2. Mohr-Coulomb model
Model ini terkenal sebagai pendekatan pertama perilaku tanah secara umum. Parameter
tanah yang digunakan untuk menggunakan model ini yaitu berat isi tanah tidak jenuh
(γunsat), berat isi tanah jenuh (γsat), permeabilitas tanah (k), angka pori awal (einit) modulus
elastisitas atau modulus Young (E), dan angka Poisson (υ), kohesi (c), sudut geser tanah
(ϕ), dan sudut dilatansi (ψ).
Tanah non kohesif hanya memiliki nilai sudut geser dalam saja tanpa adanya nilai kohesi.
Contoh tanah non kohesif misalnya tanah jenis pasir. Tabel 2.1 menunjukkan korelasi N-
SPT dengan kepadatan tanah dan sudut geser dalam pada tanah non kohesif.
Tanah kohesif memiliki nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam yang lebih kecil dari
pada tanah kohesif. Contoh tanah kohesif misalnya tanah jenis lempung. Menurut
Sunggono (1984), tanah berjenis lempung memiliki sudut geser dalam sebesar 20o – 25o
dan untuk tanah berjenis lempung kelanauan memiliki sudut geser sebesar 25 o – 30o.
Korelasi N-SPT dengan kepadatan tanah dan nilai kohesi pada tanah kohesif ditunjukkan
pada Tabel 2.2.
3. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah untuk tiap jenis tanah berbeda-beda. Tanah berdasarkan nilai
permeabilitasnya dapat dikategorikan mulai dari high permeability hingga practically
impermeable. Gambar 2.1 menunjukkan korelasi permeabilitas tanah berdasarkan jenis
tanah.
4. Angka pori
Angka pori menunjukkan perbandingan antara volume pori dan volume butir tanah.
Tabel 2.4 menunjukkan nilai angka pori dari beberapa jenis tanah. Nilai angka pori
tersebut bukan merupakan nilai baku, namun hanya sebuah perkiraan sehingga angka
pori tanah dapat diambil mendekati nilai tersebut.
Menurut Kulhawy dan Mayne (1990), modulus elastisitas berjenis pasir memiliki
korelasi dengan nilai N-SPT sebagai berikut:
E
= 5N60 (untuk pasir dengan butir halus)...............................(2.21a)
Pa
E
= 10N60 (untuk pasir dengan konsolidasi normal)..................(2.21b)
Pa
E
= 15N60 (untuk pasir dengan konsolidasi berlebih) ...............(2.21c)
Pa
Soil Es (MPa)
Clay
Very soft 2 – 15
Soft 5 – 25
Medium 15 – 50
Hard 50 – 100
Sandy 25 – 250
Glacial till
Loose 10 – 150
Dense 150 – 720
Very dense 500 – 1440
Sand
Silty 5 – 20
Loose 10 – 25
Dense 50 – 81
Sand and gravel
Loose 50 – 150
Dense 100 – 200
Shale 150 – 5000
Silt 2 – 20
Sumber: Bowles (1997)
6. Angka Poisson
Angka Poisson merupakan nilai rasio antara regangan horisontal dan regangan vertikal.
Korelasi jenis tanah dengan angka Poisson menurut Das (1995) dapat dilihat pada Tabel
2.6.
Input tipe material diperlukan juga saat membuat data material. Tipe material yang dapat
dipilih pada PLAXIS ada 3 tipe yaitu:
1. Tipe drained, tipe ini dipilih apabila tanah dapat mengalirkan air. Pemilihan
tipe ini akan menyebabkan tekanan air pori berlebih tidak dihitung. Perilaku pembebanan
tanah jangka panjang dapat disimulasikan dengan tipe ini karena air pori tanah telah
terdisipasi. Penggunaan tipe ini perlu menggunakan nilai kohesi efektif (c’) dan sudut
geser efektif (ϕ’) tanah.
2. Tipe undrained, tipe ini dipilih apabila tanah tidak dapat mengalirkan air sehingga
memiliki potensi bertambahnya tekanan air pori. Tipe undrained berlangsung dalam
hitungan hari, minggu atau bulan sehingga sering digunakan untuk pemodelan pada
jangka pendek.
3. Tipe non-porous, tipe ini dipilih apabila material tidak berpori sehingga aliran air tidak
dapat melewati material tersebut misalnya untuk material sheet pile.
2. Consolidation analysis
Analisis konsolidasi dipilih ketika ingin menganalisis disipasi air pori berlebih pada
tanah lempung jenuh air. Analisis ini dapat dilakukan tanpa perlu melakukan undrained
plastic calculation.