Anda di halaman 1dari 7

Parameter tanah yang perlu diinput berbeda-beda sesuai dengan material model yang dipilih.

Berikut material model yang ada pada PLAXIS:


1. Linear elastic model
Model ini mewakili hukum elastisitas linear isotropik Hooke. Metode ini sangat terbatas
untuk mensimulasikan perilaku tanah sehingga biasanya digunakan untuk struktur kaku
di tanah. Parameter tanah yang diperlukan pada model material ini yaitu berat isi tanah
tidak jenuh (γunsat), berat isi tanah jenuh (γsat), permeabilitas tanah (k), angka pori awal
(einit) modulus elastisitas atau modulus Young (E), dan angka Poisson (υ).

2. Mohr-Coulomb model
Model ini terkenal sebagai pendekatan pertama perilaku tanah secara umum. Parameter
tanah yang digunakan untuk menggunakan model ini yaitu berat isi tanah tidak jenuh
(γunsat), berat isi tanah jenuh (γsat), permeabilitas tanah (k), angka pori awal (einit) modulus
elastisitas atau modulus Young (E), dan angka Poisson (υ), kohesi (c), sudut geser tanah
(ϕ), dan sudut dilatansi (ψ).

3. Jointed rock model


Model ini menggunakan prinsip elastis-plastis anisotropik di mana geser plastis hanya
dapat terjadi dalam jumlah terbatas arah geser. Model dapat digunakan untuk
mensimulasikan perilaku batuan. Parameter tanah yang digunakan untuk menggunakan
model ini yaitu berat isi tanah tidak jenuh (γunsat), berat isi tanah jenuh (γsat), permeabilitas
tanah (k), angka pori awal (einit) modulus elastisitas atau modulus Young (E), dan angka
Poisson (υ), kohesi (c), sudut geser
tanah (ϕ), dan sudut dilatansi (ψ).

4. Hardening soil model


Model ini menggunakan jenis elastoplastik dari hiperbolik model yang diformulasikan
dalam kerangka plastisitas pengerasan gesekan yang melibatkan pengerasan dengan
pemadatan untuk mensimulasikan pemadatan tanah yang tidak dapat dibalik dalam
kompresi primer. Penggunaan orde kedua model ini dapat untuk mensimulasikan
perilaku pasir dan kerikil serta jenis tanah yang lebih lunak seperti lempung dan lanau.
Parameter tanah yang digunakan yaitu berat isi tanah tidak jenuh (γunsat), berat isi tanah
jenuh (γsat), permeabilitas tanah (k), angka pori awal (einit) modulus Oedometer (Eoed),
kohesi (c), sudut geser tanah (ϕ), dan sudut dilatansi (ψ).

5. Soft soil model


Model ini dapat digunakan untuk mensimulasikan perilaku tanah lunak seperti lempung
dan gambut yang memiliki konsolidasi normal. Model ini mampu memberikan analisis
terbaik saat dalam kondisi kompresi primer. Parameter tanah yang digunakan untuk
menggunakan model ini yaitu berat isi tanah tidak jenuh (γunsat), berat isi tanah jenuh (γsat),
permeabilitas tanah (k), modified compression index (λ*), modified swelling index (К*),
kohesi (c), sudut geser tanah (ϕ), dan sudut dilatansi (ψ).

6. Soft soil creep model


Model ini dapat digunakan untuk mensimulasikan perilaku tanah lunak yang dipengaruhi
oleh waktu seperti normal konsolidasi tanah lempung dan gambut. Parameter tanah yang
digunakan untuk menggunakan model ini yaitu berat isi tanah tidak jenuh (γunsat), berat isi
tanah jenuh (γsat), permeabilitas tanah (k), modified compression index (λ*), modified
swelling index (К*), modified creep index (μ*), kohesi (c), sudut geser tanah (ϕ), dan
sudut dilatansi (ψ).

1. Used-defined soil model


Model ini digunakan apabila pengguna PLAXIS akan menganalis diluar model yang telah
disediakan oleh PLAXIS.
Berbagai parameter yang digunakan untuk analisis diperoleh dari hasil pengujian tanah di
laboratorium, namun seringkali pengujian hanya dilakukan di lapangan saja tanpa adanya
pengujian di laboratorium. Mengatasi hal demikian maka hasil pengujian lapangan yang
berupa uji sondir maupun uji bor dapat dilakukan korelasi terhadap parameter tanah yang
digunakan. Korelasi terhadap parameter tanah sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah
ahli agar memperoleh akurasi data yang lebih baik. Berikut ini korelasi parameter tanah untuk
Mohr-Coulomb model dengan hasil uji bor yang ada:
1. Korelasi antara N-SPT dengan kepadatan tanah, sudut geser dalam, dan kohesi
Tingkat kepadatan tanah diukur berdasarkan indeks kepadatan tanah (Dr). Indeks
kepadatan tanah untuk tanah kohesif dan non kohesif berbeda. Penentuan kepadatan
tanah berdasarkan 2 hal yaitu nilai N-SPT dan juga jenis tanah termasuk non kohesif atau
kohesif.

Tanah non kohesif hanya memiliki nilai sudut geser dalam saja tanpa adanya nilai kohesi.
Contoh tanah non kohesif misalnya tanah jenis pasir. Tabel 2.1 menunjukkan korelasi N-
SPT dengan kepadatan tanah dan sudut geser dalam pada tanah non kohesif.
Tanah kohesif memiliki nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam yang lebih kecil dari
pada tanah kohesif. Contoh tanah kohesif misalnya tanah jenis lempung. Menurut
Sunggono (1984), tanah berjenis lempung memiliki sudut geser dalam sebesar 20o – 25o
dan untuk tanah berjenis lempung kelanauan memiliki sudut geser sebesar 25 o – 30o.
Korelasi N-SPT dengan kepadatan tanah dan nilai kohesi pada tanah kohesif ditunjukkan
pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Korelasi N-SPT dengan Kepadatan Tanah dan


Sudut Geser Dalam pada Tanah Non Kohesif

Nilai Indeks Kepadatan, Sudut Geser Dalam,


Kepadatan (Consistency)
N-SPT Dr (%) ϕ(o)
<4 < 15 Sangat lepas (very loose) < 28
4 – 10 15 – 35 Lepas (loose) 28 – 30
10 – 30 35- 65 Sedang (medium) 30 – 36
30 – 50 65 – 85 Padat (dense) 36 – 41
> 50 > 85 Sangat padat (very dense) > 41
Sumber: Peck, at al. (1974) dalam Murthy (2008)
Tabel 2.2 Korelasi N-SPT dengan Kepadatan Tanah dan
Kohesi Undrained pada Tanah Kohesif

Nilai Indeks Kepadatan Kohesi Undrained, cu


N-SPT Kepadatan (Consistency) (kN/m2)
<2 < 0,5 Very soft < 12,5
2–8 0,5 – 0,75 Soft to 12,5 – 40
medium
8 – 15 0,75 – 1,0 Stiff 40 – 75
15 – 30 1,0 – 1,5 Very stiff 75 – 200
> 30 > 1,5 Hard > 200
Sumber: Szechy dan Varga (1978) dalam Ameratunga, Sivakugan, dan Das
(2016)

2. Berat isi tanah


Tanah memiliki berat isi yang berbeda-beda. Berat isi tanah tersebut dipengaruhi oleh
jenis tanah serta kejenuhan tanah. Tabel 2.3 menunjukkan berat isi tanah saat tanah
dalam kondisi alami dan jenuh.

Tabel 2.3 Korelasi N-SPT dengan Berat Isi Tanah

Bulk Unit Weight Saturated Unit Weight


Type of Soil (kN/m3) (kN/m3)
Loose Dense Loose Dense
Granular soils Gravel 16 18 20 21
Well graded sand and
19 21 21,5 23
gravel
Coarse or medium sand 16,5 18,5 20 21,5
Well graded sand 18 21 20,5 22,5
Fine or silty sand 17 19 20 21,5
Rock fill 15 17,5 19,5 21
Brick hardcore 13 17,5 16,5 19
Slag fill 12 15 18 20
Ash fill 6,5 10 13 15
Cohesive soils Peat (high variability) 12 12
Organic clay 15 15
Soft clay 17 17
Firm clay 18 18
Stiff clay 19 19
Hard clay 20 20
Stiff or hard glacial clay 21 21
Sumber: AS 4678-2002 dalam Ameratunga, Sivakugan, dan Das (2016)

3. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah untuk tiap jenis tanah berbeda-beda. Tanah berdasarkan nilai
permeabilitasnya dapat dikategorikan mulai dari high permeability hingga practically
impermeable. Gambar 2.1 menunjukkan korelasi permeabilitas tanah berdasarkan jenis
tanah.

Gambar 2.1 Korelasi Permeabilitas Tanah Berdasarkan Jenis Tanah


(Sumber: Ameratunga, Sivakugan, dan Das ,2016)

4. Angka pori
Angka pori menunjukkan perbandingan antara volume pori dan volume butir tanah.
Tabel 2.4 menunjukkan nilai angka pori dari beberapa jenis tanah. Nilai angka pori
tersebut bukan merupakan nilai baku, namun hanya sebuah perkiraan sehingga angka
pori tanah dapat diambil mendekati nilai tersebut.

Tabel 2.4 Korelasi Jenis Tanah dengan Angka Pori

Description Angka Pori, e


Uniform sand, loose 0,85
Uniform sand, dense 0,51
Mixed-grained sand, loose 0,67
Mixed-grained sand, dense 0,43
Glacial till, very mixed-grained 0,25
Soft glacial clay 1,20
Stiff glacial clay 0,60
Soft slightly organic clay 1,90
Soft very organic clay 3,00
Soft bentonite 5,20
Sumber: Terzaghi, Peck, dan Mesri (1996)

5. Modulus elastisitas tanah


Modulus elastisitas atau modulus Young menunjukkan tingkat kekakuan suatu bahan.
Modulus elastisitas pada kondisi alami (Eb) memiliki nilai yang saling terkait dengan
nilai modulus elastisitas statik (Es) dan nilai angka Poisson (υ). Berikut ini persamaan
modulus elastisitas pada kondisi alami (Eb) menurut Bowles (1997):
Es
Eb = ..............................................................................................(2.20)
3 (1-2υ)

Menurut Kulhawy dan Mayne (1990), modulus elastisitas berjenis pasir memiliki
korelasi dengan nilai N-SPT sebagai berikut:
E
= 5N60 (untuk pasir dengan butir halus)...............................(2.21a)
Pa
E
= 10N60 (untuk pasir dengan konsolidasi normal)..................(2.21b)
Pa
E
= 15N60 (untuk pasir dengan konsolidasi berlebih) ...............(2.21c)
Pa

Tabel 2.5 Modulus Elastisitas Statik

Soil Es (MPa)
Clay
Very soft 2 – 15
Soft 5 – 25
Medium 15 – 50
Hard 50 – 100
Sandy 25 – 250
Glacial till
Loose 10 – 150
Dense 150 – 720
Very dense 500 – 1440
Sand
Silty 5 – 20
Loose 10 – 25
Dense 50 – 81
Sand and gravel
Loose 50 – 150
Dense 100 – 200
Shale 150 – 5000
Silt 2 – 20
Sumber: Bowles (1997)

6. Angka Poisson
Angka Poisson merupakan nilai rasio antara regangan horisontal dan regangan vertikal.
Korelasi jenis tanah dengan angka Poisson menurut Das (1995) dapat dilihat pada Tabel
2.6.

Tabel 2.6 Korelasi Jenis Tanah dengan Angka Poisson


Jenis Tanah Angka Poisson
Pasir lepas 0,20 – 0,40
Pasir agak padat 0,25 – 0,40
Pasir padat 0,30 – 0,45
Pasir berlanau 0,20 – 0,40
Lempung lunak 0,15 – 0,25
Lempung agak kaku 0,20 – 0,50
Sumber: Das (1995)

Input tipe material diperlukan juga saat membuat data material. Tipe material yang dapat
dipilih pada PLAXIS ada 3 tipe yaitu:
1. Tipe drained, tipe ini dipilih apabila tanah dapat mengalirkan air. Pemilihan
tipe ini akan menyebabkan tekanan air pori berlebih tidak dihitung. Perilaku pembebanan
tanah jangka panjang dapat disimulasikan dengan tipe ini karena air pori tanah telah
terdisipasi. Penggunaan tipe ini perlu menggunakan nilai kohesi efektif (c’) dan sudut
geser efektif (ϕ’) tanah.
2. Tipe undrained, tipe ini dipilih apabila tanah tidak dapat mengalirkan air sehingga
memiliki potensi bertambahnya tekanan air pori. Tipe undrained berlangsung dalam
hitungan hari, minggu atau bulan sehingga sering digunakan untuk pemodelan pada
jangka pendek.
3. Tipe non-porous, tipe ini dipilih apabila material tidak berpori sehingga aliran air tidak
dapat melewati material tersebut misalnya untuk material sheet pile.

2.4.2 Kalkulasi data pada PLAXIS


Tahap kalkulasi data dilakukan setelah tahap input pada PLAXIS dengan beberapa pengaturan
analisis sesuai analisis yang diperlukan. Proses kalkulasi dilakukan secara otomatis. Beberapa
kalkulasi yang dapat dilakukan pada PLAXIS yaitu:
1. Plastic Calculation
Suatu konstruksi yang dikerjakan beberapa tahap dapat dianalisis dengan menggunakan
tipe kalkulasi ini. Hasil dari kalkulasi tiap tahapan konstruksi yang dilakukan berupa
deformasi elastis-plastis, perpindahan yang terjadi, tegangan yang terjadi baik tegangan
efektif, tegangan total, tegangan pada struktur, dan lain sebagainya.

2. Consolidation analysis
Analisis konsolidasi dipilih ketika ingin menganalisis disipasi air pori berlebih pada
tanah lempung jenuh air. Analisis ini dapat dilakukan tanpa perlu melakukan undrained
plastic calculation.

3. Phi-c reduction (safety analysis)


Kalkulasi ini dilakukan untuk memperoleh faktor keamanan dari suatu tahapan. Analisis
ini dihitung otomatis oleh PLAXIS menggunakan metode SSR yaitu dengan mereduksi
parameter kuat geser tanah (kohesi dan sudut geser dalam) hingga model mencapai
keruntuhan. Analisis ini tidak dapat digunakan untuk memulai suatu perhitungan lainnya
dan tidak dapat menambah beban, sehingga tahap konstruksi harus dihitung dengan
plastic calculation terlebih dahulu sebelum analisis faktor keamanan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai