dipakai.

 Jika tidak ditentukan lain setiap penggunaan additive tidak boleh dipakai terkecuali jika telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.

 Bahan agregat kasar dan halus yang akan dipakai harus bersih dan memenuhi semua
persyaratan yang tercantum didalam PBI 1971 dan atau SK SNI T-15-1991. Jika tidak ditentukan
lain persyaratan kadar organik dan atau shell fragment harus mengikuti :

Tabel 2. Persyaratan Kadar Organik


Ukuran Agregat [mm] Persentase Maksimum Kadar Bahan Organik / Shell
40 2
20 5
Pasir 3

Kadar ion chloride didalam adukan beton tidak boleh melampaui batas 1.2% untuk beton
biasa dan 0.2% untuk beton bertulang. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari
1/5 jarak terkecil antara bidang – bidang samping dari cetakan, 3/4 dari jarak bersih minimum
di antara batang – batang atau berkas – berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan
ini diizinkan, apabila menurut penilaian Direksi Pengawas, cara – cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang – sarang kerikil.

 Beton

o Slump test
Jika tidak ditentukan lain, beton harus mempunyai nilai slump :180 ± 20mm

o Mutu beton yang dipakai fc’ = 25 MPa dengan nilai perbandingan semen dan air W/C
tidak melampaui 0.50. Kadar semen minimum adalah 300 kgf/m3.

o Minimum 1 set terdiri atas 4 (empat) buah sampel silinder beton harus diambil pada setiap
10 truk ready mix pada pengecoran tiang setiap harinya, untuk dilakukan test tekan.
Contoh benda uji (silinder 150 mm x 300 mm) harus sesuai dengan ASTM C 39. Dua contoh
benda uji harus diuji pada umur 28 hari untuk syarat penerimaan, satu buah diujji pada
umur 7 hari untuk informasi dan satu buah diuji pada umur 56 hari untuk konfirmasi. Hasil uji
untuk syarat penerimaan harus merupakan kekuatan rata – rata dua buah benda uji yang
diuji pada umur 28 hari

o Laboratorium Uji Bahan


Test beton yang dijelaskan pada bagian ini harus dilakukan oleh laboratorium uji bahan
yang telah disetujui Direksi Pengawas dengan biaya ditanggung oleh kontraktor.
Laboratorium uji bahan harus memenuhi persyaratan ASTM E 329.

4
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

o Fly ash boleh digunakan dalam campuran beton, dengan ketentuan bahwa berat fly ash
dapat digunakan sampai 25% dari total berat fly ash + semen, dengan catatan kuat tekan
beton harus tercapai sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan sesuai dengan
spesifikasi ini.

 Baja tulangan diaphragma wall


o Baja tulangan yang dipakai untuk diaphragma wall harus mempunyai tegangan leleh
karakteristik tarik/tekan sebagai berikut :
Baja ulir ɸ ≥ 10 mm SNI 2052 : 2017 BJTS 520 (fy = 520MPa)
o Secara periodik pada setiap pengiriman baja tulangan harus diambil minimum 1(satu)
buah sampel batang baja dengan panjang lebih besar atau sama dengan 1m untuk
dilakukan test tarik dan bending untuk setiap diameternya.
o Jika tidak ditentukan lain tebal penutup beton untuk tulangan diambil minimum 70 mm.

 Jaminan kualitas.

Direksi Pengawas berhak untuk tidak menerima setiap material yang dikirimkan di lapangan
dan tidak terbatas kepada material : semen, bentonite (bilamana diperlukan), baja tulangan
dll. jika dianggap kekuatannya membahayakan struktur dan tidak memenuhi setiap
ketentuan yang tercantum didalam spesifikasi ini. Kontraktor diharuskan mengeluarkan
material yang tidak memenuhi syarat ini dengan segera dari lokasi proyek.

2.6. PENGEBORAN

2.6.1. Pengeboran di dekat Tiang yang Baru Dicor


Diaphragma wall tidak boleh dibuat terlalu dekat dengan tiang lain yang baru dicor dan
mengandung beton yang belum setting, karena aliran beton dapat terjadi sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada tiang tersebut.

2.6.2. Stabilitas Panel


Selama konstruksi, level cairan pengeboran pada lubang galian harus dijaga agar tidak lebih
rendah dari 1 m di atas muka air tanah eksternal, pada setiap waktu. Jika cairan pengeboran
dalam lubang galian menyusut dengan cepat, lubang galian harus segera diurug tanpa
penundaan, dan untuk melanjutkan kembali penggalian tersebut harus atas persetujuan
Pengawas.

2.6.3. Tumpahan dan Pembuangan Cairan Pengeboran


Langkah-langkah yang diperlukan harus diambil untuk mencegah tumpahan suspensi bentonite
ke sekitar area pengeboran. Limbah bentonite harus dibuang tanpa penundaan. Pembuangan
limbah bentonite harus sesuai dengan peraturan setempat.

2.6.4. Pemompaan dari Lubang Galian


Pemompaan dari lubang galian panel tidak diijinkan kecuali jika kestabilan tanah cukup
memadai sehingga tidak ada gangguan yang terjadi pada tanah di sekitar panel saat
pemompaan berjalan.

5
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

2.6.5. Kontinuitas Konstruksi


Diaphragma wall harus dibuat secara kontinyu dan tanpa penundaan yang berarti, dari
penggalian panel hingga pengecoran, sehingga kekuatan tanah tidak akan berubah secara
signifikan.

2.6.6. Toleransi
Pekerjaan konstruksi diaphragma wall harus dilakukan sesuai dengan toleransi-toleransi berikut ini:

a. Permukaan guide wall yang telah diselesaikan harus vertikal dan mewakili garis referensi.
Permukaan guide wall tersebut tidak boleh bergelombang, dengan toleransi variasi
permukaan terhadap garis lurus tidak melebihi 15 mm per 3 m. Jarak bersih minimum antara
dua permukaan guide wall adalah tebal nominal diaphragma wall + 25 mm dan jarak bersih
maksimumnya adalah tebal nominal diaphragma wall + 50 mm.

b. Toleransi kelurusan vertikal = 1:200.

c. Toleransi penempatan tulangan adalah sebagai berikut:


 Toleransi longitudinal kepala tulangan pada bagian atas guide wall adalah 50 mm.
 Toleransi vertikal kepala tulangan yang berhubungan dengan guide wall adalah 50 mm.
 Posisi tulangan harus dijaga selama proses pengecoran masing-masing panel.

d. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap perbaikan sambungan panel dan kebocoran-
kebocorannya, yang disebabkan oleh cacat material atau kesalahan konstruksi.

2.6.7. Kebersihan Dasar Panel


Pada saat penyelesaian penggalian dan ketika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya
endapan atau longsoran tanah, maka endapan atau longsoran tanah tersebut harus dibuang.
Proses pembersihan ini dilakukan sebelum pekerjaan pengecoran dimulai. Longsoran berukuran
besar dan / atau endapan yang terakumulasi harus dibuang dengan metode yang telah
disetujui, yang telah terbukti dapat meminimalkan gangguan pada tanah di dasar panel.
Ketinggian cairan pengeboran harus dijaga sedemikian rupa sehingga stabilitas dinding galian
terjaga.

2.7. PENULANGAN
Jumlah sambungan pada tulangan longitudinal harus dibuat seminimum mungkin. Sambungan
pada tulangan diatur agar kekuatan maksimum setiap tulangan dapat efektif sehingga tidak
ada perpindahan tulangan pada sambungan selama konstruksi berlangsung yang dapat
berakibat pada turunnya kekuatan diaphragma wall.

a. Tulangan difabrikasi on-site dan dipindahkan ke lokasi konstruksi panel menggunakan crane.
Tulangan dipasangi dengan beton decking untuk menjaga ketebalan selimut beton. Jika
tulangan berada di bawah level guide wall, tulangan dapat digantung dengan gantungan
besi yang dikaitkan pada guide wall.

b. Starter bars atau couplers (yang telah dibengkokkan) dapat dipasang pada tulangan yang
telah dirakit sebelum diturunkan ke dalam lubang galian.

6
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

2.8. PENGECORAN
 Pengecoran dilakukan dengan pipa tremie. Selama pengecoran, sedikitnya 3 m bagian pipa
tremie harus tetap terbenam dalam beton segar.

 Untuk memberikan kelonggaran waktu antara kedatangan truck mixer berikutnya,


pengecoran dapat diperlambat atau ditahan. Komunikasi antara batching plant dan
Kontraktor harus terjaga dengan baik, juga batching plant cadangan apabila terjadi
kerusakan pada batching plant utama.

 Selama pengecoran, pencatatan dilakukan untuk setiap kedatangan beton dan level beton
tercor. Sampel silinder beton akan diambil untuk diuji kuat tekannnya.

 Jika lubang galian terlihat mulai longsor, lubang galian harus segera diurug dengan lean
concrete untuk menjaga keamanan dan stabilitas struktur dan utilitas yang ada di dekatnya.

 Untuk mencegah longsoran akibat suspensi bentonite yang menyusut secara tiba-tiba,
suspensi bentonite dengan kuantitas yang cukup (300m3) harus selalu tersedia pada
bentonite plant.

 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panel akan bergantung pada tingkat
gangguan yang dialami selama pelaksanaan. Kami memperkirakan bahwa tidak akan ada
kesulitan dalam menjaga stabilitas selama penggalian, pemasangan tulangan, dan
pengecoran. Setelah bentonite didaur ulang, panel akan dicor sesegera mungkin setelah
pemasangan tulangan.

 Level final beton tercor sedikitnya 50 cm di atas cut-off-level rencana.

 Ekstraksi CWS dilakukan secara hati-hati untuk mengindari kerusakan beton tercor.

Corong dan pipa tremie harus bersih dan kedap air. Pipa tremie harus dipasang hingga dasar
lubang dan suatu penyumbat harus ditempatkan pada ujung bawah pipa tremie untuk
mencegah kontak langsung antara beton pertama dengan cairan pengeboran. Ujung pipa
tremie harus selalu terbenam pada beton dan tidak boleh terangkat selama pengecoran
berlangsung hingga selesai. Pipa tremie harus tetap terisi beton untuk melawan tekanan yang
diberikan oleh cairan pengeboran yang berada di atas beton. Diameter dalam pipa tremie
sebaiknya tidak lebih kecil dari 150 mm untuk beton yang dibuat dengan campuran agregat
berukuran 20 mm dan tidak lebih kecil dari 200 mm untuk beton yang dibuat dengan campuran
agregat berukuran 40 mm. Pipa tremie harus dapat masuk dalam tulangan tanpa merusak
konfigurasi pembesian.

2.9. PENGURUGAN DI ATAS LEVEL BETON TERCOR


Setelah setiap panel telah selesai dikerjakan, setiap bagian kosong dari lubang galian di atas
level beton tercor, harus segera diurug dengan hati-hati sesegera mungkin dengan material yang
disetujui oleh Pengawas.

2.10. PEMBUANGAN MATERIAL GALIAN


Pembuangan material galian harus dilakukan oleh Kontraktor sebagaimana diperlukan untuk
kelancaran pekerjaan berikutnya, sesuai kebutuhan Pengawas.

7
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Dinding Diafragma - Apartemen The Canary 2 – BSD, Tangerang

2.11. PEMOTONGAN KEPALA PANEL


Ketika memotong bagian panel di atas cut-off-level, Kontraktor harus melakukannya dengan
hati-hati untuk mencegah kerusakan panel tersebut. Beton retak atau rusak harus segera
dipotong, dan panel tersebut diperbaiki dengan metode yang sesuai untuk memberikan bagian
yang baik pada cut-off-level.

Anda mungkin juga menyukai